OLEH
KADEK KESUMA ATMAJA
NIM. 14.06.23.1559
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, perkembangan Ilmu dan teknologi berkembang begitu
pesatnya. Dahulu, untuk berhubungan dengan orang lain menggunakan surat menyurat yang
membutuhkan waktu yang lama. Telegram merupakan pengantar pesan darurat jika ingin segera
sampai. Kemudian muncul telepon dengan kepemilikan terbatas pada orang-orang yang mampu
secara ekonomi saja. Sekarang handphone bertebaran penggunaannya. Dari anak-anak hingga
orang dewasa, komunikasi melalui pesan dan suara dengan mudah dilakukan, komunikasi
langsung face to face sangat mudah dilakukan melalui layanan interface komersial seperti Skype,
Messenger, maupun layanan teleconference lainnya. Surat kabar yang beberapa tahun lalu masih
menggunakan media cetak berupa majalah ataupun Koran, sudah mulai tergusur karena adanya
layanan media on-line.
Hal ini tersebut diatas hanyalah salah satu contoh karena pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia manusia. Ilmu
pengetahuan ini merupakan sumber dari terciptanya sesuatu. Beberapa dekade sebelumnya
keinginan masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan formal masih rendah, sehingga banyak
yang hanya berakhir di bangku sekolah dasar. Namun saat ini masyarakat berlomba-lomba untuk
mendapatkan dan mengejar ilmu pengetahuan baik formal maupun non-formal. Seorang sarjana
yang baru lulus srata satu serta merta langsung melanjutkan kuliah ke tingkat yang lebih tinggi
yaitu strata dua atau doctoral.
Hasil dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dimanfaatkan sebagian orang untuk kebaikan
atau hal-hal yang positif. Misalnya, pengetahuan dalam bidang teknologi informatika diatas
dikembangkan untuk komunikasi dengan biaya yang murah. Penemuan teknologi dalam bidang
Atom/Nuklir digunakan secara positif untuk dunia kedokteran maupun digunakan untuk
pembangkit listrik untuk kepentingan masyarakat banyak. Sayang, beberapa orang menggunakan
ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk hal-hal yang negative yang tidak bertanggung jawab.
Misalnya pengetahuan dalam bidang kimia, digunakan untuk merakit bom yang dapat
membunuh ratusan orang-orang tidak berdosa. Begitu luasnya ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan manusia, tentu saja ilmu tersebut harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab
dan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Dalam agama hindu, sebenarnya telah diajarkan didalamnya selain ilmu filsafat, juga
diajarkan ilmu pengetahuan yang lain. Namun banyak masyarakat hindu yang belum menyadari
ataupun mengetahui ilmu pengetahuan dalam ajaran Agama hindu untuk itu, perlu dilakukan
kajian tentang ilmu pengetahuan terkandung dalam ajaran agama hindu, serta manfaat ilmu
pengetahuan tersebut.
1.2.
Rumusan masalah
Dari latar belakang yang disampaikan diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
kajian ini dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Apa Ilmu pengetahuan menurut agama hindu?
b. Bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan dalam ajaran agama hindu?
c. Apa manfaat ilmu pengetahuan dalam ajaran agama hindu?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu:
a. Mengetahui tentang ilmu pengetahuan menurut agama hindu
b. Mengetahui manfaat ilmu pengetahuan menurut agama hindu
1.4.
Manfaat penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini yaitu menambah wawasan penulis dan
wawasan masyarakat umum, khususnya yang beragama hindu, tentang ilmu pengetahuan
yang terkandung dalam agama hindu.
BAB II
PEMBAHASAN
Namun manusia sebagai mahluk hidup masih diselumuti oleh badan kasar sehingga sifat
manusia masih diselimuti oleh kebodohan. Sehingga dalam manusia juga disebut sebagai
Manawa. Ma berarti ketidaktahuan, Na berarti tidak, Wa berarti tingkah laku. Jadi Manawa
artinya orang yang bertingkah laku tanpa ketidaktahuan (A. Drucker, 1996).
Ketidaktahuan manusia ditegaskan pula dalam Bhagawadgita III.38-39 seperti sebagai
berikut:
Bhagawadgita III.38:
Dhumena wriyate wahnir
(Artinya: bagaikan api diselubungi asap dan bagaikan cermin diliputi debu, bagaikan biji
dibungkus dalam kandungan, demikian pula Dia diselimuti olehnya)
Bhagawadgita III.39:
Awritam jnanam atena
jnanimo nityawairina,
Kamerupena kaunteya
(Artinya: tertutuplah ilmu pengetahuan kebajikan itu oleh nafsu yang tidak puas-puasnya
pada mereka, yang merupakan musuh utama, O Arjuna)
Manusia telah diajarkan tentang hal-hal yang dapat menghambat pengetahuannya. Ada
yang tidak sadar terhadap pentingnya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang sangat sadar dan
berlomba-lomba untuk mencari pengetahuan itu, yang tercermin dalam sloka-sloka Weda sebagai
berikut;
Ketum krnvan aketave
Peso marya apesase
Sam usadbhir ajayathah
(Rgveda I.6.3)
(Wahai umat manusia, engkau dilahirkan bersama fajar. Berilah pengetahuan kepada
orang-orang yang bodoh dan berikanlah kecantikan kepada orang-orang yang buruk rupa)
(Rgveda VIII.4.15)
(Ya Tuhan Yang Maha Esa, tanamkanlah pengetahuan kepada kami dan berkahilah kami
dengan intelek yang mulia).
Vipraso va dhiyayavah
(Atharvaveda XX.71.2)
dengan lima ekor kuda. Tali kendalinya sebagai manas (pikiran). Kusir sebagai buddhi
(kecerdasan) yang mengendalikan alat indra. Kemampuan pikiran sebagai tali kendali, terkait
dengan kekuatan, daya atau kesaktian yang melekat padanya, yakni vedana sakti (kekuatan
persepsi), smarana sakti atau smriti sakti (kekuatan memori), bhavana sakti
(kekuatan
imajinasi), Manisha sakti (kekuatan keputusan), iccha sakti atau sankalpa sakti (kehendak atau
keputusan akhir), dan dharana sakti (kekuatan untuk memegang atau mempertahankan).
Kesaktian ini mengakibatkan pikiran berfungsi sebagai tali kendali bagi alat-alat indra dalam
menangkap dan mengenali suatu objek guna mendapatkan suatu pengetahuan.
2.2. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan
2.2.1. Catur Pramana
Ada empat cara yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yang
disebut sebagai Catur Pramana, yaitu Praktyaksa pramana, Anumana pramana, Upamana
pramana, dan Sabda pramana (Pendit, 2007 dalam Atmadja, 2014). Pada saat alat indra
menangkap secara langsung objek, maka pengetahuan ini diperoleh dengan metode Praktyaksa
pramana. Ketika dilakukan analisis terhadap objek tersebut (pengenalan gejala yang diamati,
pengenalan factor umum penyebab gejala, menyusun hipotesis berdasarkan gejala yang diamati,
menerapkan aturan umum pada objek yang diamati dan merumuskan kesimpulan), disebut
memperoleh pengetahuan dengan metode Anumana pramana. Dengan melakukan perbandingan
dan atau analogi dengan objek lain yang sudah dikenal, maka metode memperoleh pengetahuan
tersebut menggunakan Upamana pramana. Sedangkan Sabda pramana merupakan metode
mendapatkan pengetahuan dengan bertanya pada ahli atau pakarnya (Pendit, 2007 dalam
Atmadja, 2014).
2.2.2. Pengendalian hawa nafsu
Pengendalian indria dan pembasmian nafsu dilakukan untuk memperoleh Ilmu
pengetahuan. Pengendalian jiwa dan hawa nafsu sangat penting dilakukan oleh umat manusia
untuk memperoleh pengetahuan yang hakiki. Tercantum dalam Bhagawadgita sebagai berikut;
Tasmat twam indriyany adau
niyamya bharatasabha
(Bhagawadgita III.41)
(Dari itu, pertama kendalikanlah pancaindriamu dan basmilah nafsu yang penuh dosa,
perusak segala ilmu pengetahuan dan kebijakan, O Arjuna yang baik)
2.2.3. Jnana Yoga
Pengendalian pikiran, indria, dan pengendalian nafsu adalah yang utama, namun
kesempurnaan dalam perolehan pengetahuan didapat melalui Jnana yoga, seperti dalam
sloka berikut:
Na hi jnanena sadrisam
tatparah samyatendriyah
acinera dhigacchati
(Ia memiliki kepercayaan dan mengenal pancaindrianya, mencapai ilmu pengetahuan; dengan
memiliki ilmu pengetahuan ia menemui kedamaian abadi)
sarwebhyah papakrittawah,
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam kitab suci agama hindu telah tercantum akan pentingnya ilmu pengetahuan untuk
kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan diperoleh dengan berbagai cara, mulai dari melihat,
meneliti, membandingkan dan bertanya pada ahlinya, juga ilmu pengetahuan dapat diperoleh
dengan mengendalikan diri dan melakukan Yoga. Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh adalah kebahagiaan yang abadi.
3.2 Saran
Perlunya pendalaman lebih jauh tentang hakikat ilmu pengetahuan dalam ajaran agama
hindu dengan cara membaca kitab-kitab suci hindu dan Purana, untuk menambah wawasan
tentang ilmu pengetahuan menurut Agama Hindu.
KEPUSTAKAAN
G. Pudja MA. SH. 1981. Bhagawadgita (Pancama Weda). Maya Sari, Jakarta.
A.Ducker. 1996. Intisari Bhagawad Gita (Wejangan Bhagawan Sri Satya Sai Baba). UD Paramita,
Surabaya.
I Made Titib. 1996. Veda Sabda Suci (Pedoman Praktis Kehidupan). Paramita, Surabaya.
Nengah Bawa Atmadja, 2014. Saraswati dan Ganesha Sebagai Simbol Paradigma Interpretativisme
dan Positivisme (visi integral mewujudkan Iptek dari pembawa musibah menjadi berkah bagi umat
manusia). Pustaka Larasan, Denpasar.
Stiti Dharma Online. Pengucapan Puja Trisandya. http://stitidharma.org/pengucapan-puja-trisandya/.
Diakses tanggal 15 Pebruari 2015