Studi Karakteristik Panas Bumi Berdasarkan Geokimia Mataair Panas Makula Daerah Wala Kec Sangalla Selatan Kab Tana Toraja Prov Sulawesi Selatan
Studi Karakteristik Panas Bumi Berdasarkan Geokimia Mataair Panas Makula Daerah Wala Kec Sangalla Selatan Kab Tana Toraja Prov Sulawesi Selatan
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mataair panas yang muncul ke permukaan mengindikasikan bahwa adanya
suatu sistem panas bumi yang terbentuk di bawah permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya aktifitas geologi, seperti vulkanisme dan tektonisme yang
kemudian mengakibatkan air di bawah permukaan mengalami pemanasan,
kemudian muncul dipermukaan sebagai mataair panas ( Herman, 2005), di daerah
Wala Kecamatan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja terdapat titik mataair
panas (Djuri, Sudjatmiko, Bachri dan Sukido, 1998).
Berdasarkan informasi adanya titik panas bumi tersebut mendorong
penulis ingin mengetahui lebih lanjut, sehingga diperlukan suatu penelitian yang
dilakukan secara berkesinambungan di antaranya yaitu studi karakteristik panas
bumi.
Dalam penelitian karakteristik mataair panas terdapat beberapa beberapa
permasalahan pokok yang harus dipecahkan di antaranya bagaimana tipe air
panas, berapa temperatur bawah permukaan, bagaimana sistem panas bumi yang
mengontrol mataair panas daerah penelitian, sehingga dari hasil analisis geokimia
ini kita dapat mengetahui karakteristik dari matair tersebut dan juga mengetahui
manfaat yang dapat diperoleh dari mataair panas tersebut seperti sebagai sumber
energi, pertanian dan sebagai lokasi objek wisata. Melihat hal tersebut diatas,
maka penulis merasa sangat tertarik untuk memecahkan permasalahan mataair
panas tersebut dengan menjadikan objek studi mengenai karakteristik panas bumi
berdasarkan mataair panas ini sebagai bahan penelitian tugas akhir.
1.2
Batasan Masalah
Penulis membatasi pembahasan dari penelitian ini yaitu membahas
karakteristik mataair panas makula meliputi ciri fisik, sifat kima, tipe mataair
panas dan memperhatikan ciri ciri batuan di sekitar mataair panas dan unsur
unsur penyusun mataair panas.
I.4
empat atau beroda dua yang ditempuh sekitar 7 - 8 jam dengan jarak kurang lebih
sekitar 320 km, dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda
dua ke lokasi penelitian dari Ibukota Kabupaten Tana Toraja dengan jarak sekitar
20 km dan waktu tempuh sekitar 1 jam.
4o0530 LS
110o5700
BT
110o5400
BT
110o5400
BT
110o5700
BT
03o0530 LS
03o 0730 LS
03o0730 LS
Daerah Penelitian
I.5
I.6
Peneliti Terdahulu
Beberapa ahli geologi yang pernah mengadakan penelitian di daerah ini
BAB II
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN
2.1
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
2.2
Tahapan Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini, diperlukan tahapan penelitian yang
baik dan tersusun secara sistematis, agar diperoleh hasil yang baik. Tahapan
penelitian tersebut, yaitu :
2.2.1 Tahap Persiapan
Melaksanakan setiap kegiatan penelitian, selalu diawali dengan persiapan
yang menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan selama pelaksanaannya.
Pada tahap ini, hal-hal yang perlu dilakukan berupa :
Persiapan administrasi
Meliputi : pengajuan proposal penelitian, pengurusan surat izin penelitian
pada tingkat provinsi sampai tingkat desa lokasi penelitian
Persiapan perlengkapan dan peralatan geologi serta alat pengukuran sifat
kimia dan fisika mataair panas.
Studi literatur
Meliputi : studi tentang geologi regional daerah penelitian, laporan dari
peneliti terdahulu yang mencakup daerah penelitian serta literatur - literatur
geologi yang masih berkaitan dengan batasan masalah penelitian.
Pengadaan peta dasar dan interpretasi peta topografi
Meliputi : pengadaan peta dasar diperoleh dari peta lembar yang diterbitkan
oleh Bakosurtanal dengan sekala 1 : 50.000 kemudian diperbesar ke skala 1 :
25.000.
Perencanaan biaya dan jadwal kegiatan.
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut
berlangsung secara kuantitatif.
2.2.3.2 Penentuan Sulfat (SO4), K, Na, NH3,
Dalam menentukan kandungan sulfat dalam sampel
prosedur yang
transmitan
bentangalam, foto singkapan, conto batuan dan data kekar. Hasil pengolahan data
10
primer tersebut disesuaikan dengan peta topografi daerah penelitian dan disusun
dalam bentuk laporan.
Pengolahan terhadap contoh airpanas dilakukan di laboratorium. Hasil
yang diperoleh berupa nilai dari kandungan unsur unsur kimia dalam airpanas,
sehingga dapat ditentukan potensi yang diperoleh dari mataair panas.
2.2.5
skripsi berdasarkan data geologi hasil penelitian lapangan, data geokimia hasil
pengolahan dan analisis laboratorium, serta data-data pendukung lainnya yang
berhubungan dengan penelitian dengan bahan acuan buku literatur dan laporan
peneliti terdahulu.
2.2.6 Tahap Presentase Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian. Pada tahap ini laporan yang telah disusun dalam bentuk skripsi
dipresentasekan dalam bentuk ujian seminar hasil dan ujian akhir di depan dosen
penguji.
11
PERSIAPAN
Administrasi
Studi Pustaka
Peta Dasar
Peralatan Lapangan
Orientasi Medan
Penyusunan Program kerja
PENELITIAN LAPANGAN
ANALISIS LABORATORIUM
PENYUSUNAN LAPORAN
SKRIPSI
Gambar 2.1. Diagram alur metode dan tahapan penelitian
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Geologi Regional
Pembahasan geologi regional daerah penelitian mencakup kondisi
12
13
yang mengalir kearah lembah Sangalla dan menjadi sumber air baik bagi
kehidupan sehari-hari maupun untuk persawahan. Air yang bersumber dari kaki
bukit tersebut mengalir secara gravitasi dari persawahan yang lebih tinggi ke
persawahan di bawahnya melalui saluran yang dikelola secara sederhana oleh
masyarakat setempat.
Sebagian pegunungan ini terbentuk oleh batuan gunung api dengan
ketinggian rata-rata 1500 m dari permukaan laut ke arah timur rangkaian
pegunungan ini relatif menyempit dan lebih rendah dengan morfologi
bergelombang lemah sampai kuat
3.1.2 Stratigrafi Regional
Daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi Lembar Majene dan
Palopo Bagian Barat (Djuri dan Sudjatmiko, 1974), dimana berdasarkan urutan
stratigrafinya batuan tertua yang dijumpai di daerah adalah Formasi Latimojong
(Tkl) yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi
ini telah termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit
dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock maupun
berupa retas-retas.Pada bagian atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi
Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier Eosen Toraja
Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping dan
batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat.
Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen
Tengah sampai Miosen Tengah. (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Pada bagian atas
formasi ini dijumpai batuan vulkanik Lamasi (Tolv) yang berumur Oligosen,
14
terdiri dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik,
batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan
batuan terkersikkan dan terkloritisasi. Satuan batuan berikutnya adalah satuan
Tmb dan Tmpss yang terdiri dari napal dan sisipan batugamping yang setempatsetempat mengandung batupasir gampingan, konglomerat dan breksi yang
berumur Miosen Bawah hingga Miosen Tengah, di tempat lain diendapkan satuan
batuan Tmc yang terdiri dari konglomerat, meliputi sedikit batupasir glaukonit dan
serpih. Ketebalan satuan batuan ini antara 100 400 meter dan berumur Miosen
Tengah hingga Pliosen.
Ketiga satuan batuan di atas mempunyai hubungan menjemari dengan
satuan batuan Tmpl yang terdiri dari lava yang bersusunan andesit sampai basal,
pada beberapa tempat terdapat breksi andesit, piroksin dan andesit trakit serta
felspatoid. Kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen dan
mempunyai ketebalan 500 1000 meter. Pada beberapa tempat dijumpai pula
satuan batuan Tmpa, yang merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri dari
konglomerat, batupasir, batulempung dan napal dengan selingan batugamping dan
lignit. Foraminifera menandakan umur Miosen Akhir hingga Pliosen.
Batuan-batuan tersebut di atas terangkat ke permukaan hingga
membentuk dataran tinggi akibat adanya pengangkatan oleh gaya-gaya tektonik.
Kegiatan tektonik tersebut menyisakan beberapa struktur yang dapat dijumpai di
wilayah studi daerah penelitian antara lain patahan naik (trust fault), patahan
normal (normal fault) dan struktur perlipatan berupa sinklin. Setidaknya ada
empat tahapan yang menyebabkan terjadinya gaya-gaya tektonik tersebut.
15
Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri
dari lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat
terumbu koral (Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat.
120o 05 BT
03o 00 LS
03o 00 LS
119o 45 BT
03o 20 LS
03o 20 LS
Lokasi Penelitian
0 37.5 75
150
225
300
Kilometers
Gambar 3.1 Peta Geologi Regional Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo, Sulawesi . P3G, Bandung (Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan
Sukido, 1998)
3.1.3 Struktur Geologi Regional
Struktur yang terdapat di Pulau Sulawesi khususnya daerah penelitian
memperlihatkan keadaan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Pulau
Sulawesi banyak mendapat pengaruh pertemuan berbagai lempeng benua dan
samudera. Kerumitan tektonik Pulau Sulawesi ini ditafsirkan
sebagai hasil pemekaran kerak bumi yang disebabkan oleh gerak lempeng
Australia dan Hindia ke utara dan lempeng Pasifik ke Barat yang kedua
membentur lempeng Eurasia.
16
17
aktif, arah gerak sesar Palu-Koro memperlihatkan kesamaan gerak dari jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah
yang konsekwen terhadap Mandala Banggai-Sula. Kemudian akibat dari lempeng
Asia yang bergerak dari arah baratlaut menyebabkan terbentuknya jalur
penunjaman Sulawesi Utara hingga pergerakan dari Sesar Palu-Koro masih aktif.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Maka pada Mandala Sulawesi
Barat bagian tengah termasuk daerah penelitian berkembang sesar-sesar mendatar
yang berarah baratlaut-selatan tenggara dan sesar-sesar anjak yang berarah
timurlaut-baratdaya. Sesar-sesar mendatar yang dimaksud adalah Sesar Mendatar
Malimbo di bagian utara daerah penelitian, Sesar Walanae Barat di baratdaya
daerah penelitian dan sesar naik yang paling dominan adalah Sesar Naik Makale
di bagian baratdaya dan Sesar Anjak Latimojong disebelah baratdaya daerah
penelitian (Djury dan Sudjatmiko, 1974).
3.2 Panas Bumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi. Panas
bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta
sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. (Pasal
1.UU RI No. 27, 2003)
Panas Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami
di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan
dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di
18
dalam
kerak
bumi.
Untuk
pemanfaatannya,
perlu
dilakukan
kegiatan
yang telah ada sejak bumi terbentuk. Asal dari panas tersebut telah banyak
dihipotesiskan para ahli, baik itu hipotesis panas yang merupakan warisan abadi
sejak sebuah bola gas pijar terlepas dari matahari yang kemudian membeku
bagian luarnya menjadi bumi, hipotesis panas akibat proses isotermis dan
pandangan terakhir yang lebih maju yaitu bahwa panas tersebut sebagian
disebabkan oleh proses peluruhan bahan radioaktif yang terkandung dalam bumi.
Di alam suhu tersebut membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem panas
bumi. Sistem mencakup sistem hidrotermal, yang merupakan sistem mataair,
proses pemanasan dan kondisi sistem di mana air yang terpanasi terkumpul,
sehingga sistem panas bumi mempunyai persyaratan seperti harus tersedianya air,
batuan pemanas, batuan sarang dan batuan penutup. Air di sini umumnya berasal
dari air tanah meteorik. Jenis jenis air (Diadaptasikan dari White, 1956), sebagai
berikut :
Air juvenile (juvenile water), yaitu air yang berasal dari magma (primer) yang
kemudian menjadi bagian dari hidrosfer. Air magmatik (magmatic water),
19
yaitu air yang berasal dari magma (dapat air juvenile) sejak magma tersebut
bersatu denga air meteorik atau air yang berasal dari sedimen.
Air meteorik (meteoric water), yaitu air yang sekarang berada di lingkungan
atmosfer.
Air purba (connate water), yaitu air yang terpisah dari atmosfer selama waktu
geologi yang panjang. Air yang tedapat dalam cekungan sedimen dan tertutup
oleh lapisan tebal batuan diatasnya ini hampir sejenis dengan air di dalam
lapisan minyak bumi yang umumnya merupakan air laut yang telah
mengalami perubahan karena proses fisika dan kimia.
Air metamorfik (metamorphic water), yaitu bentuk tersendiri dari air purba
yang berasal dari mineral yang mengandung air (hidrous mineral), di mana air
akan terperas keluar selama proses kristalisasi atau metamorfosa.
Batuan pemanas akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air yang dapat
berwujud tubuh terobosan granit maupun bentuk-bentuk lainnya. Panas yang
ditimbulkan oleh pergerakan sesar aktif kadang - kadang berfungsi pula sebagai
sumber panas, seperti sumber-sumber mata air panas di sepanjang Sesar Aktif
Palu Koro.
Batuan sarang berfungsi sebagai penampung air yang telah terpanasi atau
uap yang telah terbentuk. Nilai kesarangan batuan cadangan ini ikut menentukan
jumlah cadangan air panas atau uap.
Batuan penutup berfungsi sebagai kumpulan air panas atau uap, sehingga
tidak merembes ke luar. Syarat dari batuan penutup ini adalah sifatnya yang tidak
mudah ditembus atau dilalui cairan atau uap (Gambar 3.1).
20
Batuan penutup
Batuan sarang
Batuan pemanas
21
hidrotermal panas bumi. Kadang - kadang di sekitar mataair panas dijumpai sinter
silikaan yang merupakan endapan silika yang larut dalam air panas atau tufa
gampingan karena ikut terlarut CaCO3.
Solfatar adalah hembusan gas belerang yang berasal magma maupun
terdapat di alam sedimen, endapan belerang yang merupakan sublimasi gas H2S di
sekitar daerah solfatar kadang - kadang mempunyai arti ekonomi. Fumarol
merupakan hembusan gas dan uap air, di mana uap air umumnya lebih banyak.
Konstituen gas umumnya terdiri dari CO2, H2S, HCl, CO, HF, Asam Borak,
H3PO3, NH3, Hidrogen Bebas dan sejumlah kecil gas - gas tak reaktif sepeti
Argon. Kadang ditemukan pula unsur Hidrogen, Cl dan F, di mana umumnya
berasal dari alterasi batuan sekitar. Beberapa jenis sulfat seperti anhidrit, gypsum,
alunit, alum dan garam epsomkadang dijumpai pada uap fumarol. Gas SO2 yang
ada berasal dari oksidasi gas H2S setelah mencapai permukaan, sedang belerang
yang berbentuk kristal - kristal jarum merupakan hasil sublimasi.
3.4
Gradien Geothermal
Secara universal, setiap penurunan 1 km (kedalaman) ke perut bumi
temperatur naik sebesar 25 - 30C. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter
temperatur naik sekitar 2,5 sampai 3C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi
suhu batuan akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27C maka
untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5C. Untuk kedalaman
1 km suhu batuan dapat mencapai 52-60C. Pertambahan panas tersebut dikenal
sebagai gradien geotermal. Untuk tempat-tempat tertentu di sekitar daerah
22
volkanik gradien geotermal dapat lebih besar lagi, variasinya 1 - 25C / 100m,
diakses pada http://www.geothermal/html.
3.5
adalah studi sistem panas bumi itu sendiri, terutama karakteristik sumber panas
bumi sebagai bagian penting dalam sistem, di antaranya yang berkaitan dengan :
Dapur magma sebagai sumber panas bumi,
Kondisi hidrologi,
Manifestasi panas bumi,
Reservoir,
Umur (lifetime) sumber panas bumi.
3.5.1 Dapur Magma Sebagai Sumber Panas Bumi
Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah gunungapi
mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah
satu karakteristik penunjang pemanfaatan panas bumi adalah letak dapur
magmanya di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).Terutama di
daerah - daerah yang terletak di jalur vulkanik - magmatik, ukuran dapur magma
itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisme. Saat menuju
permukaan, magma akan mengalami proses diferensiasi dan berevolusi
menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma
yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh
bahan - bahan kerak bumi yang kaya akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih
eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari ciri fisik berupa ukuran kaldera,
23
distribusi lubang kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi
gunungapi atau melalui cara identifikasi dengan metoda geofisika.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan
pembentuk kerak bumi, makin besar ukuran dapur magma maka semakin besar
pula sumber daya panasnya, di mana secara ekonomis menjadi ukuran jumlah
energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.
24
sumber panas bumi di bawah permukaan. Pada daerah berelief (topografi) rendah,
manifestasi panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH
mendekati netral, pengendapan sinter silika hingga zona - zona uap mengandung
H2S yang berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam, menandakan bahwa
sumber fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan.
Pada daerah dengan topografi tinggi (vulkanik andesitik), dimana kenampakan
manifestasi berupa fumarol atau solfatara, menggambarkan bahwa sumber panas
bumi berada pada kondisi relatif dalam yang memerlukan waktu dan jarak
panjang untuk mencapai permukaan.
3.5.3 Manifestasi Panas Bumi
Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi - manifestasi di
permukaan, menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir
telah keluar melalui bukaan - bukaan struktur atau satuan - satuan batuan
berpermeabilitas. Beberapa manifestasi menjadi penting selain sumber mataair
panas yang dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan suhu reservoir
panas bumi, yaitu :
Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan
kandungan cukup silika, diendapkan ketika fluida yang jenuh silika amorf
mengalami pendinginan dari 100o ke 50oC. Endapan ini dapat digunakan
sebagai indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175oC.
Travertin, jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau permukaan, ketika air
meteorik yang sedang bersirkulasi sepanjang bukaan - bukaan struktur
mengalami pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan karbonat.
25
26
Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 225oC dengan rapat daya
spekulatif 12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15
MW/km2 dan konversi energi 15%.
3.5.5 Umur Sumber Panas Bumi
Sistem panas bumi menghasilkan sumber daya energi yang selalu terbarukan,
tidak berarti akan berumur tanpa batas. Dengan demikian harus ada upaya untuk
mengetahui umur kegiatan sumber panas bumi. Penggunaan metoda K/Ar dan
Rb/Sr adalah salah satu teknik paling populer untuk penentuan umur terhadap
mineral mineral hidrotemal tertentu dari inti bor batuan yang terubah
hidrotermal. Penentuan umur sistem panas bumi dapat dilakukan dengan cara :
a. Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur dengan
cara ini dilakukan melalui studi banding umur relatif mineral mineral ubahan
proses hidrotermal terhadap umur batuan reservoir,
b. Analogi pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem fosil
panas bumi, terutama yang berkaitan dengan cebakan hidrotermal. Dilakukan
melalui studi tentang peran bukaan struktur dalam proses hidrotermal dan
pembentukan cebakan mineral, serta perbedaan episode pengendapan mineral
ubahan, penutupan bukaan struktur dan pembentukan kembali bukaan/rekahan
3.6
besar dibandingkan dengan suhu udaranya. Pada daerah yang beriklim tropis
27
seperti di Indonesia suhu mataair panas dibandingkan dengan suhu udara di mana
mataair panas itu berada (Suharyadi, 1984).
Komposisi kimia unsur unsur yang terlarut dalam airtanah dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu mayor elemen dan minor elemen. Kelompok
mayor elemen terdiri dari kation Ca2+, Mg2+, Na+
CO3-, SO42-, Cl- dan NO3-, sementara kelompok minor elemen umumnya terdiri
dari Fe, Al, Cu, Hg, PO4, NO2 dan lain-lain.
Sumber panas dari suatu mataair panas dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
Letak dari massa air tersebut yang berada dekat dengan massa batuan vukanik
yang masih aktif,
Keberadaan dari air yang berada jauh didalam bumi sehingga massa air
tersebut akan mengalami pemanasan selaras dengan pertambahan kedalaman
(geothermal),
Adanya proses proses kimia yang terjadi pada air sehingga mengalami
peningkatan suhu,
Adanya pergerakan sesar aktif yang kadang-kadang berfungsi sebagai sumber
panas.
Keberadaan mataair panas pada suatu daerah, dapat terbentuk oleh dua
sebab yaitu oleh aktivitas tektonik aktif dan vulkanisme (Nicholson, 1993) :
a. Mataair panas akibat vulkanik aktif, dicirikan oleh air panas temperatur tinggi
dengan suhu di atas 100oC, suhunya tetap, dijumpai endapan sinter, sulfat dan
sulfur, memiliki kandungan ion sulfat dan unsur sulfur yang tinggi akibat
28
reaksi oksidasi H2S di atas permukaan tanah dan unsur volatil magma dari
kegiatan vulkanik.
b. Mataair panas akibat tektonik aktif, dicirikan oleh air panas temperatur rendah
dengan suhu antara 20o 100oC, dan unsur memiliki unsur sulfur yang relatif
lebih rendah.
3.7
temperatur tinggi yaitu sekitar 180oC, dengan kedalaman sekitar 1 sampai dengan
2 kilometer dari permukaan bumi.air panas memiliki beberapa sifat kimia seperti
tipe air panas dan geothermometer larutan (Ellis, J. A & Mahon J. A. W,1977).
3.7.1 Tipe Air Panas
Tipe fluida ditemukan pada kedalaman di tempat panas bumi dengan
temperature tinggi pada pH asam netral dan klor sebagai anion yang dominant.
Tipe dari fluida dapat ditentukan berdasarkan kandungan unsur kimia yang paling
dominant dijumpai didalam air panas tersebut serta proses proses fisika yang
terjadi. Berikut ini adalah beberapa tipe fluida dari air panas (Ellis, J. A & Mahon
J. A. W, 1977), yaitu :
Klorida
Tipe air panas ini disebut juga alkali Clorida atau neutrai Clorida, yaitu
tipe pada air fluida pada sistem dengan temperature tinggi. Daerah yang
mengandung panas, sumber panas dan konsentrasi
reservoir yang dalam serta pada sona yang permeable. Klorida merupakan anion
yang paling dominan. Unsur lain yang terkandung didalamnya adalah Sodium dan
29
potassium (dalam rasio 10 : 1), sebagai kation utama dengan konsentrasi silika
(konsentrasi lebih tinggi pada kenaikan temperature di kedalaman), boron dan
konsentrasi sulfat dan bikarbonat bervariasi. Kandungan gas yang terkandung
adalah hidrogen sulfide, dengan pH relatif netral yang berkisar antar pH 5- 9.
Sulfat
Tipe air ini disebut juga acid sulfat water, yaitu terbentuk akibat
kondensasi gas gas geothermal dekat permukaan. Gas gas bersamaan dengan
uap air dan unsur unsur volatile lainnya terbentuk dalam fluida secara terpisah
dengan tipe air klorida mlalui proses pemanasan. Meskipun selalu dijumpai
dipermukaan ( <100 meter). Air sulfat dapat terpenestrasi lebih dari akibat sesar
memasuki sistem panas bumi, kemudian dipanaskan mengakibatkan alterasi pada
batuan dan bercampur dengan fluida fluorid. Tipe ini sering dijumpai pada air
yang keruh atau berlumpur. Karena terpisah dari tipe fluida lainnya maka air
dipanaskan pada water table. Sulfat merupakan anion utama yang terbentuk akibat
oksidasi dari hydrogen sulfide, menghasilkan pH sekitar 2,8.
Bikarbonat
Tipe air ini merupakan tipe kaya fluida CO2 rich fluida atau disebut juga
netral bicarbonate water yang dihasilkan oleh kondensasi uap air dan gas ke
dalam poorly oksigenated sub Surface. Tipe ini merupakan non vulkanogenik
dan sistem temperature tinggi dengan pH mendekati netral akibat reaksi dengan
batuan sekitarnya. Sulfat dihasilkan dalam jumlah tertentu dan sedikit klorid. Tipe
ini dapat terbentuk akibat beberapa proses, yaitu :
-
30
Air keluar dekat permukaan dan oksidasi dari H2S dalam air kloride,
Kondensasi dari gas gas vulkanik dekat permukaan menjadi air meteorik,
tipe ini adalah pH 2 5 dengan kandungan sulfat dan klorid yang seimbang.
Dilute Klorid- Bikarbonat
Tipe ini terbentuk akibat dilusi dari florida klorida oleh air tanah atau air
bikarbonat mengikuti aliran, biasanya dijumpai pada major upflow zone atau pada
sistem panas bumi bertemperatur tinggi. Kloride merupakan anion yang dominan
dan bikarbonat dalam jumlah tertentu serta pH air 6 8.
Dari hasil analisis kimia, kemudian menjadi parameter di dalam penentuan
tipe mataair panas berdasarkan klasifikasi dari diagram Trilinier, modifikasi dari
(Giggenbach, 1988 dalam Kusumayudha, 2005).
31
32
tempertaur yang tnggi di bawah permukaan dengan melihat elemen sodium dan
potassium. Persamaan yang dapat digunakan dalam mengitung temperatur dari
perbandingan Na - K (Giggenbach, 1988 dalam Nicholson,1993) adalah sebagai
berikut :
To C =
1390
- 273
log Na / K 1.750
33
dalam air panas akan bertambah bila temperatur meningkat, sehingga air dengan
konsentrasi Mg akan termasuk didalam kesetimbangan, yang kemungkinan berada
dekat permukaan. Perkiraan temperature bawah permukaan juga dipengaruhi dari
persentase Na/1000 K/100 -
perbandingan nilai nilai dari setiap elemen dengan jumlah total keseluruhan
elemen yang kemudian diplot pada diagram Ternary. (Giggenbach, 1988 dalam
Nicholson,1993)
Perkiraan temperature bawah permukaan juga dipengaruhi dari persentase
elemen elemen Na-K-Mg yang dapat dihitung dengan menggunakan
perbandingan daripada nilai nilai dari setiap elemen dengan jumlah total
keseluruhan elemen.
Rumus jumlah elemen Na-K-Mg sebagai berikut:
Na + K + Mg = ot
BAB IV
PEMBAHASAN
genetik yang dihubungkan dengan ciri fisik yang ditemukan pada daerah
34
35
36
di lapangan dan penyebaran yang mendominasi pada satuan batuan ini. Litologi
yang menyusun pada satuan ini yaitu lava andesit, berdasarkan hal tersebut maka
penamaan satuan ini yaitu satuan lava andesit.
Untuk penamaan litologi satuan ini menggunakan klasifikasi Travis (1955)
terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara megaskopis dan penamaan
batuan secara mikroskopis . Pengamatan secara megaskopis ditentukan secara
langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang dapat di amati
langsung. Sedangkan analisis petrografis dengan menggunakan mikroskop
polarisasi untuk pengamatan sifat optik mineral serta pemerian komposisi mineral
secara spesifik kemudian ditentukan nama batuannya.Satuan lava andesit yang di
jumpai pada daerah penelitian ( Foto 4.2), secara megaskopis yaitu dalam keadaan
segar berwarna abu-abu terang, tekstur afanitik, struktur massive, kompak dan
keras, tersusun atas mineral plagioklas, horblende, piroksin dan gelas nama batuan
Andesit (Travis 1955).
37
(Foto 4.3)
Foto 4.3 Mikrofotograf andesit dengan nomor sayatan MM/Spsf, dengan komposisi
plagiklas jenis andesin(D5-F5), piroksin jenis augit (6G), diopside (D3),
hipersthene (F3), massa dasar gelas (J5), dengan perbesaran 50x pada nikol
silang.
Penentuan lingkungan pembentukan dan umur dari satuan lava andesit ini
didasarkan pada pengamatan ciri fisik batuan yang dijumpai pada daerah
penelitian. Untuk penentuan lingkungan pengendapan dilapangan memperlihatkan
38
Sekala 1 : 50.000
39
Struktur kekar
Struktur sesar
Foto 4.4. Kenampakan kekar pada litologi andesit yang dijumpai disekitar
stasiun 3/ mataair III mataair panas makula daerah Wala, arah
foto relatif ke arahutara.
40
zona hancuran
Gawir sesar pada litologi andesit dengan bidang relatif tegak (80o)
Sesar geser ini diberi nama sesuai dengan geografis daerah yang dilalui
sesar ini, maka nama sesar ini yaitu sesar geser Makula. Penentuan umur sesar ini
ditentukan dengan umur batuan termudah yang di laluinya yaitu andesit. Umur
batuan andesit pada daerah penelitian berumur Miosen-Pliosen. Maka umur sesar
geser Makula yaitu Setalah Miosen Pliosen.
Berdasarkan data-data dan pengamatan lapangan dari sumber mataair
panas daerah penelitian maka dapat diketahui bahwa struktur sesar yang
mengontrol pemunculan mataair panas daerah penelitian adalah sesar geser yang
dicerminkan oleh pelurusan topografi, gawir sesar (Foto 4.5), dan penjajaran
41
mataair panas. Proses pemunculan mataair panas ini bermula dari struktur sesar
kemudian memotong tubuh magma atau stock yang berperan sebagai batuan
pemanas sehingga menghasilkan rekahan-rekahan. Kemudian melalui rekahanrekahan tersebut memunculkan air panas di permukaan sebagai matair panas pada
daerah penelitian.
42
43
Matair Panas II
Mataair panas ini dijumpai pada jarak sekitar 120 meter dari Mataair I ke
arah selatan. Suhu air panas 41oC ,pH 8 dengan debit airnya yaitu 1 lt/dtk.
Mataair panas ini dijadikan sebagai sumber dari kolam permandian umum
dan tempat wisata (Foto 4.7)
44
45
No
Mataair
Parameter
I
II
III
IV
Warna
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Bau
Sulfur
Sulfur
Sulfur
Sulfur
Rasa
Masam
Masam
Masam
Masam
Suhu
41,5oC
41oC
37oC
33oC
pH
8,5
8,5
46
47
= Mr Senyawa/Valensi
HCO3
C
O
1
3
12 16
12 48
Jumlah Atom
Massa Atom (Ar)
Jumlah Massa Atom
Mr
Valensi setiap senyawa
H
1
1
1
61
1
61
Kadar (ppm)
Meq/L
Jumlah kadar (Meq/L)
Persentase / senyawa
0.018
0.000295
0.012884
S
1
32
32
96
2
SO4
O
4
16
64
48
Cl
Cl
1
35.5
35.5
35.5
1
35.5
22.54
0.469583
3.769878
16.133650
117.15
3.3
83.853466
Diketahui :
HCO3-
= 0.018 mg/L
= 0.000295 Meq/L
SO42-
= 22.54 mg/L
= 0.469583 Meq/L
Cl-
= 117.15 mg/L
= 3.3 Meq/L
= 0.012884 %
48
% Anion SO42-
= (0.469583/3.769878) x 100 %
% Anion Cl-
= (3.3/3.769878) x 100 %
= 16.133650 %
= 83.853466 %
HCO3
C
O
1
3
12 16
12 48
Jumlah Atom
Massa Atom (Ar)
Jumlah Massa Atom
Mr
Valensi setiap senyawa
H
1
1
1
61
1
61
Kadar (ppm)
Meq/L
Jumlah kadar (Meq/L)
Persentase / senyawa
0.018
0.000295
0.012856
S
1
32
32
96
2
SO4
O
4
16
64
48
31.71
0.660625
3.711061
22.648706
Cl
Cl
1
35.5
35.5
35.5
1
35.5
108.28
3.050141
77.338438
Diketahui :
HCO3-
= 0.018 ppm
= 0.000295 meq/L
SO42-
= 31.71 ppm
= 0.660625 meq/L
Cl-
= 108.28 ppm
= 3.050141 meq/L
% Anion SO42-
% Anion Cl-
49
HCO3
C
O
1
3
12 16
12 48
Jumlah Atom
Massa Atom (Ar)
Jumlah Massa Atom
Mr
Valensi setiap senyawa
H
1
1
1
61
1
61
Kadar (ppm)
Meq/L
Jumlah kadar ( Meq/L )
Persentase / senyawa
0.014
0.00023
0.009443
S
1
32
32
96
2
SO4
O
4
16
64
48
Cl
Cl
1
35.5
35.5
35.5
1
35.5
34.65
0.721875
3.922105
23,370474
113.60
3.2
76.620083
Diketahui :
HCO3-
SO42-
= 34.65 ppm
Cl-
= 0.721875 meq/L
% Anion Cl-
= 76.620083 %
Tabel 4.6 Hasil perhitungan persentase kadar ion klorida, sulfat dan bikarbonat.
No
Parameter
1 % Cl
2 % SO4
3 % HCO3
Tipe mataair panas
I
83.853466 %
16.133650 %
0.012884 %
Klorida
Mataair(Mt)
II
77.338438 %
22.648706 %
0.012856 %
Klorida
III
76.620083 %
23.370474 %
0.009443 %
Klorida
50
St 1/Mataair I
St 2/Mataair II
St 3/Mataair III
Berdasarkan nilai persentase kandungan ion pada sampel air panas yang
telah dianalisis kandungan unsur-unsur kimianya terutama kandungan anion
Bikarbonat (HCO3-), Clorida ( Cl- ), dan Sulfat (SO42-), maka dapat di tentukan
bahwa dari ketiga mataair panas makula termasuk dalam tipe klorida. Hal ini
ditandai dengan cukup tingginya kandungan ion Clorida dalam air panas
dibandingkan dengan konsentrasi bikarbonat dan sulfat, serta pH yang relatif basa
(berkisar pH 8- 8,5), walaupun pada temperatur rendah (dipermukaan 41,5oC)
yang memungkinkan berhubungan dengan deep water namun faktor lain sangat
dipertimbangkan. Hal ini menunjukkan bahwa tipe mataair panas ini terbentuk
karna adanya kontak batuan sedimen dengan fluida panas yang mengalir ke
permukaan kemudian akan mengalami pelepasan panas dan penurunan temperatur
51
52
St 1 / Mataair I
toC =
1390
- 273
log Na / K 1.750
1390
- 273
log 83.42 / 1.50 1.750
toC =
toC =
1390
- 273
1.745179 1.750
toC = 124.69 oC
St 2/ Mataair II
toC =
1390
- 273
log Na / K 1.750
1390
- 273
log 83.47 / 1.44 1.750
toC =
toC =
1390
- 273
1.763168 1.750
toC = 122.65 oC
St 3/ Mataair III
toC =
1390
- 273
log Na / K 1.750
1390
- 273
log 83.4 / 1.22 1.750
toC =
toC =
1390
- 273
1.834806 1.750
toC = 114.75 oC
Tabel 4.7 Hasil perhitungan suhu bawah permukaan daerah penelitian.
I
124.69
St / Mataair
II
122.65
III
114.75
53
4.2.2.2.2. Geothermometer Na K Mg
Perkiraan temperature bawah permukaan juga dipengaruhi oleh persentase
unsur Na K Mg, yang dapat dihitung melalui perbandingan nilai setiap unsur
dengan jumlah total keseluruhan unsur :
St 1/ Mataair I
Na/1000 + K/100 +
Mg
= (83.42/1000 + 1.5/100 +
2.002 )
% K/100
= (0.0015/1.414921) x 100 %
= 0.0100011 %
Mg
= (1.414921/1.499841) x 100%
= 94.33806 %
St 2/ Mataair II
Na/1000 + K/100 +
Mg = (83.47/1000 + 1.44/100 +
4.004 )
% K/100
= (0.00144/2.08591) x 100 %
= 0.069034 %
54
Mg
= (2.00100/2.08591) x 100 %
= 95.92935 %
St 3/ Mataair III
Na/1000 + K/100 +
Mg = (83.4/1000 + 1.22/100 +
2.002 )
= (0.0834/1.499541) x 100 %
= 5.56170 %
% K/100
= (0.00122/1.499541) x 100 %
= 0.08136 %
Mg
= (1.414921/1.499541) x 100 %
= 94.35694 %
No
Parameter
% Na/1000
5.561925 %
4.00161 %
5.56170 %
% K/100
0.010001%
0.069034 %
0.08136%
94.33806 %
Partial
equilibrium
95.92935 %
Partial
equilibrium
94.35694 %
Partial
equilibrium
Mg
III
55
St 1/ Mataair I
St 2/ Mataair II
St 3/ Mataair III
temperatur
bawah
permukaan
dengan
menggunakan
56
reservoar air panas semakin kecil. Ketiga matair panas makula ini bertipeklorida
yang merupakan keluaran langsung secara vertikal (upflow) air reservoar.
Reservoir mataair panas pada daerah penelitian termasuk dalam entalpi
rendah, dimana mempunyai batas suhu <125oC, sehingga termasuk dalam panas
bumi bertemperatur rendah.
57
58
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas (Gambar 4.4)
59
Syarat penting sistem panas bumi adalah adanya sumber panas yang
sangat luas, adanya reservoar untuk mengumpulkan panas, adanya penghalang
untuk menjaga panas yang telah terkumpul.
Batuan penutup
Batuan sarang
Batuan pemanas
Pada daerah penelitian yang menjadi batuan non permiabel atau batuan
penutup yaitu batuan andesit. Karena adanya proses struktur yang bekerja pada
daerah penelitian menyebabkan panas bumi yang berada di bawah bumi muncul
ke permukaan sebagai manifestasi panas bumi berupa mataair panas.
4.4. Pemanfaatan Panas Bumi Pada Daerah Penelitian
Dalam rangka optimalisasi sumber daya panasbumi, pemanfaatan
panasbumi untuk penggunaan secara langsung dapat di kembangkan seiring
dengan pengembangan panas bumi sebagai alternatif untuk listrik. Suatu sumber
60
air panas dapat diketahui pemanfaatannya dengan melihat ciri fisik, melakukan
analisa kimia terhadap nilai dari pada pH dan temperatur air panas.
Berdasarkan hasil analisis data lapangan dan kimia yang dilakukan
terhadap sampel air panas pada daerah penelitian diketahui bahwa suhu air panas
di permukaan yaitu antara 33oC 41,5oC dengan pH 8 8,5 dan berdasarkan
perhitungan geothermometer menunjukkkan temperatur bawah permukaan
reservoirnya yaitu 124,69oC - 114,75oC, termasuk dalam jenis reservoir entalphi
rendah dengan suhu < 125oC dan termasuk sebagai sumber panas bumi
bertemperatur rendah. Sehingga daerah penelitian
61
Melegakan otot-otot yang kaku dengan cara berendam dalam air panas
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan analisis geokimia air panas
daerah penelitian, maka laporan mengenai studi karakteristik panas bumi daerah
penelitian secara umum adalah sebagai berikut:
1. Manifestasi panas bumi pada daerah penelitian terdiri dari (4) mataair
panas yang terdapat pada daerah Wala, dengan ciri fisik matair panas
berwarna jernih, berbau sulfur, rasa masam, suhu 41,5 oC - 33 oC ,
dengan pH 8 - 8,5
2. Karakteristik panas bumi pada daerah penelitian:
- geokimia mataair panas pada daerah penelitian termasuk dalam tipe air
klorida.
- Temperatur bawah permukaan dari reservoir pada daerah penelitian
berdasarkan diagram Na K adalah 124.69oC, 122.65oC dan 114.75oC..
Dari diagram Ternary mataair panas daerah penelitian termasuk dalam
partial equlibrium.
- Reservoir mataair panas pada daerah penelitian termasuk dalam entalpi
rendah, dimana mempunyai batas suhu <125oC.
- Gradien geothermal daerah penelitian sekitar 3,3276 km dari
permukaan sampai sekitar 3,11 km.
62
63
- Perkiraan umur dari panas bumi pada daerah penelitian adalah Miosen
Pliosen
- Pemanfaatan panas bumi lebih ditekankan pada pemanfaatan kolam
permandian dan pengembangan sebagai objek wisata ( Foto 4.7 ).
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan pada Mataair panas Makula
daerah Wala Kecamatan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja Provinsi
Sulawesi Selatan , maka saran yang dapat saya berikan, yaitu :
-
Untuk
penelitian
selanjutnya,
sebaiknya
dilakukan
penelitian