Burr Hole Eksplorasi 3
Burr Hole Eksplorasi 3
PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia
produktif khususnya di negara berkembang.hal ini diakibatkan karena mobilitas yang
tinggi dikalang usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan
masih rendah disamping penanganan pertama yang belum benar(1).
Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala
200/100.000 penduduk pertahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang
hanya 3%-5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40 % dan sisanya dirawat
secara konservatif.
Prognosa pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan
secara tepat dan cepat.(1,2).
DEFENISI
Burr hole adalah membuat lubang di kranium dan merupakan langkah awal
dalam membuka kranium.(2).
Jika penderita cedera kepala terdapat tanda-tanda herniasi seperti lucis interval ,
pupil dilatasi unilateral dan hemiparese kontralateral, kita dapat segera melakukan burr
hole dan jika hasilnya memang terdapat lesi EDH ataupun SDH dapat dilakukan
dekompresi segera yang dilanjutkan dengan kraniotomi untuk evakuasi masa hematoma
tanpa CT scan terlebih dahulu, hal ini disebut burr hole eksplorasi (3)
TUJUAN BURR HOLE EKSPLORASI
Burr hole merupakan salah satu tindakan diagnostic, terutama pada tempat yang
tidak memiliki fasilitas radiodiagnostik seperti CT-scan. Pada saat yang bersamaan, jika
hasilnya memang terdapat lesi EDH ataupun SDH dapat dilakukan dekompresi segera
dan dilanjutkan dengan kraniotomi untuk evakuasi massa hematoma. Bahkan pada rumah
sakit dengan fasilitas CT scan sekalipun, jika terdapat riwayat interval lucid yang jelas,
dengan adanya tanda-tanda lateralisasi, maka tindakan burr hole masih memiliki tempat.
Tindakan ini kadang-kadang ditujukan untuk dekompresi sesegera mungkin. (4)
Dari 100 penderita cedera kepala yang mengalami herniasi transtentorial atau
kompresi batang otak, hasil burr hole yang positif ditemukan pada 56 persennya. Paling
banyak ditemukan lesi SDH. Hanya 3 persen penderita mengalami perdarahan
intraparenkim (4).
Kepala dimiringkan kearah sisi kontralateral dari sisi yang akan di burr hole
(misalnya burr hole akan dilaksanakan pada sisi kiri,maka kepala dimiringkan
dengan wajah menghadap ke kanan ).
B.
Posisi kepala dipertahankan dengan donat, head holder atau horse shoe head
holder.
C.
Pemilihan sisi yang akan di burr hole lebih dahulu. Mulailah burr hole pada
sisi (sesuai prioritas ) :
Ipsilateral dengan pupil yang mengalami dilatasi. Angka kebenarannya
mencapai 85% untuk EDH dan lesi massa ekstra-aksial lainnya.
Jika kedua pupil mengalami dilatasi, maka burr hole dilakukan pada sisi
dengan dilatasi yang lebih awal (jika diketahui)
Jika kedua pupil telah mengalami dilatasi, dan tidak dapat ditentukan sisi
mana yang terlebih dahulu mengalami dilatasi, maka burr hole ditempatkan
pada sisi dengan jejas yang lebih menonjol.
D.
Insisi kulit yang dilakukan disesuaikan sedemikian rupa sehingga jika akan
dilanjutkan dengan kraniotomi, maka insisi kulit yang sudah ada dapat
diteruskan sehingga membentuk insisi yang sesuai untuk trauma flap ( bentuk
question mark). Untuk mempermudah insisi, lakukan marking terlebih
dahulu sesuai dengan trauma flap.
Insisi yang dimaksud adalah ;
a.
Dimulai dengan insisi dekat bagian atas arkus zigomatiok, lebih kurang 1
cm di depan tragus ( untuk menghindari cabang nervus facialis yang
mempersarafi otot frontalis dan cabang anterior arteri temporalis
superficial)
b.
Insisi diteruskan kearah superior dan melengkung ke posterior tepat pada
bagian atas pinna aurikula
c.
Kemudian insisi mulai melengkung ke arah superior pada 4-6 cm di
belakang pinna aurikula
d.
Kemudian di insisi berjalan melengkung kearah anterior sehingga pada 12 cm di lateral dari garis tengah dan berakhir sebelum mencapai batas
rambut
E.
DAFTAR PUSTAKA
1.