Pemanasan Suhu Tinggi
Pemanasan Suhu Tinggi
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu
terkendali untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu,
waktu dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang
patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan. Misalnya, staphylococcus,
streptococcus, Brucella abortus dan Mycobacterium tuberculosis . Akan tetapi
setelah pasteurisasi akan banyak terjadi pembusukan mikroorganisme yang
telah terbunuh, dan karenanya untuk meningkatkan kualitas susu harus pada
suhu dingin (2 C).
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan
bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi
biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Susu pasteurisasi dengan pemanasan biasanya pada suhu 63 C selama 30
menit (metode batch) atau pada 71 C selama 15 detik (metode flash), untuk
membunuh bakteri dan menjaga kualitas susu.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra high-temperature
(UHT) pasteurisasi, susu dipanaskan sampai suhu 140 C. Pada metode
langsung, susu dikonttakkan langsung dengan uap pada suhu 140 C selama
satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu dimasukkan melalui sebuah kamar
tekanan uap tinggi, sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu
didinginkan oleh dengan sedikit vakum yang bertujuan ganda menghilangkan
kelebihan air dalam susu dari kondensasi uap. Dalam metode tidak langsung
ultrapasteurisasi, susu dipanaskan dalam sebuah pelat penghantar panas. Butuh
beberapa detik untuk suhu susu mencapai 140 C, dan selama waktu itu susu
yang terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi dengan kemasan aseptik,
hasilnya adalah produk yang tahan lama tanpa memerlukan pendinginan.
3)
Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari
berturut-turut.
4)
Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang
diatur. Autoklaf merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan
uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan
selama periode waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan
disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai 20 menit pada tekanan
uap 15 pon per inci persegi (kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh memanaskan
bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan panas
yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan tekanan
1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori.
Air yang mengembun tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup utuk
membunuh kuman.
Udara merupakan penghatar panas yang buruk, oleh sebab itu harus
dikeluarkan dari ruangan otoklaf. Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu
penuh diisi dengan benda-benda yang akan disterilakan supaya dapat terjadi
aliran uap yang cukup baik. Autoklaf dipergunakan untuk mensterilkan
pembenihan, barang-barang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain.
Kontrol sterilisasi : (1) Bacillus sterothermophilus (II) Tabung Brownes (III)
Pita otoklaf (IV) Thermocouple.
Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua
metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus
kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein
sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC
pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang
digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan
pada umumnya adalah oven.
Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a)
Pasteurisasi :
Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC
selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang
patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat
hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d)
Red heating :
Flaming :
Pengukusan tidak dianjurkan untuk sayur-sayuran hijau, karena warna bahan akan menjadi
kusam. Caranya ialah dengan mengisikan bahan ke dalam keranjang kawat, kemudian
dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih. Dandang ditutup dan langkah
selanjutnya sama dengan cara perebusan.
b. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan sampai suatu suhu tertentu
untuk membunuh mikroba patogen atau penyebab penyakit seperti bakteri penyebab penyakit
TBC, disentri, diare, dan penyakit perut lainnya. Dengan pasteurisasi masih terdapat mikroba,
sehingga bahan pangan yang telah dipasteurisasi mempunyai daya tahan simpan yang
singkat.
Tujuan pasteurisasi yaitu :
1. Membunuh semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan bakteribakteri
patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat
2. Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan
enzim
Mikroba terutama mikroba non patogen dan pembusuk masih ada pada bahan yang
dipasteurisasi dan bisa berkembang biak. Oleh karena itu daya tahan simpannya tidak
lama.Contohnya : susu yang sudah dipasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya akan
tahan 1 2 hari, sedangkan bila disimpan dalam lemari es tahan kira-kira seminggu. Karena
itu untuk tujuan pengawetan, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara pengawetan
lainnya, misalnya dengan pendinginan.
Pasteurisasi biasanya dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu yang digunakan di
bawah 100 oC. Contohnya :
pasterurisasi susu umumnya dilakukan pada suhu 61 - 63 oC selama 30 menit
pasteurisasi saribuah dilakukan pada suhu 63 74 oC selama 15 30 menit.
Contoh Proses Pasteurisasi:
Pasteurisasi pada saribuah dan sirup dapat dilakukan dengan cara hot water bath . Pada
cara hot water bath , wadah yang telah diisi dengan bahan dan ditutup (sebagian atau
rapat) dimasukkan ke dalam panci terbuka yang diisi dengan air. Beberapa cm (2,5 5,0 cm)
di bawah permukaan wadah. Kemudian air dalam panci dipanaskan sampai suhu di bawah
100 oC ( 71 85 oC ), sehingga aroma dan flavor tidak banyak berubah.
c. Sterilisasi
Perkataan steril mengandung pengertian :
1. Tidak ada kehidupan
2. Bebas dari bakteri patogen
3. Bebas dari organisme pembusuk
4. Tidak terdapat kegiatan mikroba dalam keadaan normal
Dalam pengolahan bahan pangan yang lazim dinamakan pengalengan, tidak mungkin
dilakukan sterilisasi dengan pengertian yang mutlak. Pemanasan dilakukan sedemikian rupa
sehingga mikroba yang berbahaya mati, tetapi sifat-sifat bahan pangan tidak banyak
mengalami peruba han sehingga tetap bernilai gizi tinggi. Sehubungan dengan hal ini dikenal
2 macam istilah, yaitu :
1. Sterilisasi biologis yaitu suatu tingkat pemanasan yang mengakibatkan musnahnya segala
macam kehidupan yang ada pada bahan yang dipanaskan 2. Sterilisasi komersial yaitu suatu
tingkat pemanasan, dimana semua mikroba yang bersifat patogen dan pembentuk racun telah
mati.
Pada produk yang steril komersial masih terdapat spora-spora mikroba tertentu yang tahan
suhu tinggi; spora-spora tersebut dalam keadaan penyimpanan yang normal tidak dapat
berkembang biak atau tumbuh. Jika spora tersebut diberi kondisi tertentu, maka spora akan
tumbuh dan berkembang biak.
Sterilisasi adalah proses termal untuk mematikan semua mikroba beserta sporasporanya.
Spora-spora bersifat tahan panas, maka umumnya diperlukan pemanasan selama 15 menit
pada suhu 121 oC atau ekivalennya , artinya semua partikel bahan pangan tersebut harus
mengalami perlakuan panas.
Mengingat bahwa perambatan panas melalui kemasan (misalnya kaleng, gelas) dan bahan
pangan memerlukan waktu, maka dalam prakteknya pemanasan dalam autoklaf akan
membutuhkan waktu lebih lama dari 15 menit. Selama pemanasan dapat terjadi
perubahanperubahan kualitas yang tidak diinginkan.Untungnya makanan tidak perlu
dipanaskan hingga steril sempurna agar aman dan memiliki daya tahan simpan yang cukup
lama. Semua makanan kaleng umumnya diberi perlakuan panas hingga tercapai keadaan
steril komersial .Biasanya daya tahan simpan makanan yang steril komersial adalah kira-kira
2 tahun.Kerusakan-kerusakan yang terjadi biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba,
tetapi karerna terjadi kerusakan pada sifat-sifat organoleptiknya akibat reaksi-reaksi kimia.
Pemanasan dengan sterilisasi komersial umumnya dilakukan pada bahan pangan yang
sifatnya tidak asam atau bahan pangan berasam rendah. Yang tergolong bahan pangan ini
adalah bahan pangan hewani seperti daging, susu, telur, dan ikan serta beberapa jenis sayuran
seperti buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah mempunyai risiko untuk
mengandung bakteri Clostridium botulinum, yang dapat menghasilkan racun yang mematikan
jika tumbuh dalam makanan kaleng.Oleh karena itu spora bakteri tersebut harus dimusnahkan
dengan pemanasan yang cukup tinggi. Sterilisasi komersial adalah pemanasan pada suhu
121,1 oC selama 15 menit dengan menggunakan uap air bertekanan, dilakukan dalam
autoklaf.
Tujuan sterilisasi komersial terutama untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk
spora bakteri C. Botulinum.Produk yang sudah diproses dengan sterilisasi komersial
sebaiknya disimpan pada kondisi penyimpanan yang normal, yaitu pada suhu kamar. Harus
dihindari penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 50 oC), karena bukan tidak
mungkin jika ada spora dari bakteri yang sangat tahan panas masih terdapat di dalam kaleng
dapat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya dan menyebabkan kebusukan, misalnya
bakteri Bacillus stearothermophillus.
2.3 Kualitas Bahan Baku
Dalam menilai kualitas bahan baku susu, terdapat 2 (dua) aspek yang penting, yakni
komposisi dan cemaran mikroorganisma yang terkandung di dalamnya. Secara normal
komposisi susu (sapi) memiliki kandungan air 84-90%; lemak 2-6%; protein 3-4 %; laktosa
4-5%; dan kadar abu < 1% (Shearer, dkk., 1992). Kualitas susu yang dipersyaratkan di
Indonesia, digunakan standar yang sudah dibuat oleh BadanStandardisasi Nasional (BSN)
berdasarkan SNI 01-3141-1998, yang mengatur 18 itemsyarat susu segar, antara lain yang
terpenting adalah berat jenis (pada suhu 27,5 0 C)minimum 1,0280; kadar lemak minimum
3,0%; bahan kering tanpa lemak minimum8,0%; dan protein minimum 2,7%; serta jumlah
mikroorganisma maksimum 1 X 10 6cfu (coloni form unit) per ml dan jumlah sel radang
maksimum 4 X 10 5/ml. Dalam halini tampak bahwa kualitas susu tidak semata dilihat
titik
beku
dan
kekentalannya.
Sifatkimiawi
susu
meliputi
pH
dan
bertahan pada suhu pasteurisasi, dalam jumlah yang sedikit, namun mereka dipertimbangkan
tidak berbahaya dan tidak akan merusak susu selama kondisi pendinginan yang normal.
Secara umum, dalam industri pengolahan susu terdapat 2 (dua) cara melakukan pasteurisasi,
yakniLTLT dan HTST, dengan penjelasannya pada tabel berikut ini :
Cara pasteurisasi yang dilakukan juga berpengaruh terhadap kandungan gizi dan aroma
produk pangan. Sebagai contoh, pada susu HTST dinilai lebih efektif, karena lebih sedikit
menimbulkan kerusakan pada kandungan gizi dan karakteristik organoleptik pada susu,
dibandingkan dengan LTLT. Menurut Codex (CAC/RCP 57- 2004), proses pasteurisasi HTST
(minimum 72 C selama 15 detik) disarankan untuk continuous flow pasteurization dan LTLT
(minimum 63 C selama 30 menit) untuk batch pasteurization.
Selain itu juga dikenal 2 (dua) jenis pasteurisasi lainnya, yakni
1. Ultrapasteurization : pemanasan susu pada suhu yang tinggi, sampai 280 F (138 C),
selama 2 detik, kemudian dengan pertimbangan kemasan yang digunakan umumnya kurang
kuat, maka produk susu pasteurisasi ini harus segera didinginkan selama penyimpanan.
2. Jenis susu pasteurisasi lainnya adalah Ultra-High-Temperature (UHT)
Pasteurization : pemanasan susu pada suhu yang lebih tinggi lagi, dalam kisaran 280302F (138-150C), selama 1-2 detik. Produk susu ini umumnya dikemas dalam keadaan
steril, dengan kemasan berlapis hermatis, dapat disimpan tanpa pendinginanselama
penyimpanan.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan SNI 01-3951-1995 tentang produk
susu pasteurisasi, yakni produk susu yang dihasilkan dari susu segar,susu rekonstitusi,
atau susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasanpada temperatur 63C -66C
selama minimum 30 menit atau pada pemanasan 72Cselama minimum 15 detik, kemudian
segera didinginkan sampai 10C, selanjutnyadiperlakukan secara aseptis dan disimpan pada
suhu maksimum 4,4C. Susu segarialah cairan yang diperoleh dengan memerah sapi sehat
dengan cara yang benar, sehatdan bersih tanpa mengurangi atau menambah sesuatu
komponennya.
2.6 Daya Simpan
Susu pasteurisasi yang dihasilkan dan dipasarkan sangat beragam, denganperbedaan jenis
pasteurisasi yang dilakukannya, pengemasan, danpenyimpanannya, terlebih juga produsen di
Indonesia, yang menyertakan ataumenambahkan flavor (aroma dan rasa) ke dalam produk
susu pasteurisasi yang dihasilkannya. Pada tabel berikut ini disajikan perbandingan jenis
pasteurisasi dengan perbedaan daya simpannya.
Menurut Chapman dan Boor (2001) para produsen susu pasteurisasi umumnya berharap
dapat memperpanjang daya simpannya hingga 60-90 hari, bahkan lebih. Sehingga umumnya
jenis pasteurisasi yang dilakukan pada industri pengolahan susu adalah Ultrapasteurization
atau UHT. Namun demikian karena produk susu pasteurisasi yang dilakukannya pada
pemanasan yang tinggi maka akan timbul flavor gosong yang khas, sehingga beberapa
segmen konsumen lebih memilih produk susu pasturisasi HTST.