Anda di halaman 1dari 118

Pelaku Hukum dan

Kedudukan Hukum
Para Pelaku Hukum
&
Obyek Hukum

Antoni
(1306381502)
Kamaruddin
(1306378400)
M. Irham Kurniawan (1306381572)

Istilah Hukum
Ada dua kelompok norma hukum yang dikenal dalam sistem hukum
Indonesia, yaitu :
1. Kelompok Norma Hukum Privat (Hukum Perdata)
2. Kelompok Norma Hukum Publik
Hukum privat sering juga disebut Hukum Sipil atau Hukum
Perdata. Perkataan Perdata lazim dipakai untuk membedakan atau
sebagai lawan ...Hukum Pidana
Mengenal istilah Hukum Perdata, ada juga yang memakai istilah
Hukum Sipil untuk hukum privat materiil, akan tetapi perkataan
sipil juga lazim dipakai sebagai lawan militer. Oleh karena itu
lebih baik memakai istilah Hukum Perdata untuk segenap
peraturan hukum privat materiil.

Pengertian Hukum Perdata Menurut Para


Ahli
Prof. H.R. Sardjono:
Hukum Perdata ialah norma atau kaidah-kaidah yang menguasai manusia
dalam masyarakat dalam hubungannya terhadap orang lain, dan Hukum
Perdata pada dasarnya menguasai kepentingan perseorangan. Hukum Perdata
mengatur hubungan antara orang dengan orang atau badan hukum dalam
pergaulan kemasyarakatan mereka.

Prof. R. Subekti:
Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua hukum privat materiil
yaitu segala hukum pokok yang mengatur mengenai kepentingan-kepentingan
perseorangan.

Prof. Wahyono Darmabrata, S.H:


Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara
orang/badan hukum yang satu dengan orang/badan hukum yang lain di dalam
pergaulan masyarakat dengan menitik beratkan kepada kepentingan
perseorangan (pribadi/badan hukum).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(Burgerlijk Wetboek)
Oleh Prof. R.Subekti, S.H. & R.Tjitrosudibio
TERDIRI DARI 4 BUKU

BUKU I
VAN PERSONEN
(TENTANG ORANG)

BUKU III
VAN VERBINSISSEN
(TENTANG PERIKATAN)

BUKU II
VAN ZAKEN
(TENTANG KEBENDAAN)

BUKU IV
VAN BEVIJS EN VERJARING
(TENTANG PEMBUKTIAN DAN
DALUWARSA)

Buku I
Tentang Orang

KUH Perdata Buku ke-1


Tentang Orang
Bab-1 : Tentang menikmati dan kehilangan hakhak kewarganegaraan(berlaku bagi golongan
Timur Asing) :
Menikmati hak perdata tidaklah bergantung pada
hak kenegaraan
Anak dalam kandungan seorangf
perempuan,dianggap sebagai telah dilahirkan,mati
sewaktu dilahirkannya,dianggap tidak pernah ada
Tiada suatu hukuman pun mengakibatkan kematian
perdata/kehilangan segala hak kewarganegaraan

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)

Bagian ke satu : Tentang register-register


catatan sipil umunya
Register-register buat kelahiran,pemberitahuan
kawin,izin kawin,perkawinan,perceraian,dan
kematian bagi orang bangsa Eropa di seluruh
Indonesia.
Pegawai yang diwajibkan menyelenggarakan
register-register tersebut ,dinamakan pegawai
catatan sipil

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)

Presiden,setelah mendengar
MA,menentukan dengan peraturan
tersendiri,berdasar atas ketentuanketentuan UU Belanda tentang pencatatan
sipil,tempat-tempat dimana,oleh siapa-siapa
dan dengan cara bagaimana registerregister itu harus diselenggarakan

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)

Bagian kedua : Tentang namanama,perubahan nama-nama dan perubahan


nama-nama depan(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)
Isinya terkait larangan mengubah atau
menambah nama keturunannnya,tanpa izin
dari Presiden
Izin tersebut bisa diperoleh setelah lewat 4
bulan,terhitung mulai hari permintaan dalam
Berita Negara diumumkannya

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)

Larangan mengubah atau menambah nama


depannya tanpa izin dari Pengadilan Negeri
tempat tinggalnya
Bila dapat izin,maka surat penetapannya
harus disampaikan kepada pegawai catatan
sipil tempat kelahiran si peminta

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)
Bagian ketiga : Tentang pembetulan akta-akta
catatan sipil dan tentang penambahan di dalamnya(
Tak berlaku bagi gol Timur Asing
Jika register-register tak pernah ada/telah
hilang,diubah,sobek,dimatikan,digelapkan,atau
dirusak;jika beberapa akta tiada di dalamnya,jika
akta yang telah dibukukan memperlihatkan telah
terjadinya kekhilafan,kekurangan atau kekeliruan
lainnya,bisa dijadikan alasan untuk mengadakan
penambahan/pembetulan dalam register itu

Bab-2 : Tentang akta-akta catatan sipil(tak


berlaku bagi golongan Timur Asing)

Permintaan itu hanya boleh dimajukan


kepada Pengadilan Negeri,yang mana dalam
daerah hukumnya register itu nyata telah
,atau sedianya harus diselenggarakan

Bab-3 : Tentang tempat tinggal atau domisili


(Berlaku bagi golongan Timur Asing)

Setiap orang dianggap mempunyai tempat


tinggal(dalam hal tak ada tempat tinggal
demikian,maka tempat kediaman sewajarnya
dianggap sebagai tempat tinggal)
Perpindahan tempat tinggal dilakukan dengan
memindahkan rumah kediamannya ke tempat
lain,ditambah maksud akan menempatkan
Maksud tersebut disampaikan kepada kepala
pemerintah baiik di temapat asal maupun di
tempat tujuan

Bab-3 : Tentang tempat tinggal atau domisili


(Berlaku bagi golongan Timur Asing)

Dalam hal tidak ada pemberitahuan,bukti


tentang adanya maksud akan itu
disimpulkan dari keadaan-keadaan.

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Ketentuan umum,UU Memandan soal


perkawinan hanya dalam hubungan
perdata.

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)
Bagian kesatu : Tentang syarat dan segala sesuatu
yang harus dipenuhi supaya dapat berkawin( Tak
berlaku bagi golongan Timur Asing).
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya
diperbolehkan mempunyai 1 orang
perempuan,begitu sebaliknya.
Asas perkawinan menghendaki adnya kebebasan
kata sepakat antara kedua calon suami-istri
Seorang jejaka yang belum berumur 18 tahun dan
dan gadis berumur 15 tahun,dilarang melakukan
perkawinan.Terkecuali Presiden memberikan
dispensasi.

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Perkawinan dilarang dalam satu pertalian


keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah,baik karena kelahiran yang sah,tak
sah,perkawinan,dan dalam garis
menyimpang antara saudara laki dan
saudara perempuan,sah atau tak sah

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Perkawinan dilarang juga antara :


Ipar laki dan perempuan
Anatara paman/paman orangtua dan anak
perempuan saudara/cucu perempuan
saudara

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Berdasarkan putusan hakim telah


dinyatakan berzinah tidak diperbolehkan
kawin dengan kawan berzinahnya
Seorang perempuan tak diperbolehkan
menikah lagi,kecuali lewat waktu 300 hari
semenjak perkawinan di bubarkan

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Bagian kedua : Tentang acara yang harus


mendahului perkawinan (Tak berlaku bagi
golongan Timur Asing)
Semua orang yang hendak kawin,harus
memberitahukan kehendak itu kepada
pegawai catatan sipil
Pemberitahuan baik sendiri,maupun dengan
surat-surat harus dilakukan

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)
Bagian ketiga : Tentang mencegah perkawinan
(Tak berlaku bagi golongan Timur Asing )
Bapak/ibu diperbolehkan mencegah perkawinan
dalam hal :
Masih belum dewasa
Telah dewasa dan belum mencapai umur genap 30
tahun
Ketidaksempurnaan akal budi
Tak memenuhi syarat perkawinan
Pengumuman kawin tidak telah berlangsung
Boros tabiat

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Bagian keempat : Tentang melangsungkan


perkawinan ( tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)
Sebelum melakukan perkawinan ,pegawai
catatan sipil harus meminta supaya
diperlihatkan kepadanya :
Akta kelahiran
Akta yang dibuat oleh seorang pegawai catatan
sipil
Akta yang memperlihatkan adanya perantara
Pengadian Negeri

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Akta kematian suami/istri yang dahulu,akta


perceraian
Akta kematian
Dispensasi
Izin bagi perwira dan militer rendahan

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Bagian kelima : Tentang perkawinan yang


dilangsungkan di luar Indonesia(Tidak
berlaku bagi gol Timur Asing
Perkawinan yang dilangsungkan di luar
Indonesia baik antara WNI dengan warga
negara lain ,adalah sah

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Bagian keennam : Tentang kebatalan


perkawinan (Tak berlaku bagi gol.Timur)
Kebatalan perkawinan hanya dapat
dinyatakan oleh Hakim

Bab-4 : Tentang perkawinan(Tak berlaku bagi


golongan Timur Asing)

Bagian ketujuh : Tentang bukti adanya


perkawinan(Taak berlaku bagi golongan
Timur Asing )
Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan
akta perlangsungan perkawinan

Bab ke-5 : Tentang hak dan kewajiban suami


dan istri ( Tak berlaku bagi golongan Timur
Asing)

Suami dan istri, mereka harus setia


mensetiai,tolong-menolong dan bantu
membantu
Setiap suami adalah kepala dalam persatuan
suami-istri

Bab ke-5 : Tentang hak dan kewajiban suami


dan istri ( Tak berlaku bagi golongan Timur
Asing)

Sebagai kepala,berwajiblah ia memberi


bantuan kepada istrinya,menghadap untuknya
di muka Hakim.Mengemudikan urusan harta
kekayaan,tidak boleh
memindahtangankan/membebani harta
kekayaan.
Setiap istri harus tunduk patuh pada suaminya
Ia berwajib tinggal bersama suami dalam satu
rumah

Bab ke-6 : Tentang persatuan harta kekayaan


menurut undang-undang dan
pengurusannya(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)

Bagian kesatu : Tentang persatuan harta


kekayaan menurut undang-undang dan
pengurusannya
Berlakunya persatuan bulat antara harta
kekayaan suami dan istri saat perkawinan
dilangsungkan
Laba persatuan itu meliputi harta kekayaan
suami dan istri,bergerak dan tak bergerak,baik
yang sekarang maupun kemudian,maupun
yang diperoleh cuma-cuma

Bab ke-6 : Tentang persatuan harta kekayaan


menurut undang-undang dan
pengurusannya(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)

Beban-bebannya,persatuan itu meliputi


segala utang suami-istri masing-masing
yang terjadi baik sebelum,maupun
sepanjang perkawinan

Bab ke-6 : Tentang persatuan harta kekayaan


menurut undang-undang dan
pengurusannya(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)

Bagian kedua : Tentang pengurusan harta


kekayaan persatuan ( tak berlaku bagi
golongan Timur Asing)
Suami harus mengurus harta kekayaan
persatuan,diperbolehkan
menjual,memindahtangankan,dan membebani
tanpa campur tangan si istri(kecuali si suami
berada dalam keadaan tak hadir/tak mampu
menyatakan kehendaknya)

Bab ke-6 : Tentang persatuan harta kekayaan


menurut undang-undang dan
pengurusannya(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)

Bagian ketiga : Tentang pembubaran


persatuan dan tentang hak melepaskan diri
dari itu(Tak berlaku bagi gol.Timur Asing)
Persatuan demi hukum jadi bubar :
1. Kematian
2. Berlangsungnya suatu perkawinan
3. Perceraian
4. Perpisahan meja&ranjang
5. Perpisahan harta benda

Bab ke-6 : Tentang persatuan harta kekayaan


menurut undang-undang dan
pengurusannya(Tak berlaku bagi golongan
Timur Asing)

Setelah bubarnya persatuan, maka harta


benda kesatuan dibagi 2 antara suami dan
istri/antara para ahli waris masing-masing.
Setelah persatuan dibubarkan ,suami boleh
ditagih karena utang-utang persatuan

Bab ke-7 : Tentang perjanjian perkawinan (Tak


berlaku bagi gol.Timur Asing)
\

Bagian kesatu : Tentang perjanjian


perkawinan umumnya
Dengan mengadakan perjanjian
perkawinan,kedua calon suami-istri berhak
menyiapkan beberapa penyimpangan dari
peraturan perundang-undang sekitar
persatuan harta kekayaan,asal tidak
menyalahi tata susila

Bab ke-7 : Tentang perjanjian perkawinan (Tak


berlaku bagi gol.Timur Asing)

Bagian kedua : Tentang persatuan untung


dan rugi dan persatuan hasil dan
pendapatan.
Suami dan istri mendapat keuntungan
persatuan dan memikul kerugiannya
masing-masing setengah bagian
Yang dinamakan keuntungan dalam
persatuan suami-istri ialah tiap-tiap
bertambahnya harta kekayaan mereka
sepanjang perkawinan

Bab ke-7 : Tentang perjanjian perkawinan (Tak


berlaku bagi gol.Timur Asing)

Bagian ketiga : Tentang hibah antara


kedua calon suami-istri
Dalam mengadakan perjanjian
perkawinan,kedua calon suami-istri
diperbolehkan memberi setiap hibah
Hibah terdiri atas harta benda yang telah
tersedia

Bab ke-7 : Tentang perjanjian perkawinan (Tak


berlaku bagi gol.Timur Asing)

Bagian keempat : Tentang hibah yang


dilakukan kepada kedua calon suami-istri
atau kepada anak-anak dari perkawinan
mereka

Bab ke-8 : Tentang persatuan atau perjanjian


perkawinan dalam perkawinan untuk kedua
kali atau selanjutnya

Dalam perkawinan untuk kedua kali dan


selanjutnya

Bab ke-9 : Tentang perpisahan harta kekayaan

Sepanjang perkawinan setiap istri berhak


memajukan tuntutan kepada Hakim akan
pemisahan harta kekayaan dalm hal :
1. Kelakuan suami yang tak baik
2. Tak adanya ketertiban dan cara yang
baik dalam mengurus harta kekayaan si
suami sendiri

Bab ke-9 : Tentang perpisahan harta kekayaan

Tuntutan akan pemisahan harta ke


kayaan harus diumumkan terang-terangan
Pihak berpiutang kepada si suami berhak
menyampurkan diri dalam perkara

Bab Ke X Tentang Pembubaran Perkawinan


Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong
Hoa, berlaku bagi golongan Tiong Hoa
Menurut Pasal 199. Perkawinan bubar.
Perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau
tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.
Undang-undang tidak membolehkan perceraian dengan permufakatan
saja antara suami dan isteri, tetapi harus ada alasan yang sah.
1. oleh kematian;
2. oleh tidak hadirnya si suami atau si isteri selama sepuluh
tahun, yang disusul oleh perkawinan baru isteri atau
suaminya,
3. oleh keputusan Hakim setelah pisah meja dan ranjang
dan pendaftaran Catatan Sipil, dan
4. oleh perceraian

Bab Ke X Tentang Pembubaran


Perkawinan
Sementara pada Pasal 209. Alasan-alasan yang dapat
mengakibatkan perceraian adalah dan hanyalah sebagai
berikut;
1e. Zinah,
2e. Meninggalkan tempat tinggal bersama sengan itikad
jahat,
3e. Penghukuman dengan hukuman penjara lima tahun
lamanya,
4e. Melukai berat atau menganiaya.

Bab XI Tentang Perpisahan Meja dan Ranjang


Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa

1.

2.

Perpisahan meja dan tempat tidur adalah perpisahan antara suami


dan isteri yang tidak mengakhiri pernikahan. Akibat yang terpenting
adalah meniadakan kewajiban bagi suami-isteri untuk tinggal
bersama, walaupun akibatnya di bidang hukum harta benda adalah
sama dengan perceraian. Dengan demikian, perkawinan belum
menjadi bubar dengan adanya perpisahan meja dan tempat tidur.
Cara-cara pengajuan perpisahan meja dan tempat tidur Alasan-alasan

suami-isteri mengajukan permohonan perpisahan meja dan tempat tidur


adalah:
Semua alasan untuk perceraian, seperti: zinah, ditinggalkan dengan
sengaja, penghukuman, penganiayaan berat, cacad badan/penyakit pada
salah satu pihak, suami-isteri terus-menerus terjadi perselisihan (Pasal -233
ayat 1);
Berdasarkan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, penganiayaan
dan penghinaan kasar, yang dilakukan oleh pihak yang satu terhadap pihak
yang lain (Pasal 233 ayat 2).

Bab XI Tentang Perpisahan Meja dan Ranjang

1.

2.

Cara pengajuan permohonan, pemeriksaan dan pemutusan hakim


terhadap perpisahan meja dan tempat tidur adalah dengan cara
yang sama dengan seperti dalam hal perceraian (Pasal 234). Di
samping itu, perpisahan meja dan tempat tidur ini dapat diajukan
tanpa alasan, dengan syarat:
Perkawinan harus telah berjalan 2 tahun atau lebih (Pasal 236 ayat
2);
Suami dan isteri harus membuat perjanjian dengan akta otentik
mengenai perpisahan diri mereka, mengenai penunaian kekuasaan
orang tua, dan mengenai usaha pemeliharaan serta pendidikan
anak-anak mereka (Pasal 237 ayat 1).

Bab XI Tentang Perpisahan Meja dan Ranjang

1.

2.

3.
4.
5.

Akibat dari perpisahan meja dan tempat tidur


Akibat dari perpisahan meja dan tempat tidur ini adalah:
Suami-isteri dapat meminta pengakhiran pernikahan di muka pengadilan,
apabila perpisahan meja dan tempat tidur di antara mereka telah berjalan 5
tahun dengan tanpa adanya perdamaian (Pasal 200);
Pembebasan dari kewajiban bertempat-tinggal bersama (Pasal 242);
Berakhirnya persatuan harta kekayaan (Pasal 243);
Berakhirnya kewenangan suami untuk mengurus harta kekayaan isteri
(Pasal 244).

Batalnya perpisahan meja dan tempat tidur

Perpisahan meja dan tempat tidur demi hukum menjadi batal apabila
suami-isteri rujuk kembali dan semua akibat dari perkawinan antara suamiisteri hidup kembali, namun semua perbuatan perdata dengan pihak ketiga
selama perpisahan tetap berlaku (Pasal 248 KUHPdt).

Bab XII Tentang Kebapakan dan Keturunan


Anak-Anak
Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa
Anak-anak Sah
Anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan, memperoleh
suami sebagai bapaknya
Pada Pasal 251 menjelaskan bahwa Sahnya anak yang dilahirkan
sebelum hari keseratus delapan puluh dari perkawinan, dapat
diingkari oleh suami. Namun pengingkaran itu tidak boleh dilakukan
dalam hal-hal berikut:
1.
bila sebelum perkawinan suami telah mengetahui kehamilan itu;
2.
bila pada pembuatan akta kelahiran dia hadir, dan akta ini
ditandatangani olehnya, atau memuat suatu keterangan darinya
yang berisi bahwa dia tidak dapat menandatanganinya;
3.
bila anak itu dilahirkan mati.

Bab XII Tentang Kebapakan dan Keturunan


Anak-Anak
Pengesahan Anak-anak Luar Kawin
Dalam pasal 272 dijelaskan bahwa Anak di luar kawin, kecuali yang
dilahirkan dari perzinaan atau penodaan darah, disahkan oleh
perkawinan yang menyusul dari bapak dan ibu mereka, bila sebelum
melakukan perkawinan mereka telah melakukan pengakuan secara sah
terhadap anak itu, atau bila pengakuan itu terjadi dalam akta
perkawinannya sendiri.
Pada pasal 275 dapat juga disahkan anak di luar kawin
yang telah diakui menurut undang-undang:
1.
bila anak itu lahir dari orangtua, yang karena kematian salah
seorang dari mereka, perkawinan mereka tidak jadi dilaksanakan;
2.
bila anak itu dilahirkan oleh seorang ibu, yang termasuk golongan
Indonesia atau yang disamakan dengan golongan itu; bila ibunya
meninggal dunia atau bila ada keberatan-keberatan penting
terhadap perkawinan orang tua itu, menurut pertimbangan
Presiden.

Bab XIII Tentang Kekeluargaan Sedarah dan


Semenda
Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa

Menurut pasal 290, Kekeluargaan sedarah adalah


pertalian kekeluargaan antara orang-orang dimana yang
seorang adalah keturunan dan yang lain, atau antara
orang-orang yang mempunyai bapak asal yang sama.
Hubungan kekeluargaan sedarah dihitung dengan
jumlah kelahiran, setiap kelahiran disebut derajat.
Sedangkan Kekeluargaan semenda menurut pasal 295
adalah satu pertalian kekeluargaan karena perkawinan,
yaitu pertalian antara salah seorang dari suami isteri dan
keluarga sedarah dari pihak lain. Antara keluarga
sedarah pihak suami dan keluarga sedarah pihak isteri
dan sebaliknya tidak ada kekeluargaan semenda.

Bab XIV Tentang Kekuasaan Orang Tua


Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa
Akibat-akibat Kekuasaan Orangtua Terhadap Pribadi Anak
Menurut pasal 298 tercantum bahwa setiap anak, berapa pun
juga umurnya, wajib menghormati dan menghargai
orangtuanya.Orangtua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
mereka yang masih di bawah umur. Kehilangan kekuasaan orangtua
atau kekuasaan wali tidak membebaskan mereka dari kewajiban untuk
memberi tunjangan menurut besarnya pendapat mereka guna
membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak-anak mereka itu.
Akibat-akibat Kekuasaan Orangtua Terhadap Barang-barang Anak
Sedangkan di pasal 311 dijelaskan bahwa Bapak atau ibu yang
melakukan kekuasaan orangtua atau perwalian, berhak menikmati hasil
dan barang-barang anak-anaknya yang belum dewasa.Dalam hal
orangtua itu, baik bapak maupun ibu, dilepaskan dari kekuasaan
orangtua atau perwalian, kedua orangtua itu berhak untuk menikmati
hasil dan kekayaan anak-anak mereka yang masih di bawah umur.
Pembebasan bapak atau ibu yang melakukan kekuasaan orangtua atau

Bab XIV Tentang Kekuasaan Orang Tua


Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa
Akibat-akibat Kekuasaan Orangtua Terhadap Barang-barang Anak
Sedangkan di pasal 311 dijelaskan bahwa Bapak atau ibu yang
melakukan kekuasaan orangtua atau perwalian, berhak menikmati hasil
dan barang-barang anak-anaknya yang belum dewasa.Dalam hal
orangtua itu, baik bapak maupun ibu, dilepaskan dari kekuasaan
orangtua atau perwalian, kedua orangtua itu berhak untuk menikmati
hasil dan kekayaan anak-anak mereka yang masih di bawah umur.
Pembebasan bapak atau ibu yang melakukan kekuasaan orangtua atau
perwalian, sedang orangtua yang lainnya telah meninggal atau
dibebaskan atau dipecat dan kekuasaan orangtua atau perwalian tidak
berakibat terhadap hak menikmati hasil.

Bab XIVa Tentang Menentukan, Mengubah dan


Mencabut Tunjangan-Tunjangan Nafkah
Tak berlaku bagi golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa,
berlaku bagi golongan Tiong Hoa

Berdasarkan pasal 329a, bahwa nafkah yang diwajibkan menurut


buku ini, termasuk yang diwajibkan untuk pemeliharaan dan
pendidikan seorang anak di bawah umur, harus ditentukan menurut
perbandingan kebutuhan pihak yang berhak atas pemeliharaan itu,
dengan pendapatan dan kemampuan pihak yang wajib membayar,
dihubungkan dengan jumlah dan keadaan orang-orang yang
menurut buku ini menjadi tanggungannya.
Sedangkan penetapan mengenai tunjangan, atas tuntutan pihak
yang dihukum untuk membayar nafkah atau atas tuntutan pihak
yang harus diberi nafkah, boleh diubah atau dicabut oleh Hakim (ps
329b).

Bab XV Tentang Kebelumdewasaan dan


Perwalian
(Tidak Berlaku Bagi Golongan Timur Asing Bukan Tionghoa;Untuk
Kebelumdewasaan, Berlaku Ketentuan-ketentuan Golongan Timur
Asing IA sub c, yang Mengandung Ketentuan Yang Sama Seperti
Ketentuan Pasal Pasal 330 Alinea Pertama dan Kedua Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata)
Kebelumdewasaan
Yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila
perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu
tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa (ps 330).
Perwalian Pada Umumnya
Perwalian untuk anak-anak dari bapak dan ibu yang sama,
harus dipandang sebagai suatu perwalian, sejauh anak-anak itu
mempunyai seorang wali yang sama (ps 331).

Bab XV Tentang Kebelumdewasaan dan


Perwalian
Kebelumdewasaan
Yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila
perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu
tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa (ps 330).
Perwalian Pada Umumnya
Perwalian untuk anak-anak dari bapak dan ibu yang sama,
harus dipandang sebagai suatu perwalian, sejauh anak-anak itu
mempunyai seorang wali yang sama (ps 331).

Bab XV Tentang Kebelumdewasaan dan


Perwalian

Perwalian Oleh Ayah dan Ibu

Menurut pasal 345, bila salah satu dari orangtua meninggal dunia,
maka perwalian anak belum dewasa dipangku demi hukum oleh orangtua yang
masih hidup, sejauh orangtua itu tidak dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan
orangtua.

1.

2.

3.

Macam-macam Perwalian
Perwalian oleh suami atau istri yang hidup lebih lama, Pasal 345 sampai
Pasal 354 KUHPerdata. Namun pada Pasal ini tidak dibuat pengecualian
bagi suami istri yang hidup terpisah disebabkan perkawinan putus karena
perceraian atau pisah meja dan ranjang. Jadi, bila ayah setelah perceraian
menjadi wali maka dengan meninggalnya ayah maka si ibu dengan
sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut.
.Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau akta
tersendiri. Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali
atau memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau
perwalian tersebut memang masih terbuka.
Perwalian yang diangkat oleh Hakim.

Bab XV Tentang Kebelumdewasaan dan


Perwalian

1.

2.
3.

4.
5.

6.

Yang dapat meminta pembebasan untuk diangkat sebagai wali.


Dalam Pasal 377 (1) KUH Perdata, menyebutkan :
Mereka yang akan melakukan jawatan negara berada diluar
Indonesia.
Anggota tentara darat dan laut dalam menunaikan tugasnya.
Mereka yang akan melakukan jabatan umum yang terus menerus
atau untuk suatu waktu tertentu harus berada di luar propinsi.
Mereka yang telah berusia di atas 60 tahun.
Mereka yang terganggu oleh suatu penyakit yang lama akan
sembuh.
Mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau
semenda dengan anak yang dimaksud

Bab XV Tentang Kebelumdewasaan dan


Perwalian

1.

a.
b.
c.
d.
2.

a.
b.

Berakhirnya Perwalian :
Berakhirnya perwalian dapat ditinjau dari dua keadaan,yaitu :
Dalam hubungan dengan keadaan si anak, dalam hal ini perwalian
berakhir karena :
Si anak telah menjadi dewasa (meerderjarig).
Matinya si anak.
Timbulnya kembali kekuasaan orang tuanya.
.Pengesahan seorang anak di luar kawin yang diakui.
Dalam hubungan dan tugas wali, dalam hal ini perwalian dapat
berakhir karena :
Ada pemecatan atau pembebasan atas diri si wali.
Ada alasan pembebasan dan pemecatan dari perwalian (Pasal 380
KUHP Perdata).Syarat utama untuk pemecatan adalah .karena
lebih mementingkan kepentingan anak minderjarigen itu sendiri.

Bab XVI Tentang Beberapa


Perlunakan
Berlaku bagi bangsa Timur Asing, lain daripada Tiong Howa dan
Bangsa Tiong Hoa.

Pendewasaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 419


KUH Perdata.
Dengan melakukan perlunakan seorang anak belum
dewasa boleh dikatakan dewasa atau bolehlah diberikan
kepadanya hak kedewasaan yang tertentu
Yang mana perlu atas anak yang belum dewasa tersebut
dinyatakan dewasa dengan surat-surat pernyataan
dewasa (Venia Aetatis) yang diberikan oleh Presiden
setelah mendengarkan nasehat dari Makamah Agung
sebagaimana tersebut didalam Pasal 420 KUH Perdata.

Bab XVII Tentang Pengampuan


(Berlaku Bagi Seluruh Golongan Timur Asing)

a.
b.

c.

Diatur dalam Pasal 433 sampai dengan Pasal 462 Kitab


Undang-undang Hukum Perdata.
Menurut ps 433, yang dapat ditempatkan di bawah
pengampuan adalah orang yang telah dewasa yang
berada dalam keadaan keborosan. Sedangkan, yang
wajib ditempatkan di bawah pengampuan adalah orang
yang telah dewasa, yang selalu berada dalam keadaan:
dungu (Belanda: onnozelheid, Inggris: imbecility);
sakit ingatan (Belanda: krankzinnigheid, Inggris:
lunacy); atau
mata gelap (Belanda: razernij, Inggris: rage).

Bab XVII Tentang Pengampuan


(Berlaku Bagi Seluruh Golongan Timur Asing)

Fakta-fakta yang menunjukkan keadaan dungu, gila


(sakit ingatan), mata gelap atau keborosan, harus
disebutkan dengan jelas dalam surat permintaan,
dengan disertai bukti-bukti dan saksi-saksi yang dapat
diperiksa oleh hakim.
Pada keborosan haruslah ditinjau apakah pengeluaran
seseorang dibandingkan dengan penghasilan atau
kekayaannya sudah sampai pada taraf keterlaluan dan
tidak seimbang. Seseorang yang melakukan pengeluaran
yang tidak seimbang dengan kekayaannya walaupun
untuk tujuan sosial juga dapat dianggap sebagai
pemboros.

Bab XVIII Tentang Keadaan Tak Hadir


Berlaku bagi golongan Timur Asing lain daripada Tiong Hoa dan
golongan Tiong Hoa
Dalam Pasal 463 KUHPerdata disebutkan bahwa:
seseorang tidak hadir jika ia meninggalkan tempat tinggal nya tanpa
membuat suatu surat kuasa untuk mewakilinya dalam usahanya serta
kepentingannya atau dalam mengurus hartanya serta kepentingannya
atau jika kuasa yang diberikan tidak berlaku lagi

Dapat disimpulkan bahwa jika seseorang meninggalkan tempat


tinggal nya sedang ia tidak atau tidak sempurna mewakilkan
kepentingannya pada seseorang.

Bab XVIII Tentang Keadaan Tak Hadir


Berlaku bagi golongan Timur Asing lain daripada Tiong Hoa dan
golongan Tiong Hoa

Dalam KUH Perdata dikenal ada 3 masa (3 tingkatan)


keadaan tidak hadir seseorang, yaitu:

Pengambilan Tindakan Sementara


Masa ini diambil jika ada alas an-alasan yang mendesak untuk
mengurus seluruh atau sebagian harta kekayaannya. Tindakan
sementara ini dimintakan kepada Pengadilan Negeri oleh orangyang
mempunyai kepentingan terhadap harta kekayaannya.
Misalnya istrinya, para kreditur, sesame pemegang saham dan lainlain, juga jaksa dapat memohon tindakan sementara tersebut.
1.

Bab XVIII Tentang Keadaan Tak Hadir


Berlaku bagi golongan Timur Asing lain daripada Tiong Hoa dan
golongan Tiong Hoa

Dalam KUH Perdata dikenal ada 3 masa (3 tingkatan)


keadaan tidak hadir seseorang, yaitu:

Masa adanya kemungkinan sudah meninggal


Seseorang dapat diputuskan kemungkinan sudah meninggal jika:
Tidak hadir 5 tahun, bila tidak meninggalkan surat kuasa (Pasal 467
KUHPerdata), dimulai pada hari ia pergi tidak ada kabar yang diterima
dari orang tersebut atau sejak kabar terakhir diterima.
2.

Bab XVIII Tentang Keadaan Tak Hadir


Berlaku bagi golongan Timur Asing lain daripada Tiong Hoa dan
golongan Tiong Hoa

Dalam KUH Perdata dikenal ada 3 masa (3 tingkatan)


keadaan tidak hadir seseorang, yaitu:

Masa Pewarisan definitive


Masa ini terjadi apabila lewat 30 tahun sejak tanggal tentang mungkin
sudah meninggal atas keputusan hakim, atau setelah lewat 100 tahun
setelah lahirnya si tak hadir.
3.

1.
2.

3.

Akibat-akibat permulaan masa pewarisan definitive:


Semua jaminan dibebaskan
Para ahli waris dapat mempertahankan pembagian harta warisan
sebagaimana telah dilakukan atau membuat pemisahan dan
pembagian definitive.
Hak menerima warisan secara terbatas berhenti dan para ahli waris
dapat diwajibkan menerima warisan atau menolaknya.

Buku II
Tentang Kebendaan

Bab 1: Kebendaan dan tata cara membedabedakannya


Bagian ke satu: tentang kebendaan umumnya

499 : benda adalah tiap tiap barang dan tiap tiap hak,
yang dapat dikuasai oleh hak milik.
500 : segala apa yang karena hokum perlekatan
termasuk dalam sesuatu kebendaan, kesemuanya itu
adalah bagian dari kebendaan tadi.
502 : yang dinamakan hasil karena alam adalah:
1. segala yang tumbuh-timbul dari tanah sendiri

2. segala yang merupakan hasil dari atau


dilahirkan oleh binatang

Bagian ke dua: tata cara membedakan


kebendaan

503 : tiap tiap benda adalah bertubuh atau tidak


bertubuh
504 : tiap tiap benda adalah bergerak atau tak bergerak.

Bagian ke tiga : Kebendaan tak bergerak

506 : kebendaan tak bergerak ialah:

1.
2.
3.
4.
5.

pekarangan dan apa yang ada diatasnya


penggilingan penggilingan
pohon pohon yang akarnya menancap kedalam tanah
kayu tebangan dan kayu yang belum ditebang
pipa pipa dan got got penyaluran air

1.
2.
3.
4.

dalam perusahaan pabrik


dalam perumahan
Dalam pemilikan tanah
bahan pembangunan gedung dari perombakan gedung

507 : karena peruntukan, yang termasuk dalam


kebendaan tak bergerak:

lanjutan

508 : yang juga merupakan kebendaan tak bergerak:


1. hak pakai hasil dan hak pakai atas kebendaan tak
bergerak
2. hak pengabdian tanah
3.hak numpang-karang
4. hak usaha
5. bunga tanah, baik uang maupun barang
6. bunga 1/10
7. pajak pecan atau pasar yang dikuasai pemerintah
8. gugatan guna menuntut pengembalian atau
penyerahan kebendaan tak bergerak.

Bagian Keempat : Kebendaan bergerak

509 : kebendaan bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang


dapat dipindahkan atau berpindah
511 : sebagai kebendaan bergerak karena ketentuan uu harus
dianggap:
1.
Hak pakai hasil atau hak pakai atas kebendaan bergerak
2.
Hak atas bunga bunga yang diperjanjikan
3.
Perikatan dan tuntutan mengenai jumlah uang yang dapat
ditagih
4.
Sero sero atau andil andil dalam persekutuan perdagangan
uang
5.
Andil dalam perutangan atas beban Negara Indonesia
6.
Sero sero atau kupon obligasi dalam perutangan lain

Bagian ke lima : hubungan kebendaan dengan


yang menguasainya

519 : ada kebendaan yang bukan milik siapa pun juga.


520 : pekarangan dan kebendaan tak bergerak yang
tidak terpelihara dan tiada pemiliknya adalah milik
Negara

BAB KE DUA : kedudukan berkuasa dan hak


hak yang timbul karenanya
Bagian ke satu: sifat kedudukan berkuasa dan
barang yang dapat dikuasai dengan itu

529 : berkuasa adalah kedudukan seseorang yang


menguasai kebendaan,baik sendiri maupun dangan
perantara orang lain.
530 : kedudukan ada yang beritikad baik dan buruk
531 : kedudukan beritikad baik manakala yang
memeganya memperoleh kebendaan tadi dengancara
memperoleh hak milik.
534 : tiap pemegan kedudukan yang bukan untuk
orang lain dia menduduki, maka dianggap untuk
dirinya sendiri

Bagian kedua : cara kedudukan berkuasa


diperoleh, dipertahankan, dan berakhir

538 : kedudukan berkuasa atas benda diperoleh


dengan perbuatan menarik kebendaan itu dalam
kekuasaannya.
539 : orang gila tidak dapat memiliki kedudukan.
541 : kedudukan orang yang meninggal beralih ke ahli
waris dengan segala sifatnya.
542 : pemegang kekuasaan dianggap
mempertahankan kedudukan selama kebendaan itu
tak beralih ke tangan orang lain atau selama
kebendaan itu tak ditinggalkan.
543 : atas kehendak yang menguasai, berakhirlah
kedudukannya, atau diserahkan kepada orang lain.

Bagian ketiga : hak hak yang timbul karena


kedudukan berkuasa

548 : kedudukan beritikad baik memiliki hak hak atas


kebendaan sebagai berikut:
1. Sampai saat kebendaan itu dituntut di muka hakim,
sementara dianggap sebagai pemilik kebendaan
2. Karena ia kadaluwarsa dapat memperoleh hak milik
atas kebendaan tadi
3. Sampai saat kebendaan tadi dituntut di muka hakim,
berhak menikmati segala hasilnya
4. Dipertahankan kedudukannya jika diganggu dan
dipulihkan jika kehilangan kedudukannya.

BAGIAN KE TIGA : eigendom


bagian ke satu: ketentuan umum

570 : hak milik adalah khak menikmati kegunaan benda


tadi dan berbuat bebas terhadap benda tadi, selama
tidak bertentangan dengan undang undang.
571 : hak milik atas tanah mengandung hak didalam dan
diatasnya
572 : tiap tiap hak milik harus dianggap bebas adanya.
573 : membagi sesuatu kebendaan harus menurut
aturan aturan
574 : tiap pemilik berhak menuntut siapa pun yang
menguasai miliknya untuk mengembalikannya.

Bagian kedua : cara memperoleh hak milik

584 : hak milik didapat karena pemilikan, perlekatan,


kadaluwarsa, pewarisan, baik menurut UU maupun surat
wasiat.
585 : hak milik kebendaan bergerak yang bukan milik
siapapun adalah orang yang pertama kali mengambilnya
dalam hak pemiliknya.

BAB KE EMPAT : hak dan kewajiban pemilik


pekarangan yang satu sama lain bertetanggaan

625 : pemilik pekarangan yang bertetanggaan berlaku


hak dan kewajiban baik yang berpangkal pada letak
pekarangan karena alam maupun dasar atas
ketentuan undang undang.
626 : pemilik pekarangan yang lebih rendah letaknya
wajib memerima air yang mengalir dari pekarangan
mereka dan tidak boleh membuat tanggul
627 : barang siapa yang memiliki sumber, berhak
menggunakannya
628 : pemilik sumber tidak boleh mengubah jalan air
yang merupakan kebutuhan mutlak bagi penduduk.
630 : pemilik pekarangan berhak memaksa
pembuatan tanda batas atas pekarangan

BAB KE LIMA : kerja rodi

673 : kerja rodi bagi pemegang kekuasaan tinggi tetap


ada

BAB KE ENAM : pengabdian pekarangan

674 : pengabdian pekarangan adalah suatu beban


pekarangan milik orang yang satu demi kemanfaatan
pekarangan milik orang lain.
675 : bentuk pengabdian pekarangan adalah
membiarkan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
676 : pengabdian pekarangan tidak memandang
pekarangan yang lebih penting
677 : tiap pengabdian abadi atau tak abadi
678 : tiap pengabdian adalah tampak atau tidak
tampak
688 : pemilik hak pengabdian diijinkan
menyelenggarakan segala perlengkapan yang mutlak
diperlukan untuk penggunaan hak tersebut.

lanjutan

695 : pengabdian pekarangan timbul karena


perbuatan operdata atau karena daluwarsa
696 : perbuatan perdata yang melahirkan
pengabdian harus diumukan.
697 : Tiap pengabdian yang abadi diperoleh
karena suatu perbuatan atau daluwarsa.
703 : tiap pengabdian pekarangan berakhir jika
kedua pekarangan tidak dapt lagi digunakan
704 : pengabdian tetap berlaku selama
pekarangan pemberi atau penerima tetap adanya
706 : pengabdian berakhir jika pekarangan
pemberi dan penerima menjadi milik orang satu

BAB KE TUJUH : hak numpang karang

711 : hak numpang karang adalah suatu hak kebendaan


untuk memiliki gedung, bangunan, dan penanaman di ata
pekarangan orang
712 : pemilik hak menumpang karang diperbolehkan
menyerahkannya kepada orang lain atau memberikannya
dengan hipotik
713 : perbuatan perdata yang melahirkan hak numpang
karang harus diumumkan
714 : selama hak numpang karang berjalan, pemilik tidak
boleh mencegah
715 : ketika hak numpang karang berakhir, pemilik berhak
menjadi pemilik bangunan, gedung, dan penanaman dengan
membayar harganya kepada si penumpang.

lanjutan

716 : pemilik pekarangan boleh memiliki kebendaan


yang harganya belum dibayar oleh penumpang tanpa
membayar gani rugi
718 : hak numpang karang berakhir karena :
1. Percampuran
2. Musnahnya pekarangan
3. Kedaluwarsa dengan tenggat waktu 30 tahun
lamanya
4. Lewatnya waktu yang diperjanjikan atau ditentukan

BAB KE DELAPAN : hak usaha

720 : hak usaha adalah suatu hak kebendaan untuk menikmati


sepenuhnya kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain
dengan kewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik.
721 : pengusaha dapat menikmati segala hak yang terkandung
dalam hak milik atas tanah yang ada dalam usahanya namun tek
boleh melakukan sesuatu yang dapat menurunkan harga tanah
tersebut.
722 : pohon pohon yang selama hak usaha berjalan mati atau rebah
asal diganti dengan pohon lain, menjadi bagian pengusaha.
723 : pemilik hak tanah tak berwajib memperbaiki suatu kerusakan.
726 : pengusaha tidak berhak menuntut kepada pemilik tanah akan
pembayaran harga gedung, bangunan, dan tanaman saat berakhir
haknya.

lanjutan

727 : pengusaha harus membayar segala bea yang


dikenakan pada tanah usahanya.
728 : kewajiban membayar upeti tak dapat dilalaikan
dan dipisah-pisahkan
731 : dengan berakhirnya hak usaha, pemilik tanah
memiliki tuntutan perseorangan terhadap pengusaha
dalam hal kealpaan dalam menikmati hak usahanya
yang mengakibatkan kerusakan.
736 : hak usaha berakhir dengan cara yang sama
dengan hak numpang karang.

BAB KE 9 : BUNGA TANAH DAN HASIL


SEPERSEPULUH

737 : bunga tanah adalah suatu beban utang untuk


dibayar, baik dengan uang, maupun dengan hasil bumi,
beban mana diikatkan oleh seorang pemilik tanah pada
tanah miliknya atau diperjanjikannya demi kepentingan
diri sendiri atau pihak ke tiga tatkala tanah itu dijual
atau dihibahkannya.
738 : apabila beban bunga tanah itu telah diikatkan
pada sebidang tanah tertentu, maka pemilik tanah
semula, kepada siapa bunga harus dibayarnya,tak lagi
berhak menuntut akan pengembalian tanah jika lalai
membayar bunga.
739 : bunga tanah melekat pada tanah walaupun tanah
tersebut telah dibagi.

BAB KE 10 : HAK PAKAI HASIL

756 : hak pakai hasil adalah suatu hak kebendaan, dengan


mana seorang diperbolehkanmenarik segala hasil dari sesuatu
kebendaan milik orang lain seolah dia sendiri pemilik
kebendaan tersebut serta berwajib memeliharanya dengan
sebaik baiknya.
757 : apabila hak pakai hasil meliputi kebendaan yang dapat
habis, maka dengan berakhirnya hak itu, habislah kewajiban
pemakai, apabila mengembalikan barang kepada pemilik,
harus yang sama jumlah, harganya.
758 : hak pakai hasil diberikan kepada perseorangan atau
lebih.
759 : hak pakai hasil diperoleh melalui UU atau kehendak
pemilik.
760 : perbuatan perdata yang melahirkan hak pakai hasil
harus diumumkan

lanjutan

761 : tiap pemakai hasil berhak menikmati segala jenis hasil dari
kebendaan yang bersangkutan tak berbedalah apakah itu hasil
karena alam, pekerjaan orang, maupun karena perdata
762 : segala hasil karena alam dan orang, ketika hak pakai melekat,
apa yang melekat pada akar atau pohonnya menjadi milik pemakai
763 : tiap hasil perdata dihitung seakan diperoleh hari demi hari.
782 : pemakai hasil harus menerima kebendaan yang bersangkutan
saat haknya mulai berlaku.
783 : pemakai harus membuat catatan dari adanya segala barang
bergerak dan tidak bergerak yang termasuk dalam haknya.
784 : pemakai harus menunjukkan jaminan yang dikuatkan oleh
hakim untuk menjamin bahwa benda yang ada dalam haknya
digunakan dengan baik.

lanjutan

785 : pada waktu diperjanjikannya, si pemakai boleh


bebas dari kewajibannya untuk mengadakan jaminan
786 : selama jaminan dari pemakai elum ada, pemilik
berhak mengurus sendiri kebendaan yang termasuk
dalam hak, asal ada jaminan.
788 : karena terlambat mengadakan jaminan, si pemakai
tak kehilangan hak untuk menikmati hasil hasil yang
menjadi haknya, dan hasil lainnya harus diserahkan
padanya saat haknya mulai berjalan
789 : mereka yang ditunjuk mengurus barang yang
termasuk dalam hak, harus menunjukkan jaminan yang
dikuatkan oleh hakim.
791 : pengurus boleh dipecat dari tugasnya karena
alasan tertentu.

lanjutan

807 : hak pakai hasil berakhir jika :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Meninggalnya pemakai
Tenggat waktu untuk dan syarat syarat hak tersebut berlaku
telah lewat.
Apabila hak milik dan hak pakai hasil menjadi hak satu orang
Pelepasan hak pakai oleh pemakai kepada pemilik
Kedaluwarsa, jika selama 30 tahun pemakai tak pernah
memakai haknya
Memusnahkan kebendaan seluruhnya.

810 : tidak ada satu hak pakai yang diberikan kepada


perhimpunan lebih dari 30 tahun
812 : jika hak pakai meliputi gedung dan gedung tersebut
hancur, pemakai tak berhak menikmati hasil tanahnya atau
bahan bahan dari gedung itu.

BAB KE 11 : HAK PAKAI DAN HAK MENDIAMI

818 : hak pakai dan hak mendiami adalah hak


kebendaan yang diperoleh dan berakhir sama dengan
hak pakai hasil.
820 : hak pakai dan hak mendiami diatur menurut
peristiwa perdata
821 : barang siapa yang memiliki hak pakai atas
pekarangan, hanya diperbolehkan menarik hasil dari
pekarangan itu hanya untuk diri sendiri dan keluarganya.
823 : pemakai tidak boleh menyewakan atau menjual
haknya kepada orang lain.
826 : terhadap rumah, hak mendiami dan hak pakai
sama.

BAB KE 12 : PERWARISAN KARENA KEMATIAN

830 : perwarisan hanya berlangsung karena kematian


831 : ketentuan perwarisan
832 : ahli waris menurut UU
834 : hak ahli waris
838 : pihak yang tidak berhak menjadi ahli waris
863-866 : ketentuan ahli waris anak diluar kawin
876-878 : ketetapan surat wasiat

BAB KE 13

874 : segala harta peninggalan seorang yang


meninggal dunia adalah kepunyaan ahli waris
menurut UU
875 : testamen adalah akta yang memuat
pernyataan seorang tentang apa yang
dikehendakinya akan terjadi setelah ia
meninggal

BAB KE 14 : PELAKSANAAN WASIAT DAN


PENGURUS HARTA PENINGGALAN

1005 : seorang yang mewariskan boleh mengangkat


pelaksana wasiat.
1006 : perempuan bersuami, anak yang belum dewasa,
seorang terampu, dan yang tidak cakap membuat
perikatan tidak boleh menjadi pelaksana wasiat
1007 : pelaksana wasiat dapat diberikan penguasaan
atas peninggalan
1008 : penguasaan tersebut dapat batal jika semua
waris sepakat
1009 : pelaksana waris diwajibkan menyuruh menyegel
harta peninggalan
1010-1114 : pelaksanaan penyegelan

lanjutan

1015 : kekuasaan pelaksana wasiat tidak beralih kepada


para warisnya
1016 : jika pelaksana wasiat lebih dari 1 orang, maka
jika yang lain berhalangan, mereka dapat melakukan
tugasnya sendiri dengan tanggung jawab
1017 : segala biaya yang dikeluarkan oleh pelaksana
dalam hal pengurusan harta peninggalan dibebankan
kepada harta peninggalan
1022 : para pelaksana wasiat dapat dipecat
denganalasan tertentu

Bab ke 15 : hak memikir dan hak istimewa


untuk mengadakan pendaftaran hak
peninggalan

1023 : hak memikir ahli waris


1024 : tenggat waktu pendaftaran harta
1026 : hak waris yang sedang memikir
1027 : hak hakim dalam menyelamatkan harta peninggalan
1029 : setelah lewatnya tenggat waktu memikir, waris dapat
dipaksa untuk menolak, menerima atau mendaftarkan harta
peninggalan
1031 : syarat waris kehilangan hak istimewa mendaftarkan
harta
1032 : akibat hak istimewa
1033-1037 : kewajiban waris dengan hak istimewa
pendaftaran harta
1038-1043 : ketentuan ketentuan harta peninggalan dan
waris

BAB KE 16 : HAL MENERIMA DAN MENOLAK


SUATU WARISAN

1044 : suatu warisan dapat diterima secara murni atau


dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan harta
peninggalan
1045 : tidak ada kewajiban menerima harta peninggalan
1046 : ketentuan tentang warisan yang tidak dapat diterima
1047-1056 : penerimaan warisan
1057 : penolakan harta warisan harus dengan tegas dan legal
1059 : bagian warisan yang ditolak diberikan kepada yang
berhak
1062 : hak menolak warisan tidak dapat gugur karena
kedaluwarsa
1065 : penolakan karena penipuan atau paksaan dapat
dipulihkan

BAB KE 17 : PEMISAHAN HARTA PENINGGALAN

1066 :tidak seorangpun yang memiliki bagian dalam harta


peninggalan diwajibkan menerima berlangsungnya harta
peninggalan itu dalam keadaan tak terbagi
1067 : semua pemegang piutang terhadap orang yang
mewariskan berkuasa untuk diadakannya pemisahan harta
peninggalan
1100 : para waris yang telah menerima suatu warisan
diwajibkan membayar utang,hibah wasiat dan beban lain,
memikul nagian yang seimbang dengan apa yang diterima
1101 : kewajiban dilakukan secara perseorangan, menurut
besar bagiannya
1112 : ketentuan pembatalan pemisahan harta peninggalan

BAB KE 18 : HARTA PENINGGALAN YANG TAK


TERURUS

1126 : harta tak terurus


1127-1128 : tugas Balai Harta Peninggalan
1129 : tenggat waktu klaim warisan

BAB KE 19 : PIUTANG PIUTANG YANG


DIISTIMEWAKAN

1131-1132 : jaminan
1133 : prioritas orang berpiutang
1134 : definisi hak istimewa
1135 : tingkatan orang orang berpiutang yang
diistimewakan
1139 : piutang yang diistimewakan terhadap benda
benda tertentu
1149 : prioritas piutang yang diistimewakan

BAB KE 20 : GADAI

1150 : gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang


berpiutang atas benda bergerak, yang diserahkan oleh
seorang yang berutang atau orang lain atas namanya,
dan yang memberi kekuasaan kepada si berpiutang itu
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
seccara dadahulukan daripada orang orang berpiutang
lainnya.
1151 : persetujuan gadai dibuktikan dengan segal alat
yang diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan
pokoknya.
1152 : hak gadai atas benda bergerak dan piutang
diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah
kekuasaan si berpiutang atau pihak ke tiga.

lanjutan

1154 : apabila si berutang tidak memenuhi


kewajibannya, maka tak diperkenankanlah si berpiutang
memiliki barang yang digadaikan.
1157 : si berpiutang bertanggung jawab atas hilang atau
kemerosotannya barang sekadar itu telah terjadi karena
kelalaiannya.

BAB KE 21 : HIPOTIK

1162 : hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda benda tak
bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan
suatu perikatan
1163 : hak hipotik tak dapat dibagi dan terletak diatas semua benda
tak bergerak yang diikatkan dalam keseluruhannya
1164 : yang dapat dibebani dengan hipotik hanyalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Benda tak bergerak yang dapat dipindahtangankan, dengan


perlengkapannya
Hak pakai hasil ats benda benda tersebut beserta perlengkapannya
Hak numpang karang dan hak usaha
Bunga tanah, baik yang dibayar dengan uang, maupun yang dibayar
dengan hasil tanah dalam wujudnya
Bunga sepersepuluh
Pasa pasar yang diakui oleh pemerintah, beserta hak-hak istimewa
yang melekat padanya

lanjutan

1165 : hipotik meliputi perbaikan atas benda yagn dibebani


1167 : benda bergerak tak dapat dibebani hipotik
1171 : hipotik hanya dapat diberikan dengan suatu akta
otentik, kecuali dalam hal hal yang dengan tegas ditunjuk
oleh UU
1172 : penjualan, penyerahan serta pemberian suatu piutang
hipotik hanya dapat dilakukan dengan suatu akta otentik
1173 : tidak boleh membukukan hipotik atas benda benda
yang ada di Indonesia berdasarkan persetujuan di negara
lain, kecuali apabila didalam sesuatu traktat telah ditentukan
sebaliknya
1174 : akta hipotik harus memuat penyebutan khusus tentang
benda yang dibebani, begitu pula dengan sifat dan letaknya.

lanjutan

1175 : hipotik hanya berlaku pada benda yang sudah


ada, hipotik atas benda yang baru ada kemudian hari
adalah batal.
1176 : suatu hipotik hanya sah, sekedar jumlah uang
untuk mana ia telah berikan, adalah tentu dan
ditetapkan dalam akta
1177 : yang berpiutang tidak dapat
menuntutpenambahan hipotik, kecuali apabila telah
diperjanjikan atau ditetapkan sebaliknya dalam UU
1178 : segala janji dengan mana si beriutang memiliki
benda yang diberikan dalam hipotik adalah batal

lanjutan

1179 : pembukuan segala ikatan hipotik


harus dilakukan dalam register register
umum yang disediakan untuk itu
1180 : hipotik yang tidak sah
1181-1194 : mekanisme pencatatn hipotik
1209 : hipotik hapus karena :
1.
2.
3.

Hapusnya perikatan pokok


Pelepasan hipotiknya oleh si berpiutang
Penetapan tingkat oleh hakim

UU Pokok Agraria
UU No. 5 Th. 1960.

Bab 1

1 :Ketentuan umum
1 : wilayah Indonesia
2 : kekayaan nasional
3 : hubungan bangsa Indonesia dengan kekayaan
nasional
4 : definisi bumi
5 : definisi air
6 : definisi ruang angkasa

lanjutan

2 : penjelasan pasal 1
3 : pelaksanaan hak dari masyarakat adat tidak boleh
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi
5 : hukum agraria ialah hukum adat
6 : hak atas tanah memiliki fungsi sosial
7 : batasan penguasaan tanah
9 : hak WNI terkait dengan agraria

lanjutan

10
11
13
14
15
16
17

:
:
:
:
:
:
:

hak pertanian bagi perseorangan atau badan hukum


hubungan subjek hukum dengan objek hukum
usaha pemerintah dalam lapangan agraria
pemerintah membuat rencana agraria
kewajiban tiap orang terhadap tanah
penjabaran hak hak atas tanah
penjabaran batas maksimum penguasaan tanah

lanjutan

18 : demi kepentingan umum, hak atas tanah dapat


dicabut
19 : mekanisme pendaftaran tanah

BAGIAN 3 : HAK MILIK

Pasal 20 : Pengertian hak milik


Pasal 21 : Pemilik hak milik
Pasal 22 : Terjadinya hak milik menurut hukum
adat diatur oleh PP
Pasal 23 : Tentang alat pembuktian mengenai
hapusnya hak milik dan sahnya peralihan
Pasal 24 : Penggunaan tanah milik oleh bukan
pemiliknya
Pasal 25 : Hak milik dapat dijadikan jaminan utang

Pasal 26 : Maksud dari jual


beli,penukaran,penghibahan,pemberian
wasiat
Pasal 27 : Hak milik hapus bila :
a) Tanahnya jatuh pada negara,bila :
Pencabutan hak (pasal 18)
Penyerahan sukarela oleh pemiliknya
Ditelantarkan

b) Tanahnya musnah
BAGIAN 4 : HAK GUNA USAHA
Pasal 28 : Pengertian hak guna
usaha&ketentuan
Pasal 29 : Lamanya hak guna usaha
diberikan
Pasal 30 : Kriteria yang mendapat hak guna
usaha
Pasal 31 : Hak guna usaha terjadi karena
penetapan pemerintah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pasal 32 : Hak guna usaha menurut ketentuan


Pasal19
Pasal 33 : Hak guna usaha dapat dijadikan jaminan
utang
Pasal 34 : Hak guna usaha hapus bila :
Jangka waktunya berakhir
Dihentikan sebelum jangka waktunya
Dilepaskan oleh pemegang
Dicabut untuk kepentingan umum
Ditelantarkan
Tanahnya musnah
Ketentuan dalam pasal 30 ayat 2

BAGIAN 5 : HAK GUNA BANGUNAN


Pasal 35 : Pengertian hak guna bangunan
Pasal 36 : Ketentuan hak guna bangunan
Pasal 37 : Faktor hak guna bangunan
terjadi
Pasal 38 : ketentuan hak guna bangunan

UU No. 5 Th. 1960.


Pasal 41 dan 42.
Hak pakai adalah suatu "kumpulan pengertian" dari pada hakhak yang dikenal dalam hukum pertanahan dengan berbagai nama,
yang semuanya dengan sedikit perbedaan berhubung dengan keadaan
daerah sedaerah, pada pokoknya memberi wewenang kepada yang
mempunyai sebagai yang disebutkan dalam pasal ini. Dalam rangka
usaha penyederhanaan sebagai yang dikemukakan dalam Penjelasan
Umum, maka hak-hak tersebut dalam hukum agraria yang baru disebut
dengan satu nama saja.
Untuk gedung-gedung kedutaan Negara-negara Asing dapat
diberikan pula hak pakai, oleh karena hak ini dapat berlaku selama
tanahnya dipergunakan untuk itu. Orang-orang dan badan-badan
hukum asing dapat diberi hak-pakai, karena hak ini hanya memberi
wewenang yang terbatas.

UU No. 5 Th. 1960.


Pasal 44 dan 45.
Oleh karena hak sewa merupakan hak pakai yang mempunyai
sifat-sifat khusus maka disebut tersendiri. Hak sewa hanya disediakan
untuk bangunan-bangunan berhubung dengan ketentuan pasal 10 ayat
1. Hak sewa tanah pertanian hanya mempunyai sifat sementara (pasal
16 yo 53). Negara tidak dapat menyewakan tanah, karena Negara
bukan pemilik tanah.
Pasal 46.
Hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan adalah
hak-hak dalam hukum adat yang menyangkut tanah. Hak-hak ini perlu
diatur dengan Peraturan Pemerintah demi kepentingan umum yang
lebih luas daripada kepentingan orang atau masyarakat hukum yang
bersangkutan.

UU No. 5 Th. 1960.

Pasal 55.

Sudah dijelaskan dalam penjelasan pasal 30.

Pertama : Ayat 1 mengenai modal asing yang sekarang sudah ada, sedang
ayat 2 menunjuk pada modal asing baru. Sebagaimana telah ditegaskan
dalam penjelasan pasal 30 pemberian hak baru menurut ayat 2 ini hanya
dimungkinkan kalau hal itu diperlukan oleh undang-undang pembangunan
Nasional semesta berencana.

K e d u a : Hak-hak yang ada sekarang ini menurut ketentuan konversi ini


semuanya menjadi hak-hak baru menurut Undang-undang Pokok Agraria.
Hak guna-usaha dan hak guna-bangunan yang disebut dalam pasal I, II,
III, IV dan V berlangsung dengan syarat-syarat umum yang ditetapkan
dalam Peraturan yang dimaksud dalam pasal 50 ayat 2 dan syarat-syarat
khusus yang bersangkutan dengan keadaan tanahnya dan sebagai yang
disebutkan dalam akta haknya yang dikonversi itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturannya yang baru.

UU No. 5 Th. 1960.


K e t i g a : Perubahan susunan pemerintahan desa perlu diadakan
untuk menjamin pelaksanaan yang sebaik-baiknya daripada
perombakan hukum agraria menurut Undang-undang ini.
Pemerintah desa akan merupakan pelaksana yang mempunyai
peranan yang sangat penting.
K e e m p a t : Ketentuan ini bermaksud menghapuskan hak-hak
yang masih bersifat feodal dan tidak sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini.
Termasuk Lembaran-Negara Nomor 104 tahun 1960.

Anda mungkin juga menyukai