JUDUL PERCOBAAN
II.
TANGGAL PERCOBAAN
V.
DASAR TEORI
Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan pangan
selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul protein juga
mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang mengandung
tembaga ( Winarno, 1984 ). Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun
aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida dengan
BM ( berat molekul ) yang beragam. Ada puluh asam amino yang berbeda
merupakan penyusun protein alami.
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat
juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses
dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat
pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam
jaringan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid.
Tekanan osmotik tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah.
Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat
mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Pada dasarnya suatu peptida adalah asil-asam amino, karena gugus COOH dan
NH2 yang membentuk ikatan peptida. Peptida didapatkan dari hidrolisis protein yang
tidak sempurna. Apabila peptida yang dihasilkan dihidrolisis lebih lanjut akan
dihasilkan asam-asam amino.
Sifat peptida ditentukan oleh gugus COOH, NH2 dan gugus R. Sifat asam dan
basa pada peptida ditentukan oleh gugus COOH dan NH2 , namun pada rantai
panjang gugus COOH dan NH2 yang terletak diujung rantai tidak lagi berpengaruh.
Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti pada asam amino. Reaksi biuret
merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein.
Uji biuret digunakan untuk mengidentifikasi protein secara umum dan merupakan
reaksi warna yang umum digunakan untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuknya senyawaa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide. Reagen biuret terdiri dari
CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Na-sitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4
sebagai penyedia ion Cu2+ sebagai ion logam pusat yang nantinya akan membentuk
kompleks dengan protein. KI berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+
sehingga tidak mengendap. Na-sitrat dan Na2CO3 berfungsi sebagai larutan penyangga,
kemudian NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa. Suasana basa akan
membantu untuk terbentuknya kompleks Cu2+ dengan nitrogen dari karbon dari ikatan
peptida. Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin
jelas dan makin pekat. Dalam perhitungan, persaman kurva linearnya harus memiliki
nilai R (regresi) 1 sehingga nilai kadar dan nilai absorbansi sebanding. Jadi, apabila
kadarnya meningkat maka absorbansi juga meningkat, karena R merupakan koefisien
korelasi
yang
menunjukkan
hubungan
antara
konsentrasi/kadar
dengan
yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi
kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol,
metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri
UV. Yang digunakan pada percobaan ini adalah metode spektrofotometri visible
(Biuret). Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang
berupa larutan berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur spectrum panjang
gelombang pada daerah tertentu.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisis
adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sample yang
kemudian di ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Untuk dapat menguji protein dengan metode biuret maka hal yang harus
dilakukan adalah pertama-tama, semua serapan kurva kalibrasi (atau turbiditas) vs
kadar protein disiapkan menggunakan satu seri larutan protein yang sudah diketahui
kadarnya. Serapan (atau turbiditas) larutan yang dianalisis kemudan diukur pada
panjang gelombang yang sama, dan kadar protein ditentukan dari kurva kalibrasi.
Perbedaan utama pengujian ini adalah gugus fungsi yang berperan untuk absorbsi atau
pembiasan radiasi elektromagnetik, misalnya ikatan peptida, rantai samping aromatis,
gugus inti dan agregat protein. Sejumlah metode UV-visibe untuk penetapan kadar
protein sebagi berikut :
a. Pengukuran langsung pada 280nm.
Tryptophan dan tyrosine mengabsorbsi kuat cahaya uv pada 280 nm. Kandungan
tryptophan dan tyrosine berbagai protein umumnya konstan sehingga serapan larutan
protein pada 280 nm dapat digunakan untuk menentukan kadarnya. Keuntungan
metode ini karena sederhana untuk dilakukan, non-destruktif, dan tidak dibutuhkan
reagen khusus. Namun pengukuran dengan metode ini juga memiliki
kerugian
utama yaitu asam nukleat juga mengabsorbi kuat pada 280 nm sehingga
mengganggu pengukuran protein jika ada dalam kadar yang bermakna. Namun
demikian, metode ini telah berkembang untuk mengatasi masalah ini, antara lain
dengan pengukuran serapan pada dua panjang gelombang yang berbeda.
b. Metode Biuret
Warna violet akan terbentuk bila ion cupri (Cu2+) berinteraksi dengan ikatan peptida
dalam suasana basa. Reagen biuret, yang mengandung semua bahan kimia yang diperlukan untuk
analisis sudah tersedia di pasaran. Reagen ini dicampurkan dengan larutan protein,
didiamkan 15-30 menit, kemudian diukur serapannya pada 540 nm. Keuntungan
utama dari teknik ini adalah tidak adanya gangguan dari senyawa yang menyerap
pada panjang gelombang yang lebih rendah. Teknik ini kurang sensitif
terhadap jenis protein karena absorpsi yang terjadi melibatkan ikatan peptida yang
ada di semua protein, bukan pada gugus samping spesifik.
c. Metode Lowry
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (FolinCiocalteau phenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam
protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di
sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi
tinggi dan sebuah puncak besar di sekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah. Metode ini lebih sensitif
untuk protein dengan konsentrasi rendah dibanding metode biuret.
d. Metode pengikatan pewarna
Pewarna dengan muatan negatif (anion) ditambahkan dalam jumlah berlebih pada
larutan protein yang pH nya telah disesuaikan sehingga protein menjadi bermuatan
positif (misalnya dibuat di bawah titik isoelektrik). Protein membentuk kompleks tak
larut dengan pewarna karena interaksi elektrostatik antar molekul, tapi masih tersisa
pewarna tak terikat yang larut. Pewarna anion berikatan dengan gugus kation dari
residu asam amino basa (histidine, arganine dan lysine) dan pada gugus asam amino
bebas di ujung. Jumlah pewarna tak terikat yang tersisa setelah kompleks proteinpewarna dipisahkan (misalnya dengan sentrifugasi) ditentukan dengan pengukuran
serapan. Jumlah protein yang ada di larutan awal berhubungan dengan jumlah
pewarna yang terikat :
(
e. Metode Turbimetri
Molekul protein yang umumnya larut dapat dibuat mengendap dengan penambahan
senyawa kimia tertentu, seperti asam trikloroasetat. Pengendapan protein
menyebabkan larutan menjadi keruh, sehingga konsentrasi protein dapat ditentukan
dengan mengukur derajat kekeruhan (turbiditas).
Alat
Bahan
Jumlah
UV-Vis
1 buah
Tabung reaksi
9 buah
(0,8 gram)
Labu ukur 10 mL
1 buah
Aquades
1 buah
Reagen biuret
Pro pipet
1 buah
Pipet tetes
secukupnya
2.
Pembuatan Standar
1 mL protein
standar 1 mg
1 mL protein
standar 2 mg
1 mL protein
standar 3 mg
- Masing-masing ditambahkan 4 mL
reagen biuret
- Dikocok
- Diinkubasi selama 10 menit pada
suhu 400C
Warna larutan
menjadi ungu yang
stabil/sempurna
- Diukur absorbansi dengan =520 nm
Nilai absorbansi dari
masing-masing
larutan standar protein
3.
4.
1 mL protein
standar 4 mg
1 mL protein
standar 5 mg
VIII.
No.
1.
HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan
Persiapan sampel
0,8 gram Sampel
Putih Telur
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL
- Di tambahkan aquades untuk
diencerkan
Hasil Pengamatan
- Warna putih telur :
jernih, berlendir
Dugaan/Reaksi
Kesimpulan
- Setelah diencerkan :
jernih dan keruh
Larutan sampel
2.
absorbansinya
3.
4.
- Aquades:
tidak - Larutan blanko tidak
mengandung protein
berwarna
- Biuret : biru
- Aquades + biuret:
biru
- Setelah
diinkubasi
dan didinginkan: biru
muda jernih
- Nilai
absorbansi:
0,000
- Terbentuknya
warna
ungu pada ketiga larutan
sampel
telur
ayam
kampung membuktikan
bahwa larutan tersebut
mengandung
protein
ketika
diuji
dengan
reagen biuret
- Nilai absorbansi :
Tabung A : 0,048
Tabung B : 0,050
Tabung C : 0,066
- Nilai
0,000
NH 2
C
+ Cu2+
NH
C
R
O
O
H
C
CH
H
N
H
N
Cu
N
H
N
H
H
C
HC
absorbansinya:
10
11
Sampel
blanko
standar 1
standar 2
standar 3
standar 4
standar 5
Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206
Dari data konsentrasi dan absorbansi diatas, dapat kita buat kurva larutan
standarnya seperti berikut ini :
Konsentrasi vs Absorbansi
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955
absorbansi
0.2
0.15
conc vs abs
0.1
konsentrasi
Dari kurva larutan standar protein diatas dapat kita ketahui persamaan kurva
standarnya yaitu y = 0,0398x + 0,0034 yang nantinya akan digunakan untuk
menghitung kadar protein dalam larutan blanko dan larutan sampel.
Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227
0.048
0.05
Dari tabel nilai absorbansi larutan sampel diatas maka diperoleh kadar
protein dalam sampel putih telur ayam kampung sebesar 13,738 % dengan
bantuan persaman regresi linier dari kurva larutan standar. Pada percobaan ini
menggunakan 3 kali replikasi namun yang digunakan hanya menggunakan 2
sampel larutan protein yang sama. Hal ini dikarenakan larutan sampel pada
replikasi ketiga memiliki nilai absorbansi yang berbeda jauh dengan replikasi
pertama dan kedua, sehingga dapat mempengaruhi kadar protein dalam larutan
sampel.
13
NH 2
C
O
2+
+ Cu
NH
C
Biuret
H
C
CH
H
N
H
N
Cu
N
H
N
H
H
C
HC
Ungu
KESIMPULAN
1. Uji Biuret digunakan untuk menentukan konsentrasi protein.
2.
Prinsip metode Biuret adalah reaksi protein dengan Cu2+ pada suasana basa
menghasilkan larutan yang berwarna ungu dan pengukuran absorbansi
spektrofotometrik diukur pada 520 nm.
3.
4.
Kadar protein dalam larutan sampel sebesar 13,738 % atau setara dengan 0,137
mg/mL artinya tiap milliliter larutan sampel tersebut terdapat 0,137 miligram
protein.
5.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Butlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva standar
tersebut tentukan kadar protein sampel !
Jawab:
Sampel
blanko
standar 1
standar 2
standar 3
standar 4
standar 5
Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
14
Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206
Konsentrasi vs Absorbansi
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955
absorbansi
0.2
0.15
conc vs abs
0.1
konsentrasi
Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227
0.048
0.05
Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :
2.
15
Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :
Jadi:
2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap reaksi biuret ? jika
benar demikian, bagaimana menentukan kadar protein yang tercampur dengan
peptida ?
Jawab:
Peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi biuret, hal ini
dibuktikan dengan terbentuknmya kompleks berwarna ungu apabila biuret
bereaksi dengan ikatan peptida. Cara penentuan protein yaitu dengan
menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Karena ikatan peptida dapat
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang dapat dibaca oleh alat
tersebut. Sehingga dengan bantuan persamaan regresi linier dari kurva antara
konsentrasi vs absorbansi milik larutan standar dapat dihitung kadar dari larutan
sampel yang mengandung ikatan peptida tersebut.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. www.academia.edu/6160903/2._Penentuan_Kadar_Protein_Total. Diakses
tanggal 11 November 2014 pukul 20.46 WIB.
Anonim. Laporan Praktikum Penentuan Kadar Protein Metode Biuret.
https://www.scribd.com/doc/227254186/Laporan-Praktikum-Penentuan16
17
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pengenceran Larutan Standar
Sampel larutan standar protein diencerkan dalam labu ukur 10 mL
1.
2.
3.
4.
5.
Konsentrasi
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
18
Absorbansi
0.000
0.048
0.088
0.116
0.160
0.206
conc vs abs
0.25
y = 0.0398x + 0.0034
R = 0.9955
absorbansi
0.2
0.15
conc vs abs
0.1
konsentrasi
Konsentrasi Absorbansi
1.172
1.227
0.048
0.05
1.
Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :
19
2.
Massa sampel telur ayam kampung : 0,8334 gram = 833,4 mg, maka :
Jadi:
20
LAMPIRAN
Larutan blanko
(aquades ditambah 4
ml reagen biuret)
Penimbangan sampel
telur ayam kampung
21
22