PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim dan
penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pesan, isi pesan, serta
orang yang menerima pesan. Antara si pengirim pesan maupun si penerima pesan saling
mempengaruhi. Orang yang menerima pesan akan menjawab atau memberi reaksi terhadap
pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan.
Gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah, yaitu gangguan bicara,
bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi,
gangguan mengeluarkan suara, afasia ( kesulitan manggunakan kata-kata, biasanya karena
ada memar atau luka di otak ) dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Masingmasing gangguan ini mempengaruhi fungsi akademik, atau pekerjaan, atau kemampuan untuk
berkomunikasi secara sosial. Penanganan pada gangguan komunikasi umumnya dilakukan
melalui terapi bicara dan koseling psikologis untuk kecemasan social dan masalah- masalah
emosional lainnya. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab
termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.
Manusia telah diberi anugerah dari Tuhan untuk mampu berkomunikasi. Sepintas
komunikasi merupakan suatu hal yang alamiah yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Akan
tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik, salah
satunya adalah anak yang memiliki gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi yang
dialami anak akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan anak,
meskipun tidak seluruh aspek pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan seseorang
ditentukan oleh kemampuan perilaku komunikasinya.
Siapapun orangnya baik orangtua maupun guru harus menyadari bahwa yang harus
ditekankan adalah kemampuan berkomunikasi tidak hanya bicara, tapi semua aspek
komunikasi. Aspek komunikasi meliputi kemampuan mendengar, kemampuan menjawab,
cara berkomunikasi, kemampuan memahami kata-kata dan kemampuan menuangkan gagasan
atau ide. Dengan pemikiran seperti itu maka kita dapat melakukan berbagai hal untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi anak yang mengalami gangguan komunikasi. Kita
dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak karena sesungguhnya mereka masih
memiliki potensi untuk berkomunikasi, misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya
(Williams dan Wright, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan gangguan komunikasi ?
2. Bagaimana ciri ciri anak yang mengalami gangguan komunikasi ?
3. Apa penyebab gangguan komunikasi pada anak ?
4. Apa saja jenis jenis gangguan komunikasi ?
5. Bagaimana cara berkomunikasi dan penyampaian ilmu pada anak yang mengalami
gangguann komunikasi ?
6. Apa saja karakteristik gangguan komunikasi dalam DSM V ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami tentang :
1. Definisi gangguan komunikasi
2. Ciri ciri gangguan komunikasi
3. Penyebab gangguan komunikasi
4. Jenis jenis gangguan komunikasi
5. Cara komunikasi dan penyampaian ilmu pada anak yang mengalami gangguan
komunikasi
6. Karakteristik gangguan komunikasi dalam DSM V
BAB II
PEMBAHASAN
5. Meggunakan kata-kata yang aneh, seperti ketika melihat mobil mereka mengatakan
empat.
6. Terus mengalami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meskipun mereka sudah tahu
jawaban dari pertanyaan tersebut. Contoh kecilnya adalah Ma, itu kambing ya.?.
Mereka tidak menghiraukan lawan bicaranya, yang jelas mereka suka dengan topik
pembahasan yang diangkat dan tidak jarang memperpanjang pembicaraan.
7. Sering mengulang-ngulang kata-kata yang baru atau pernah mereka dengar tanpa ada
maksud untuk berkomunikasi sama sekali. Mereka sering berbicara dengan diri mereka
atau benda yang disukai dengan bahasa mereka sendiri.
8. Menarik diri dari lingkungan yang mereka tinggali, tidak paham dengan pembicaraan
yang didengarnya, kesulitan dalam mengolah kata-kata.
9. Memiliki gangguan komunikasi non verbal. Tidak pernah menggunakan gerak tubuh
ketika berbicara layaknya orang-orang normal lain yang secara spontan terlihat ketika
mereka berbicara.
10. Pada gangguan lain, gangguan komunikasi biasanya terjadi kepada orang-orang yang
tuna wicara yang memang tidak pernah tahu atau kesulitan untuk menyebut kata-kata
ketika berkomunikasi karena adanya gangguan saraf yang mengontrol komunikasi verbal
manusia.
Anak BK sebenarnya sangat banyak mengalami gangguan komunikasi baik dengan
skala besar maupun kecil meskipun dengan gangguan komunikasi tertentu. Misalnya anak
retardasi mental, autis, tuna wicara dan tuna-tuna yang lain. Gangguan komunikasi pada anak
autisma misalnya yang paling banyak disoroti karena mereka sangat jauh dengan dunia
sosialnya, dunia mereka yang kemungkinan besar membuat mereka hanya merasa nyaman
jika berada disana. Dengan demikian, hampir semua ABK mengalami gangguan komunikasi,
baik itu retardasi mental dan gangguan yang lain.
C. Penyebab Gangguan Komunikasi
Penyebab kelainan komunikasi adalah sangat kompleks. Meskipun kebanyakan anakanak dievaluasi dalam konteks sistem pendidikan mempunyai kelainan komunikasi
fungsional, tetapi pengenalan faktor-faktor penyebab lainnya yang bersifat organik sangat
penting diketahui oleh para guru. Penyebab dapat termasuk di dalamnya ketidaknormalan
sebelum lahir, kecelakaan prenatal, tumor, dan masalah dengan sistem syaraf atau otot, otak,
atau mekanisme bicara itu sendiri. Pengaruh dari agen yang mempengaruhi embrio atau janin,
termasuk sinar x, virus, obat-obatan, dan racun lingkungan dapat juga meneyebabkan
kelainan yang dibawa sejak lahir. Dalam enam minggu pertama sampai dua belas minggu
kehidupan janin, banyak organ tubuh sedang dibentuk. Apabila ada agen yang merusak satu
organ, maka dapat berpengaruh terhadap berbagai sistem perkembangan secara terus menerus
(Northon, 1996).
Gangguan komunikasi pada anak dapat disebabkan karena adanya gangguan pada
masalah memproduksi kata-kata karena motoric mulut, gangguan system pernafasan,
gangguan pendengaran sehingga tidak dapat mendengar apalagi mengingat kata-kata dengan
jelas, tidak memahami arti kata dan mengasosiasikan dengan situasi serta keadaan lingkungan
yang tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan
berbicarannya.
Serta fisiologis gangguan yang akan mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi yaitu :
1. Kondisi organ bicara mengalami kerusakan (bibir, gigi, pita suara, langit-langit keras
atau lunak, rongga mulut, hidung tenggorokan).
2. Organ pendengaran yang berfungsi sebagai transmisi rangsang bunyi dari lingkungan dan
diteruskan keotak untuk menerima pesan tidak berfungsi dengan baik.
3. Persyarafan pusat yang berfungsi untuk mengkoordinir sensorimotoris dalam
berkomunikasi berfungsi untuk mendasari pikiran dan organ pola tindakan juga tidak
berfungsi dengan baik.
Secara psikologis gangguan yang mengakibatkan tidak lancarnnya komunikasi yaitu :
1. Kecerdasan yang rendah yang mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan
bahasa.
2. Minat yang kurang pada lingkungan yang dilihat dan didengarnya.
3. Tidak adannya dukungan dari lingkungan mengakibatkan tidak adannya stimulus untuk
berinteraksi dan mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dan komunikasi.
4. Masalah emosi anak, seperti anak yang menghadapi perceraian orang tuannya.
D. Jenis jenis Gangguan Komunikasi
1. Gangguan Bahasa
Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama
bahasa, yakni bahasa adalah lambang bunyi. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis
kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien yang mengalami
kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini
mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan tidak
mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti
oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai
berikut:
a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Adalah salah satu bentuk dalam kelainan bahasa yang ditandai dengan
kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan
perkembangan bahasa anak normal seusiannya.
Kelambatan
perkembangan
bahasa
diantaranya
disebabkan
karena
apakah
bapak
sudah
makan?.
Maka
jawabannya
adalah
rangsangan
yang
diterimanya,
hanya
saja
untuk
ini
ditandai
dengan
kesulitan
dalam
memilih
dan
bahasa
seseorang
akan
mempengaruhi
perkembangan
bicara.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak
dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku
komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara.
Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahan artikulasi fonem, baik dalam titik
artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti
penggantian /substitusi atau penghilangan /omosi. Ditinjau dari segi klinis, gejala
kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Disaudia
Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh
kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya
kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati
perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya
tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat
menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan
kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke
pasar/ diucapkan / bugi.cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya
kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap
atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Disartria ada
beberapa jenis, yaitu:
1) Spastic Disartria
Ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara.
Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu
melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
2) Flaksid Disartria
Ketidakmampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara,
sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
3) Ataksia Disartria
Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi.
Gangguan tersebut meliputi:
a. Kelainan Nada
Gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada
gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada,
suara pubertas.
b. Kelainan kualitas suara
Yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara
pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan
suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness,
hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c. Afonia
4.
Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara,
meliputi:
a. Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa
pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk
memulai pengucapan kata.
b. Cluttering
Cluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat
cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti.
Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.
Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan Komunikasi di Sekolah
Reguler. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk
peserta didik , yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan
memperhatikan tahap perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan,
sehingga muncul kemandirian.
E. Cara Komunikasi dan Penyampaian Ilmu Pada Anak yang Mengalami Gangguan
Komunikasi
1. Cara berkomuikasi dengan anak gangguan komunikasi
belajar berkomunikasi selalu menduduki peringkat pertama yang harus dikuasai terlebih
dahulu. Bahasa tutur boleh jadi sulit sekali untuk dipelajari oleh anak dengan dengan
gangguan komunikasi.
Oleh karena itu, cara mengajar berkomunikasi sebagai berikut:
a. Menunjukan sesuatu,
anak
berusaha
mengatakan
sesuatu,
namun
karena
kemampuan wicara dan bahasanya yang masih terbatas, ia hanya mengatakan dengan
menggunakan isyarat, eksspresi wajah, atau kata-kata yang tidak lengkap. Misalnya
saat ingin minum, anak hanya menunjuk sambil bilang eeegghh...eghhh... saat
reperti ini dibahasakanlah kehendak anak dengan kalimat yang jelas : oohh andi
ingin minum atau Andi haus dan ingin minum dengan cangkir warna hijau
e. Manfaatkan kepandaian anak dalam meniru
Anak memiliki kemampuan meniru sesuatu dengan sangat baik. Ada baiknya
kita memanfaatkan kemampuan ini dengan memberikan model bahasa atau kata-kata
yang sesuai. Misal dengan menggunakan flashcard lalu kita mengucapkan nama
gambar di dalam flashcard. Lakukan sesering mungkin dan terus-menerus. Ajak anak
berbicara berdua dengan berbagai kalimat dalam suasana yang nyaman sesering
mungkin sehingga ia terdorong untuk mengingat dan meniru kata-kata
f.
Permainan tiba-tiba
Permainan tiba-tiba merupakan permainan tidak terencana tapi mengasyikan,
karena mengajari anak berbicara dari apa yang menarik perhatian anak saat itu.
Misalnya anak tertarik pada kaleng berkas yang kebetulan tergeletak di lanlai. Lantas
anak mengambil, membuka dan menutup kaleng tersebut. Kesempatan ini dapat
digunakan oleh orang tua atau terapis untuk mengajari konsep buka atau tutup.
Caranya, orang tua atau terapis menutup kaleng sambil mengatakan, tutup.
Lantas penutup kaleng tersebut diberikan kepada anak. Kemudian minta anak untuk
mengikuti apa yang dilakukan sebelumnya. Atau, bisa juga menggunakan kaleng lain,
agar orang tua atau terapis dan anak melakukan permainan ini secara bersamaan.
Jadi, Pola atau cara orang tua melakukan komunikasi dengan anak di rumah adalah
melalui latihan kepatuhan kemudian diikuti dengan kontak mata melalui tatacaranya
masing-masing dan bila dua hal itu terjadi anak akan diberikan imbalan seperti pujian
dan pelukan, belaian baru dilanjutkan dengan melafalkan huruf-huruf atau bertanya
siapa namanya, sedang buat apa atau mengajak anak bernyanyi lagu-lagu yang
pendek bahkan dalam bidang akademik anak diajar menulis, membaca dan berhitung
dan bila berhasil dilakukan oleh anak akan diikuti dengan imbalan seperti pujian.
Bahasa meliputi bentuk, fungsi dan sistem penggunaan simbol yang lazim digunakan untuk
komunikasi.
Komunikasi termasuk diantaranya perilaku verbal atau non verbal yang mempengaruhi
perilaku, pikiran atau sikap seseorang dengan orang lain.
Berbagai diagnosis kategori gangguan komunikasi diantaranya : Gangguan bahasa, Gangguan
suara, Gagap pada masa kanak-kanak, Gangguan komunikasi sosial, serta gangguan
komunikasi tertentu dan yang tidak ditentukan lainnya.
1. Language Disorder
a. Kesulitan yang sifatnya terus menerus dalam menerima dan menggunakan bahasa
saat melakukan banyak hal (berbicara, menulis, bahasa isyarat dan lainnya) karena
kurangnya pemahahan atau produktivitasnya yang diantaranya meliputi :
1) Pengurangan kosa kata
2) Struktur kalimat yang terbatas
3) Kelemahan dalam percakapan
b. Kemampuan bahasa yang pada hakikatnya dan secara terukur berada dibawah apa
yang seharusnya terjadi pada usia tertentu, yang menghasilkan keterbatasan dalam
berkomunikasi yang efektif, partisipasi sosial, prestasi akademik atau kinerja
pekerjaan, terjadi secara individu ataupun dalam bentuk gabungan.
c. Munculnya gejala-gejala pada awal masa perkembangan.
d. Kesulitan yang dialami tidak disebabkan karena kelemahan atau kerusakan
pendengaran ataupun kemampuan sensoris lainnya, tidak karena ketidak berfungsian
motorik atau kondisi medis dan neurologi lainnya, serta dijelaskan sebagai
gangguan intelektual atau keterlambatan perkembangan global.
2. Speech Sound Disorder
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kemampuan Berbicara :
a. Kesulitan dalam mengeluarkan suara sehingga mengganggu kejelasan suara atau
menghalangi komunikasi pesan verbal.
b. Gangguan berbicara menyebabkan keterbatasan dalam komunikasi yang efektif
yang mengganggu partisipasi sosial, prestasi akademik atau kinerja kerja, secara
individual atau dalam kombinasi apapun.
c. Timbulnya gejala dalam periode awal perkembangan.
d. Gangguan berbicara tidak disebabkan atau didapat dari kondisi bawaan seperti
kelumpuhan pada otak, bibir sumbing, tuli atau gangguan pendengaran, cedera otak
traumatis atau neurologis atau kondisi medis lainnya.
3. Childhood-Onset Fluency Disorder (Stuttering)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kefasihan Kata Pada Anak-anak (Gagap):
a. Gangguan kelancaran kata tidak sesuai untuk usia yang pada umumnya sudah
mampu untuk berbicara normal dan kemampuan bahasa pada individu ini biasanya
bertahan dari waktu ke waktu dan sering ditandai dengan satu kejadian (atau lebih),
seperti berikut;
1) Penggulangan suara pada suku kata.
2)
3)
4)
5)
kata-kata bermasalah).
6) Menghasilkan kata-kata yang berlebihan akibat ketegangan fisik yang
berlebihan.
7) Pengulangan
seluruh
kata
yang
bersuku
(misalnya,
aku-aku-aku-aku
melihatnya).
b. Gangguan kelancaran kata ini menyebabkan kecemasan atau keterbatasan berbicara
dalam komunikasi yang efektif, partisipasi sosial, atau kinerja akademis atau
pekerjaan, baik secara individu atau dalam kombinasi apapun.
c. Timbulnya gejala pada periode awal perkembangan.
d. Gangguan kelancaran kata tidak disebabkan oleh kemampuan bicara motorik dan
sensorik, ketidaklancaran yang berhubungan dengan kondisi neurologis (misalnya,
stroke, tumor, trauma) atau kondisi medis lain dan tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan mental lain.
4. Social (Pragmatic) Communication Disorder
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Komunikasi Sosial (Pragmatis) :
a. Kesulitan terus-menerus dalam penggunaan komunikasi sosial verbal dan nonverbal
seperti yang dituturkan hal berikut:
1) Kurang berkomunikasi dalam berinteraksi dalam sosial, seperti menyapa dan
berbagi informasi, dalam menggunakan cara yang tepat untuk konteks sosial.
2) Kelemahan dalam kemampuan mengubah komunikasi untuk mencocokkan
konteks dengan pendengar, seperti berbicara secara berbeda di kelas daripada di
taman bermain, berbicara secara berbeda kepada anak-anak daripada orang
dewasa, dan menghindari penggunaan bahasa yang terlalu formal.
3) Kesulitan dalam aturan berbicara dan bercerita, seperti bergiliran dalam
berbicara, mengulang ketika disalah pahamkan, dan mengetahui bagaimana
menggunakan sinyal verbal dan nonverbal untuk mengatur interaksi berikut.
4) Kesulitan memahami apa yang tidak dinyatakan secara eksplisit (membuat
kesimpulan) dan makna nonliteral atau ambigu dari bahasa (ungkapan, humor,
kiasan, beberapa makna yang bergantung pada konteks untuk interpretasi).
b. Kurangnya berkomuniksi mengakibatkan keterbatasan fungsional dalam komunikasi
yang efektif, partisipasi sosial, hubungan sosial, prestasi akademik, atau kinerja
kerja, secara individual atau dalam kombinasi.
c. Timbulnya gejala dalam periode awal perkembangan (tapi defisit tersebut mungkin
tidak menjadi sepenuhnya terwujud sampai tuntutan komunikasi sosial melebihi
kapasitas tertentu).
d. Gejala tersebut tidak disebabkan kondisi medis atau neurologis atau kemampuan
rendah dalam mendomain struktur kata dan tata bahasa, dan gangguan spektrum
autism tidak menjelaskan dengan baik, cacat intelektual (gangguan perkembangan
intelektual), keterlambatan perkembangan global, atau gangguan mental lainnya .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar gangguan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu, gangguan bicara dan
gangguan bahasa. Gangguan bicara dapat disebut juga dengan tunawicara yang terjadi akibat
gangguan pendengaran yang telah dialami sejak lahir atau terjadi kerusakan pada organ
bicara, misalnya anak memiliki bentuk bibir yang kurang sempurna. Sedangkan gangguan
bahasa diakibatkan karena anak kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal tersebut biasanya terjadi karena anak memiliki
tingkat kecerdasan yang rendah sehingga sulit mengikuti atau mengucapkan kata atau suatu
bahasa.
B. Saran
Apabila ditemukan anak yang memiliki masalah gangguan komunikasi sebaiknya
dirujuk secepatnya kepada tenaga profesional. Hal terseebut agar anak dapat segera dievaluasi
dengan menggunakan tes dan skala yang telah terstandarisasi. Apabila anak memerlukan
terapi bicara dan konseling psikologis maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Orangtua
dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak,
mendorong perilaku anak untuk mau melakukan praktek komunikasi dan menjaga
keseimbangan keharmonisan keluarga. Sedangkan tugas ahli adalah memberikan instruksi
linguistik, bicara dan bahasa yang diintefrasikan ke dalam berbagai lingkungan secara
bersama-sama, memberikan sugesti, relaksasi dan pengalihan perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
DSM 5. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Washington DC: American
Psychiatric Association
File.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA
Greene B., Rathus. A, & Nevid S. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. PT. Gelora Aksara Pratama:
ERLANGGA.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/aini-mahabbati-spd-ma/ppmlayanan-pendidikanuntuk-anak-berkebutuhan-khusus.pdf
Wahyuningtyas.2010. Gangguan Komunikasi.http://mencarilmu.blogspot.com/2010/05/gangguankomunikasi.html.diakses tanggal 4 Oktober 2014.