Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM II

PEMISAHAN PROTEIN DARI LARUTAN GARAM DENGAN PROSES DIALISIS


A. Landasan Teori
Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi
akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul terlarut yang berukuran lebih kecil dari
pori-pori membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan
tertahan di dalam kantung membran. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun membran
dialisis yang cukup umum dipakai karena bersifat inert untuk berbagai jenis senyawa atau
molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi ditentukan oleh beberapa kondisi:

Konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialisis. Jika konsentrasi
molekul terlarut di lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam kantung
dialisis maka laju difusi akan semakin cepat.

Luas permukaan kantung dialisis. Semakin luas permukaan membran yang digunakan maka
laju difusi akan semakin cepat.

Volume pelarut. Jika rasio luas permukaan membran dengan volume pelarut besar maka laju
difusi akan berlangsung dengan cepat karena molekul terlarut dapat berdifusi dalam jarak
yang dekat.
Metode dialisis banyak digunakan dalam pemurnian protein (terutama enzim). Dalam proses

ini, dialisis digunakan untuk menghilangkan molekul garam, seperti amonium sulfat, sebelum
dilanjutkan dalam proses pemurnian berikutnya ataupun pada tahap akhir pemurnian.
Pada umumnya, kecepatan dialisis akan maksimal jika menggunakan pelarut akuades,
meskipun kecepatan dialisis suatu larutan ditentukan oleh pH dan kekuatan ionisasi zat terlarut
yang diperlukan untuk menstabilkan molekul-molekul yang didialisis. Selama dialisis
berlangsung, proses osmosis menyebabkan masuknya air ke dalam kantung dialisis, sehingga
kantung dialisis selalu terisi penuh dari sebelumnya untuk menghindari terjadinya pengenceran
yang berlebih dari molekul-molekul yang ada di kantung dialisis.
Kecepatan dialisis juga tergantung pada suhu, sehingga semakin tinggi suhu di sekitarnya,
maka semakin tinggi pula kecepatan dialisisnya. Jika suhu ditingkatkan maka viskositas dari
pelarut akan berkurang, sehingga kecepatan dialisis meningkat. Jadi, dialisis pada protein
dilakukan pada suhu yang lebih rendah (dalam ruangan berpendingin).

Pemisahan antara molekul-molekul yang besar dan kecil ini juga dapat dipengaruhi oleh
tekanan atau perubahan yang terjadi pada membran. Hal ini dapat dilakukan secara mudah
dengan menempatkan kantung dialisis dalam suatu ruang vakum. Air dan molekul kecil akan
keluar dari kantung dialisis menembus membran, membentuk ultrafiltrat, sedangkan molekulmolekul besar akan tetap tinggal di dalam kantung dalam keadaan terkonsentrasi. Proses ini
dikenal dengan nama ultrafiltrasi.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk memisahkan protein hasil presipitasi dari larutan garam
melalui proses dialisis.
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. 2 buah gelas kimia 100 mL.
2. Alat pengaduk
3. Tabung reaksi
4. Pipet
Bahan:
1. Presipitat protein hasil presipitasi amonium sulfat 50% dan 100%
2. Kantong selofan
3. Aquades
4. Larutan HCl
5. Larutan BaCl2
D. Cara Kerja

1. Menyiapkan kantong selofan dengan panjang dan ukuran yang sesuai dengan volume
larutan protein yang akan dipisahkan (lk 5-10), kemudian direndam beberapa waktu dalam
aquades.
2. Larutan protein yang akan dipisahkan (mengandung garam konsentrasi tinggi) dimasukkan
ke dalam kantong selofan yang telah disiapkan. Bagian atas kantong diikat sambil difiksasi
sedemikian rupa pada wadah.
3. Kantong selofan yang berisi campuran larutan protein dan garam dimasukkan ke dalam
wadah yang telah berisi aquades. Larutan garam akan berdisosiasi keluar dari kantong
melalui pori membran semipermeabel, sedangkan larutan protein tetap berasa di dalam
kantong.
4. Dialisis dilakukan pada suhu 4oC dengan mengganti aquades di dalam wadah setiap 24
jam.
5. Untuk memastikan larutan di dalam kantong selofan sudah bebas garam, uji aquades di
dalam wadah terhadap sulfat. Bila uji sulfat positif, dialisis dilanjutkan pada suhu 4oC
untuk 24 jam berikutnya sehingga diperoleh uji sulfat negatif.
6. Uji sulfat:
a. 2 mL aquades dalam wadah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kertas
lakmus dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut. 1 mL HCl ditambahkan untuk
mengasamkan kertas lakmus.
b. 2 mL larutan BaCl2 ke dalam tabung reaksi tadi. Jika ada endapan putih menyatakan
adanya sulfat.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Awal Dialisis

2. Uji Sulfat
Hasil penggantian aquades ke

Uji sulfat pada Aquades

Uji sulfat pada Aquades

1
2
3
4
5
6
7
8

Presipitat 50%
+
+
+
+
+
+
+
-

Presipitat 100%
+
+
+
+
+
+
+
-

Reaksi Uji Sulfat (+) : SO42- (aq) + Ba2+ (aq) BaSO4 (s)
Pada praktikum ini dilakukan pemisahan protein hasil presipitasi dari larutan garam amonium
sulfat dari praktikum sebelumnya. Protein yang telah dipresipitasi dengan garam amonium sulfat
diindikasikan masih mengandung garam-garam amonium sulfat yang mungkin saja kehadirannya
akan mengganggu proses pemurnian protein selanjutnya. Proses pemisahan ini dapat dilakukan
dengan metode dialisis. Dialisis merupakan metode pemisahan suatu molekul dari campurannya
berdasarkan perbedaan ukuran molekul yang akan melewati membran dialisis. Membran dialisis
yang digunakan adalah membran selofan yang merupakan polimer dari selulosa dengan ukuran
pori tertentu. Ukuran pori tersebut hanya meloloskan molekul-molekul garam, sedangkan protein
masih tetap tertinggal di dalam membran dialisis.

Pergerakan molekul garam terjadi secara difusi yaitu pergerakan berdasarkan perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam membran dan larutan di luar membran selofan. Konsentrasi
garam lebih tinggi di dalam membran dibandingkan dengan di luar membran, sehingga
pergerakan difusi molekul garam adalah dari dalam membran ke luar membran melalui pori-pori
membran yang selektif permeabel. Proses difusi akan berlangsung sampai terjadi keseimbangan
antara konsentrasi ion-ion garam di dalam dan di luar membran. Setelah terjadi keseimbangan,
maka aquades di luar membran diganti agar proses difusi tetap berjalan hingga semua ion garam
di dalam membran benar-benar berdifusi ke luar membran. Proses penggantian larutan aquades
ini dilakukan selama 8 x 24 jam.
Untuk mengetahui keberadaan ion garam di dalam membran, maka dilakukan uji sulfat. Uji
sulfat dilakukan dengan penambahan 2 tetes BaCl 2 pada larutan aquades di luar membran dalam
tabung reaksi. Ion Ba2+ akan bereaksi dengan ion sulfat (SO42-) membentuk endapan putih
BaSO4. Selama masih terbentuk endapan putih, maka proses dialisis tetap dilakukan. Jika setelah
dilakukan uji sulfat dan sudah tidak terbentuk endapan putih, maka sudah dapat diasumsikan
bahwa protein telah murni dan telah bebas dari ion-ion garam. Dialisis dilakukan pada suhu 4oC
agar protein yang berada di dalam membran tidak terdenaturasi selama proses dialisis
berlangsung.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa protein dapat
dipisahkan dari larutan ion-ion garam melalui proses dialisis yang didasarkan pada perbedaan
ukuran molekul antara ion-ion garam dan molekul protein.

Anda mungkin juga menyukai