Anda di halaman 1dari 17

PENGATURAN KADAR GULA DARAH PUASA

A. Latar Belakang
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi
yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana
setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih
banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan
pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara
sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa
mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat
dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber
bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah
harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak
maupun protein.
Karbohidrat yang sering kita jumpai adalah glukosa.
Glukosa merupakan bahan universal bagi sel-sel tubuh
manusia dan berfungsi sebagai sumber karbon untuk sintesis
sebagian besar senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia
menggunakan glukosa untuk memperoleh energi.
Umumnya makanan tiga unsur yaitu karbohidrat, lemak,
dan protein. Dari ketiga unsur tersebut yang merupakan
sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat adalah
senyawa organik dengan fungsi utama sebagai sumber
energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Peran
utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan
glukosa bagi sel-sel tubuh, kemudian diubah menjadi energi.
Glukosa merupakan jenis karbohidrat terpenting bagi tubuh
manusia. Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber
utama tenaga untuk bergerak, membentuk glukosa otot
1

sebagai energi cadangan tubuh, dan juga membentuk protein


dan lemak.
Kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke
dalam aliran darah sebagai glukosa, galaktosa, dan fruktosa,
serta akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa
yang beredar dalam aliran darah menyediakan 50-70% dari
kebutuhan energi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
pada makalah ini akan dibahas tentang proses metabolisme
karbohidrat

dalam

tubuh

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kadar gula darah.


B. Pembahasan
1. Gula Darah
Glukosa darah atau sering disebut gula darah adalah salah satu
gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang
digunakan sebagai sumber energi hewan dan tumbuhan. Umumnya
kadar glukosa darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang
hari, yaitu 4-8 mmol/L (70-150 mg/dL). Kadar ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada kadar terendah pada pagi hari sebelum
makan.
Glukosa juga merupakan prekursor pokok bagi senyawa nonkarbohidrat. Glukosa dapat diubah menjadi lemak termasuk asam lemak,
kolesterol, dan hormon steroid, asam amino, dan asam nukleat. Dalam
tubuh manusia hanya senyawa-senyawa yang disintesis dari vitamin,
asam amino non-esensial, dan asam lemak esensial yang tidak dapat
disintesis dari glukosa.
2. Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme mengakar pada kata metabole dari bahasa Yunani
yang berarti berubah. Dalam dunia ilmu pengetahuan, secara sederhana
metabolisme diartikan sebagai proses kimiawi yang berlangsung di
dalam tubuh makhluk hidup yang bertujuan untuk menghasilkan energi.
Proses metabolisme karbohidrat secara garis besar terdiri dari dua
cakupan yakni reaksi pemecahan atau katabolisme dan reaksi
2

pembentukan atau anabolisme. Pada proses pembentukan, salah satu


unsur yang harus terpenuhi adalah energi. Energi ini dihasilkan dari
proses katabolisme.
Karbohidrat dalam diet umumnya terdapat dalam bentuk zat pati,
laktosa, sukrosa, dan selulosa. Di rongga mulut, enzim amilase saliva
bekerja pada zat pati secara acak menghasilkan maltosa, beberapa
glukosa, dan unit-unit molekul pati yang kecil atau dekstrin. Di dalam
lambung, kerja amilase terhenti karena tingkat keasaman yang tinggi
(HCI). Di dalam usus halus, pH bolus makanan menjadi alkali oleh
sekresi pankreas. Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh kerja enzim
amylase pankreas yang serupa dengan enzim dari saliva. Bila kerja
amilase menghidrolisis zat pati sempurna, lumen usus halus akan
mengandung glukosa, maltosa, isomaltosa, serta laktosa dan sukrosa dari
diet. Selulosa yang dimakan ialah polisakarida yang tidak dapat
dicernakan pada manusia karena enzim yang menghidrolisisnya tidak
dibentuk. Disakarida (maltosa, isomaltosa, laktosa) akan dihidrolisis
pada brush border mukosa usus halus.
Sementara itu, tahapan metabolisme sendiri terdiri atas beberapa
bagian yakni glikolisis, oksidasi piruvat ke asetil-KoA, glikogenesis,
glikogenolisis, hexose monophosphate shunt dan terakhir adalah
Glukoneogenesis.
a. Glikolisis
Proses glikolisis mencakup oksidasi glukosa atau glikogen yang
diurai menjadi piruvat juga laktat dengan jalan emben-meyerhof
Pathway atau biasa disingkat EMP. Proses glikolisis ini terjadi di
semua jaringan. Proses selanjutnya adalah oksidasi piruvat ke asetik
KoA. Langkah ini dibutuhkan sebelum proses masuknya hasil
glikolisis di dalam siklus asam nitrat yang merupakan jalan akhir
oksidasi semua komponen senyawa protein, karbohidrat, dan juga
lemak. Sebelum asam piruvat memasuki asam nitrat, ia terlebih
dahulu harus disalurkan ke mitokondria dengan jalan transport piruvat
khusus yang membantu pasasi melewati membran di area
3

mitokondria. Setelah sampai di wilayah mitokondria, piruvat


mengalami proses dekarboksilasi dan diolah menjadi senyawa asetil
KoA. Proses dekarboksilasi ini terjadi karena bantuan tiamin difosfat
yang berperan sebagai derivate hidroksietil cincin tiazol dan terkait
dengan enzim.
b. Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan
glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi
menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian
siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya
untuk berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika
jumlah glukosa melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi
glikogen untuk cadangan makanan melalui proses glikogenesis.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam tubuh dan
analog dengan amilum pada tumbuhan. Glikogen terdapat didalam
hati (sampai 6%) dan otot jarang melampaui jumlah 1%. Tetapi
karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya
simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih
banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer -D-Glukosa
yang bercabang.
Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati adalah simpanan
sumber heksosa untuk dikirim keluar guna mempertahankan kadar
glukosa darah, khususnya di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam
puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi
glikogen otot hanya terkuras setelah seseorang melakukan olahraga
yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai
berikut:
a) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi
yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini
dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
4

b)

Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi


dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu
sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan
mengambil

c)

bagian

di

dalam

reaksi

reversible

yang

intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.


Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat
(UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc).

d)

Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.


Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya oleh enzim
pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan

e)

persamaan reaksi
Atom C1 pada glukosa

yang

diaktifkan

oleh

UDPGlc

membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu


glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin
difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen
primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal
sebagai glikogenin.
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk
membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase.
Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul
glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen
f)

yang melebihi jumlah molekul glikogenin.


Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan
penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11
residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan
bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada
rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16
sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabangcabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1
glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah
residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak
5

reaktif

dalam

molekul

akan

meningkat

sehingga

akan

mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.


c. Glikogenolisis

Glikogen merupakan karbohidrat simpanan utama pada hewan,


setara dengan pati atau kanji pada tumbuhan. Glikogen adalah
polimer bercabang -D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati
dan otot. Meskipun kandungan glikogen hati lebih tinggi dari pada
kandungan glikogen otot, namun karena massa otot tubuh total jauh
lebih besar dari pada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen tubuh
total berada di otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang
cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen
hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk
mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan dan
setelah 12-18 jam berpuasa.
Deretan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa merupakan
proses katabolisme cadangan sumber energi. Enzim utama yaitu
glikogen fosforilase, memecah ikatan 1-4 glikogen. Selanjutnya,
enzim transferase akan memindahkan tiga residu glukosil dari cabang
terluar ke cabang lain. Pemindahan ini menyebabkan titik cabang 1-6
terpapar. Ikatan 1-6 akan diputus oleh debranching enzyme (amino 16 glukosidase). Transferase dan debranching enzyme akan mengubah
struktur bercabang glikogen menjadi lurus, yang membuka jalan
untuk pemecahan selanjutnya oleh fosforilase dan menghasilkan
glukosa 1 fosfat. Glukosa 1 fosfat secepatnya diubah menjadi glukosa
6 fosfat di hepar dan ginjal. Glukosa 6 fosfatase mengeluarkan fosfat
dari Glukosa 6 fosfat sehingga glukosa berdifusi dari sel ke darah
yang berakibat kenaikan gula darah.
d. Glukoneogenesis
Pada dasarnya glukoneogenesis ialah sintesis glukosa dari
senyawa yang bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa
asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung terutama di hati.
6

Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisasi dapat dibawa oleh
darah ke hati, dan diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi dalam proses yaitu glukoneogenesis.
Glukoneogenesis terkait dengan banyak enzim yang sama dengan
glikolisis, tetapi glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses
glikolisis karena terdapat tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak
reversibel, artinya perlu enzim lain untuk kebalikannya, yaitu
glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvatkinase.
Glukagon merangsang glukoneogenesis dengan merangsang
enzim-enzim tersebut terutama fosfoenol piruvat karboksikinase.
Biosintesis enzim-enzim tersebut juga dipengaruhi oleh insulin dan
hormon glukokortikoid. Efek enzim glukoneogenesis menimbulkan
hipoglikemia dan asidosis laktat. Enam ikatan fosfat berenergi tinggi
digunakan untuk pembentukan glukosa dalam reaksi ini.
Setelah transminasi atau deaminasi, asam-asam

amino

glukogenik menghasilkan piruvat atau zat-zat antara siklus asam


sitrat. Oleh karena itu, reaksi ini dapat menyebabkan perubahan laktat
maupun asam amino glukogenik menjadi glukosa dan glikogen.
Secara garis besar, proses metabolism karbohidrat dapat digambarkan
sebagai berikut.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah


Karbohidrat merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh
mahluk hidup. Ia berperan sebagai bahan bakar. Pada manusia, bahan
bakar tersebut berupa glukosa sedangkan pada hewan disebut glikogen
dan pada tumbuhan disebut pati. Para ahli gizi menyebut karbohidrat
sebagai salah satu dari enam zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh.
Karena itu, diet yang bertujuan menghindari karbohidrat adalah jenis
diet yang salah. Selain sebagai sumber energi, manfaat karbohidrat
7

lainnya adalah sebagai cadangan tenaga yang biasanya disimpan dalam


bentuk lemak di bawah jaringan kulit, memberi rasa kenyang, dan lainlain. Kekurangan karbohidrat bisa menyebabkan beberapa penyakit
serius misalnya maramus, hypoglisemia dan lain-lain. Penyakit tersebut
berbahaya dan harus dihindari. Meski demikian, Anda juga tidak
dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan. Sebab dampak
kelebihan karbohidrat juga berbahaya bagi tubuh kita.
Selama ini kita terkesan menyalahkan lemak sebagai pemicu halhal

yang

mengganggu

kesehatan

manusia.

Padahal,

konsumsi

karbohidrat yang berlebihan juga bisa memicu penyakit pada seseorang.


Karbohidrat berlebih bisa meningkatkan kadar gula di dalam darah dan
berakibat pada resiko penyakit jantung yang semakin tinggi. Senyawa
Trigliserida yakni jenis lemak yang biasanya dijumpai di dalam darah
yang mengandung glukosa lebih. Jika kadar trigliserida tinggi dan HDL
rendah maka akan berpengaruh pada aterosklerosis dan berimbas pada
penyakit jantung, stroke dan juga serangan jantung mendadak.
Selain itu, karbohidrat lebih juga akan memicu penyakit diabetes
mellitus. Ciri-ciri diabetes mellitus sendiri adalah buang air kecil secara
berlebihan, merasa terus menerus haus, lapar berlebihan, mulut terasa
pahit dan lain-lain.
Kadar gula darah dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang tak hanya dengan mengkonsumsi kerbohidrat secara berlebih.
Faktor ini bisa berupa faktor internal maupun faktor eksternal., faktor
internal disini berasal dari dalam tubuh manusia itu sendiri, misalnya
hormon. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar,
yaitu aktivitas manusia dalam keseharian.
a. Faktor Internal
Glukagon dan epinefrin merupakan hormon yang berperan
meningkatkan kadar gula darah, menghambat glikolisis, dan
merangsang

glukoneogenesis

di

hati

dengan

meningkatkan

konsentrasi cAMP. Hal ini akan mengaktifkan protein kinase


tergantung piruvat kinase. Keduanya juga mempengaruhi konsentrasi
8

fruktosa

2,6-bisfosfat

sehingga

mempengaruhi

glikolisis

dan

glukoneogenesis.
Kelenjar hipofisis anterior menyekresi hormon-hormon yang
cenderung meningkatkan kadar gula darah sehingga melawan kerja
insulin. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam
amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan
normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan
kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk
keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa
darah yang baik diatur bersama dengan hormon glukagon yang
disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor
hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan
enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga
terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembunggelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi
dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin
dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Mekanisme di atas diperlukan bagi berlangsungnya proses
metabolisme secara normal, karena fungsi insulin memang sangat
dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam darah.
Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama
yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi
insulin. Di samping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obatobatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam rangsangan
terhadap sel beta. Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya
dari sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan tersebut,
merupakan hal yang cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat
dipahami secara jelas.
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin,
setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama
9

adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat melewati


membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose
transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa.
Fungsinya sebagai kendaraan pengangkut glukosa masuk dari luar
kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang
terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya
glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses
ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan
mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan
untuk tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K
channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya
pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap
pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan
masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca
intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui
mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan
gangguan pada metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang
ditimbulkannya. Pada dasarnya ini bermula dari hambatan dalam
utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar
glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala
diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis
diabetes yang paling sering ditemukan, gangguan metabolisme
glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya
sekresi insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh faktor
lingkungan ( environment ). Sedangkan pada diabetes tipe 1 (DMT1),
gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi insulin secara absolut.
10

Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh


kelainan pada dinamika sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1
sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat). Defisiensi
insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap
homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia
akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah
segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau minum).
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin
merupakan faktor etiologi yang bersifat bawaan (genetik). Secara
klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progressif dan cenderung
melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein.
Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak
berlangsung
memunculkan

sempurna

pada

abnormalitas

gilirannya
dari

kadar

secara

klinis

sering

lipid

darah.

Untuk

mendapatkan kadar glukosa yang normal dalam darah diperlukan


obat-obatan yang dapat merangsang sel beta untuk peningkatan
sekresi insulin (insulin secretagogue) atau bila diperlukan secara
substitusi

insulin,

di

samping

obat-obatan

yang

berkhasiat

menurunkan resistensi insulin (insulin sensitizer).


Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian diikuti peningkatan
kinerja fase 2 sekresi insulin, pada tahap awal belum akan
menimbulkan gangguan terhadap kadar glukosa darah. Secara klinis,
barulah pada tahap dekompensasi, dapat terdeteksi keadaan yang
dinamakan Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai
prediabetic state. Pada tahap ini mekanisme kompensasi sudah mulai
tidak adekuat lagi, tubuh mengalami defisiensi yang mungkin secara
relatif, terjadi peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Pada
toleransi glukosa terganggu (TGT) didapatkan kadar glukosa darah
postprandial, atau setelah diberi beban larutan 75 g glukosa dengan
Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO), berkisar diantara 140-200
mg/dL. Juga dinamakan sebagai prediabetes, bila kadar glukosa darah

11

puasa antara 100 126 mg/dL, yang disebut juga sebagai Glukosa
Darah Puasa Terganggu (GDPT).
Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada
tahap diabetes, atau hiperglikemia akut postprandial yang terjadi berulangkali setiap hari sejak tahap TGT, memberi dampak buruk
terhadap jaringan yang secara jangka panjang menimbulkan
komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah
(glucotoxicity) yang diikuti

pula oleh dislipidemia (lipotoxicity)

bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik secara langsung


melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang meluas.
Resistensi insulin mulai menonjol peranannya semenjak
perubahan atau konversi fase TGT menjadi DMT2. Dikatakan bahwa
pada saat tersebut faktor resistensi insulin mulai dominan sebagai
penyebab hiperglikemia maupun berbagai kerusakan jaringan. Ini
terlihat dari kenyataan bahwa pada tahap awal DMT2, meskipun
dengan kadar insulin serum yang cukup tinggi, namun hiperglikemia
masih dapat terjadi. Kerusakan jaringan yang terjadi, terutama
mikrovaskular, meningkat secara tajam pada tahap diabetes,
sedangkan

gangguan

makrovaskular

telah

muncul

semenjak

prediabetes. Semakin tingginya tingkat resistensi insulin dapat terlihat


pula dari peningkatan kadar glukosa darah puasa maupun
postprandial. Sejalan dengan itu, pada hepar semakin tinggi tingkat
resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, menyebabkan semakin
tinggi pula tingkat produksi glukosa dari hepar.
Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, pada
awalnya ditentukan oleh kinerja fase 1 yang kemudian memberi
dampak negatif terhadap kinerja fase 2, dan berakibat langsung
terhadap

peningkatan

kadar

glukosa

darah

(hiperglikemia).

Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi


insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh
rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin).
12

Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas


akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan
metabolisme glukosa akan berlanjut pada gangguan metabolisme
lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh.
Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin,
selain daripada intoleransi terhadap glukosa beserta berbagai
akibatnya, sering menimbulkan kumpulan gejala yang dinamakan
sindroma metabolik.
b. Faktor Eksternal
Berdasarkan dari Departemen Kesehatan RI, bahwa pada tahun
2012 diabetes melitus merupakan penyebab kematian ke 2 di daerah
perkotaan. Sehingga dalam halnya kadar gula darah dalam tubuh
menjadi perhatian banyak pihak. Beberapa pihak mencari solusi untuk
menanggulangi dampak dari kadar gula darah yang tidak normal
(hipoglikemia maupun hiperglikemia). Seperti yang diungkapkan
Taruna Ikrar, MD., PhD, Specialist and Scieintist dari University of
California, School of Medicine, Irvine, USA, yang dikutip dari
Republika, bagi penyakit kardiovaskuler, tidak ada penanggulangan
yang lebih baik selain mencegahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperbaiki gaya hidup sehat, melaksanakan pola makanan yang
sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta
tidak makan berlebihan makanan yang mengandung lemak dan
kolesterol tinggi), serta dilanjutkan dengan olah raga atau aktivitas
yang teratur.
Olahraga dapat mengatur gula darah melalui tiga mekanisme
yaitu perangsangan akut transport gula otot, penguatan akut kerja
insulin, dan up-regulation jalur jangka panjang insulin signal.
Perbaikan kepekaan insulin merupakan dampak dari afinitas reseptor
insulin, pengendalian gula mengarah pada penundaan penebalan
membrane basal pembuluh darah. Beberapa penelitian juga sudah
dilakukan untuk hal tersebut. Salah satunya adalah pengaruh latihan
aerobik terhadap kadar gula darah puasa yang dilakukan oleh Dini
13

Mengga (RSUP Kandou Manado). Pada saat latihan aerobik terjadi


kontraksi otot dan kontraksi otot ini memicu penyisipan GLUT 4 ke
membran plasma sel otot yang berkontraksi sehingga ketika otot
berkontraksi gula darah bisa masuk kedalam sel walaupun tanpa
insulin, karena otot rangka tidak bergantung pada insulin. Ketika
latihan aerobik glukosa yang berada dalam darah akan masuk
kedalam sel sehingga gula darah akan turun. Gula darah turun
mendadak saat berolahraga maka sistem homeostasis

tubuh

melakukan kompensasi umpan balik negative yaitu pankreas


mensekresi glukagon dan menghambat sekresi insulin sehingga gula
darah yang turun secara mendadak bisa meningkat dengan
disekresinya glukagon.
Penelitian serupa

juga

dilakukan

oleh

Hanif

(Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung) bahwa Senam jantung sehat


merupakan salah satu jenis latihan aerobik intensitas sedang. Latihan
aerobik durasi lama 30-60 menit dengan 6070% VO2 maks dapat
secara signifikan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Hal ini
disebabkan latihan aerobik intensitas sedang menggunakan glukosa
sebagai sumber energi utama yang dominan. Latihan intensitas sedang
selama 30 menit dapat menurunkan tingkat glukosa darah lebih besar
daripada latihan dengan intensitas tinggi. Penurunan kadar glukosa
darah pada latihan dengan intensitas sedang lebih besar daripada
intensitas tinggi disebabkan karena peningkatan jumlah hormon
katekolamin dan growht hormon yang lebih besar pada latihan dengan
intensitas tinggi, sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia maka selama
melakukan latihan senam jantung sehat responden diberi minum dan
snack. Hal ini juga dikemukakan oleh Indriyani (2004) yaitu untuk
mencegah hipoglikemia dalam melakukan latihan terutama latihan
yang lama dan berat penting untuk menyediakan makanan tambahan
yang mengandung karbohidrat selama dan sesudah latihan.

14

Sebenarnya pada berat badan normal / ideal tidak selalu disertai


dengan kadar gula darah puasa yang normal pula. Seperti halnya
penelitian yang dilakukan oleh Hindri (Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado), menyatakan bahwa status gizi
dan indeks masa tubuh normal selalu disertai kadar gula darah puasa
yang normal. Pola hidup sangat berperan dalam status gizi seseorang.
Dengan demikian kebiasaan makan dan aktifitas fisik perlu
diperhitungkan.
Selain itu, hal yang dapat mengendalikan kadar gula darah adalah
dengan cara berpuasa. Beberapa penelitian menunjukkan saat puasa
ramadan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian
dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai
perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperanan
bagi peningkatan kesehatan manusia.
Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa
amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah
terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat.
Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan
pembuluh

darah

perifer, meluaskan

pebuluh

darah

koroner,

meningkatkan tekanan darah rterial dan menambah volume darah ke


jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah
pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah.
Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit
pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan
lainnya.
Puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan
mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat
dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes,
kolesterol tinggi, kegemukan dan darah tinggi. Dalam kondisi
tertentu, seorang pasien bahkan dibolehkan berpuasa, kecuali mereka
yang menderita sakit diabetes yang sudah parah, jantung koroner dan
batu ginjal. Puasa dapat menjaga perut yang penuh disebabkan
15

banyak makan adalah penyebab utama kepada bermacam-macam


penyakit khususnya obesitas, hiperkolesterol, diabetes dan penyakit
yang diakibatkan kelebihan nutrisi lainnya.
Penghentian konsumsi air selama

puasa

sangat

efektif

meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan


kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml
osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan member
perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa
ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini
berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah
dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan
kerja sel darah merah.
Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi
pengkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati keseluruhan sel
darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalani kenaikkan pesat.
Perubahan aksidental lipoprotein yang berkepadatan rendah (LDL),
tanpa diikuti penambahan HDL. LDL merupakan model lipoprotein
yang meberika pengaruh stumulatif bagi respon imunitas tubuh. Pada
penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar
apobetta, menaikkan kadar apoalfa1 dibandingkan sebelum puasa.
Kondisi tersebut dapat menjauhkan seragan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
C. Kesimpulan
Manusia tidak dapat lepas dari karbohidrat. Karbohidrat ini dibutuhkan
manusia untuk memperoleh energi dalam melakukan aktifitasnya. Namun
perlu diperhatikan pula dalam hal mengkomsumsi karbohidrat, agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh seperti Diabetes mellitus. Kadar
gula darah puasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain secara alami
hormon melakukan tugasnya untuk membantu mengolah karbohidrat menjadi
energi, namun perlu diimbangi pula dengan aktifitas manusia yang
bermanfaat seperti makan teratur, olahraga dan puasa.
16

DAFTAR PUSTAKA
Bawono, Mukhamad Nur,

Kontrol Hormon Insulin dan Glukagon dalam

Perubahan Metabolisme Selama Latihan dalam Jurnal.


Djakani, Hidri, Gambaran Kadar Gula Darah Puasa pada Laki-Laki Usia 40-59
Tahun dalam Jurnal e-Biomedik (eBM) Vol. 1, No. 1, Maret 2013.
Fakhrudin, Hanif, Pengaruh Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan dalam Jurnal MAJORITY
(Medical Journal of Lampung University) ISSN 2337-3776.
Kompas, Manfaat Puasa Bagi Kesehatan dalam Kompas 22 Juli 2010.
Marfianti, Erlina, Perbedaan Kadar Resistin pada Obes dengan Resistensi Insulin
dan Obes Tanpa Resistensi Insulin dalam Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia.
Mengga, Dini, Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kadar Gula Darah Puasa
pada Dewasa Obes dalam Jurnal.
Nelson, David L, Cox, Michael M, Principles of Biochemistry, University of
WisconsinMadison.
Sahrial, Andi, Puasa Bisa Turunkan Kadar Gula Darah, Kolesterol dan
Kendalika Tekanan Darah dalam Republika Online.

17

Anda mungkin juga menyukai