Anda di halaman 1dari 3

Status Gizi dan Kesetaraan Gender Arifasno Napu

www.gizi.net 1 19 Januari 2010


S
S
T
T
A
A
T
T
U
U
S
S
G
G
I
I
Z
Z
I
I

D
D
A
A
N
N
K
K
E
E
S
S
E
E
T
T
A
A
R
R
A
A
A
A
N
N
G
G
E
E
N
N
D
D
E
E
R
R


Tulisan dalam rangka Hari Gizi Nasional tgl 25 J anuari 2010
ARIFASNO NAPU
Pemerhati Masalah Kesehatan Masyarakat


angat mengesankan dan akan membuat polemik jika berbicara tentang poligami,
kawin siri, kawin dibawah tangan, kawin kontrak ataupun jenis perkawinan yang
lainnya. Mengapa seru jika dibicarakan? ... diantaranya karena berhubungan
dengan kekhawatiran, keteguhan hati untuk tidak menjadi istri yang dimadu, tetapi lebih
menyetujui perbuatan diluar aturan agama, atau mungkin faham-faham lainnya.
Bagaimanakah fenomena yang terjadi dan bagaimana hubungannya dengan status gizi
generasi bangsa?
Pemahaman tentang istilah jenis
kelamin dan gender perlu dipisahkan,
karena banyak kalangan yang
mengidentikkan bahwa gender sama
dengan perbedaan jenis kelamin dan
jenis kelamin yang dimaksudkan adalah
perempuan. Sehingga begitu disebut
gender, yang terbayang dalam benak
adalah sosok manusia dengan jenis
kelamin perempuan, padahal istilah
gender bukan hanya menyangkut jenis
kelamin perempuan melainkan jenis
kelamin laki-laki juga termasuk.
J enis kelamin adalah perbedaan
biologis hormonal dan patologis antara
perempuan dan laki-laki, misalnya
perbedaan bentuk alat kelamin, laki-laki
menghasilkan sel sperma sementara
perempuan menghasilkan sel telur.
Selanjutnya... laki-laki dan perempuan
secara biologis berbeda dan masing-
masing mempunyai keterbatasan dan
kelebihan biologis misalnya; perempuan
dapat mengandung, melahirkan,
menyusui bayinya. Perbedaan ini
merupakan kodrati atau pemberian
Tuhan dan tidak seorang pun dapat
merubahnya.
Adapun yang dimaksud dengan
gender adalah seperangkat sikap, peran,
tanggung jawab, fungsi, hal dan perilaku
yang melekat pada diri laki-laki dan
perempuan akibat bentukan budaya atau
lingkungan masyarakat tempat manusia
itu tumbuh dan dibesarkan. Sebagai
contoh: laki-laki digambarkan sebagai
manusia yang kuat, perkasa, berani,
rasional dan tegar. Sebaliknya
perempuan digambarkan sebagai figur
yang lemah, pemalu, penakut,
emosional, rapuh dan lembut gemulai.
Artinya perbedaan sifat, sikap dan
perilaku yang dianggap khas pada
perempuan dan khas pada laki-laki atau
lebih populer dikenal dengan istilah
feminitas dan maskulinitas. Sehingga
secara singkat gender adalah suatu
konsep yang mengacu pada peran-peran
dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan sebagai hasil konstruksi
sosial yang dapat diubah sesuai dengan
perubahan zaman.
S
S

Status Gizi dan Kesetaraan Gender Arifasno Napu
www.gizi.net 2 19 Januari 2010
Sangat ironis hari ini yang terjadi
di masyarakat yang melihat poligami
sebuah keadaan yang tidak berkesesuain
dan dapat menimbulkan malapetaka bagi
individu yang melakukannya. Tetapi
mengapa tidak menjadi pertimbangan
rasional bahwa keadaan ini berdampak
pada keadaan yang membutuhkan
tanggung jawab yang besar?
... ada anak yang terlahir karena
hubungan antara anak dengan bapaknya,
hubungan kaula muda yang tidak sah
dan menghasilkan anak, hubungan
berdasarkan crosing antara pasangan, dll,
telah memberikan pertanyaan dan
jawabannya masing-masing serta
mempunyai alasan yang berarti. Semoga
kita selalu terhindar dari keadaan ini.
J ika kelompok laki-laki dengan
kelompok perempuan berbicara tentang
poligami, maka yang akan terjadi dialog
yang seru dan bahkan dapat
meningkatkan emosi. Dialog dengan
komentar dari kelompok perempuan
akan mengatakan bahwa poligami itu
tidak baik, poligami itu apakah sanggup
mendatangkan keadilan, poligami itu
menandakan tindakan yang dapat
merendahkan kaum perempuan, dll
Sebaliknya pasti kelompok laki-laki
akan mengatakan bahwa poligami adalah
hal yang wajar dan halal; dapat
menghindari orang berbuat maksiat; atau
mengatakan bahwa poligami suatu
tindakan yang halal. Tetapi makna
poligami itu sendiri masih sulit
dimengerti oleh orang yang
melakukannya, karena substansi
tanggung jawab yang diemban belum
dipahami secara totalitas.
Kita dapat melihat dan
mendengar dalam berbagai media massa
baik elektronik dan cetak yang setiap
hari menampilkan kasus-kasus seperti
ada yang harus menggugurkan
kandungan sekalipun sudah pada umur
kehamilan tua, pembuangan bayi yang
dibungkus dalam kantong plastik, ada
yang dibunuh, ada bayi yang
diperjualbelikan dan berbagai kasus
lainnya. Bukankah ini menandakan
sebuah kenyataan yang mau melepas
tanggung jawab atas segala
perbuatannya?
Akibat kelahiran anak yang tidak
dikehendaki ke bumi ini, mereka
menitipkan amanah Tuhan YME ini
kepada keluarganya, saudaranya, nenek
dari anak yang bersangkutan, atau
diberikan pada orang lain. Bagaimana
orang yang dititipkan anak tersebut
mempunyai banyak keterbatasan
diantaranya mempunyai kehidupan yang
pas-pasan, mempunyai kehidupan
sanitasi yang terbatas, pengetahuan yang
terbatas, kepedulian yang rendah, dll.
Pada akhirnya anak tersebut karena tidak
mendapatkan hak pelayanan yang
memadai sehingga akan cenderung
mengalami penurunan status gizi atau
status kesehatan. Status gizinya
menurun, maka dapat menyebabkan
anak tersebut mudah terkena penyakit
sebagai akibat melemahnya kemampuan
tubuh dalam melawan berbagai bibit
penyakit. Anak akan jatuh sakit... dst.
Bukankah berbagai masalah gizi dan
kesehatan pada anak tersebut akan
menjadi beban pada keluarga atau daerah
dan bahkan Negara Indonesia?
J ika anak yang dilahirkan oleh
sang ibunya apakah melalui sebuah
konsepsi yang sah maupun yang tidak
sah kemudian hanya dibiarkan begitu
saja maka... dimana sesungguhnya letak
kesetaraan gender yang selalu
didengungkan oleh para perempuan dan
laki-laki? Ditunjang pula oleh sebagian
besar pihak perempuan yang tidak setuju
adanya undang-undang anti pornografi
dan pornoaksi karena terkesan mau
Status Gizi dan Kesetaraan Gender Arifasno Napu
www.gizi.net 3 19 Januari 2010
mengikat kebebasan mereka? Bukankah
dengan kebebasan ini berbagai masalah
kesetaraan gender bermunculan terutama
masalah tumbuh kembang anak yang
berakhir pada status gizi anak yang
buruk?
Apakah setuju apabila terjadi
masalah status gizi buruk pada anak
sebagai pertanda adanya ketidaksetaraan
gender? Bukankah gender itu sendiri
mengedepankan adanya peran yang
setara secara kodrati: apakah peran
mencari nafkah, peran mengasuh,
memberikan makan, peran memberikan
pelayanan, dsb?
Semoga kesetaraan gender dapat
dipahami dan terimplementasi secara
fungsi, peran, sikap, perilaku dan lebih
penting lagi secara bertanggung jawab
pada semua insan manusia.
.......... Selamat Hari Gizi Nasional 25
J anuari 2010 .......

Anda mungkin juga menyukai