Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ILMU KEPERAWATAN JIWA

Disusun untuk memenuhi kriteria nilai mata kuliah Ilmu


Keperawatan Jiwa
OLEH :
KELOMPOK I
Arif Amrullah

(207.312.061)

Marseliana

(207.312.077)

Okti Sandha Priyanti

(207.312.090)

Fitriyani

(207.312.126)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema Asuhan Keperawatan Pada Klien
Ansietas ini dalam rangka memenuhi tugas kelompok Ilmu Keperawatan Jiwa.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan
dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, dukungan, dan pengarahan dari berbagai pihak makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami selaku
penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak dr. Mohamad Juesro, MM, MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
2. Ibu Ns. Duma L.Tobing, S.Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan
3. Ibu Ns. Duma L. Tobing, S.Kep dan Ibu Novianti, Skep. Selaku dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa.
4. Orang tua kami yang telah memberi dukungan, baik moril maupun materil
5. Serta rekan rekan keperawatan UPN Veteran Jakarta, khususnya tingkat III, local B

Makalah ini disusun dengan segala keterbatasan

kami, sehingga kami mohon maaf

apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Kami pun mengharap kritik dan saran
demi perbaikan dari makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Keperawatan.

Jakarta, 04 November 2009

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
I.A

Latar Belakang ...1

I.B

Tujuan 1
- Umum .....................................................................................1
- Khusus .....................................................................................1

I.C

Sistematika Penulisan 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEP DASAR


II.A

Definisi/ Pengertian Ansietas ...............3

II.B

Psikodinamika.........................................3
-

Etiologi

Proses terjadinya

Tingkat Ansietas

Respon Ansietas

Teori-teori yang mendaasari Ansietas

II.C

Rentang Respon Ansietas .................4

II.D

Asuhan Keperawatan........................4
1. Pengkajian Keperawatan
a. Faktor predisposisi
b. Faktor presipitasi
c. Manisfestasi klinis
d. Mekanisme koping
e. Sumber koping
f. Pohon masalah
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawtan
4. Penatalaksanaan Medis (Psikofarmako)
5. Impelmentasi
6. Evaluasi Keperawatan

II.F

Strategi Pelaksaan 1 ..................................................................24

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan 26
III.2 Saran . .26

DAFTAR PUSTAKA ..2

BAB I
PENDAHULUAN

I.A

Latar Belakang
Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian dari
stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif,
yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas berbeda dengan takut. Takut
adalah penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu
tersebut dapat menggambarkan sumber dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu
sumber kekuatan dan energinya dapat menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau
konstruktif.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan
dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat
mengganggu kehidupan seseorang.

I.B

Tujuan
I.B.1

Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan menguasai serta mempermudah
penerapan tentang ansietas dalam tindakan asuhan keperawatan pada pasien /
klien.

I.B.2

Tujuan Khusus

1. Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu media yang memudahkan proses
pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah ilmu keperawatan jiwa.

2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian atau definisi dari ansietas dalam


tindakan asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar ansietas.
4. Mahasiswa mampu memahami askep ansietas.

I.C

Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan sistematika penulisan :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar ansietas dan askep ansietas.

BAB III

PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan sesuai dengan bahasan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

I.Definisi

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia
2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya.
(Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh
rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan.(Teifion Davies 2009).
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif
dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan
pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat
mengganggu kehidupan seseorang.

B. PSIKODINAMIKA
I. Etiologi
Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen
fisiologik dan psikologik. Perasaan takut atau tidak tenang yang sumbernya tidak dikenali.

Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara phisikis atau psykhologik
(seperti harga diri, gambaran diri, atau identitas diri).
Selain itu, penyebab dari Ansietas yaitu dari faktor Neurobiologik dan fisikologik.
1. Faktor Neurobiologik
Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf
otonom atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan
lebih besar tingkatannya dari orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia
otak seperti Serotonin dan GABA (gama-aminobutyric acid) berperan dalam
perkembangan cemas. Amygdala sebagai pusat komunikasi antara bagian otak
yang memproses input sensori dan bagian otak yang yang menginterpretasikan
input (amygdala mengidentifikasikan informasi sensori yang masuk sebagai
ancaman

dan

kemudian

menimbulkan

perasaan

cemas

atau

takut)

Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut, memori, dan


emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor Locus
Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya
dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga
menyebabkan seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD {Post
traumatic sindrom disorder}). Hippocampus bertanggung jawab terhadap
stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam
memori Striatum, berperan dalam kontrol motorik yang terlibat dalam OCD
(Obsessive Compulsive Disorder). Penyakit fisik Exposure Of
paparan bahaya atau trauma fisik dan psikologis.
2. Faktor Psikologik
-

Marah

Harga diri rendah

Pemalu pada masa kanak-kanak

Orang tua yang pemarah

Substance

Terlalu banyak kritik

Ketidak nyamanan dengan Agresi

Seksual Abuse

Mengalami peristiwa yang menakutkan

3. Faktor Kognitif
Cemas sebagai manisfestasi bdari penyimpangan berpikir dan membuat
persepsi/kebiasaan/prilaku individu memandang secara berlebihan terhadap suatu
bahaya.

II. Proses Terjadinya


Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf otonom
atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingkatannya
dari orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia otak seperti Serotonin dan GABA (gamaaminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas. Amygdala sebagai pusat komunikasi
antara

bagian

otak

yang

memproses

input

sensori

dan

bagian

otak

yang

yang

menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan informasi sensori yang masuk sebagai


ancaman

dan

kemudian

menimbulkan

perasaan

cemas

atau

takut)

Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut, memori, dan emosi, dan
semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor Locus Ceruleus, adalah satu area
otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan
pada beberapa individu sehingga menyebabkan seseoranng mudah mengalami cemas
(khususnya PTSD {Post traumatic sindrom disorder}). Hippocampus bertanggung jawab
terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori
Striatum, berperan dalam kontrol motorik yang terlibat dalam OCD (Obsessive Compulsive

Disorder). Penyakit fisik Exposure Of

Substance paparan bahaya atau trauma fisik dan

psikologis.

III. Tingkat Ansietas


Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :
a. Ansietas ringan;

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan


persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
b. Ansietas sedang; memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat berfokus untuk melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat; sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain.
d. Tingkat Panik ; dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

IV. Respon Ansietas


Macam-macam Respon Ansietas yaitu :
1. Respon Fisiologis

Sistem Tubuh

Respons

Kardiovaskular

Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meningkat
Rasa ingin pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun

Pernapasan

Napas cepat
Sesak napas
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorokan
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Neuromuskular

Refleks meningkat
Reaksi terkejut
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas

Gelisah, mondar-mandir
Wajah tegang
Kelemahan umum
Tungkai lemah
Gastrointestinal

Kehilangan nafsu makan


Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Nyeri abdomen
Mual
Nyeri ulu hati
Diare

Saluran perkemihan

Tidak dapat menahan kencing


Sering berkemih

Kulit

Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

2. Respon Prilaku, Kognitif, dan Afektif

Sistem

Prilaku

Respons

Gelisah
Ketegangan fisik
Reaksi terkejut
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Inhibisi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Sangat waspada

Kognitif

Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Preokupasi
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian

Hambatan berpikir
Lapangan persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesendaran diri
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kendali
Afektif

Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Gugup
Ketakutan
Waspada
Kengerian
Kekhawatiran
Kecemasan
Mati rasa
Rasa bersalah
Malu

V. Teori-Teori yang Mendasari Ansietas


Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan
superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id
dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang
terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu
bahaya yang perlu diatasi.
2. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan
dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
3. Teori prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas
merupakan

sesuatu

dorongan

yang

dipelajari

berdasarkan

keinginan

untuk

menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
4. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga.

5. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan
umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
(www.google.com)

C. Rentang Respons
Gambar 9-1 Rentang Respons Ansietas

RENTANG RESPONS ASIETAS


Respons adaptif

Antisipasi

Respons maladaptive

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Ciri- ciri Ansietas yaitu :


a. Ansietas Ringan :

Lebih

waspada,

gerakan

mata,

ketajaman

pendengaran

bertambah, dan kesadaran meningkat.


b. Ansietas Sedang : Berfokus pada dirinya (penyakitnya). Menurunnya perhatian
terhadap lingkungan secara terperinci.
c. Ansietas Berat

: Perubahan pola pikir, ketidak selarasan pikiran, tindakan dan

perasaan. Lapangan persepsi menyempit.

d. Panik

Persepsi

terhadap

lingkungan

mengalamidistorsi;

ketidakmampuan memahami situasi; respon tidak dapat diduga; aktivitas motorik


yang tidak menentu.

D. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Keperawatan
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan

ansietas,

diantaranya:

(1). Pandangan Psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi


antara antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku,
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

(2). Pandangan Interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya

penerimaan/

persetujuan

dan

penolakan

interpersonal.

Ansietas

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,


yang menimbulkan kelemahan tertentu. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

(3). Pandangan Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa
dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

(4). Kajian Keluarga, ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.
Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi.

(5). Kajian Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.


Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (asam gamaaminobutirat) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:


(1). Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
(2). Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas ,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

c. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Manifestasi
klinis dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan

terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup


sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,

dan fungsi sosial yang terintegritas pada individu.

d. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sebagai berikut :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas
dan bersifat maladaptif.

e. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model ekonomi, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu
individu mengintergrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi
strategi kopinng yang berhasil.
f. Pohon Masalah
Harga diri Rendah

Gangguan citra tubuh

Ansietas

Koping Individu inefektif

Kurangnya pengetahuan

II. Diagnosa Keperawatan


Perumusan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat untuk menentukan
kualitas (kesesuaian) respon pasien, kuantitas (tingkat) ansietas pasien, dan sifat adaptif
atau maladtif mekanisme koping yang digunakan.
Contoh diagnosa keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap
konsep diri sekunder akibat : perubahan status dan prestise kegagalan atau
keberhasilan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan napas dangkal.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
intake makanan.
III. Intervensi Keperawatan
Pasien harus mangembangkan kemampuannya untuk menoleransi ansietas ringan
dan menggunakan kemampuan tersebut secara sadar dan konstuktif. Dengan cara ini
pasien menjadi lebih kuat dan lebih terintegrasi. Rencana Penyuluhan Pasien untuk
mengajarkan respon relaksasi.

Rancangan penyuluhan Pasien: mengajarkan respon relaksasi


Isi

Aktivitas Instruksional

evaluasi

Menjelaskan karakteristik Diskusikan perubahan fisiologi yang Pasien mengidentifikasi responya sendiri
dan manfaat relaksasi
berkaitan denga relaksasi dan terhadap ansietas.
Pasien menjelaskan elemen keadaan
bandingkan hal ini dengan ansietas
rileksi.
Mengajarkan
tehnik
relaksasi
otot
dalam
melalui urutan latihan
relaksasi ketegangan

Libatkan pasien dalam prosedur


progresif
menegangkan
dan
merelaksasikan otot sampai seluruh
tubuh rileks

Ppasien
dapat
menegangkan
dan
merelaksasikan semia kelompok otot.
Pasien msngidentifikasi otot yang terutama
menjadi tegan.

Mendiskusikan
Jelaskan elemen meditasi dan bantu Pasien memilih kata atau suasana dengan
tentangprosedur relaksasi pasien dalam melakukan tehnik ini
konotasi yang baik dan terlibat dalam
meditasi
dan
meditasi yang merilekskan.
komponennya
Membantu
dalam
menglami situasi yang
menimbulkan
ansietas
melalui
disensi
tisasi
sistematik
Mengizinkan
berlatih da
relaksasi di
yang aman

Bersama pasien, bangun hierarki


situasi
atau
suasana
yang
menimbulkan
ansietas.melalui
imajinasi atau realitas, atasi suasana
ini dengan menggunakan tehnik
relaksasi.

Pasien mengdentifikasi dan membuat


peringkat situasi yang menimbulkan
ansietas.
Pasien menghadapi situasi ini dengan tetap
rileks.

untuk Meminta pasien untuk bermain peran Pasien lebih nyaman dengan situasi baru
melakukan situasi yangmenegangkan dengan dalam lingkungan yang aman dan
lingkungan anda atau pasien lainnya.
mendukung.

Mendorong pasien untuk Berih


pekerjan
rumah
untuk
menggunakan
tekhnik menggunakan respon relaksasi dalam
relaksasi dalam kehidupan penglaman sehari hari.
Dukung keberhasilan pesien yang
menggunakan
relaksasi
dalam
kehidupan.

IV. Penatalaksanaan Medis (Psikofarmako)

Pasien menggunakan relaksasi dalam


situasi kehidupan nyata.
Pasien mengtur respon ansietas melalui
penggunaan teknik relaksasi.

Benzodiazepine merupakan obat denagn mula kerja yang cepat, tetapi toleransi dapat
terjadi pada penggunaan kronik, sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada reaksi putus
obat akut ketika obat dihentikan pada 30% kasus serta pada 10% penghentian kronik. Efek
sampingnya meliputi sedasi dan amnesia dan kemungkinan juga ansietas dan depresi : terdapat
potensi yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan alkohol.
Buspirone Walaupun ketergantungan Belum pernah terjadi pada pemakaian buspiron,
banyak apsien meragukan efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat. Untuk
ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat. Percobaan terapi hingga delapan minngu
dengan setidaknya 30 mg buspiron setiap harinya,estela peningkatan dosis secara bertahap selam
dua minggu pertama sering menunjukkan hasil yang baik.
Antidepresan Pasien yang sebelumya mengkonsumsi benzodiazepine dpat tidak
merasakan efek sedatif dan efek ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, dan apda kasus
tersebut percobaan terapi dengan antidepresan selam enam hingga delapan minggu dapat
bermanfaat. Antidepresan dapat menimbulkan eksaserbasi-awal ansietas, yang dapat dicegah
dengan pemberian benzodiazepine selam tujuh hingga sepuluh hari pertama dengan risiko
ketergantungan yang lebih kecil.
Durasi yang diperlukan untuk terapi obat tidak pasti, yaitu enam hingga sembilan bulan
pada tahap awal.

V. Implementasi
Intervensi pada Ansietas Tingkat Berat dan Panik.
Prioritas tertinggi tujuan keperawatan harus ditunjukan

untuk menurunkan

ansietas tinggkat berat atau panik pasien, dan intervensi keperawatan yang berhubungan
harus suportif dan protektif
Intervensi pada Ansietas Tingkat Sedang.

Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang, perawat daapt
mengimplementasikan intervensi keperawatan reedukatif atau berorientasi pada
pemahaman. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses penyelesaian masalah.

VI. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi akan dilakukan selama proses belajar dan pada akhir dari proses pendidikan
kesehatan. Evalasi akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan.

Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)


TAHAP ORIENTASI

Perawat

: Selamat pagi ?

Pasien

: .............................

Perawat

: Perkenalkan nama saya suster Fitri, saya perawat yang dinas pada pagi ini di
ruangan Melati. Saya bertugas dari pukul 07.00-14.00 siang. Saya yang akan
merawat ibu hari ini. Kalau boleh saya tahu, siapa nama mbak? Dan senangnya
dipanggil apa?

Pasien

: ..............................

Perawat

: Dari tadi saya perhatikan Sely kelihatan mondar-mandir dan gelisah .

Pasien

: ...

Perawat

: Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang keadaan Selly ?

Pasien

: .

Perawat

: Tidak lama kok. Kalau Cuma 15 menit? Setuju tidak?

Pasien

: .

Perawat

: Selly mau berbincang-bincang dimana?

Pasien

: .

TAHAP KERJA

Perawat

: Sebelumnya, apakah ada yang ingin Selly pertanyaan kepada saya?

Pasien

: ...

Perawat

: Baiklah kalau begitu, apa yang Selly rasakan sampai saat ini?

Pasien

Perawat

: Saya mengerti tentang perasaan Sely saat ini. Sely merasa cemas dan takut akan
operasi besok. Begitu bukan?

Pasien

: .................................

Perawat

: Saya mengerti perasaan Sely saat ini, saya sudah banyak mendengar dari pasienpasien saya sebelumnya. Tetapi sebaiknya sely harus tetap berpikiran positif
terhadap proses operasi yang akan dilakukan. Dan sebaiknya sely harus tetap
bersemangat ya?

Pasien

: ..................................

TAHAP TERMINASI

Perawat

: Bagaimana perasaan Sely setelah berbincang-bincang dengan saya?

Pasien

: .....................................

Perawat

: Baiklah kalau begitu saya akhiri perbincangannya, nanti saya akan kembali
untuk memeriksa tensi Sely. 10 menit lagi saya akan kembali, saya tinggal dulu,
permisi.

Pasien

: .....................................

BAB III
PENUTUP
III.A

Kesimpulan
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu
yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176),
tingkat ansietas sbb :
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain.
d. Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :


Teori psikoanalitik, Teori interpersonal, Teori prilaku, Kajian keluarga, Kajian
biologis.

III.B

Saran
Setelah diperoleh kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
diajukan saran-saran bagi pengembangan pendidikan mahasiswa pada khususnya,
mahasiswa dapat mengetahui definisi ansietas serta asuhan keperawatan pada klien
ansietas.

DAFTAR PUSTAKA
Gail W, Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Davies, Teifion. 2009. Kesehatan Mental. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung.
Smelzer, Suzamec. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
www.google.com

EGC.

Anda mungkin juga menyukai