I.
PENGERTIAN
Difteri ialah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
II.
KLASIFIKASI
2,4,9,10
Difteri hidung.
III. DIAGNOSIS
2,4,5,9,10
III.I. Klinik
1.1. Gejala Utama :
Membran khas terutama pada tonsil dan dinding faring dengan
sifat sifat: membran tebal putih kelabu, pinggir hiperemis dan
udem, sukar diangkat dan mudah berdarah.
1.2. Gejala tambahan tergantung lokalisasinya :
Difteri hidung :
73
Secara
klinik,
dapat
dikenal
bilamana
utama
dalam
menegakkan
diagnosis,
karena
setiap
laboratorium
bertujuan
74
sebagai
pemeriksaan
2,4,5,9,10
IV.1. Tujuan :
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
V.
PENATALAKSANAAN
2,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,16
menetralisasi toksin
eradikasi kuman
75
Dosis
diberikan
berdasarkan
atas
luasnya
membran
dan
beratnya penyakit :
- Dosis 40.000 IU (untuk difteri sedang) : bila membran
terbatas pada tonsil saja yaitu sebagian / seluruh tonsil
secara unilateral atau bilateral.
- Dosis 80.000 IU (untuk difteri berat) : bila membran meluas
melewati tonsil yaitu meluas ke uvula, palatum molle,
dinding faring.
- Dosis 120.000 IU (untuk difteri sangat berat) : bila ada bull
neck, kombinasi difteri faring dan laring, komplikasi berupa
miokarditis, kolaps sirkulasi dan kasus kasus lanjut.
SAD diberikan dosis tunggal melalui IV (drips)
Test kulit :
76
positif
bila
mata
yang
ditetesi
SAD
77
alergi
terhadap
penisilin
maka
diberikan
2.2.
Tujuan :
78
II.
Retraksi
suprasternal
lebih
dalam
Retraksi
supra
dan
infrasternal,
Indikasi
trakeostomi
bilamana
penderita
sudah
VI.
PENGAMATAN LANJUT
2,4,5,11,12,15
VI.1. Tujuan :
Untuk
mengawasi
komplikasi.
VI.2. Jenis Tindakan
2.1. Pemeriksaan fisis terdiri dari :
79
kemungkinan
terjadinya
pemberian SAD).
Kelancaran defekasi.
VII.
3,11,13
tenggang
waktu
minimal
detik
untuk
pengisapan
selanjutnya.
Awasi tanda tanda sumbatan pada kanula maupun jalan napas
bagian bawah a.l : perubahan respirasi, retraksi supra sternal,
perubahan warna kulit dan kegelisahan.
80
Anak kanula harus dilepas minimal 3x / hari dan dicuci bersih dengan
Hidrogen peroksida, dikeringkan dan dipasang kembali.
Kanula dilepas bila tidak tampak lagi tanda tanda obstruksi
pernapasan.
VIII.
1.
TINDAKAN KHUSUS
2,4,9,10,14,18,19
Miokarditis
Biasanya timbul pada akhir minggu II atau awal minggu III
perjalanan penyakit difteri.
Pemeriksaan fisis : Irama derap, bunyi jantung melemah dan
redup, kadang kadang ditemukan tanda tanda payah jantung.
Gambaran EKG : depresi segmen ST, inversi gelombang T, blok AV,
BBB, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel dan perubahan interval
DT.
Laboratorium : kadar enzim jantung meningkat (LDH, CPK, SGPT,
SGOT).
Radiologi : dapat ditemukan jantung membesar bila terdapat gagal
jantung.
2.
Kolaps perifer.
Terjadi pada akhir minggu I perjalanan penyakit.
81
berat.
IX.
PEMULANGAN PENDERITA
penderita
dipulangkan,
penderita
dan
82
11.
83
13.
Makaliwy CH.
Difteri.
Diktat Kuliah infeksi Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS 1987
14.
Nalley SW.
Kortikosteroid pada penyakit difteri.
Karya akhir Dokter Spesialis I.
Fakultas Pasca sarjana UNHAS Ujung Pandang 1987.
15.
16.
Sirisanthana V.
Prevention and Management of difteria.
J Pediatr Obstert Gynaecol, 1987; 13 (4) : 12-20.
17.
18.
84
19.
85