Anda di halaman 1dari 9

Literatur Tafsir Indonesia:

Tafsir Quran oleh H. Zainuddin Hamidy dan H. Fachruddin Hs.


Oleh:
Muhammad Imam Asy-Syakir
Pendahuluan
Khazanah tafsir di Indonesia sudah berkembang sejak akhir abad ke-15. Data
yang tersedia memang tidak begitu banyak menyebutkan persis tepatnya. Apakah
sebelum abad tersebut sudah ada atau tidak. Adapun secara arkeologi pemikiran
meminjam istilah Michel Foucault, maka proses terbentuknya kesadaran dan
pengetahuan dalam konteks tafsir diawali dengan persentuhan tokoh-tokoh
Nusantara dengan ulama-ulama Timur Tengah. Setelah Islam menyebar di
Indonesia, selanjutnya perkembangan terus berlangsung, yang mana ditandai pula
dengan banyaknya pemuda-pemuda Melayu dan Indonesia yang mengembara ke
pusat peradaban Islam di Timur Tengah untuk belajar Islam. Ketika mereka kembali,
tentu saja membawa info-info serta perkembangan aktual seputar Timur Tengah
yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan Islam di Indonesia. 1
Pergulatan tafsir di Nusantara terus mengalami perkembangannya sendiri
dalam pembabakan sejarah keilmuan Islam di Indonesia. Meski mendapat
tantangan dan halangan dari kaum kolonial, yakni Belanda yang melarang
penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia, namun tidak lantas
menghentikan tradisi keilmuan yang sedang berkembang ini begitu saja. Hal
tersebut terbukti dengan munculnya karya-karya terjemahan serta tafsir al-Quran
dalam bahasa Indonesia, bahkan dalam bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, dan
yang lainnya.
Berikut adalah pengkajian secara ringkas terhadap salah satu karya Tafsir yang
terlahir dari dua tokoh ulama dari Minangkabau, Zainuddin Hamidy dan Fachruddin
Hs. dengan karya mereka berdua, Tafsir Quran.
Lectori Salutem!
Tentang Penulis: Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs.
a. Riwayat Hidup Zainuddin Hamidy
H. Zainuddin Hamidy lahir di Koto Nan Ampek, Payakumbuh pada tanggal 8
Februari 1907. Beliau adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Abdul
Hamid dan Halimah. Kakaknya bemama Nahrawi. Selain itu, beliau juga memiliki 5
orang saudara sebapak, yaitu Zainullah, Amiruddin, Salim, Mariam, dan Bermawi. la
tumbuh dari keluarga yang tidak begitu religius. Bahkan ayahnya dianggap
seorang Pareman. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa ayah beliau, yakni
Abdul Hamid terkenal sebagai seorang berilmu, terutama ilmu agama yang
mendalam, maupun ilmu bela diri silat. Beliau memiliki sifat percaya diri yang
tinggi, pemberani dan suka menolong orang lain. Ia sering menghadapi preman
atau parewa pasar yang suka memeras dan menganiaya masyarakat lemah. Karena
keberanian dan kepiawaiannya dalam bela diri inilah masyarakat memberikan
julukan padanya dengan orang bagak (orang yang pemberani).2
1
Farid F. Saenong, Arkeologi Pemikiran Tafsir di Indonesia
http://luluvikar.blogspot.com/2006/07/arkeologi-pemikiran-tafsir-di.html).

Upaya

Perintis

(artikel

dari:

http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/syekh-zainuddin-hamidy-1905-1985.html dan Muhammad Shahib


dan M. Bunyamin Yusuf Surur, Para Penjaga Al-Quran: Biografi Huffaz Al-Quran di Nusantara, (cet. I; Lajnah
Pentashihan
Mushaf
Al-Quran,
September
2011
M),
hal.
423
dalam
http://badriegen.blogspot.com/2012/10/pengaruh-haji-zainuddin-hamidy-dalam.html. Sedangkan dalam data yang
penulis dapat seputar buku Para Penjaga Al-Quran, ada perbedaan halaman yakni halaman 506.

Mengenai latar belakang pendidikan beliau, di samping menempuh pendidikan


non-formal tradisional di surau, Zainuddin Hamidy juga mengenyam pendidikan
formal, yakni di sekolah Governement selama 5 tahun, lalu setelah selesai ia masuk
sekolah atau Madrasah Darul Funun el-Abbasiy di Padang Japang. 3
Di Madrasah Darul Funun ini, Zainuddin Hamidy belajar ilmu tafsir, hadits,
Bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Zainuddin Hamidy dikenal sebagai murid yang
cerdas. Hal ini terbukti, ketika ia duduk di bangku terakhir (kelas akhir), ia
dipercaya untuk mengajar di kelas 5. 4 Zainuddin Hamidy tumbuh besar dengan
memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan. Bahkan ketika pulang kampung pada
waktu libur di Darul Funun, ia mendatangi Tuangku Karuang di Batang Tabik untuk
mengaji (belajar al-Quran). Di Batang Tabik inilah ia kemudian berkenalan dan
menjadi kawan dengan H. Fachruddin Hs.5
Karena dikarunia kepintaran yang di atas rata-rata, pimpinan Madrasah Darul
Funun, Syekh Abdullah Abbas menginginkan Zainuddin untuk menjadi
penggantinya. Hanya saja, Zainuddin merasa ilmunya belum cukup, sehingga ia
memilih melanjutkan pendidikan ke Mekkah. Pada tahun 1927 atau pada usia 20
tahun beliau berangkat ke Mekkah dengan meninggalkan istrinya, Rahmah. Di
Mekkah beliau menuntut ilmu di perguruan yang terkenal masa itu, Mahad Islamy.
Dan disebutkan bahwa ia merupakan orang Indonesia pertama yang sekolah di
perguruan ini. Di sana ia belajar selama 5 atau 6 tahun, lalu kembali pada tahun
1932.6 Sekembalinya dari Mekkah, beliau kemudian mempersunting Desima Jasin,
yang darinya ia dikarunia 7 orang anak.
Beliau dikatakan memiliki beberapa karakter khas yang unik, seperti beliau
hobi bermain bola, bahkan menurut salah seorang muridnya, H. Haffash Shamah,
bila tidak mengajar beliau sering bermain bola bersama murid-muridnya. 7 Selain
itu, Buya Zainuddin Hamidy memanggil murid-muridnya dengan panggilan ustadz. 8
Hal ini menjadikan mereka termotivasi sampai banyak yang menjadi ulama. Buya
Zainuddin Hamidy juga memiliki satu kebiasaan yang
menimbulkan kesan
tersendiri di hati murid-muridnya, yaitu ketika mengajar hadits, bila beliau lupa
maka beliau mengusap wajahnya dari kening sampai dagu, dan ketika melepaskan
tangannya dari dagu beliau langsung menyebutkan hadits yang sebelumnya ia
lupakan (menyebutkan hadits mulai dari sanadnya). Kebiasaan lain, sebagaimana
dituturkan urid beliau Dr. Nukman MA, Buya Zainuddin Hamidy tidak pernah melihat
buku ketika mengajar. Walaupun beliau tetap membawa buku, tapi bukunya hanya
dipegang tidak dibuka.9
Zainuddin Hamidy banyak menulis buku. Sayangnya buku-buku ini banyak
yang hilang ketika Belanda dan Jepang mengobrak-abrik pesantren Mahad Islamy
dan rumah Buya Zainuddin Hamidy. Beberapa karya tulisnya antara lain:
1. Terjemahan al-Quran Karim, merupakan Tafsir Al-Quran pertama di Indonesia
yang disusunnya bersama-sama dengan Fakhruddin HS berdasarkan periodisasi
tafsir di Indonesia, tafsir ini merupakan generasi ke-IV yakni abad-20 jadi
disusun sekitar tahun 1963-an.
2. Terjemahan Shahih Bukhari, beliau tulis bersama Darwis Z dan Fakhruddin HS,
tahun terbit kedua 2006.
3

Sekolah ini sudah memakai sistem klasikal, di mana murid-murid sudah mempergunakan fasilitas bangku,
meja, berpakaian rapi seperti kemeja, dasi, dan jas.
4
Muhammad Shahib dan M. Bunyamin Yusuf Surur, Para Penjaga Al-Quran...hal. 510.
5
Ibid., hal. 510.
6
Ibid., hal. 510.
7
Ibid., hal. 506.
8
Ibid., hal. 507.
9
Ibid., hal. 507.

3. Terjemahan Hadits Arbain, kitab tauhid dan Musthalahul Hadits, kitab terakhir ini
merupakan salah satu pegangan beliau ketika mengajar ilmu hadits di Training
Collage Payakumbuh dan PGA A Bukittinggi.10
Pagi hari Jumat tanggal 29 Maret 1957, Syekh Haji Zainuddin Hamidy
meninggal dunia, berpulang ke Rahmatullah. Kepergian beliau begitu tiba tiba,
tanpa menderita sakit. Bahkan pada malamnya beliau masih menghadiri
pertemuan bersama Kol. M Simbolon dan tokoh tokoh lain di Gedung Pertemuan
Payakumbuh.
Tentang Buya Zainuddin Hamidy, Buya Hamka bertutur: Ustadz Syekh Haji
Zainuddin Hamidy adalah seorang yang sederhana. Percakapan dari mulutnya
hanya satu-satu, tidak banyak. Bila orang bercakap tentang yang tidak berfaedah,
ia hanya diam. Jika orang bertanya, dijawabnya dengan senyum. Senyum yang
mengandung seribu satu arti
b. Riwayat Hidup Fachruddin Hs.
Beliau adalah H. Fachruddin Hs Datuk Majo Indo, lahir pada 1906 di Situjuh
Batur.11 Daerah ini merupakan dusun terpencil di Sumatra Barat, yang terletak kirakira 12 Km di selatan dari kota Payakumbuh, kabupaten Limapuluh Kota. 12 Ayahnya
adalah seorang ulama yang cukup terkenal di Situjuh Batur pada waktu itu yaitu
H. Husein yang memiliki gelar Tuanku Khatib. Sedangkan Ibunya bemama Hj.
Putiah Fathimah. H. Fachruddin Hs. Juga memiliki kakek yang bernama Ismail
seorang ulama yang berpengaruh di daerahnya pada waktu itu, beliau populer
dengan panggilan Inyiak Datuk.13
Sejak kecil Fachruddin Hs. Telah dikenalkan dengan ilmu-ilmu islam oleh ayah,
ibu dan kakeknya. Pada usia 5 tahun beliau diajari untuk membaca al-Quran serta
sering dibawa oleh ayahnya ke berbagai tempat ketika dia berdakwah. Pada usia 6
tahun ia terus diajarkan pelajaran-pelajaran agama dan pada usia ini ia diajarkan
membaca Arab Melayu. Pada tahun 1916, H. Fachruddin Hs. masuk Sekolah Dasar
biasa. Setelah menamatkan Sekolah Dasar biasa ini, selanjutnya beliau belajar
secara non-formal ke beberapa guru di sekitar daerah tempat tinggalnya. Pada
tahun 1921 hingga tahun 1922, beliau belajar dengan Tuanku Mudo Hamzah di Air
Tabit. Pada tahun 1923 sampai tahun 1927 beliau berguru kepada Engku Mudo
Ahmad Karung.14
Kedua orang tua Fachruddin Hs., tampaknya menginginkan anaknya lebih
dalam dan intens bergelut dalam keilmuan islam, sehingga keduanya hendak
mengirimkan anaknya ke tanah lahirnya Islam, yaitu Mekkah. Namun, Fachruddin
Hs. menolak tanpa alasan yang jelas.
Pada usia 17 tahun, atau pada tahun 1923 ia menikah dengan gadis
sekampungnya yang bernama Itam. Dari pernikahannya ini beliau tidak dikaruniai
Allah dengan keturunan. Sehingga beliau kemudian menikah lagi sampai 3 kali
pernikahan dan dikaruniai banyak keturunan. Pernikahan beliau yang kedua adalah
dengan Yulinan pada 1925. Dari Yulinan beliau dikaruniai 3 orang anak, Zaidar,
Bakhtiar dan Nizar Fakhruddin. Pada tahun 1930 beliau menikah untuk ketiga
kalinya, yaitu dengan Nurasanah. Darinya ia dikaruniai 3 orang anak yang bernama
Azmi Fachruddin, Asri Fachruddin dan Asnadiar. Selanjutnya pada 1935, beliau
10

Ibid., hal. 515-516.

11

Data ini didapat dari sebuah tulisan dalam : http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/h-fachruddin-hsdatuk-majo-indo-l-1905.html, yang juga menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 1905.
12
Yusuf Bagus R., Peristiwa Si Tujuh Batur Di Sumatera Barat Tahun 1949 (Makalah).
13

http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/h-fachruddin-hs-datuk-majo-indo-l-1905.html

14

http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/h-fachruddin-hs-datuk-majo-indo-l-1905.html

menikah untuk yang keempat kalinya, yaitu dengan Bulan. Darinya beliau
dikaruniai 6 orang anak, yaitu Darius Fachruddin, Wasna Basir, Faisal Fachruddin,
Renaldi Fachruddin, Fakri Fackhruddin dan Muhammad Irfan Fachruddin. 15
Tentang Karya Tulis: Tafsir Quran
a. Seputar Tafsir Quran
Tafsir ini terbit pertama kali pada 1959 oleh penerbit Widjaya Jakarta,
kemudian dicetak lagi sampai pada cetakan ke-13 tahun 1987. Berikut uraian
penerbitan tafsir ini:
Cetakan pertama, 1959
Cetakan kedua, 1962
Cetakan ketiga, 1963
Cetakan keempat, 1967
Cetakan kelima, 1969
Cetakan keenam, 1973
Cetakan ketujuh, 1979
Cetakan kedelapan, 1980
Cetakan kesembilan, 1982
Cetakan kesepuluh, 1983
Cetakan kesebelas, 1984
Cetakan keduabelas, 1986
Cetakan ketigabelas, 1987
Tafsir Quran ini ditulis dalam satu jilid dengan jumlah tebal sebanyak 965
halaman (ditambah 45 (XLV) halaman sebelumnya).16
b. Metodologi Penulisan Tafsir Quran
Penulis tidak atau barang kali belum memperoleh data mengenai metodologi
yang digunakan kedua penulis Tafsir Quran di dalam karyanya tersebut. Akan tetapi
bila ditelisik dan ditelaah lebih mendalam, yang berhasil penulis dapatkan adalah
beberapa keragaman referensi yang dipergunakan dalam bahan penafsiran. Di
antara yang sering dijumpai, adalah penafsiran dengan merujuk kepada ayat lain,
analisa bahasa, ijtihad, Bible, sejarah, dan yang lainnya. Barang kali, lantaran
beragamanya referensi ini, terutama yang bersifat ijtihadi bukan penukilanpenukilan riwayat, bisa dikatakan bahwa tafsir ini cenderung kepada tafsir bi arrayi.
Komentar Terhadap Tafsir Quran Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs.
Syeikh Soelaiman Ar-Rasoeli menuturkan, Ketika saya membaca sebahagian
dari naskah Tafsi Quran susunan Fachruddin Hs. dan H. Zainuddin Hamidy ini, maka
saya berpendapat bahwa kandungan Tafsir ini akan menjadi nimat bagi masyarakat
bangsa kita, terutama bagi mereka yang belum paham akan bahasa Arab...Kepada
umum sya anjurkan supaya membaca dan mempelajari Tafsir Quran ini....
Syeikh Ibrahim Musa Parabek menuturkan, ...Setelah saya perhatikan Tafsir
Quran yang diusahakan oleh saudara Fachruddin Hs. dan H. Zainuddin Hamidy, baik
isi maupun susunannya, dapatlah saya kemukakan bahwa usaha ini telah membuka
pintu dan memberi jalan untuk mendapatkan ilmu dan hikmat yang terkandung di
dalam Al-Quran terutama bagi mereka yang belum memahami bahasa aslinya....
15
16

http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/h-fachruddin-hs-datuk-majo-indo-l-1905.html
Data ini berdasar cetakan yang ke-13, tahun 1987.

H. Agus Salim menuturkan, ...Dengan Ikhlas dan senang hati, saya


menyambut baik dan memuji Tafsir Al-Quan yang disusu oleh K.H. Zainuddin
Hamidy dan Fachruddin Hs. sehingga penyusunannya ini aka menuntun untuk
mempelajari ilmu Al-Quran lebih dalam....
Beberapa Contoh Penafsiran dalam Tafsir Quran
Untuk memudahkan dalam meninjau penafsiran Zainuddin Hamidy dan
Fachruddin Hs. dalam Tafsir Quran, maka contoh-contoh penafsiran yang tertuang
di dalam tafsir ini akan di kategorikan berdasar tema-tema tertentu yang murni
berasal dari inisiatif pribadi penulis makalah sebagaimana berikut:
a. Penafsiran Ayat Muqathaah (Alif Lam Mim)
Dalam memberikan penafsiran terhadap ayat pertama surat al-Baqarah,
penulis tafsir menuturkan, Alif, Lam, Mim adalah huruf-huruf potong yang
kebanyakan ahli-ahli tafsir menyerahkan pengertiannya kepada Tuhan, karena
hanya Tuhan saja yang tahu maksudnya. Surat-surat lain yang dimulai juga dengan
Alif, Lam, Mim, ialah surat Ali Imran (3), Al Ankabut (29), Ar Rum (30), Luqman
(31), dan As Sajdah (32). Ibnu Qayyaim dalam Badaiul Fawaid menerangkan bahwa
dimulai surat itu dengan Alif (keluarnya dari rekungan) dan Lam (keluarnya dari
lidah) dan Mim (keluarnya dari bibir), berarti isinya meliputi keadaan-keadaan yang
terjadi di dunia ini, juga sebelumnya dan sesudahnya. Maulwi Muhammad Ali, MA.
LL.B, dalam The Holy Quran (Lahore), menerangkan bahwa artinya ialah: Aku Allah
Yang Paling Tahu, disebabkan Alif potongan dari ana, Lam potongan dari Allah, dan
Mim potongan dari alam. Jadi, anallahu alam (Aku Allah Yang Paling Tahu). Ada lagi
pengertian-pengertian yang lain, tetapi tentang ini kita belum memperoleh alasan
yang kuat.17
b. Penafsiran Ayat Al-Quran dengan Ayat Al-Quran

.

Dan ketika Kami janjikan kepada Musa empat puluh malam, kemudian kamu
ambil anak lembu (footnote no: 37) (menjadi pujaan) sepeninggalnya dan kamu
adalah orang-orang yang melanggar aturan.
Penulis tafsir menuturkan, Mereka membuat anak lembu dari barang-barang
perhiasaannya, untuk menjadi pujaan mereka, sepeninggal Musa berangkat (Lihat
7:148). Mereka mudah tertarik menyembah anak lembu itu, karena begitulah
agama orang Mesir ketika itu, dan mereka sebagai bangsa yang terjajah (baru
lepas) suka sekali meniru bangsa yang menjajahnya. 18
c. Penafsiran Dengan Merujuk Kepada Hadits serta Sababul Nuzul-nya

.

Dan ketika Kami mengatakan kepada malikat: Tunduklah kamu kepada


Adam. Lalu mereka tunduk, selain iblis (footnote no: 28); dia enggan dan
menyombongkan dirinya, dan dia termasuk orang-orang yang tidak beriman.
Penulis tafsir menuturkan, Perkataan usjuduu berarti sujudlah! Tetapi
pengertian sujud itu di sini bukanlah meletakkan dahi ke bumi, seperti dalam
sembahyang, karena sujud yang begitu, hanyalah untuk Tuhan, dan tidak boleh
terhadap makhluk. Sujud di sini berarti tunduk patuh kepada Adam serta
membantunya dalam pekerjaannya menjalankan titah Tuhan di dunia. Malaikatmalaikat mau tunduk, tetapi iblis tidak. Malaikat dan iblis itu adalah dua bangsa
17
18

Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs., Tafsir Quran (Jakarta: Widjaya, 1987), hal. 2.
Tafsir Quran, hal. 12. Footnote no: 37

makhluk halus yang ada dalam dunia ini. Malaikat bekerja membantu pergerakan
dunia besar ini, dan menolong jiwa manusia ke arah tujuan dan pekerjaan suci,
sedang iblis membantu nafsu ke arah kejahatan dan dosa. Dalam sebuah hadits
(sabda Nabi s.a.w.) disebutkan: Sesungguhnya syeitan itu memberikan bisikan
halus kepada Adam, dan juga malaikat memberikan bisikan halus pula. Adapun
bisikan syeitan, ialah membawa keada kejahatan dan mendustakan kebenaran,
sedang bisikan malaikat, ialah membawa kepada kebaikan dan menerima
kebenaran. Siapa yang merasakan bisikan Malaikat dalam hatinya, hendaklah
diketahuinya, bahwa itu dari Tuhan, dan hendaklah dia memuji Tuhan. Dan siapa
yang merasakan yang satu lagi (bisikan iblis), hendaklah dia menjauhkan dirinya
dari syeitan yang terkutuk itu. (Riwayat Tarmizi, Nasai dan Ibnu Hibban). 19

Berkenaan dengan surat Ali Imran ayat ke- 195 di atas, pada footnote
(catatan kaki) nomor 204, penulis tafsir menjelaskan, Dengan tegas Islam
mengajarkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, karena keduanya
dianggap sama, sebagai dua saudara sepupu, yang diterangkan dalam sabda Nabi:
Perempuan-perempuan itu adalah saudara sepupu dari kaum laki-laki.
d. Penafsiran Dengan Pendekatan Gramatikal (Bahasa: Bahasa Arab)


.

Dalam memberikan penafsiran atas ayat 29 surat al-Baqarah di atas, penulis


tafsir menyebutkan, Perkataan tujuh, tujuh puluh, dan tujuh ratus dalam bahasa
Arab, berarti jumlah yang terbanyak, dan tidak terbatas kepada jumlah yang
tertentu. Jadi tidaklah berarti, bahwa langit (alam yang di atas kita) terbatas
jumlahnya kepada tujuh. Dalam ayat ini juga diterangkan, bahwa apa yang ada di
alam ini adalah untuk kepentingan manusia. 20
e. Penafsiran Dengan Merujuk Kepada Bibel
Dalam memberikan penafsiran, penulis tafsir juga merujuk kepada Bible. Salah
satu ayat yang ditafsirkan dengan merujuk kepada Bibel antara lain, Surat alBaqarah, ayat: 35.

. ...

...dan makanlah (makanan) di dalamnya dengan sepuas hati, sebagaimana


kesukaan engkau berdua, dan janganlah dekati pohon ini (footnote no. 30), nanti
engkau keduanya menjadi orang-orang yang melanggar aturan.
Penulis tafsir menuturkan, Pohon apakah yang dilarang? Dalam beberapa
kitab-kitab Tafsir banyak ceritanya, ada yang mengatakan pohon kekal (syajaratul
khuld) dsb., tetapi keterangan-keterangan itu tidak mempunyai alasan yang kuat.
Dalam Biyble disebut pohon pengetahuan baik dan jahat, sebagai tersebut dalam
Kitab Kejadian fasal II, berbunyi: 16. Maka berfirmanlah Tuhan Allah kepada
manusia, kataNya: Adapun buah-buahan segala pohon yang dalam taman ini boleh
engkau makan sesukamu. 17. Tetapi buah pohon pengetahuan akan baik dan
jahat itu janganlah engkau makan, dari padanya engkau akan mati. Tetapi agama
Islam tidak membenci pohon pengetahuan (ilmu), apalagi pohon pengetahuan
tentang baik dan jahat, melainkan menyuruh mencarinya ke mana saja dan
mengambilnya dari siapa saja; dan pohon pengetahuan itu dipandang sebagai
pokok kehidupan, dan bukan sebab kematian.n
19
20

Tafsir Quran, hal. 8-9. Footnote no: 28.


Tafsir Quran, hal. 7. Footnote no: 24.

Pada ayat yang lain dalam Al-Qurn, Tuhan menyebut pohon yang baik dan
pohon yang buruk, sebagai perumpamaan bagi perkataan yang baik danperkataan
yang buruk, seperti disebutkan dalam surat Ibrahim (14: 24-26), 24. Belumkah
engkau tahu, bagaimana Tuhan membuat perumpamaan, perkataan yang baik
dalah sebagai pohon yang baik, uratnya teguh (terhunjam) dan cabanya menjulang
tinggi. 25. Menghasilkan buahnya setiap waktu dengan izin Tuhannya. Dan
Tuhan membuat perumpamaan untuk manusia, supaya mereka mengerti. 26.
Dan perumpamaan perkataan buruk adalah sebagai pohon yang buruk, (uratnya)
terbongkar dari bumi, dan tidak dapat berdiri.21
f. Penafsiran Dengan Merujuk Pendapat Ulama

...

Dan Kami mengatakan: Hai Adam! Diamlah engkau dan isterimu di dalam
syurga (footnote no. 29)...
Penulis tafsir menuturkan, Apakah syurga tempat kediaman Adam itu syurga
yang disebutkan dalam Al-Qurn, disediakan untuk orang-orang yang beriman dan
beramal saleh di hari akhirat nanti, atau suatu taman (jannah= taman) yang ada di
salah satu tempat di bumi ini? Keterangan yang tegas tetang ini dari Al-Qurn dan
Hadits belumlah kita jumpai. Sebab itu timbul perbedaan pendapat. Kebanyakan
ahli-ahli tafsir berpendapat bahwa jannah itu ialah syurga tempat manusia
menerima pembalasan. Di antaranya ada juga yang berpendapat, bahwa jannah
itu ialah satu taman di dunia, karena mengingat ayat 30 di atas yang menerangkan,
bahwa Tuhan menjadikannya khalifah di muka bumi, yaitu Adam dan turunannya,
dan malaikat mengatakan, bahwa mereka akan membuat bencana dan berperangperangan di muka bumi. Juga, mengingat syurga akhirat itu hanyalah untuk balasan
bagi orang-orang yang beriman dan beramal, maka mungkin sekali syurga tempat
kediaman Adam itu katanya sebuah taman (jannah) di muka bumi. 22
g. Penafsiran Dengan Merujuk Pandangan Ahli Tasawuf


....

Dalam menafsirkan surat Yusuf ayat 53 di atas, dalam footnote no. 652,
penulis tafsir mengutip penafsiran dari ahli Tasawuf. Penulis menuturkan, Ahli
Tasawuf membagi nafsu manusia ini kepada beberapa tingkatan:
1. Nafsu ammarah, yang suka menyuruh kepada kejahatan.
2. Nafsu lauwamah, yang berjuang antara kebaikan dan kejahatan.
3. Nafsu musauwilah, yang pandai menipu, sehingga kejahatan tampak
sebagai suatu kebaikan.
4. Nafsu muthmainnah, yang tenang tenteram.
Nafsu ammarah adalah tingkatan yang paling rendah dalam jiwa manusia, dan
lebih tinggi dari itu nafsu lauwamah (Quran, 75:2), yang telah mengenal buruk dan
baik, dan selalu berjuang menentang keinginan-keinginan yang buruk. Nafsu
musauwilah senantiasa menggambaran yang buruk berupa kebaikan. Yang paling
tinggi ialah nafsu muthmainnah (Quran, 89:27) yang telah sampai ke tingkat
ketenteraman dan kesuciannya.23

h. Penafsiran Dengan Merujuk Kepada Simbol


Dalam footnote (catatan kaki) nomor 1919, surat al-Muddatsir ayat ke-32,
yang berbunyi, Jangan! Demi (perhatikan) bulan () , penulis tafsir
menuturkan, Bulan adalah lambang kekuasaan dan kemuliaan, juga berarti cahaya
21
22
23

Tafsir Quran, hal.9. Footnote no: 30.


Tafsir Quran, hal.9. Footnote no: 29.
Tafsir Quran, hal.. Footnote no:

terang, sebagaimana malam gambaran dari kegelapan. Bagai cahaya bulan yang
dapat menembus kegelapan malam, begitulah Al-Quran dapat menerangi
masyarakat yang tengah diliputi gelap-gulita.24
i. Penafsiran Dengan Merujuk Kepada Ilmu Pengetahuan
a) Sejarah
Dalam footnote no. 846, penulis tafsir mengomentari penamaan surat
ke-18, yakni al-Kahf (Gua).
Penulis tafsir menyebutkan, Surat ini
dinamakan Gua, dan dalam ayat 9-25 disebutkan cerita 7 orang pemuda
Kristen di Ephesus di zaman Kerajaan Roma, mereka menyingkirkan diri ke
sebuah gua untuk memelihara keimanannya. Ketika itu agama Kristen
mendapat ancaman sehebat-hebatnya
b) Geografi

Dan Dia yang mengadakan lautan, supaya daripadanya kamu dapat


memakan daging yang baru, dan kamu keluarkan dari dalamnya
perhiasan yang akan kamu pakai. Dan kamu lihat kapal membelah lautan,
supaya dapat kamu mencari kurniaNya (footnote:730) dan supaya kamu
bersyukur.
Dalam surat An-Nahl ayat ke-14 di atas, penulis menuturkan, Lautan
itu sangat penting artinya, tempat menangkap ikan, pengambilan mutiara
dan sebagainya. Perhubungan di lautan sangat berguna bagi kemajuan
perdagangan, serta pertukaran ilmu dan kebudayaan antara bangsabangsa. Hampir tiga perempat (3/4) dari bulatan bumi ini terdiri dari
lautan.25
c) Arkeologi

.

Dan dijadikanNya kuda, bighal dan keledai, menjadi kendaraan dan


perhiasan untukmu, dan Tuhan menciptakan apa yang kamu tidak ketahui.

Dalam menjelaskan surat An-Nahl, ayat ke-8 di atas, penulis tafsir


menuturkan, Riwayat perkembangan lalu lintas telah membuktikan
terciptanya alat-alat perhubungan di darat, di laut dan di udara yang
belum dikenal oleh manusia di zaman dahulu, dan seterusnya nanti akan
lahir alat-alat perhubungan baru yang belum dikenal oleh manusia zaman
sekarang. Sesudah menyebut kuda, bighal, dan keledai untuk kendaaraan,
Tuhan menyambung dengan perkataan: menciptakan apa yang tidak kamu
ketahui, tentulah berarti lahirnya alat-alat perhubungan baru. 26.
Wallahu Alam bis Shawwab
Referensi
Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs. 1987. Tafsir Quran. Jakarta. Widjaya.

24
25
26

Tafsir Quran, hal. . Footnote no:


Tafsir Quran, hal. 375. Footnote no: 730.
Tafsir Quran, hal. 374. Footnote no: 728.

Muhammad Shahib dan M. Bunyamin Yusuf Surur. 2011. Para Penjaga Al-Quran:
Biografi Huffaz Al-Quran di Nusantara. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran.
cet. I.
Situs/Web:
http://luluvikar.blogspot.com/2006/07/arkeologi-pemikiran-tafsir-di.html
http://thkhusus.wordpress.com/2010/01/03/sekilas-tafsir-di-indonesia/
http://chaqoqo.blogspot.com/2011/11/tafsir-quran-karim-karya-h-zainuddin.html
http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/syekh-zainuddin-hamidy-19051985.html
http://ulama-minang.blogspot.com/2010/01/h-fachruddin-hs-datuk-majo-indo-l1905.html
http://badriegen.blogspot.com/2012/10/pengaruh-haji-zainuddin-hamidy-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai