Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian ini didasari pada salah satu artikel tentang pembuatan
semen dari sampah yang telah dilakukan oleh Negara Jepang.
Setelah berhasil membuat Airport berkelas Internasional dan
menerapkan pembuatan pupuk di berbagai hotel, kini Jepang telah
berhasil merubah sampah menjadi semen yang kemudian disebut
ekosemen.
Indonesia belum lepas dari masalah sampah. Sebelum
ditemukannya penelitian ekosemen, sampah digunakan sebagai
pupuk kompos. Namun banyak kendala yang ditimbulkan, misalnya
pemerintah membutuhkan banyak lahan untuk dijadikan sebagai
Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Selain itu, apabila sampah
dikumpulkan secera besar-besaran maka dapat menyebabkan
ppolusi udara.
Selain digunakan sebagai kompos, pemerintah pun telah
mengupayakan untuk mengubah sampah menjadi sumber energi
(Metan), namun akibatnya kurangnya prospek dari segi ekonomi,
akhirnya perkembangannya pun masih berjalan di tempat.
Mengenai permasalahan sampah, tidak lepas dari tempat
pembuangan sampah. Misalnya, Bantar Gebang yang menerima
kiriman sampah mencapai lebih dari 6800 ton per harinya. Sampah
tersebut 57% berasal dari rumah tangga, 30% berasal dari pasar-
pasaran, dan 13% lagi berasal dari industri,hotel, dan restoran. Dari
keseluruhan sampah itu, 80% berbentuk sampah organik dan 20%
lagi berbentuk anorganik.

1
Dari 6800 ton sampah per harinya, dapat diperhitungkan per
tahunnya sekitar 2.482.000 ton. Baik sampah organik maupun
anorganik dapat diolah menjadi semen. Sampah yang dimanfaatkan
menjadi semen sekitar 1.836.680 ton/tahun. Kemudian sampah
tersebut dibakar dan menghasilkan abu insenerasi sekitar 330.602
ton/tahun.
Secara prinsip proses pembuatan ekosemen hamper sama
dengan pembuatan semen biasa. Namun perbedaannya terletak
pada proses pembakaran dan pengolahan sampah.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan
yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Apakah limbah ssampah dapat diolah menjadi semen ?
2. Bagaimana proses pembuatan ekosemen ?
3. Apakah ekosemen ini ramah lingkungan ?

1.3 Batasan Masalah


Agar penelitian dan pembahasan penelitian dapat dilakukan
dengan cermat, maka masalah penelitian dibatasi pada “Proses
pembuatan ekosemen.”

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan laporan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan ekosemen dengan
menggunakan abu insenerasi ?

2
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan ekosemen dengan
menggunakan abu insenerasi.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan selain abu
insenerasi.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini, antara lain :
1. Sebagai salah satu cara alternatif dalam pembuatan semen.
2. Sebagai salah satu upaya mengurangi penumpukan sampah
yang berlebihan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abu Pembakaran, Tanah Liat, dan Semen


Abu pembakaran merupakan abu hasil pembakaran sampah baik
organik maupun anorganik.
Tanah liat adalah sejenis mineral berukuran halus, berbentuk
kepingan, gentingan, atau sejenis hablur yang terbentuk sebagai hasil
akhir proses lulunawa mineral silikat.
Sedangkan yang dimaksud dengan semen adalah bahan perekat
hidrolisis yang dapat mengikat bahan padat menjadi satu kesatuan.

2.2 Definisi dan Klasifikasi Sampah


2.2.1 Definisi Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas
manusia yang tidak lagi memiliki nilai ekonomis.
2.2.2 Klasifikasi Sampah
Secara garis besar sampah dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Sampah Anorganik/ Kering
Contoh : Logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll.
2. Sampah Organik/ Basah
Contoh : Sampah rumah tangga, sampah restaurant, sisa
sayuran/ rempah-rempah, sisa buah, dan sampah yang
dapat mengalamipembusukan secara alami lainnya.
3. Sampah Berbahaya
Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas,
dll.

4
2.3 Deskripsi Teoritis
2.3.1 Suhu
Suhu menunjukan derajat panas benda. Dengan kata lain,
semakin tinggi suhu suatu benda semakin panas benda
tersebut. Dalam hal ini, pembakaran ekosemen berbeda dengan
suhu pembakaran semen biasa. Pada semen biasa suhu
pembakaran yang dibutuhkan sekitar 900 0 C. Sedangkan pada
ekosemen suhu yang pembakaran yang dibuthkan sekitar 1400
0
C.
2.3.2 Kalor
Kalor merupakan salah satu energi yang dapat berpindah.
Adapun pengertian kalor adalah bentuk energi yang berpindah
dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah. Jika kedua benda bersentuhan, kalor dapat juga
didefinisikan sebagai bentuk energi yang menaikkan suhu
benda jika bentuk energi itu diberikan ke benda tersebut.

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan abu pembakaran dari sampah kita
dapat membuat semen.
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan tidak jauh berbeda dengan
pembuatan semen biasa.

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Eksperiment-Sungguhan (True-Eksperimental Research),
dengan tujuan untuk mengetahui cara pembuatan ekosemen.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis melakukan
observasi lapangan, dan ditunjang dengan studi kepustakaan.

3.3 Populasi Dan Sampel


3.3.1. Populasi penelitan
Populasi penelitian adalah sampah organik dan anorganik.
3.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah sampah organik.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berkut:
3.5.1 Variabel tolak ukur atau variabel terikat, yaitu hasil pembakaran
atau abu insenerasi.
3.5.2 Variabel terkontrol, yaitu batu kapur, endapan air kotor dan
Gypsum.

3.5 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di rumah peneliti.

6
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat
alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
No Nama Alat Jumlah
1. Sendok 2 buah
2. Timbangan 1 buah
3. Wadah 5 buah
4. Plastik ½ Kg 2 buah
5. Saringan 2 buah
6. Magnet 2 buah
7. Piring 1 buah
8. Toples Kaleng 1 buah
9. Gelas Aqua 2 buah
10. Kendi 1 buah
11. Kompor Minyak 1 buah

3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
No Nama Bahan Jumlah
1. Abu Pembakaran 48,75 gram
2. Batu Kapur 65 gram
3. Endapan Air Kotor 10 gram
4. Gypsum 1,25 gram

3.7 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam penelitian ini, sebagai berikut;
3.7.1 Pembuatan Abu Pembakaran
1. Bakar sampah yang berupa sampah organik.
2. Abu hasil pembakaran tersebut disaring.

7
3. Apabila abu tersebut mengandung logam, maka pisahan
logam tersebut dengan menggunakan magnet.
3.7.2 Penyediaan Bahan
1. Siapkan:
No Nama Bahan Jumlah
1. Abu Pembakaran 48,75 gram
2. Batu Kapur 65 gram
3. Endapan Air Kotor 10 gram
4. Gypsum 1,25 gram

2. Campurkan abu pembakaran dengan endapan air kotor.


3. Campuran tersebut dikeringkan.
4. Batu kapur dan endapan air kotor dimasukan ke dalam
campuran tersebut.
5. Semua campuran itu dibakar di dalam kendi yang terbuat
dari tanah liat dengan media pembakar kompor minyak.

SAMPAH

3.8 Prosedur Penelitian

ORGANIK ANORGANIK

Dibakar

Gypsum Endapan Air Kotor


ABU
Batu Kapur Zat Pendukung

Dibakar

SEMEN 8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data


Dari hasil eksperimen lapangan didapat data sebagai berikut:
No. Hasil Perbandingan Tingkat

9
Abu Batu Endapan kekuatan
Gypsum
pembakaran Kapur Air Kotor ekosemen
1. 12,25 gram 18 gram 3 gram 0,2 gram Rapuh
2. 12,50 gram 17 gram 3 gram 0,25 gram Rapuh
3. 10 gram 15 gram 2 gram 0,45 gram Kuat
Agak
4. 14 gram 15 gram 2 gram 0,35 gram
Rapuh

Tabel Perbandingan komposisi ekosemen

Komposisi Waktu
No. Keterangan
Perbandingan Pembakaran
1. Komposisi 1 60 Menit Rapuh
2. Komposisi 2 60 Menit Rapuh
3. Komposisi 3 60 Menit Kuat
4. Komposisi 4 60 Menit Agak Rapuh

Tabel Waktu Pembakaran

Keterangan:
Perbandingan komposisi ekosemen yang diperlihatkan oleh tabel di
atas dilakukan untuk menentukan komposisi perbandingan terbaik dari
bahan-bahan pembuat ekosemen. Sehingga nantinya dapat digunakan
sebagai rujukan dalam pembuatan ekosemen berskala besar. Kandungan
atau komposisi terbaik yang didapat dari hasil penelitian tersebut adalah
komposisi pada perbandingan ke-tiga yaitu 10 gram abu pembakaran, 15
gram batu kapur, 2 gram endapan air kotor dan 0,45 gram Gypsum yang
menghasilkan ekosemen kuat dan tahan lama. Waktu pembakaran dalam
tabel di atas sama sekali tidak mempengaruhi kekuatan ekosemen

10
dikarenakan faktor yang sangat berpengaruh adalah suhu pembakaran
dalam pembuatan ekosemen yaitu 1400oC.

Waktu
No. Bahan Baku Hasil Keterangan
Pembakaran
1. Abu Kayu 30 Menit Berhasil Rapuh
2. Abu Pembakaran 60 Menit Berhasil Rapuh
Sampah Organik
3. Abu Pembakaran 60 Menit Berhasil Agak rapuh
Sampah Organik

Tabel Perbandingan Abu Pembakaran


Keterangan:
1. Senyawa yang terdapat di dalam Abu kayu tidak sama dengan
senyawa abu pembakaran sampah organik. Sehingga kekuatan
semen dari abu ini sangat lemah.
2. Semen dari abu pembakaran sampah organic ini berhasil namun
media pengujian (pasir) tidak memehuni syarat pasir pada
umumnya karena pasir tersebut sudah terkontaminasi dengan
senyawa-senyawa lainnya.
3. Semen dari abu pembakaran sampah organic berhasil, namun
kekuatannya tidak seperti semen biasa. Hal ini diakibatkan karena
sulit dalam menemukan alat pembakaran yang bersuhu 1400oC.

4.2 Analisa dan Pembahasan


1. Masalah dalam penelitian ini adalah tidak adanya alat pembakaran
yang bersuhu 1400oC. Namun peneliti dapat mengatasi masalah
tersebut dengan menggunakan cara alternatif, yaitu dengan
menggunakan kendi yang terbuat dari tanah liat dengan media
pembakaran kompor minyak.

11
2. Peneliti melakukan sebuah eksperimen tentang proses pembuatan
semen dengan menggunakan abu hasil pembakaran. Namun,
penelitian ini telah dilakukan di Jepang dengan menggunakan alat-
alat modern. Sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti hanya
menggunakan alat-alat sederhana namun menghasilkan hasil yang
efisien, walaupun dengan keterbatasan alat.
3. Semen yang peneliti buat dapat dimodifikasi dengan semen-semen
biasa, sehingga penggunaan semen biasa dapat digunakan
dengan konsentrasi yang lebih rendah.

4.3 Keungulan dan Kelemahan


4.3.1 Keunggulan
1. Memanfaatkan sampah untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna yaitu dari sampah organik menjadi semen.
2. Penghematan dalam penggunaan batu kapur.
3. Menggunakan alat-alat yang sederhana.
4. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini hampir
sama dengan semen biasa.
4.3.2 Kelemahan
1. Belum terjamin kekuatan dari semen yang peneliti
hasilkan.

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kekuatan Ekosemen

Dalam penelitian yang disertai dengan melakukan eksperiment


didapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekuatan
ekosemen sebagai berikut:

1. Temperatur
2. Abu Pembakaran
3. Bahan pembuat semen

12
Temperatur suhu pembakaran yang baik digunakan dalam
pembuatan ekosemen sekitar ± 1400oC sedangkan temperatur
suhu pembakaran yang digunakan peneliti hanya sekitar ± 500oC,
karena keterbatasan instrumen penelitian. Jika ingin mendapatkan
hasil yang maksimal diharapkan menggunakan alat modern yang
dapat menghasilkan temperatur suhu pembakaran ± 1400oC .

Abu pembakaran yang baik digunakan dalam pembuatan


ekosemen ini adalah abu hasil pembakaran sampah organik. Hal ini
dikarenakan abu hasil pembakaran sampah organik memiliki
kandungan senyawa yang lebih baik dibandikan dengan abu hasil
permbakaran sampah lainnya. Selain itu, pembakaran sampah
organik lebih ramah lingkungan dibandingakan dengan pembakaran
sampah anorganik.

Kandungan atau komposisi terbaik dalam pembuatan ekosemen


adalah perbandingan antara abu pembakaran, batu kapur, endapan
air kotor dan Gypsum sehingga dapat dihasilkan ekosemen yang
kuat dan tahan lama. Dalam pembuatan ekosemen perbandingan
banyaknya abu hasil pembakaran sampah organik dan Gypsum
sangat mempengaruhi tingkat kekuatan ekosemen. Semakin banyak
abu hasil pembakaran yang digunakan maka semakin rapuh tingkat
kekuatan ekosemen, untuk memperkuatnya dibutukan Gypsum yang
lebih banyak pula.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan ekosemen dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen sederhana. Walaupun hasil yang
didapat tidak sesempurna dengan menggunakan instrumen
modern.

14
2. Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekosemen tidak
jauh berbeda dengan pembuatan semen biasa hanya saja tanah
liat yang merupakan bahan utama pembuatan semen diganti
dengan menggunakan abu hasil pembakaran sampah organik.
3. Hipotesis penelitian dapat diterima, karena sesuai dengan
hasil penelitian.

5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan bagi para pembaca ialah
bahwasanya untuk pembuatan ekosemen yang lebih sempurna
diharapkan menggunakan alat pembakaran modern yang dapat
menghasilkan suhu pembakaran sekitar ± 1400oC.

DAFTAR PUSTAKA

D. A. pratiwi,dkk.2004. Buku Penuntun Biologi SMA. Jakarta. PT Erlangga


Anonim, 2005 ” Teknologi Pengolahan Sampah Jepang”, bahan seminar
teknologi, Kawasaki Juko Co. Ltd
Sinaga, E., 2006, ”Bahaya Zat Racun Dioksin dari Pembakaran Sampah”
Sumaiku, Y., 2007, ”Apa Akibat dari Pembakaran Sampah di Pekarangan
Rumah Tangga dan Pembakaran/Kebakaran Hutan Terhadap
Kesehatan”
KBBI. 1995. Edisi Kedua. Jakarta. Balai Pustaka

15
Rukhyat, Adang,dkk. 2003. Panduan Penelitian Remaja. Jakarta. PT
Dinas Olah Raga
www.bpkpenabur.com
www.google.com
www.republika.co.id
-----------------. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: --------------

16

Anda mungkin juga menyukai