Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman yang semakin maju dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi ini,
sering dijumpai kasus yang berhubungan dengan abnormal seksualitas yang
kadang-kadang membuat semua merasa merinding. Salah satu diantaranya adalah
hubungan seksual dengan sesama jenis (homoseksual) baik laki-laki dengan lakilaki atau perempuan dengan perempuan. Kasus ini bisa terjadi pada siapa saja,
baik remaja, dewasa dan orang tua, dan juga bisa terjadi di lingkungan mana saja,
baik di sekolah, lembaga pendidikan, kantor, dan sebagainya. Bahkan mereka
ingin membentuk sebuah organisasi yang membawahi komunitas mereka,
termasuk di Negara Indonesia. Kasus ini seharusnya tidak terjadi karena perilaku
ini tidak sesuai norma agama dan tugas perkembangan manusia. Idealnya manusia
dapat menjalankan fitrahnya sebagai makhluk Allah yang berakal dan
menjalankan perannya sebagai seorang laki-laki atau sebagai perempuan.

Homoseksual berarti ketertarikan seksual pada sesama jenis Perilaku


homoseksual pada perempuan disebut lesbian. Lesbian adalah perilaku seks
menyimpang yang terjadi antara perempuan dengan perempuan. Merupakan
perilaku yang sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia dan reaksi
masyarakat diberbagai kurun waktu terhadap lesbian ternyata berlainan. Kasus
lesbian bukanlah sesuatu yang permanen. Tidak ada perempuan yang terlahir lesbi

dan selamanya akan menjadi lesbi. Kasus tersebut bisa muncul karena pengaruh
lingkungan.

Perilaku individu sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, baik perilaku


santun maupun perilaku menyimpang. Interaksi sosial seseorang di luar rumah
terkadang lebih banyak mempengaruhi perilaku individu dibanding interaksi
dalam keluarga. Pengalaman di sekolah dan pergaulan sosial terkadang lebih
bersifat menekan arah perilaku individu dibanding ingatan individu terhadap
nasehat orang tua di rumah. Perilaku menyimpang akan semakin muncul jika
perhatian atau kontrol orang tua kurang, apa lagi jika orang tuanya sibuk dengan
pekerjaannya dan menyerahkan sepenuhnya perbaikan atau perubahan anaknya
kepada guru di sekolahnya atau pada lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan sehebat apapun tak akan bisa memonitor kegiatan


anak didiknya selama 24 jam, sekalipun itu di sekolah asrama (boarding school).
Sementara interaksi sosial di lembaga pendidikan sangat variatif, karena yang
ditemukan saat ini adalah bukan hanya interaksi antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa, kakak kelas dengan adik kelas, tetapi juga interaksi anak sekolah
dengan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Internet bukan lagi
barang baru, internet telah menjadi bagian penting yang mewarnai keseharian
anak-anak sekolah. Siswa SMP saja atau bahkan siswa SD sudah banyak yang
mengenal dan bahkan sangat mahir surfing, browsing, chating, dan googling,
apalagi facebook-an dan twiter-an.

Semua faktor lingkungan yang bersentuhan dengan keseharian bisa


menjadi pemicu lahirnya perilaku menyimpang, termasuk orientasi seksual.
Kurangnya perhatian, kepedulian dan kasih sayang di rumah bisa menjadi
pemicunya. Faktor pergaulan di luar lingkungan rumah juga bisa menjadi
penyebabnya, pengaruh tontonan televisi dan film juga bisa menjadi alasan yang
mendasari terjadinya perilaku lesbi atau homo, begitu pula halnya dengan dampak
online internet. Semuanya bisa berawal dari rumah, namun bisa juga bermula dari
sekolah atau lembaga pendidikan.

Peneliti ingin memfokuskan penelitian tentang lahirnya perilaku


penyimpangan dan orientasi seksual lesbian dari lingkungan pendidikan. Karena
menurut peneliti hal ini akan menjadi evaluasi terhadap pendidikan yang ada
sehingga seorang lesbian bisa lahir dari sekolah, terlebih lesbian bisa lahir dari
sekolah yang dianggap mampu memberikan pendidikan umum dan agama. Bagi
sekolah putri yang berasrama, lebih mudah menganalisanya. Selain karena
kesehariannya bersama teman sebayanya yang berjenis kelamin sama, belajar dan
bermain bersama, saling curhat akan perasaan masing-masing dan berbagi suka
duka, juga karena interaksi dengan orang tua dan saudara sangat kurang dan
kalaupun ada kesempatan, jarang sekali orang tua atau saudara laki-lakinya
mampu menjadi penyeimbang kondisi psikologis dan emosionalnya, menjadi
tempat ia menumpahkan segala beban pikiran dan masalahnya. Ini tidak berarti
bahwa sekolah putri berasrama itu jelek, hanya saja bahwa potensi lahirnya
perilaku lesbi (saling menyukai sesama perempuan) lebih mudah muncul pada
sekolah asrama dibanding mereka yang menikmati pendidikan di sekolah umum.

Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti di sekolah berasrama


ditemukan perempuan lesbi di lingkungan sekolah berasrama, maka inilah
beberapa ciri yang mungkin bisa dikenali dari pasangan lesbi itu, yaitu siswi yang
sering jalan bersama, berduaan, makan bersama, pakaian couple, tidur bersama,
dan memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dengan sesamanya. Berdua dan
sering bersama tak selamanya bisa diartikan bersahabat, tapi bisa jadi mereka
pacaran. Bagi pasangan lesbi, keduanya tak mungkin sama-sama feminim. Selalu
ada seorang diantaranya (biasanya yang lebih tua) yang agak maskulin.
Perempuan yang maskulin (kelaki-lakian atau tomboy) bisa menjadi pemicu
dambaan hati bagi wanita yang feminim. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa
lesbian terjadi di sekolah.

Kasus lesbian menarik perhatian peneliti dikarenakan banyaknya perilaku


ini terjadi dikalangan masyarakat, khususnya yang terjadi pada remaja di tingkat
sekolah menengah. Tetapi tingkat kepedulian pihak sekolah dan orang tua yang
masih rendah. Guru atau pihak sekolah dan orang tua sekedar mengetahui lesbian
sebagai perilaku menyukai perempuan dengan perempuan, tetapi tidak
mengetahui mengapa dan bagaimana lesbian itu. Jika kasus ini tidak mendapat
perhatian dan tindakan maka akan menimbulkan dampak negative bagi siswi yang
lesbian, dan lingkungan sekitarnya. Karenanya dengan penelitian ini peneliti
bermaksud untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi lesbian,
bagaimana lesbian itu terbentuk dan dampak yang terjadi akibat perilaku lesbian.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas identifikasi masalah yang
muncul adalah:
1. Kasus lesbian jarang muncul ke permukaan karena guru, orang tua, dan
siswa belum memiliki pemahaman tentang lesbian.
2. Ditemukan siswi-siswi yang cenderung melakukan perilaku lesbian di
sekolah berasrama.
3. Rendahnya pemahaman tentang lesbian pada guru, orang tua dan siswi
dapat menganggu hubungan pertemanan sebaya di sekolah.
4. Factor lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan lesbian.
5. Lesbian memiliki dampak negative bagi pelakunya dan lingkungan di
sekitarnya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti, yaitu:
1. Factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lesbian
2. Aktifitas yang dilakukan pasangan lesbian.
3. Dampak dari perilaku lesbian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
digunakan peneliti adalah:
1. Factor-faktor apa yang mempengaruhi terbentuknya lesbian?

2. Aktifitas apa saja yang dilakukan pasangan lesbian?


3. Bagaimana dampak dari perilaku lesbian?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lesbian
2. Aktifitas yang dilakukan pasangan lesbian
3. Dampak dari perilaku lesbian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pengetahuan tentang lesbian
di sekolah berasrama.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Guru di sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru di sekolah
tentang pentingnya pemahaman lesbian di sekolah berasrama sehingga
guru dapat mengantisipasi perilaku lesbian.
b. Untuk Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
lesbian agar tidak terjerumus pada orientasi seksual yang salah dan
menerima dirinya sebagai seorang perempuan.

c. Untuk Orang tua


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang tua tentang
pentingnya pemahaman lesbian sehingga orang tua dapat mengawasi
perilaku lesbian pada anak.
d. Untuk Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan pengalaman
yang luas dan mendalam bagi penulis tentang lesbian di sekolah
berasrama.

Anda mungkin juga menyukai