Anda di halaman 1dari 5

MELONTAR JUMRAH

Salah satu ritual yang statusnya wajib dilakukan setiap jamaah yang tidak berhalangan
kondisi fisiknya adalah melontar jumrah. Melontar jumrah adalah salah satu ibadah wajib bagi
Jemaah haji yang menguras fisik dan tidak jarang menimbulkan resiko bagi keselamatan mereka.
Melontar jumrah (ramyul jimaar) dimulai saat matahari tergelincir waktu Zhuhur.
Rentang masa diperbolehkannya melontar jumrah ini hingga tengah malam.
Adapun tata cara jumrah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya
adalah:
1. Jumrah dimulai dari Ula, Wustha, dan Aqabah.
2. Menggunakan batu kerikil (hisha). Batu yang diperbolehkan adalah kerikil sebesar buku
jari. Tidak boleh menggunakan batu besar, khawatir akan mencelakai orang lain. Jumlah
batu yang diperlukan bagi mereka yang Nafar Awal adalah 49 batu, sedangkan mereka
yang Nafar Tsani memerlukan 70 batu.
3. Mengucap takbir setiap kali melontar.
4. Melontar kerikil tujuh kali pada setiap jumrah. Mengucap takbir dan melontar kerikil.
5. Batu kerikil harus tepat mengenai tugu jumrah dan masuk ke dalam lubang.
6. Berdoa setiap kali menyelesaikan lontaran pada setiap jumrah.
7. Melontar dengan memposisikan Mina ada di sebelah kanan dan Baitullah di sebelah kiri
tubuh.

Tips aman melempar Jumroh


1. Hukumnya wajib bagi para jamaah untuk tetap menjalankan ibadah ini bagaimana
pun kondisi anda
2. JIka sedang sakit atau tidak bisa jalan,gunakan kursi roda atau tandu menuju tempat
jumrah
3. Ikuti jadwal lempar jumrah yang telah ditentukan oleh pengurus maktab.
4. Umumnya jamaah Indonesia melontar jumrah pada saat sore dan fajar.

5. Hindari waktu afdal(utama)karena waktu tersebut sangat beresiko.Usahakan


melontarkan jumrah sesuai waktu yang telah di jadwalkan dan di lakukan bersama
rombongan.
6. Ambillah waktu ikhtiar(saat tidak terlalu ramai).Lakukan pada saat sore samapi
malam.
7. Pilihlah waktu fajar,selain waktu afdal dan iktiar,lempar jumrah bisa dilakukan saat
terbit fajar pada hari yang bersangkutan.Usai melempar jumrah biasanya kita masih
sempat melaksanakan shalat subuh di tenda.Bagi jamaah haji yang nafar awal
melontar jumrah dilakukan pada tanggal 11 dan 12 dzulhijjah,sedangkan jammah haji
yang nafar tsani melontar jumrah pada tanggal 11,12 dan 1 dzulhijjah.
8. Bergegaslah saat berada di terowongan mina.meski sudah di buat satu jalur dan
sirkulasi uadara bagus namun kepadatan jamaah bisa membuat udara pengap,terlebih
saat turun hujan,karena jamaah dari timur tengah yang tidak mempunyai maktab akan
berteduh di dalam terowongan.
9. Kenakan sepatu sandal yang di lengkapi tali rumit.Karena padatnya jamaah sandal
tanpa tali rumit gampang terinjak oleh jamaah lain di belakangnya.Resiko jatuh atau
berselisih dengan jamaah lain bisa dihindarkan.
10. Bawa sebotol air minum karena jarak tenda dengan tiang jemarat 2-5 km.
11. Berangkat dari tenda ke tiang jamarat dan pulangnya lebih baik berkelompok.

MELONTAR JUMRAH DIPANDANG DARI SEGI ERGONOMIS


1. Suhu
Waktu para Jemaah gunakan untuk melontar jumrah adalah dari siang sampai
malam, dimana suhu saat siang yang sangat panas kurang lebih 450C, ini dapat
menimbulkan kulit kering, suhu tubuh naik, heat stroke, bahkan sampai pingsan. Pada
malam hari suhunya bisa mencapai 8 hingga -2oC ini dapat mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah sehingga ini sangat berbahaya bagi penderita tekanan darah tinggi, juga
dapat menyebabkan kekeringan pada kulit.
2. Kebisingan

Batas ambang pendengaran manusia normal adalah 120 dB, pada 120 dB ini telinga
akan merasakan sakit
Kebisingan menurut Keputusan Menteri Lingkungan hidup RI No. 48/1996
ada;ah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan yang durasi, intensitas dan
kualitasnya menyebabkan berbagai dampak terhadap fisiologi atau psikologis manusia
serta makhluk lainnya (Setijati Hediyono, 2003)
Berdasarkan Permenkes No. 78/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut dengan
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan
atau membahayakan kesehatan.

3. Ukuran Tempat
Luas tempat untuk melontar jumrah kurang lebih 183.000 meter dengan tinggi 48
meter dan terbagi menjadi 4 lantai. Jumlah jamaah haji tiap tahunnya kurang lebih
2.408.849 orang. Jika diperkirakan, satu orang jamaah haji hanya mendapat tempat seluas
0.076 meter untuk berdiri. Berada di tempat yang terlalu sempit dapat menyebabkan
gangguan pada pernapasan sehingga seseorang bisa mengalami sesak napas bahkan
kematian.
4. Usia
Data perbandingan jumlah Jemaah haji berdasarkan kelompok usia tahun 20062008 adalah kurang dari 50 tahun (50,6 %, 52,3% dan 43%) dan diatas 50 tahun adalah
(49,4%, 47,7%, dan 57%). Factor degeneratif dapat menyebabkan penyakit sistem
pernapasan, penyakit sistem otot, tulang dan jaringan, penyakit sistem sirkulasi, dan
penyakit sistem pencernaan.
5. Postur (Ukuran Tubuh)
Perbedaan postur yang sangat menonjol antara jamaah dari Indonesia dengan
jamaah dari negara lain menyulitkan jamaah dari Indonesia pada saat ibadah Haji
khususnya pada saat prosesi Lontar Jumrah. Hal ini dilihat dengan sulitnya jamaah asal
Indonesia untuk mencapai bagian depan untuk Lontar Jumrah karena berdesak-desakan
dengan jamaah dari negara lain yang postur tubuhnya lebih besar dan tinggi. Hal ini dapat
di tangani dengan diberikannya jadwal oleh panitia penyelenggara haji untuk
menghindari massa yang terlalu banyak saat prosesi Lontar Jumrah. Dengan diberikannya
jadwal, jamaah yang ingin melakukan prosesi Lontar Jumrah bisa sedikit terbantu karena
jumlah massa yang teratur sesuai dari negara mana ia berasal.

PERAN FISIOTERAPI DALAM PROSES LEMPAR JUMRAH


Peranan Fisioterapi Ketika ada keluhan setelah melakukan kegiatan Lempar Jumrah
Ketika melakukan lempar jumrah, terkadang ada beberapa gangguan yang dapat terjadi.
Diantaranya

1. Dislokasi
2. Spasme otot shoulder, Elbow, dan Wrist
3. Gangguan pernapasan
4. Dehidrasi
5. Sprain dan strain
6. Dll
Sebagai seorang fisioterapis, ada beberapa jenis penanganan yang bisa diberikan untuk jamaah
haji yang mendapat kasus seperti yang disebut diatas, seperti
1. Untuk penderita dislokasi ketika sedang melempar jumrah, kita bisa memberikan RICE, dan
exercise, dan traksi untuk mengembalikan posisi sendi ke tempat semula
2. Untuk Spasme otot, bisa diberikan massage dan pemberian alat seperti interferensi, sehingga
nyerinya dapat berkurang
3. Gangguan pernapasan, seperti sesak karena padat, dan keramaian, kita bisa memberikan
breathing exercise
4. Dehidrasi, kita bisa meingatkan kembali ke jemaah haji, untuk membawa air ketika hendak
melakukan lempar jumrah
5. Sprain dan Strain, bisa diberi juga exercise therapy dan pereda nyeri

Anda mungkin juga menyukai