Mukhtar Lutfi
265
Mukhtar Lutfi
PENDAHULUAN
Mukhtar Lutfi
Tumbangnya Orde Baru dan tampilnya Gus Dur, merupakan wahana untuk
mewujudkan harapan menjadikan hukum sebagai panglima dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara (Ahmad Ali, 1999: 11). Demikian juga
tampilnya Gus Dur tidaklah bermakna bahw sikap otoriter dan dictator bukan lagi hal
yang harus ditakuti. Dalam konteks ini masalah penerapan asas hukum hanyalah salah
satu msalah hukum dari berbagai masalah yang ada.
Dalam konstatasi hukum dan kehidupan bernegara salah satu hal yang sejak
lama telah banyak melahirkan polemik. Determinan mana hukum dengan politik.
Apakah hukum determinan terhadap politik atau politik determinan terhadap hukum.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita harus masuk dalam kawasan politik
hukum, Dalam format politik hukum (rechts politiek) oleh para pakar dibidang ini
menerima bahwa hukum adalah produk politik (Moh.Mahfud, 1998: 7) Untuk itu
bagaimana wujud hukum yang oleh konfigurasi kekuasaan kepentingan politik yang
melingkupinya. Hal demikian aspek kepentingan politik hukum sangat besar
pengaruhnya dalam penegakan hukum, sehingga dalam hubungan tolak tarik antara
politik dan hukum, maka hukumlah yang terpengaruh oleh politik, karena substansi
politik memiliki konsentrasi energi yang lebih besar dari pada hukum. Sehingga jika
harus berhadapan dengan kepentinganpolitik, maka hukum berada dalam kedudukan
yang lebih lemah.
Dari uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis hanya konsentrasikan
pada faktor yang menjadi atribut tidak dijalankannya asas hukum secara ideal ketika
berhadapan dengan kepentingan politik?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Asas Hukum dan Fungsi Asas
Rusli Effendi, dkk (1991: 28), mengemukakan bahwa terminologi dalam bahasa
Inggerisnya adalah principle dan menurut kamus As. Homby (1972 :769) bahwa,
principle adalah basic-truth atau general law of couse and effect. Sedangkan menurut
kamus Henny Campbell Black yang di kutib dalam Achmad Ali (1997 :53) , bahwa
principle is a fundamental truth or doctrine, as of law a comprehensive rule or doctrine
which furnishes a basis or origin forr
others.
Lebih lanjut Rusli Effendi. dkk (1997:28) juga mengemukan bahwa asas hukum
merupakan sesuatu yang melahirkan peraturan-peraturan hukum, merupakan ratio
logis dari aturan ataupun peraturan hukum, pada sisi lain, Sajipto Raharjo, terkutib
dalam Rusdi effendi, dkk. (1991: 28) menuliskan bahwa asas hukum merupakan
jantungnya hukum, sehingga sebagai jantungnya hukum, maka tidak ada hukum yang
dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada didalammua, asas
hukum berperan sebagai pemberi etis bagi aturan-aturan hukum , sistem hukum dan
tata hukum.
Lain pula halnya, Sudikno Mertokusumo (1985: 32) dalam bukumnya Ahmad
Ali bahwa, asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum,
tetapi merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat, dan asas
hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkret, akan
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010
267
Mukhtar Lutfi
Mukhtar Lutfi
sebelum kedua belah pihak yang berperkara didengarkan lebih dahulu, c) Asas Unus
Testis Nullus Testis, asas satu saksi bukan saksi, ini merupakan asas yang universal
sifatnya yang dianut di seluruh dunia dan sifatnya universal dan d) Asas Legalitas,
asas ini menyatakan bahwa tidak ada perbuatan yang dapat dihukum kecuali jika
sudah ada undang-undang yang sebelumnya telah mengancam sanksi atas perbuatan
itu.
2. Asas Hukum dengan Kepentingan Politik
Menurut Curzon (1979 :44) bahwa, hukum dan politik memiliki keterkaitan
yang erat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, beberapa ajaran hukum
normatif-dogmatik berpandangan, hukum sebagai alat politik bukan merupakan
gejala universal, walaupun Achmad Ali sendiri tidak sepakat dengan pendapat
demikian, karena menurutnya dalam kenyataannya (sein) adalah tidak mungkin
menghindarkan hukum untuk digunakan sebagai alat politik, terutama jika dikaitkan
dengan konsep negara hukum, serta dikaitkan dengan fungsi hukum sebagai alat
rekayasa yang memang menghendaki peran aktif penguasa politik. Politik hukum
merupakan langkah kebijakan politik (political policy) penguasa dalam
memberlakukan kaedah-kaedah karena keberadaan politik hukum tidak terlepas dari
mansa politik (Laica Marzuki, 1999).
Torboni dan Syamsul Arifin (1994 :38) mengemukakan bahwa ada lima
kerangka dalam memahami politik, yaitu ; 1) Mewujudkan kebaikan bersama, 2)
Politik berkaitan dengan penyelenggaraan negara, 3) mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat, 4) Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan umum, dan 5) Politik dalam rangka mencari atau
mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
Namun dalam Realitas kehidupan masyarakat yang cukup kompleks dengan
berbagai permasalahan dan kepentingan, terutama kepentingan politik dikaitkan
dalam menerapkan asas hukum yang berlaku, disatu sisi tidak jarang menimbulkan
konflik kepentingan politik, sehingga berangkat dari asumsi inilah, maka fungsi
hukum sangat dibutuhkan sebagaai basis untuk menetralisir berbagai komflik
kepentingan politik ketimbang diterapkan asas-asas hukum yang berlaku.
Dalam hubungan tolak tarik antara politik dan hukum, maka hukumlah yang
terpengaruh oleh pihak politik harus subsiste politik memiliki konsentrasi energi yang
lebih besar dari pada hukum (Satjipto Raharjo, 1985 :71). Namun kenyataan bahwa,
pada sisi perspektif hukum yang berfungsi sebagai instrumen politik, terlihat hukum
dijadikan oleh para politisi sebagai alat untuk mengakomodasikan kebijaka-kebijakan
atau kemauan-kemauan politik (political will) mereka sendiri. Adaupun fungsi hukum
sebagai instrumen politik dalam realitas kehidupan masyarakat dapat dilihat pada
dimensi kehidupan kenegaraan suatu negara sebagai basis untuk mempertahankan
status quo untuk mengemudikan jalannya pemerintahan. Pemerintah mempunyai
tugas menyeleksi untuk menetapkan pokok-pkok pikiran dari nilai-nilai hukum yang
terdapat dalam masyarakat dan merumuskan peraturan-peraturannya melalui badan
yang berwenang, sesudah itu pemerintah masih memikirkan tentang daya guna dan
hasil guna peraturan yang dibuat, agar supaya dapat
mencapai cita-cita
ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat.(bambang Poernomo, 1986 : 102)
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010
269
Mukhtar Lutfi
270
Mukhtar Lutfi
itu sendiri yang juga melakukan intervensi terhadap lembaga yudikatif dan
seterusnya.
Maka politik hukum, merupakan langkah kebijakan politik (political policy)
penguasa dalam memberlakukan kaidah-kaidah. Oleh karena asas hukum itu dapat
dipengaruhi produk kebijakan politik penguasa, sehingga pada setiap asas hukum
yang dirancang sedemikian rupa akan terpengaruh kehendak kepentingan politik.
Kepentingan politik bertujuan atau mempunyai obyek untuk menyelenggarakan
peraturan-peraturan hukum yang tepat (legislatif) dalam suatu keadaan, situasi, dan
waktu yang tertentu. Namun dalam instansi terakhir politik hukumlah yang
menentukan apakah pembaharuan hukum tersebut sudah dapat dilaksanakan
seluruhnya atau sebahagian atau masih belum waktunya untuk dilaksanakan.
Hanya saja menurut Laica marzuki (1999), bahwa meskipun setiap produk
undang-undang memuat serta keputusan penguasa atau penentu kebijakan politik,
tidaklah kemudian berarti kasus hukum tersebut merefleksikan visi dan kehendak
penguasa yang cenderung a priori merugikan kepentingan rakyat banyak serta
menyimpang dari asas-asas hukum pada umumnya. Adalah ideal apabila visi
kepentingan politik yang tercermin di dalamnya sesuai dengan persepsi kesadaran
hukum (budaya hukum) masyarakat banyak. Sebab berjalnnya suatu sistem hukum
berjalan dengan baik bila mana di dalamnya didukung oleh ketiga komponen yaitu
substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukumnya (Lawrence, 1975 :11)
Untuk itulah bahwa hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal
yang bersifat imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat das sollen, melainkan
harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataan bukan tidak mungkin
sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-pasalnya
maupun dalam implementasi dan penegakannya.
Maka optik sosiologi hukum agaknya muskil untuk menerapkan asas-asas
hukum secara konsisten dan ideal dalam suatu konteks masyarakat yang sangat
didominasi oleh sentral-sentral kekuasaan (lembaga eksekutif), terutama ketika
idealitas asas hukum sangat bertentangan atau berseberangan dengan kepentingankepentingan politik yang ada.
PENUTUP
Faktor yang menjadi hambatan tidak dijalankannya asas hukum secara ideal
dan konsisten ketika mengalami benturan dengan kepentingan politik adalah karena
hukum sebagai perangkat sosial sesungguhnya tidak otonom dan senantiasa berada di
bawah pengaruh kekuatan politik dan akhirnya mengakibatkan lunturnya
kepercayaan masyarakat terhadap penerapan asas hukum yang diterapkan.
Disamping itu pula para penegak hukum di negara kita, karena lebih menekankan
pada kepribadian kepada kepentingan penguasa sehingga akibatnya penerapan
hukum yang tampil jauh dari prinsip-prinsip keadilan.
Ketidak otonomnya hukum tersebut disebabkan oleh keberadaan hukum yang
terkadang dijadikan sebagai alat perjuangan politik kalangan yang di lembaga
eksekutif dan disamping karena sistem politik dan pemerintahan tidak mengenal
pemisahan kekuasaan yang terpisah secara tajam.
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010
271
Mukhtar Lutfi
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Achmad., Menang Dalam Perkara Perdata. Ujungpandang: Ukhuwah Grika,
1997
--------Peranan Pengadilan sebagai Pranata sosial, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum,
Ujungpandang, Lephas Unhas, 1999.
Curzon.LB., Jurisprudence. M&E Hand books, 1979
Deliar Nur, Pengantar Pemikiran politik. Jakarta: Rajawali, 1983
Effendi, Rusli dkk., Teori hukum. Ujungpandang: Hasanuddin University Press,
1991
Gosita, Arif., Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: Akademika Pressindo, 1983
Isjwara,F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta, 1982
Iskandar Siahaan., Politik Dalam Perspektif Hukum. Jakarta: Ind Hill co, 1984
Laica Marzuki., Materi Kuliah Politik pada Program Pascasarjana Universitas
hasanuddin, Ujungpadang, 1999
Loudoe, John Z., Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta.
Mahfud.MD., Politik hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1998
Mertokusomo, Sudikno., Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty: ,
1986
Poernomo, Bambang., Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sisitem Pemasyarakatan,
Yogyakarta: Liberty, 1982
Raharjo, Satjipto., Beberapa Pemikiran Tentang Ancaman antar Disiplim dalam
Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Angkasa, 1985
Setiardjo, Gunawan., Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan masyarakat
Indonesia, jakarta: Konisius, 1990
Simorangkir,JCT., Hukum dan Konstitusi Indonesia, Jakarta: Gunung Agung, 1983
Sumaryati Hartono., Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. Bandung:
Alumni, 1991
Torboni dan Syamsul Arifin., Islam Pluralisme Budaya dan Politik Refleksi Teologi
untuk Aksi Dalam Keberagaman dan Pendidikan, Yogyakarta: Sipress, 1994
272