Anda di halaman 1dari 20

BIO 30271

PTA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

2011/2012

Dra. SITARESMI, M.Sc.

FMIPA UI

Drs. IMAN SANTOSO, M.Phil.

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME II DAN GULA
SEBAGAI SUMBER ENERGI

NAMA

: MUHAMAD KHAERULLOH

NPM

: 0906632953

KELOMPOK

: III (TIGA) B

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 DESEMBER 2011


ASISTEN

: GRAND SEPTIA YAMA


OKTARIA SUMANDARI

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ,MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
2011

1
AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME II DAN GULA
SEBAGAI SUMBER ENERGI

I.

TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme.
2. Mempelajari hubungan aktivitas mikroorganisme dan enzim.
3. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia.
4. Mengetahui peranan jenis gula sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.

II.

TEORI

Mikroorganisme seperti juga mahluk hidup yang lain, memerlukan energi


untuk kelangsungan hidupnya. Energi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan
sekitarnya dalam bentuk senyawa kimia tertentu yang dapat diurai. Kemampuan
mikroorganisme untuk mengurai senyawa tertentu dan mensintesis senyawa baru
merupakan sifat khas masing-masing mikroorganisme. Semua aktivitas
mikroorganisme tersebut berlangsung dengan bantuan enzim tertentu. Hasil
reaksi metabolisme ini hampir semuanya dapat diamati, bahkan dapat diukur
kekuatannya. Reaksi metabolisme tersebut berbeda untuk setiap mikroorganisme,
sehingga hal tersebut merupakan sifat yang sangat penting untuk mengidentifikasi
mikroorganisme (Gandjar dkk. 1992: 49).
Keseluruhan dari rekasi kimia dalam mikroorganisme didefinisikan
sebagai metabolisme selular, dan transformasi biokimia yang terjadi di dalam dan
luar sel dipengaruhi oleh katalis biologikal yang disebut enzim (Cappuccino &
Sherman 1996: 131). Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel.
Kerja enzim menurut aturan tertentu yang teratur. Enzim mengkatalisis reaksi
penyimpanan dan mengubah energi kimia. Spesifikasi enzim amat tinggi terhadap
substrat dan enzim mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk
sampingan ( Lehninger 1995: 235).

2
Semua aktifitas sel mikroorganisme tergantung pada penggunaan bahan
makanan dan semua reaksi-reaksi kimia yang terlibat dengan bantuan enzim.
Enzim adalah molekul protein yang sangat besar dan dihasilkan oleh sel yang
mengarahkan reaksi kimia yang khusus (Volk & Wheller 1993: 67).
Uji IMVIC adalah suatu kelompok uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri yang masuk dalam famili Enterobacteriaceae. IMVIC
adalah singkatan nama dari uji-uji dasar yaitu: uji indol, uji methyl red, uji vogesproskauer (VP), dan uji citric acid (Cappuccino & Sherman 1996: 159).
A. UJI INDOL
Hidrolisis protein, pepton, dan peptida menghasilkan asam amino. Salah
satu asam amino yang penting untuk mengetahui jenis suatu bakteri adalah
senyawa triptofan. Beberapa bakteri dapat mensintesis asam amino tersebut.
Senyawa indol merupakan senyawa hasil dari hidrolisis triptofan. Tujuan dari uji
indol adalah untuk melihat bakteri yang dapat memproduksi senyawa triptofan
dan indol (Gandjar dkk. 1992: 52).
Indol adalah senyawa hasil pembusukan yang dihasilkan dari triptofan.
Triptofan adalah asam amino yang terdapat secara alami yang mengandung cincin
indol. Triptofan didekomposisi oleh bakteri dengan cara yang bervariasi,
menghasilkan pembentukan asam -indol propionat, asam -indol piruvat, -indol
etilamin, -indol etil alkohol, -indol asam asetat, indol, asam kinurenat, asam
atranilad, dan indigotin. Beberapa mikroorganisme dapat mengoksidasi cincin
indol dan menghasilkan isatin, asam kinurenat, asam formil-antranilat, asam
salisilat, katekol, dan indigotin (Salle 1967: 363).
Reaksi yang terjadi pada uji indol melibatkan triptofan. Reaksi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Triptofan

triptofanase

Indol + Asam piruvat + Amonium

(Porter 2002: 1)
Reagen yang digunakan dalam uji indol adalah reagen Ehrlich atau Kovac,
sedangkan medium yang digunakan adalah medium cair pepton 1%. Medium

3
pepton terdiri dari pepton 10 gram dan akuades 1000 ml yang kemudian
disterilisasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan. Adanya indol ditandai
dengan adanya warna merah tua pada lapisan atas permukaan medium (Gandjar
dkk. 1992: 52, 80).
Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya Cerry-red diatas biakan.
Warna tersebut dihasilkan reagen yang memiliki komposisi yaitu pdimetilaminobenzaldehid, butanol, dan asam hidroklorik. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
p-demetilaminobenzaldehid + indol Komponen Quinoidal merah-ungu
(Cappuccino & Sherman 1996: 147 148).
B. UJI METHYL RED (MR)
Uji Methyl Red bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
menghasilkan senyawa asam dari hidrolisis glukosa. Uji tersebut dilakukan
dengan cara menumbuhkan sel bakteri dalam medium Methyl Red (Gandjar dkk.
1992: 55).
Medium yang digunakan untuk tes tersebut berisi 0,5% glukosa dan
memberikan buffer secukupnya dengan potassium phospat dan pepton yang
memberikan batas konsentrasi ion hidrogen pada pH sekitar 5,0 ketika diinokulasi
E.coli. Konsentrasi akhir ion hidrogen akan lebih tinggi bila diberikan
mikroorganisme Enterobacter aerogenes. Methyl red yang digunakan pada
percobaan akan menjadi merah bila diinokulasi E. coli dan menjadi kuning bila
diberikan Enterobacter aerogenes (Salle 1967: 559).
Methyl Red merupakan indikator asam basa yang akan berwarna merah
jika berada di kondisi asam. Terbentuknya asam organik dari hidrolisis glukosa
akan membentuk warna merah dan menunjukkan turunnya nilai pH (Case &
Johnsons 1990: 53).

4
C. UJI VOGES-PROSKAUER (VP)
Uji Voges-Proskauer (VP) bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri menghasilkan senyawa asetil karbinol (2,3 butanediol). Reagen yang
digunakan dalam uji tersebut adalah Reagen Baritt yang mengandung 5% -naftol
dan 40% NaOH. Medium yang digunakan adalah medium khusus VogesProskauer yang komposisinya terdiri dari pepton, K2HPO4, glukosa, dan akuades
(Gandjar dkk. 1992: 55, 82).
Hasil uji positif dari uji VP akan menunjukkan warna merah yang
dihasilkan oleh senyawa asetil karbinol. Jika terdapat asetil karbinol, maka bagian
atas dari medium akan berwarna merah, sedangkan jika negatif terhadap uji VP
warna yng terlihat adalah coklat terang (Cappuccino & Sherman 1996: 149;
Gandjar dkk. 1992: 55).
D. UJI OKSIDATIF FERMENTATIF (OF)
Uji oksidasi-fermentasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
menggunakan karbohidrat dengan cara oksidasi atau fermentasi. Uji OF
dilakukan dengan menginokulasikan sel bakteri dalam medium OF (Hugh &
Lefisons medium). Medium OF mengandung karbohidrat, sedikit pepton
(mendorong pertumbuhan bakteri), dan indikator bromtimol biru. Bromtimol biru
berwarna kuning pada suasana asam dan biru gelap pada suasana basa
(penggunaan pepton yang bukan karbohidrat) (Gandjar dkk. 1992: 56; Salle 1961:
51).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim anaerob. Proses fermentasi
dapat berlangsung dalam lingkungan aerob maupun anaerob, dan tergantung pada
sifat mikroorganismenya. Beda halnya dengan fermentasi, proses oksidasi
merupakana proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa lebih
sederhana dengan bantuan enzim aerob (Gandjar dkk. 1992: 56, 62).

5
E. UJI PENGUNAAN SITRAT
Uji sitrat bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat
memetabolisme senyawa sitrat sebagai sumber energi. Beberapa macam bakteri
dapat menggunakan senyawa sitrat sebagai sumber C atau sumber karbon. Hasil
positif dari uji sitrat adalah terbentuknya warna biru yang menandakan adanya
senyawa sitrat. Medium yang digunakan dalam uji sitrat adalah medium Koser
Citrate Agar (KCA). Medium tersebut komposisinya adalah NaCl (5 gr),
MgSO4.7H2O (0,28 gr), (NH4)2.HPO4 (1 gr), K2HPO4 (1 gr), asam sitrat (2 gr),
dan akuades (1 liter) (Gandjar dkk. 1992: 5455, 77).
Oleh karena tidak ada glukosa atau laktosa yang dapat difermentasi,
beberapa mikroorganisme dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk
energinya. Kemampuan tersebut tergantung pada keberadaan sitrat permease
yang memfasilitasi transport sitrat ke dalam sel. Sitrat adalah intermediat terbesar
pada siklus Krebs dan dihasilkan dari kondensasi asetil aktif dengan asam
oksaloasetat. Sitrat bekerja berdasarkan enzim sitrase, yang menghasilkan asam
oksaloasetat dan asetat. Produk tersebut kemudian diubah secara enzimatis
menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi, medium menjadi
bersifat alkali, karena karbondioksida bergabung dengan sodium dan air
membentuk sodium karbonat yang merupakan suatu produk alkali. Adanya
sodium karbonat mengubah indikator bromtyhmol blue pada medium, dari warna
hijau menjadi biru (Cappuccino & Sherman 1996: 162).
F. GULA SEBAGAI SUMBER ENERGI
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang
menghasilkan senyawa-senyawa tersebut bila dihidrolisa, dengan rumus empirik
[CH2O]n. Karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida atau gula (satu unit
aldehid atau keton); oligosakarida (beberapa unit monosakarida); dan
polisakarida, molekul besar linear atau bercabang yang banyak mengandung unit
monosakarida (Lehninger 1995: 335).
Monosakarida tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut di
dalam air, tetapi tidak larut di dalam pelarut non polar, dan umumnya mempunyai

6
rasa manis. Disakarida terdiri dari dua monosakarida yang berikatan kovalen
terhadap sesamanya. Disakarida dapat dihidrolisa menghasilkan komponen
monosakarida bebasnya dengan perebusan oleh asam encer. Disakarida juga
banyak terdapat di alam, yang paling umum adalah sukrosa, laktosa dan maltosa
(Lehninger 1995: 314; 321).
Polisakarida adalah karbohidrat yang memilki berat molekul tinggi,
polimer panjang yang terdiri dari ratusan atau ribuan unit monomer gula, yang
satu dengan lainnya digabungkan dengan ikatan glikosida (Brock & Madigan
1997: 48). Pati adalah suatu polimer glukosa dan merupakan salah satu
polisakarida dari tumbuhan yang paling berguna. Pati dapat dihidrolisa oleh
enzim amilase. Hidrolisa dari pati pada mulanya akan menghasilkan polimer
rantai pendek yang disebut dekstrin, kemudian disakarida maltosa dan terakhir
menghasilkan glukosa. Beberapa fungi yang menghidrolisis ikatan tersebut adalah
dari genus Aspergillus, Penicillium, Cepholosporium, Mucor, Candida,
Neurospora dan Rhizopus, sedangkan glukoaminase dapat dihasilkan oleh
Aspergillus niger, Aspergillus Oryzae, Aspergillus awamori, Rhizopus niveus,
Rhizopus delemac, Rhizopus formosaensis dan Rhizopus javanicus (Crueger &
Crueger 1984: 163--164).
Fungi sebagai patogen dan bahan biodegradasi, telah disediakan sejumlah
materi yang dihasilkan oleh organisme hidup, yang dapat digunakan oleh fungi
sebagai sumber karbon dan energi. Kemampuan fungi untuk menggunakan
bahan-bahan tersebut tergantung dari tiga proses yang berbeda, yaitu: pencernaan
materi-materi polimer dan oligomer, transportasi monomer melalui plasmalema
dan fosforilasi karbohidrat atau glukoneogenesis dengan materi-materi
nonkarbohidrat (Griffin 1981: 140).
Polisakarida, protein, asam nukleat, lignin, lemak dan bahan-bahan lainnya
yang berukuran besar dan tidak larut tidak dapat diambil atau digunakan secara
langsung oleh fungi. Bahan-bahan tersebut harus dipecah terlebih dahulu menjadi
sub unit monomer yang berukuran lebih kecil sebelum diserap oleh fungi. Proses
pencernaan tersebut terjadi secara eksoselular atau di luar sel fungi dengan
mengeluarkan suatu enzim eksoselular. Molekul yang tidak dapat diserap secara
langsung oleh fungi, dipecahkan oleh suatu enzim ekstraselular. Sama halnya

7
dengan enzim pencernaan yang lain, enzim pencernaan pada fungi mengatur
reaksi hidrolisis molekul besar menjadi molekul yang kecil (Griffin 1981: 183).
III.

HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan dapat dilihat di lampiran.
IV.

PEMBAHASAN

A. Uji Indol
Uji indol adalah salah satu dari rangkaian uji IMVIC yang digunakan
untuk mengidentifikasi bakteri yang masuk dalam famili Enterobacteriaceae. Uji
indol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis asam amino
triptofan dan membentuk cincin indol (Gandjar 1992: 52).
Medium yang digunakan dalam uji tersebut adalah medium tripton. Uji
indol umumnya menggunakan kaldu tripton (1%), karena medium tersebut banyak
mengandung triptofan. Tripton adalah suatu pepton yang berasal dari kasein yang
mengalami perombakan pankreatik. Biakan yang diuji adalah Enterobacter
aerogenes dan Escherichia coli.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah 48 jam, bakteri Escherichia coli dan
Enterobacter aerogenes belum menunjukkan hasil yang jelas terhadap uji indol.
Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya cincin berwarna merah pada bagian atas
medium ketika ditetesi reagen Ehrlich. Warna tersebut dihasilkan oleh reagen
Ehrlich yang tersusun atas p-dimethylamino-benzaldehyde, butanol dan asam
hidroklorat. Indol diekstraksi dari medium menjadi lapisan warna oleh komponen
butanol yang asam dan membentuk suatu komplek dengan pdimethylaminobenzaldehyde, yang membentuk cincin warna merah (Cappuccino
& Sherman 1996: 160).
Hasil pengamatan tersebut seharusnya membuktikan bahwa Escherichia
coli memiliki enzin triptopanase yang dapat menghidrolisis triptofan yang
terdapat pada medium yang menghasilkan cincin indol, sedangkan Enterobacter
aerogenes tidak memiliki enzim tersebut sehingga tidak dapat menghidrolisis
triptofan pada medium. Reaksi hidrolisis tersebut adalah sebagai berikut:

8
Triptofan

triptopanase

indol + asam piruvat + amonia

(Cappucino & Sherman 1996: 164).


B. Uji Methyl Red
Uji methyl red juga merupakan rangkaian uji IMVIC. Uji tersebut
digunakan untuk melihat senyawa asam yang dihasilkan dari hidrolisis glukosa
(Gandjar 1992: 55). Medium yang digunakan untuk uji tersebut adalah medium
Methyl Red. Uji tersebut dilakukan pada biakan Enterobacter aerogenes dan
Escherichia coli.
Hasil pengamatan menunjukkan E. coli bereaksi positif dengan terlihatnya
perubahan warna pada medium yang menjadi merah. Hal tersebut menandakan E.
coli mampu membentuk asam dari hidrolisis gkukosa. E. coli termasuk dalam
jenis Enterobacteriaceae yang dapat melakukan fermentasi asam campuran. Hasil
akhir fermentasi tersebut asam laktat, asetat, suksinat, formiat CO2, H2 dan etanol.
Adanya asam yang mengandung konsentrasi ion hidrogen menyebabkan pH
medium menurun bersamaan dengan terjadinya perubahan warna (Cowan & Steel
1974: 78).
Reaksi yang terjadi pada E. coli adalah:
Glukosa + H2O

Asam asetat + CO2 + H2 + (PH4)


Asam laktat
Asam format

(Cappucino & Sherman 1996: 149).


Tabung yang berisi biakan Enterobacter aerogenes menunjukkan hasil
negatif. Hal tersebut disebabkan bakteri tersebut tidak menghasilkan asam atau
menghasilkan asam dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak memberi reaksi
positif terhadap uji methyl red (Clifton 1958: 226--227).

C. Uji Voges-Proskauer (VP)

9
Rangkaian uji IMVIC selanjutnya adalah uji Voges-Proskauer (VP) yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan senyawa acetyl
carbinol atau 2,3 butanediol (Gandjar 1992: 55). Uji tersebut dilakukan pada
biakan Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli dengan medium VP.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa setelah penambahan reagen
Barrits yang terdiri atas -naftol 5% dan KOH 40%, baik E. coli maupun
Enterobacter aerogenes bersifat positif terhadap uji VP. Hasil trersebut tidak
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Enterobacter aerogenes mampu
membentuk 2,3 butanediol dan asetil metilkarbinol (asetoin), sedangkan E. coli
tidak ( Cappucino & Sherman 1996: 149150). Hal tersebut mungkin disebabkan
karena kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur percobaan.
Uji VP mendeteksi adanya asetoin atau asetilmetilkarbinol sebagai
pendahulu langsung 2,3 butilen glikol. Adanya asetoin menunjukkan adanya
fermentasi 2,3 butilen glikol (Volk & Wheeler 1993: 262). Asetoin dengan adanya
KOH dan udara akan dioksidasi lebih lanjut menjadi diasetil, yang dengan adanya
pepton akan menghasilkan warna merah. Reaksi yang terjadi E. aerogenes adalah
sebagai berikut:
Asetimetil karbinol + -naftol

diasetil + guanidine (merah)

(Salle 1967: 542).


D. Uji Oksidatif-Fermentatif
Uji OF dilakukan dengan menginokulasikan biakan Escherichia coli,
isolate DT II dan Alcaligenes sp. pada medium OF (medium Hugh & Leifsons)
pada dua tabung yang salah satunya diberi lapisan minyak parafin. Minyak
parafin berguna untuk mengurangi penetrasi O2 ke dalam medium, sehingga selalu
tercipta kondisi yang anaerob.
Hasil pengamatan pada biakan E. coli menunjukkan pertumbuhan yang
cukup pesat baik pada tabung yang berlapis parafin maupun yang tidak. Hal
tersebut terlihat karena adanya perubahan warna medium dari hijau menjadi
kuning. Hasil pengamatan tersebut mengindikasikan bahwa E. coli dapat
mengunakan karbohidrat dengan cara oksidasi (aerob) dan fermentasi (anaerob).
Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa E.coli merupakan

10
bakteri yang bersifat anerob fakultatif, kemoorganotropik, dengan melakukan
metabolisme secar respirasi dan fermentasi (Holt dkk. 1994: 532).
Kedua medium yang berisi biakan Alcaligenes sp. baik pada tabung
berlapis parafin maupun yang tidak, menunjukkan adanya perubahan warna
medium. Wana medium hanya tampak sedikit lebih muda Hal tersebut
menunjukkan bahwa Alcaligenes sp. dapat melakukan oksidasi maupun
fermentasi. Seharusnya pada medium dengan kondisi anaerob tidak terjadi
perubahan warna medium karena Alcaligenes sp. merupakan mikroorganisme
yang bersifat aerob obligat, yang membutuhkan oksigen dalam proses respirasinya
(Holt dkk. 1994: 532)
Biakan isolat DT II menunjukkan adanya perubahan warna medium pada
tabung tanpa parafin sedangkan pada tabung berlapis parafin warna medium
hanya tampak lebih muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa isolat DT II
melakukan oksidasi dalam menggunakan karbohidrat. Warna kuning pada biakan
isolat DT II lebih sedikit dibandingkan pada biakan E.coli.
Aktivitas organisme dalam menguraikan karbohidrat secara oksidasi atau
fermentasi dapat dibedakan dengan menggunakan medium OF Hugh & Leifsons.
Medium OF adalah indikator agar semisolid yang mengandung karbohidrat
dengan konsentrasi tinggi dan sedikit pepton. Pepton akan mendorong
pertumbuhan bakteri yang non-oksidatif atau non-fermentatif. Medium OF
mengandung indicator bromtimol biru, yang akan berubah menjadi kuning apabila
suasananya asam. Dalam kondisi basa, warnanya menjadi biru gelap karena
penggunaan pepton yang bukan karbohidrat (Salle 1967: 51).
E. Uji Penggunaan Sitra
Uji penggunaan sitrat dilakukan dengan menginokulasikan biakan
Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes masing-masing pada medium Koser
Citrat Agar yang diberi indikator bromthymol blue. Pada pH 6, indikator tersebut
akan berwarna kuning dan akan berubah warnanya menjadi biru pada pH 7,6. Uji
tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menggunkan senyawa
sitrat sebagai sumber C bagi pertumbuhannya (Gandjar 1992: 54).

11
Hasil pengamatan 48 jam menunjukkan bahwa baik Enterobacter
aerogenes dan E. coli memberikan hasil yang positif terhadap uji asam sitrat yang
ditandai dengan adanya perubahan warna pada bagian atas medium dari warna
hijau menjadi warna biru (bersifat basa). Hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa Enterobacter aerogenes memberikan hasil
positif sedangkan E. coli memberkan hasil yang negatif (Holt dkk. 1994: 204 &
209). Enterobacter aerogenes mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
dalam pertumbuhannya sehingga ada aktivitas metabolisme yang terjadi dan
terdapat hasil dari aktivitas tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan
warna pada medium Koser Citrat Agar yang digunakan. Asam sitrat yang dipecah
kemudian akan terakumulasi di medium (Cowan & Steel 1974: 106). Kesalahan
tersebut disebabkan cara kerja praktikan yang kurang asetik. Penggunaan jarum
ose yang kurang bersih memungkinkan medium yang berisi E. coli tercampur
dengan Enterobacter aerogenes yang diinokulasikan lebih dahulu. Sebaliknya, E.
coli tidak mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang ditandai
dengan tidak adanya perubahan warna pada medium.
Sitrat bekerja berdasarkan enzim sitrase, yang menghasilkan asam
oksaloasetat dan asetat. Produk tersebut kemudian diubah secara enzimatis
menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi, medium menjadi
bersifat alkali, karena karbondioksida bergabung dengan sodium dan air
membentuk sodium karbonat yang merupakan suatu produk alkali. Adanya
sodium karbonat mengubah indikator bromtyhmol blue pada medium, dari warna
hijau menjadi biru (Cappuccino & Sherman 1996: 162).
F. Penggunaan Gula
Percobaan gula sebagai sumber energi dilakukan dengan melihat
pertumbuhan Aspergillus niger yang ditempatkan pada media yang mengandung
jenis gula yang berbeda. Percobaan tersebut menggunakan enam tabung reaksi,
yang masing-masing diisi dengan gula glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, pati
dan satu tabung reaksi digunakan sebagai kontrol. Tabung reaksi yang digunakan
sebagai kontrol diisi dengan medium cair yaitu Czapeks Dox Broth dan medium

12
tersebut tidak ditambahkan gula. Medium kontrol adalah suatu medium yang
dibuat sebagai pembanding.
Setelah dibiarkan selama 24 jam, terlihat adanya pertumbuhan A. niger
pada tabung reaksi yang diberi medium gula glukosa, fruktosa, sukrosa, pati, dan
maltosa, sedangkan pada medium konrtol tidak terliht pertumbuhan.
Pertumbuhan ditandai dengan adanya hifa yang dihasilkan oleh A. niger. Hifa
paling banyak ditemukan pada medium yang mengandung glukosa dan maltosa
sedangkan yang paling sedikit adalah pada tabung yang mengandung pati.
Berdasarkan hasil percobaan, pada pengamatan 48 jam, pertumbuhan
fungi terjadi di seluruh medium, kecuali medium kontrol. Jika dilihat dari
banyaknya hifa yang dihasilkan, medium yang paling banyak ditumbuhi A. niger
adalah medium gulkosa dan fruktosa, sedangkan yang paling sedikit ditumbuhi
adalah medium pati. Namun, jika dilihat dari spora yang dihasilkan, A. niger
membentuk paling banyak spora pada medium sukrosa. Jumlah hifa dan spora
yang dihasilkan bertambah pada pengamatan 120 jam. Hasil pengamatan 120 jam
menunjukkan hifa paling banyak ditemukan pada medium glukosa dan fruktosa.
Hifa paling banyak ditemukan pada medium gulkosa dan fruktosa,
dibandingkan dengan pati karena fungi dapat dengan mudah mencerna bahan
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan glukosa dan fruktosa
merupakan monosakarida sehingga untuk menyerapnya fungi tidak perlu
mengeluarkan enzim untuk memecahnya terlebih dahulu. Glukosa dan fruktosa
merupakan suatu gula terlarut dan dapat masuk ke dalam sel melewati dinding sel
dan digunakan untuk metabolisme yang bermanfaat bagi sel fungi. Suatu
mikroorganisme akan menggunakan gula monosakarida terlebih dahulu,
kemudian disakarida dan yang terakhir adalah polisakarida (Salle 1967: 395).
Pertumbuhan mikroorganisme terlihat sedikit pada medium yang berisi
pati, baik pada pengamatan 24 jam maupun 48 jam. Hal itu ditandai dengan
sedikitnya hifa yang terbentuk pada medium, spora yang dihasilkan juga sedikit.
Hal tersebut disebabkan karena pada suatu kondisi tertentu, terutama pada gulagula disakarida dan polisakarida, fungi lebih memilih membentuk spora daripada
hifa. Hal itu disebabkan nutrisi yang tersedia bagi fungi sangat sedikit, oleh
karena fungi tidak dapat menggunakan langsung sumber makanannya, melainkan

13
harus dirombak terlebih dahulu. Jika fungi terus membentuk hifa, fungi tersebut
akan kehabisan energi sedangkan hifa yang dibentuknya hanya akan menyerap
sedikit makanan, sedangkan jika membentuk spora, fungi tersebut dapat
memperbanyak diri dengan bereproduksi. Ketersediaan nutrisi yang rendah atau
penggunaan sumber karbon yang lambat dapat menyebabkan sedikit pertumbuhan
vegetatif tetapi memperbanyak sporulasi (Carlile & Watkinson 1995: 161--162).

V.

KESIMPULAN
1. Tahap aktivitas mikroorganisme berbeda pada setiap jenis mikroorganisme
yang berbeda.
2. Aktivitas biokimia mikroorganisme dapat dilihat dari jenis enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.
3. Reaksi-reaksi biokimia yang terjadi pada mikroorganisme merupakan reaksi
yang menjadi karakteristik bagi mikroorganisme tersebut, sehingga penting
untuk menjadi dasar identifikasi bakteri tertentu.
4. Berbagai jenis gula berperan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
mikroorganisme.

VI.

DAFTAR ACUAN

Brock, T. D. & M.T. Madigan. 1997. Biology of )icroorganisms. Ed. Ke-8.


Prentice-Hall, Inc., New Jersey: xi + 986 hlm.
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 1996. Microbiology: A laboratory manual.
Addison-Wesley Publishing, Reading: xiii + 466 hlm.
Carlile, M. J. & S. C. Watkinson. 1995. The fungi. Academic Press, London: xiii
+ 482 hlm.
Case, C. L. & T. R. Johnson. 1984. Laboratory experiments in microbiology. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., Menlo Parte: xi + 414
hlm.
Clifton, C. E. 1958. Introduction to the bacteria. Ed. ke-2. McGraw Hill Book
Company, Inc., New York: xiv + 558 hlm.

14
Cowan, S. T. (rev). 1974. Cowan and Steels manual for the identification of
medical bacteria. Ed. ke-2. Cambrigde University Press, London: xii +
238 hlm.
Crueger, W. & A. Crueger. 1984. Biotechnology: A textbook of industrial
microbiology. Brock, D.T. (Ed.). Science Tech. Inc., Madison: x + 308
hlm.
Gandjar, I., I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman
praktikum mikrobiologi dasar. Jurusan Biologi-FMIPA UI, Jakarta: vii +
87 hlm..
Griffin, D. H. 1981. Fungal physiology. John Wiley & Sons, New York: xii +
383 hlm.
Holt, J. G., N. R. Kneg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley, & S. T. Williams. 1994.
Bergeys manual of determinative bacteriology. Ed. Ke-9. Williams &
Wilkins, Baltimore: xviii + 787 hlm.
Lehninger, A. L. 1995. Dasar-dasar biokimia. Terj. dari Principles of
biochemistry, oleh Thenawidjaja, M. Penerbit Erlangga, Jakarta: xv + 369
hlm.
Salle, A. J. 1967. Fundamentals principles of bacteriology. 5th ed. McGraw-Hill
Book Company, Inc., New York: viii + 812 hlm.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi. Ed. ke-5. Terj.dari
Microbiology, oleh Markham. Penerbit Erlangga, Jakarta: xii + 396 hlm.

15
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil pengamatan produksi indol
Biakan

Medium

Reagen

E. coli

Tripton 1%

Ehrlich

Hasil pengamatan
24 jam
48 jam
120 jam
++
-

Keterangan
Seharusnya
terbentuk

Ent.

cincin merah
-

aerogenesis
Tabel 2. Hasil pengamatan uji penggunaan sitrat
Biakan

Medium

Reagen

E. coli

Koser

Bromtimol

Sitrat Agar

blue

Ent.

Hasil pengamatan
24 jam
48 jam
+ (biru)
+++

Keterangan
Medium menjadi
berwarna biru

(KSA)

aerogenesis
Tabel 3. Hasil pengamatan uji Methyl Red
Biakan

Medium

Reagen

E. coli

Methyl

Methyl

Red (MR)

Red (MR)

Ent.

Hasil pengamatan
24 jam
48 jam
++
++ merah
+

Keterangan

- bening

aerogenesis

Tabel 4. Hasil pengamatan uji Voges Proskauer (VG)


Biakan

Medium

Reagen

E. coli

Tripton 1%

Barrit

Hasil pengamatan
24 jam
48 jam
++
++ merah

Modifikasi
Ent.

(-naftol

Keterangan
Cpt berubah jadi
pink

+ (ada

++

16
aerogenesis

dan larutan

endapa)

KOH)

Tabel 5. Hasil pengamatan uji oksidasi fermentasi (OF)


Biakan

Medium

Alcaligenes

Medium

sp.

OF

E. coli

Kondisi
Aerob

Hasil pengamtan
24 jam
48 jam
+
+++

120 jam
++++

144 jam
+++++

Medium jadi

Anaerob

++

++

++++

+++++

kuning (24jam)
Medium jadi

Aerob

++

++++

+++++

kuning (24jam)
Medium jadi

+++++

kuning (24jam)
Medium jadi

Anaerob
DT2

++

+++

Keterangan

++++

Aerob

++

++++

+++++

kuning (24jam)
Medium jadi

Anaerob

kuning (24jam)
Parafin kurang
baik sehingga
udara masuk

Tabel 6. Hasil pengamatan gula sebagai sumber energi


Biakan
Asp. niger

Medium
CDB
CDB +

24 jam
Hifa Spora
+++
+

Hasil pengamatan
48 jam
120 jam
Hifa
Spora
Hifa
Spora
++++
+++
+++++
+++++

glukosa
CDB +

++

+++

++++

+++

+++++

++++

fruktosa
CDB +

++

++

++++

++++

+++++

sukrosa

Keterangan

17
CDB +

+++

+++

++++

+++

++++

++++

maltosa
CDB + pati

++

++

++

++

Gambar 1. Uji indol pengamatan 48 jam


[sumber: dokumentasi pribadi]

18

Gambar 2. Uji indol pengamatan 48 jam


[sumber: dokumentasi pribadi]

Gambar 3. Uji OF berdasarkan urutan


[sumber: dokumentasi pribadi]

Gambar 4. Uji sitrat pengamatan 48 jam


[sumber: dokumentasi pribadi]

19

Gambar 5. Uji urutan karbohidrat


[sumber: dokumentasi pribadi]

Anda mungkin juga menyukai