Anda di halaman 1dari 22

I.

JUDUL PERCOBAAN

: Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret

II.

TANGGAL PERCOBAAN

: Kamis, 6 Februari 2014

III. SELESAI PERCOBAAN

: Kamis, 6 Februari 2014

IV. TUJUAN PERCOBAAN

: Menentukan Kadar Protein yang ada pada sampel


dengan menggunakan cara biuret.

V.

DASAR TEORI
Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan pangan
selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul protein juga
mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang mengandung
tembaga ( Winarno, 1984 ). Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun
aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida dengan
BM ( berat molekul ) yang beragam. Ada puluh asam amino yang berbeda
merupakan penyusun protein alami.
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat
juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses
dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat
pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam
jaringan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid.
Tekanan osmotik tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah.
Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat
mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
1.

Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada umumnya


protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.

2.

Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh adanya


perlakuan pengasaman.

3.

Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim proteolitik.

4.

Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan


terbentuknya warna cokelat.

Pada dasarnya suatu peptida adalah asil-asam amino, karena gugus COOH dan
NH2 yang membentuk ikatan peptida. Peptida didapatkan dari hidrolisis protein yang
tidak sempurna. Apabila peptida yang dihasilkan dihidrolisis lebih lanjut akan
dihasilkan asam-asam amino.
Sifat peptida ditentukan oleh gugus COOH, NH2 dan gugus R. Sifat asam dan
basa pada peptida ditentukan oleh gugus COOH dan NH2 , namun pada rantai
panjang gugus COOH dan NH2 yang terletak diujung rantai tidak lagi berpengaruh.
Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti pada asam amino. Reaksi biuret
merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein.
Uji biuret digunakan untuk mengidentifikasi protein secara umum dan merupakan
reaksi warna yang umum digunakan untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuknya senyawaa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide. Reagen biuret terdiri dari
CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Na-sitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4
sebagai penyedia ion Cu2+ sebagai ion logam pusat yang nantinya akan membentuk
kompleks dengan protein. KI berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+
sehingga tidak mengendap. Na-sitrat dan Na2CO3 berfungsi sebagai larutan penyangga,
kemudian NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa. Suasana basa akan
membantu untuk terbentuknya kompleks Cu2+ dengan nitrogen dari karbon dari ikatan
peptida. Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin
jelas dan makin pekat. Dalam perhitungan, persaman kurva linearnya harus memiliki
nilai R (regresi) 1 sehingga nilai kadar dan nilai absorbansi sebanding. Jadi, apabila
kadarnya meningkat maka absorbansi juga meningkat, karena R merupakan koefisien
korelasi

yang

menunjukkan

hubungan

antara

konsentrasi/kadar

dengan

serapan/absorbansi. Sehingga absorbansi ini berbanding lurus dengan konsentrasi


protein dan tidak bergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya
mempunai jumlah ikatan peptide yang sama per satuan berat.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna unga yang menunjukkan
terbentuknya sebuah kompleks ketika ion tembaga dari reagent Biuret bereaksi dengan
ikatan peptida pada rantai polipeptida.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan kualitatif. Pada percobaan kali ini akan menggunakan pengujian
protein dengan metode kuantitatif. Analisis protein secara kuantitatif adalah analisis

yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi
kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol,
metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri
UV. Yang digunakan pada percobaan ini adalah metode spektrofotometri visible
(Biuret). Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang
berupa larutan berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur spectrum panjang
gelombang pada daerah tertentu.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisis
adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sample yang
kemudian di ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Untuk dapat menguji protein dengan metode biuret maka hal yang harus
dilakukan adalah pertama-tama, semua serapan kurva kalibrasi (atau turbiditas) vs
kadar protein disiapkan menggunakan satu seri larutan protein yang sudah diketahui
kadarnya. Serapan (atau turbiditas) larutan yang dianalisis kemudan diukur pada
panjang gelombang yang sama, dan kadar protein ditentukan dari kurva kalibrasi.
Perbedaan utama pengujian ini adalah gugus fungsi yang berperan untuk absorbsi atau
pembiasan radiasi elektromagnetik, misalnya ikatan peptida, rantai samping aromatis,
gugus inti dan agregat protein. Sejumlah metode UV-visibe untuk penetapan kadar
protein sebagi berikut :
a. Pengukuran langsung pada 280nm.
Tryptophan dan tyrosine mengabsorbsi kuat cahaya uv pada 280 nm. Kandungan
tryptophan dan tyrosine berbagai protein umumnya konstan sehingga serapan larutan
protein pada 280 nm dapat digunakan untuk menentukan kadarnya. Keuntungan
metode ini karena sederhana untuk dilakukan, non-destruktif, dan tidak dibutuhkan
reagen khusus. Namun pengukuran dengan metode ini juga memiliki

kerugian

utama yaitu asam nukleat juga mengabsorbi kuat pada 280 nm sehingga
mengganggu pengukuran protein jika ada dalam kadar yang bermakna. Namun
demikian, metode ini telah berkembang untuk mengatasi masalah ini, antara lain
dengan pengukuran serapan pada dua panjang gelombang yang berbeda.

b. Metode Biuret
Warna violet akan terbentuk bila ion cupri (Cu2+) berinteraksi dengan ikatan peptida
dalam suasana basa. Reagen biuret, yang mengandung semua bahan kimia yang diperlukan untuk
analisis sudah tersedia di pasaran. Reagen ini dicampurkan dengan larutan protein,
didiamkan 15-30 menit, kemudian diukur serapannya pada 540 nm. Keuntungan
utama dari teknik ini adalah tidak adanya gangguan dari senyawa yang menyerap
pada panjang gelombang yang lebih rendah. Teknik ini kurang sensitif
terhadap jenis protein karena absorpsi yang terjadi melibatkan ikatan peptida yang
ada di semua protein, bukan pada gugus samping spesifik.
c. Metode Lowry
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (FolinCiocalteau phenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam
protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di
sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi
tinggi dan sebuah puncak besar di sekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah. Metode ini lebih sensitif
untuk protein dengan konsentrasi rendah dibanding metode biuret.
d. Metode pengikatan pewarna
Pewarna dengan muatan negatif (anion) ditambahkan dalam jumlah berlebih pada
larutan protein yang pH nya telah disesuaikan sehingga protein menjadi bermuatan
positif (misalnya dibuat di bawah titik isoelektrik). Protein membentuk kompleks tak
larut dengan pewarna karena interaksi elektrostatik antar molekul, tapi masih tersisa
pewarna tak terikat yang larut. Pewarna anion berikatan dengan gugus kation dari
residu asam amino basa (histidine, arganine dan lysine) dan pada gugus asam amino
bebas di ujung. Jumlah pewarna tak terikat yang tersisa setelah kompleks proteinpewarna dipisahkan (misalnya dengan sentrifugasi) ditentukan dengan pengukuran
serapan. Jumlah protein yang ada di larutan awal berhubungan dengan jumlah
pewarna yang terikat :
(

e. Metode Turbimetri
Molekul protein yang umumnya larut dapat dibuat mengendap dengan penambahan
senyawa kimia tertentu, seperti asam trikloroasetat. Pengendapan protein
menyebabkan larutan menjadi keruh, sehingga konsentrasi protein dapat ditentukan
dengan mengukur derajat kekeruhan (turbiditas).

VI. ALAT DAN BAHAN

Alat

Bahan

Jumlah

UV-Vis

1 buah

Putih telur ayam kampung

Tabung reaksi

9 buah

(0,8 gram)

Labu ukur 10 mL

1 buah

Aquades

Labu ukur 100 mL

1 buah

Reagen biuret

Pro pipet

1 buah

Larutan standar protein

Pipet tetes

secukupnya

VII. ALUR KERJA


1. Persiapan Sampel
0,8 gram Sampel Putih
Telur
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL
- Di tambahkan aquades untuk
diencerkan
Larutan sampel

2.

Pembuatan Standar
1 mL protein
standar 1 mg

1 mL protein
standar 2 mg

1 mL protein
standar 3 mg

- Masing-masing ditambahkan 4 mL
reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada
suhu 400C
Warna larutan
menjadi ungu yang
stabil/sempurna
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi dari
masing-masing
larutan standar protein
3.

Penetapan Absorbansi Larutan Blanko


1 mL aquades
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 4 mL reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada
suhu 400C
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi
larutan blanko

4.

Penetapan Absorbansi Larutan Sampel


1 mL sampel telur ayam kampung
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
A, B, C
- Ditambah 4 mL reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada suhu
400C
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi
larutan blanko
6

1 mL protein
standar 4 mg

1 mL protein
standar 5 mg

VIII.
No.
1.

HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan
Persiapan sampel
0,8 gram Sampel
Putih Telur
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL
- Di tambahkan aquades untuk
diencerkan

Hasil Pengamatan
- Warna putih telur :
jernih, berlendir

Dugaan/Reaksi

Kesimpulan

- Setelah diencerkan :
jernih dan keruh

Larutan sampel
2.

Penentuan larutan standar protein dalam labu


ukur 10 ml

- Standar protein : tidak


- Kelima larutan standar
berwarna
- CuSO4.5H2O(aq)+ 2NaOH(aq)
mengandung
protein
- Setelah diencerkan :
dibuktikan
dengan
Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) +
jernih terdapat granul
terbentuknya
warna
5H2O(l)
ungu.
- Warna
larutan
- Dalam suasana basa :
- Nilai
absorbansi
standar
setelah
2+
cenderung
meningkat
ditambah
4
ml Cu(OH)2(aq) Cu (aq) + 2OH
reagen biuret :
seiring dengan naiknya
(aq)
Larutan standar A :
konsentrasi pada larutan
biru keunguan jernih - Uji Biuret digunakan untuk
standar protein.
menentukan reaksi protein dan
Larutan standar B :
-Didapat persamaan garis
dapat
dibuktikan dengan
biru keunguan jernih
:
terbentuknya warna ungu pada linier
(+)
larutan yang mengandung
Larutan standar C :
dan R = 0,9955
protein.
biru keunguan jernih
Semakin
besar
konsentrasi
(++)
maka semakin besar nilai
Larutan standar D :
7

biru keunguan jernih


(+++)
Larutan standar E :
biru keunguan jernih
(++)
- Setelah
diinkubasi
dan didinginkan :
Larutan standar A :
ungu jernih
Larutan standar B :
ungu (+)
Larutan standar C :
ungu (+++)
Larutan standar D :
ungu (++++)
Larutan standar E :
ungu (++)
- Nilai absorbansi :
Tabung A : 0,048
Tabung B : 0,088
Tabung C : 0,118
Tabung D : 0,160
Tabung E : 0,208

absorbansinya

3.

Penetapan absorbansi larutan blanko


1 mL aquades
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 4 mL reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada suhu
400C
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi
larutan blanko

4.

Penetapan absorbansi larutan sampel


1 mL sampel telur ayam kampung
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
A, B, C
- Ditambah 4 mL reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada suhu
400C
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi
larutan blanko

- Aquades:
tidak - Larutan blanko tidak
mengandung protein
berwarna
- Biuret : biru
- Aquades + biuret:
biru
- Setelah
diinkubasi
dan didinginkan: biru
muda jernih
- Nilai
absorbansi:
0,000

- Larutan blanko hanya


digunakan
sebagai
pembanding

- Sampel telur ayam


kampung yang sudah
diencerkan : jernih
- Sampel + reagen
biuret : biru muda
- Sampel direplikasi 3
kali dengan warna
yang sama yaitu biru
muda
- Sampel
setelah
diinkubasi
dan
didinginkan
:
berwarna ungu jernih

- Terbentuknya
warna
ungu pada ketiga larutan
sampel
telur
ayam
kampung membuktikan
bahwa larutan tersebut
mengandung
protein
ketika
diuji
dengan
reagen biuret

- Nilai absorbansi :
Tabung A : 0,048
Tabung B : 0,050
Tabung C : 0,066

- Nilai
0,000

NH 2
C

+ Cu2+

NH
C
R
O

O
H
C
CH

H
N

H
N
Cu

N
H

N
H

H
C

HC

- Larutan sampel mengandung


protein
- Semakin pekat warna larutan
maka
semakin
besar
nilai
absorbansinya

absorbansinya:

- Nilai absorbansi semakin


meningkat
-Didapat kadar protein :
Tabung A : 13,438%
Tabung B : 14,038%
Tabung C : 18,862%
-Kadar protein rata-rata :
15,446

IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Persiapan Sampel
Pada percobaan ini dimulai dengan menimbang 0,8 gram putih telur.
Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. persiapan sampel ini dengan
proses pengenceran akan menghasilkan larutan putih telur yang mengandung
protein.

2. Penentuan dan Pembuatan Larutan Standar Protein


Reagen biuret terdiri dari CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Nasitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ sebagai ion logam
pusat yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. KI berfungsi
untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Nasitrat dan Na2CO3 berfungsi sebagai larutan penyangga, kemudian NaOH
berfungsi sebagai penyedia suasana basa. Suasana basa akan membantu untuk
terbentuknya kompleks Cu2+ dengan nitrogen dari karbon dari ikatan peptida.
Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin
jelas dan makin pekat. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna unga
yang menunjukkan terbentuknya sebuah kompleks ketika ion tembaga dari
reagent Biuret bereaksi dengan ikatan peptida pada rantai polipeptida.
Pada percobaan ini adalah pembuatan dan penentuan larutan standar
protein. Larutan standart protein dibuat dengan cara pengenceran sebanyak 5
kali. Yang dimulai dari konsentrasi paling besar ke konsentrasi kecil. Langkah
yang dilakukan adalah:
- Pengenceran 5 mg/mL : dilakukan dengan cara memipet larutan standart
dengan konsentrasi 10 mg/mL sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas. Setelah itu larutan hasil pengenceran diambil 5 mL untuk dilakukan
pengenceran yang selanjutnya yaitu pengenceran 4 mg.mL.
- Pengenceran 4 mg/mL : dilakukan dengan cara memipet 5 mL larutan dari
pengenceran 5 mg/mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Setelah itu diambil 8 mL
larutan dari hasil pengenceran 4 mg/mL untuk dilakukan pengenceran yang
selanjutnya yaitu pengenceran 3 mg/mL.

10

- Pengenceran 3 mg/mL : dilakukan dengan cara memipet 8 mL larutan dari


pengenceran 4 mg/mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Setelah itu diambil 7,5 mL
larutan dari hasil pengenceran 3 mg/mL untuk dilakukan pengenceran yang
selanjutnya yaitu pengenceran 2 mg/mL.
- Pengenceran 2 mg/mL : dilakukan dengan cara memipet 7,5 mL larutan dari
pengenceran 3 mg/mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Setelah itu diambil 6,67 mL
larutan dari hasil pengenceran 2 mg/mL untuk melakukan pengenceran yang
selanjutnya yaitu pengenceran 1 mg.mL.
- Pengenceran 1 mg/mL : dilakukan dengan cara memipet 6,67 mL larutan dari
pengenceran 2 mg/mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.
Setelah proses pengenceran selesai, masing-masing dari larutan standart
protein dari berbagai kadar tersebut (kadar 1 mg/mL, 2 mg/mL, 3 mg/mL, 4
mg/mL, 5 mg/mL) dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL, dan
ditambahkan 4 mL reagen biuret pada masing-masing tabung. Tujuan
penambahan reagen biuret adalah untuk memberikan hasil positif untuk semua
jenis protein, karena semua jenis protein mempunyai ikatan peptide. Ion Cu2+
yang berada dalam pereaksi biuret tersebut dapat berikatan dengan ikatan
peptida pada penyusun protein yang membentuk senyawa kompleks yang
berwarna ungu. Kemudian masing-masing tabung dikocok, pengocokan ini
bertujuan agar larutan standart protein dan reagen biuret tercampur sempurna.
Setelah itu di inkubasi selama 10 menit pada suhu 700C. Tujuan dari proses
inkubasi ini adalah untuk memaksimalkan reaksi antara ion Cu2+ dengan protein
sehingga senyawa kompleks berwarna ungu yang terbentuk menjadi stabil.
Kemudian kelima larutan standar protein yang sudah selesai di inkubasi tersebut
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Pengukuran absorbansi
pada panjang gelombang 520 nm ini dikarenakan warna ungu atau cahaya yang
diemisikan oleh sampel berada pada rentang 500 nm-560 nm. Oleh sebab itulah
didapatkan hasil absorbansi larutan standar sebagai berikut:

11

Sampel
blanko
standar 1
standar 2
standar 3
standar 4
standar 5

Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000

Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206

Dari data konsentrasi dan absorbansi diatas, dapat kita buat kurva larutan
standarnya seperti berikut ini :

Konsentrasi vs Absorbansi
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955

absorbansi

0.2
0.15

conc vs abs

0.1

Linear (conc vs abs)


0.05
0
0

konsentrasi

Dari kurva larutan standar protein diatas dapat kita ketahui persamaan kurva
standarnya yaitu y = 0,0398x + 0,0034 yang nantinya akan digunakan untuk
menghitung kadar protein dalam larutan blanko dan larutan sampel.

3. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko


Pada percobaan tentang penentuan absorbansi larutan blanko digunakan 1
mL aquades yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan ditambahkan dengan
4 mL reagen biuret kemudian dikocok. Setelah ditambahkan dengan reagen
biuret larutan blanko berwarna biru, yang menunjukkan bahwa pada larutan ini
tidak terbentuk senyawa kompleks sehingga tidak berwarna ungu. Tidak
terbentuknya senyawa kompleks ini disebabkan oleh tidak adanya protein dalam
larutan blanko. Kemudian larutan blanko diinkubasi pada suhu 37 0C selama 10
menit, yang bertujuan agar kepekatan larutan maksimal. Selanjutnya larutan
blanko tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Dan
12

didapatkan absorbansi larutan blanko sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa


larutan blanko yang telah dibuat sesuai karena tidak mengandung protein sama
sekali.

4. Penetapan Absorbansi Larutan Sampel


Pada percobaan penentuan absorbansi larutan sampel protein yang tidak
diketahui konsentrasinya dari proses persiapan sampel, kemudian diambil 1 mL
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Proses replikasi dari percobaan ini
sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 3 tabung reaksi yang masing-masing
didalamnya terdapat 1 mL larutan sampel protein. Kemudian ditambahkan 4 mL
reagen biuret agar ion Cu2+ yang berada dalam pereaksi biuret tersebut dapat
berikatan dengan ikatan peptida pada penyusun protein yang membentuk
senyawa kompleks sehingga dihasilkan larutan yang berwarna ungu. Kemudian
larutan sampel di inkubasi selama 10 menit pada suhu 700C, tujuannya adalah
untuk memaksimalkan reaksi antara ion Cu2+ dengan protein sehingga senyawa
kompleks berwarna ungu yang terbentuk menjadi stabil. Kemudian larutan
sampel protein tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm.
sehingga didapatkan data absorbansi sebagai berikut :

Sampel (telur ayam


kampung)
kampung 1
kampung 2

Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227

0.048
0.05

Dari tabel nilai absorbansi larutan sampel diatas maka diperoleh kadar
protein dalam sampel putih telur ayam kampung sebesar 13,738 % dengan
bantuan persaman regresi linier dari kurva larutan standar. Pada percobaan ini
menggunakan 3 kali replikasi namun yang digunakan hanya menggunakan 2
sampel larutan protein yang sama. Hal ini dikarenakan larutan sampel pada
replikasi ketiga memiliki nilai absorbansi yang berbeda jauh dengan replikasi
pertama dan kedua, sehingga dapat mempengaruhi kadar protein dalam larutan
sampel.

13

NH 2
C

O
2+

+ Cu

NH
C

Biuret

H
C
CH

H
N

H
N
Cu

N
H

N
H

H
C

HC

Ungu

Gambar kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide


X.

KESIMPULAN
1. Uji Biuret digunakan untuk menentukan konsentrasi protein.
2.

Prinsip metode Biuret adalah reaksi protein dengan Cu2+ pada suasana basa
menghasilkan larutan yang berwarna ungu dan pengukuran absorbansi
spektrofotometrik diukur pada 520 nm.

3.

Persamaan yang didapat dari larutan standard adalah y = 0,0398x + 0,0034

4.

Kadar protein dalam larutan sampel sebesar 13,738 % atau setara dengan 0,137
mg/mL artinya tiap milliliter larutan sampel tersebut terdapat 0,137 miligram
protein.

5.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Butlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva standar
tersebut tentukan kadar protein sampel !
Jawab:
Sampel
blanko
standar 1
standar 2
standar 3
standar 4
standar 5

Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000

14

Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206

Konsentrasi vs Absorbansi
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955

absorbansi

0.2
0.15

conc vs abs

0.1

Linear (conc vs abs)


0.05
0
0

konsentrasi

Tabel data sampel yang didapat dari pengukuran dengan UV-Vis :


Sampel (telur ayam
kampung)
kampung 1
kampung 2

Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227

0.048
0.05

Perhitungan untuk mencari kadar protein dalam telur ayam kampung :


1.

Telur Ayam Kampung 1

Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :

2.

Telur Ayam Kampung 2

15

Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :

Rata-rata massa sampel telur ayam kampung per 100 mL =

Jadi:

Kadar protein dalam telur ayam =

2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap reaksi biuret ? jika
benar demikian, bagaimana menentukan kadar protein yang tercampur dengan
peptida ?
Jawab:
Peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi biuret, hal ini
dibuktikan dengan terbentuknmya kompleks berwarna ungu apabila biuret
bereaksi dengan ikatan peptida. Cara penentuan protein yaitu dengan
menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Karena ikatan peptida dapat
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang dapat dibaca oleh alat
tersebut. Sehingga dengan bantuan persamaan regresi linier dari kurva antara
konsentrasi vs absorbansi milik larutan standar dapat dihitung kadar dari larutan
sampel yang mengandung ikatan peptida tersebut.

6.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. www.academia.edu/6160903/2._Penentuan_Kadar_Protein_Total. Diakses
tanggal 11 November 2014 pukul 20.46 WIB.
Anonim. Laporan Praktikum Penentuan Kadar Protein Metode Biuret.
https://www.scribd.com/doc/227254186/Laporan-Praktikum-Penentuan16

Kadar-Protein-Metode-Biuret#download. Diakses tanggal 11 November 2014


pukul 20.54 WIB.
Seran,
Emil.
2011.
Spektrofotometer
UV-Vis.
http://wanibesak.wordpress.com/tag/spektrofotometer-uv-vis/. Diakses tanggal
11 November 2014 pukul 16.51 WIB.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Penerbit Liberty: Yogyakarta.
Tim Dosen Biokimia. 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Jurusan Kimia,
FMIPA, Unesa.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.

17

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pengenceran Larutan Standar
Sampel larutan standar protein diencerkan dalam labu ukur 10 mL
1.

2.

3.

4.

5.

Penentuan Kadar Protein dalam Sampel


Tabel data standar yang didapat dari pengukuran dengan UV-Vis :
Sampel
blanko
standar 1
standar 2
standar 3
standar 4
standar 5

Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
18

Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206

Kurva linier konsentrasi Vs absorbansi dari data diatas :

conc vs abs
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955

absorbansi

0.2
0.15

conc vs abs

0.1

Linear (conc vs abs)


0.05
0
0

konsentrasi

Tabel data sampel yang didapat dari pengukuran dengan UV-Vis :

Sampel (telur ayam


kampung)
kampung 1
kampung 2

Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227

0.048
0.05

Untuk mencari kadar protein dalam telur ayam kampung :

1.

Telur Ayam Kampung 1

Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :

19

2.

Telur Ayam Kampung 2

Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :

Rata-rata massa sampel telur ayam kampung per 100 mL =

Jadi:

Kadar sampel telur ayam =

20

LAMPIRAN

Telur ayam kampung

Larutan blanko
(aquades ditambah 4
ml reagen biuret)

Penimbangan sampel
telur ayam kampung

Sampel telur ayam


kampung diencerkan
kembali untuk
didapat berbagai
konsentrasinya
dalam labu ukur 10
ml

21

Sampel telur ayam


kampung setelah
diencerkan

Larutan standar dengan berbagai


konsentrasi dan larutan blanko
sebelum ditambah reagen biuret

Replikasi sampel telur ayam


kampung setelah ditambah
reagen biuret

Larutan standar dengan berbagai


konsentrasi dan larutan blanko
setelah ditambah reagen biuret

Larutan blanko dan larutan


standar dengan berbagai
konsentrasi dipanaskan dalam
water bath selama 10 menit

Larutan blanko dan larutan


standar dengan berbagai
konsentrasi setalah dipanaskan
dalam water bath selama 10 menit

Ketiga larutan sampel telur ayam


kampung setelah dipanaskan

22

Anda mungkin juga menyukai