Referat CA Mammae
Referat CA Mammae
Pembimbing:
dr. Ramses Indriawan, Sp.B.
Disusun Oleh:
M. Sadid Faizin
04.06.0012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa
di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Menurut
diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000
meninggal karenanya. Data dari Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER)
dan The European Concerted Action on Survival and
Surveillance
berdiameter > 5 cm dengan kelenjar aksila positif, sampai 96,3% untuk tumor
kurang dari 2 cm tanpa penjalaran ke kelenjar. Makin besar diameter tumor,
survival rate menurun tanpa tergantung dari ukuran ataupun penjalaran kelenjar
demikian juga makin banyak kelenjar getah bening yang terkena, survival rate
juga menurun tanpa tergantung diameter tumornya. Para
peneliti menyimpulkan
bahwa penjalaran tumor ke organ lain tidak hanya melalui kelenjar getah
bening aksiler tetapi keterlibatan kelenjar lebih merupakan indikasi potensi
penjalaran tumor.3
Di Indonesia kanker payudara mempunyai insiden tertinggi no.2 setelah
kanker leher rahim. Karena tidak tersedianya registrasi berbasis populasi, maka
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
ANATOMI
Dalam embrio manusia, payudara pertama dikenal sebagai milk streak dalam
ektodermis
yang dikenal sebagai tunas susu, berkembang dalam bagian pectoralis badan embrio.
Peninggian linear tegas ini terbentang bilateral dari axilla ke vulva dan dikenal sebagai
garis susu atau mammary ridge.3
Dengan komponen muskulokutis dan lemaknya, mamma menempati bagian
antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea
parasternalis
antara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat
jaringan lemak. Di antara lobules tersebut terdapat jaringan ikat yang
disebut
50
(berkisar antara 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di
-sepanjang arteri dan vena brachialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke
kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian
dalam,
kelenjar
lateral
6
(Tingkat
I).
dekat
cabang
vena
II.2
DEFINISI
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal
pada
payudara yang terus tumbuh. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa
terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di
II.3
PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
II.3.1 Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran). Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.
Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
II.3.2 Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh
II.4
II.5
KLASIFIKASI
End Resulls Reporting ) dari tahun 2002 yang telah mendapatkan revisi beberapa
kali.
a. T (tumor size), ukuran tumor:
Tx: tumor primer tidak dapat dinilai
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T1mic: ada microinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a: tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b: tumor dengan ukuran 0,5 cm sampai 1 cm
T1c: tumor dengan ukuran 1 cm sampai 2 cm
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapapun dengan infiltrasi atau ekstensi ke kulit atau
dinding dada (dinding dada termasuk iga/kosta, otot interkostalis dan seratus
anterior tetapi tidak termasuk otot pektoralis baik eksterna maupun interna)
atau
pada keduanya.
T4a: infiltrasi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
T4b: infiltrasi ke kulit, dalam hal ini termasuk peau dorange, ulserasi
satelit
pada
kulit
terbatas
pada
satu
payudara
yang
nodul
terkena.
interna
meskipun
tanpa
metastasis
KGB
KGB
aksila.
mammary
10
DIAGNOSIS
Diagnosis
kanker
payudara
dibuat
berdasarkan
triple
diagnostic
atau aksila, dan edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila
ipsilateral. Keluhan di tempat lain dapat berupa nyeri tulang yang terus menerus
dan semakin berat di daerah vertebra, pelvis, dan femur; rasa sakit,
nek, dan
penuh di ulu hati; batuk yang kronis dan sesak nafas; sakit kepala hebat; muntah
dan gangguan sensorium. Selain menggali keluhan yang muncul hendaknya
ditanyakan juga faktor resiko terkena kanker payudara seperti yang telah
dijelaskan di atas.
Pemeriksaan fisik pada kanker payudara meliputi status generalis dan
lokalis. Pemeriksaan status lokalis meliputi pemeriksaan payudara kanan
status
dan kiri
(ipsilateral dan kotralateral), massa tumor, perubahan kulit, papila mama, kelenjar getah
bening regional, dan pemeriksaan organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi
metastasis.
12
fasilitas untuk bone scaning), CT scan, dan MRI (penting untuk mengevaluasi
volume tumor).
c. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi yaitu FNAB (find needle aspiration biopsy)
dilakukan
pada lesi atau tumor payudara yang klinis dan radiologis atau imaging
dicurigai ganas. Di negara maju akurasi FNAB adalah sangat baik, sehingga dapat
dijadikan standar diagnosis pasti kanker payudara. Di Indonesia akurasi FNAB
sudah
semakin
baik
(>90%),
sehingga
pada
beberapa
senter
dapat
. Pemeriksaan 13
II.7
nomor dua dari program penanggulangan kanker dari WHO yaitu deteksi dini
kanker. Terhadap kanker payudara maka yang disebut sebagai diagnosis dini
adalah stadium dimana kanker payudara masih bersifat lokal dan belum
bermetastasis. Jika diketemukan dalam stadium ini maka angka kesembuhan akan
mendekati 100%. Deskripsi dari stadium dini berubah dari waktu ke waktu.
Metode yang digunakan untuk skrining yaitu,
a. Mamografi dan USG
b. MRI terutama untuk wanita dengan familial cancer antara lain dengan BRCA1
deteksi dini, melainkan suatu usaha untuk mendapatkan kanker payudara pada
stadium yang lebih awal, terutama digunakan pada tempat dimana skrining
masal untuk kanker payudara belum tersedia, seperti Indonesia.
Mamografi dilakukan secara periodik dengan interval sebagai berikut
sesui dengan rekomendasi dari American Cancer Society:
a. Wanita berusia 35 - 39 tahun dilakukan 1 kali sebagai basal mamogram
b. Wanita berusia 40 - 49 tahun dilakukan setiap 2 tahun
c. Wanita berusia 50 - 60 tahun dilakukan setiap 1 tahun
d. Wanita > 60 tahun biasanya mempunyai
Indikasi Mamogfari:
a. Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar di payudara
tidak diketahui
d. Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi
e. Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik
USG mamma sebagai skrining, diperlukan untuk melengkapi mamografi. USG
diperkirakan memberikan hasil yang lebih akurat pada wanita yang lebih
dengan payudara yang lebih
muda
II.8
TERAPI 6
1. Kanker payudara non invasif
a. Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)
Dengan adanya program skrining masal terhadap payudara, maka insiden
DCIS semakin meningkat yaitu mencapai 58.000 kasus akan didiagnosis pada
tahun 2006 dan akan terus meningkat. DCIS adalah suatu keadaan dimana sel kanker (yang berasal dari epitelium TDLU) belum menembus membrana basalis,
atau jika telah menembus mikroskopis tidak mencapai 1 mm. Terdapat
subtipe
15
Mastectomy simple
rasional untuk
: adapun
BCT
(BCT/BCS):
termasuk
excision dengan atau tanpa diseksi aksila. Pasien dengan BCT akan menjalani
radioterapi adjuvant baik pada seluruh payudara yang terkena dengan booster
pada
lapang
pembedahan.
Pada non palpable DCIS, untuk melakukan BCS/BCT diperlukan lokalisasi lesi
atau tumor dengan jarum (Kopans wirea) dan identifikasi jaringan yang
diangkat (dengan x ray) apakah sudah tepat.
Syarat untuk BCS/BCT:
a.
Informed concent
b.
c.
d.
e.
f.
Pasien
belum pernah
mendapat redioterapi di
Terdapat
sarana
dan
fasilitas
yang
patologi
baik
untuk
pemeriksaan
imunohistokimia),
dan
Terapi adjuvant:
(< 35 tahun),
petimbangan khusus - diameter <1cm, margin bedah yang cukup dan grade
yang rendah. Terapi hormonal diberikan pada pasien dengan ER dan atau PR
positif, tanpa riwayat gangguan tromboembolism.
b. Lobular Carcinoma Insitu (LCIS)
Diagnosis seringkali insidental, biasanya nonpalpable, lebih sering pada
wanita premenopause. Adanya LCIS ini dianggap sebagai faktor resiko untuk
terjadinya invasif karsinoma. Penemuan dari Alpino (2004) adanya LCIS syncronous
dengan invasif karsinoma sebanyak 0 - 10% dan 0 - 50% synchronous bersama
dengan DCIS maka terapi yang dianjurkan adalah eksisi dari tumor dan follow up
yang baik. Terapi adjuvant pada LCIS adalah pemberian tamoxiven yang menurunkan
resiko terjadinya invasif sampai 56%. Pemberian radioterapi masih belum jelas.
Surveillance marupakan hal penting pada LCIS antara lain pemeriksaan fisik
setiap
Mastektomi
radikal
modifikasi
(patey/maaden
dan
Rekonstruksi bedah:
Rekonstruksi pada bedah onkologi dapat dikerjakan oleh ahli bedah plastik,
ahli bedah onkologi atau ahli bedah
3)
baik diberikan pada seluruh payudara ataupun hanya pada area pembedahan
(on going trial ). Pemberian terapi sistemik adjuvant bersifat individual dan
dibedakan
berdasarkan
status KGB,
systemic
therapy
pada
stadium
ini
pun
perlu
terapi
radikal standar.
selain
bedah
dengan
untuk
mengeradikasi
kemoterapi
A.C
(adriamycin,
(sistemik)
cyclophosphamide),
CAF
epirubicin, 5
Fluoro
Uracil),
hormonal hanya diberikan pada ER/PR+ dan obat yang diberikan adalah
golongan Ais (Aromatase inhibitors).
c. Karsinoma payudara inflamatoir (IBC)
Tipe karsinoma payudara di atas oleh beberapa pengarang dimasukkan
dalam tipe LABC, tetapi penelitian dan hasil terapi menunjukkan bahwa IBC
merupakan karsinoma mamma yang agresif dan mempunyai prognosis lebih
buruk. Terapi pada umumnya
bedah IBC
viseral metastasis
threatening
(high
metastasis),
agressive
breast
cancer
grade,
(life
HER2
II.9
a. Rehabilitasi
- Pra operatif:
1. Persiapan pembedahan:pemeriksaan lab, ko-morbiditas, imaging
2. Evaluasi fungsi respirasi, pada usia lanjut latihan nafas
- Pasca bedah:
Hari 1-2:
19
1.
3.
Aktif mobilisasi
Hari 3-5
1.
2.
Latihan relaksasi
3.
Bebas gerakan
4.
5.
tetap
senter di
Tahun > 5
6 bulan pertama
> 5 tahun
Pemeriksaan meliputi:
-
Pemeriksaan imaging:
21
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan merupakan suatu penelitian non eksperimental
3. Umur
4. Alamat Tempat Tinggal
5. Diagnosis
6. Tindakan/Terapi
7. Tahun Masuk Rumah Sakit
III.2
rawat inap di RSUP NTB dan didiagnosis menderita Carcinoma Mammae selama
periode Juli 2011 sampai Juli 2012. Dari data tersebut didapatkan jumlah pasien Ca
Mammae mulai dari Juli 2012 sampai dengan Juli 2012 sebanyak 22 orang. Sedangkan
pengambilan sampel menggunakan tehnik total populasi dengan jumlah 22 responden.
III.3
VARIABEL PENELITIAN
III.3.1 Variabel Independen : umur, tempat tinggal, diagnosa, terapi.
III.3.2 Variabel Dependen : Carcinoma Mammae
22
III.4
ALUR PENELITIAN
Berikut alur penelitian yang akan dilakukan :
Pengumpulan
Data
Rekam Medis
Pasien Ca
Mammae Yang
Dirawat Di
Ruangan RSUP
NTB
Rekam Medis
Pasien Ca
Mammae Yang
Dirawat Di Poli
Bedah RSUP NTB
Analisa
Data
Hasil
III.5
ANALISIS DATA
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabulasi serta grafik
sesuai dengan umur, tempat tinggal, diagnosa, terapi, dan tahun kejadian. Kemudian
data dianalisis untuk mendeskripsikan angka-angka yang mencerminkan distribusi dari
aspek-aspek yang diteliti tersebut dengan menggunakan program pengolahan data
statistik yaitu SPSS 17 for Windows.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
kasus Ca Mammae periode Juli 2011 sampai Juli 2012 adalah 22 kasus.
Gambaran karakteristik subjek penelitian dijabarkan berdasarkan rantang usia
penderita Ca Mammae, asal penderita Ca Mammae, lokasi Ca Mammae, stadium Ca
Mammae, tindakan pada pasien Ca Mammae, dan tahun kejadian penderita Ca
Mammae.
IV.2
PEMBAHASAN KASUS
Hasil dari tabulasi data penderita Ca Mammae periode Juli 2011 sampai juli
24
C u m u la tiv e
F r e q u e n c y P e r c e n t V a lid P e r c e n t P e r c e n t
V a lid 2 0 1 1
3 1 .8
3 1 .8
3 1 .8
2012
15
6 8. 2
6 8 .2
1 0 0 .0
T o ta l
22
1 0 0 .0
1 0 0 .0
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dari total sampel sebanyak 22 kasus Ca
Mammae yang terjadi antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 terdapat
peningkatan kasus. Pada tahun 2011 terdapat 7 kasus penderita Carcinoma Mammae di
RSUP NTB. Sedangkan pada tahun 2012 meningkat signifikan menjadi 15 kasus.
IV.2.2 Rentang Usia Penderita Carcinoma Mammae
Dari hasil pencatatan registrasi pasien didapatkan data jumlah penderita Ca
Mammae berdasarkan rentang usia mulai dari 21 tahun sampai dengan di atas 50 tahun,
dituangkan ke dalam tabel dan grafik sebagai berikut.
Tabel. Rentang Usia Penderita Ca Mammae
25
C u m u la tiv e
F r e q u e n c y P e r c e n t V a lid P e r c e n t P e r c e n t
V a lid 2 0 1 1
3 1 .8
3 1 .8
3 1 .8
2012
15
6 8. 2
6 8 .2
1 0 0 .0
T o ta l
22
1 0 0 .0
1 0 0 .0
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dari rentang usia pasien Ca Mammae 21
tahun sampai dengan di atas 50 tahun. Penderita Ca Mammae tertinggi adalah yang
memiliki rentang usia 41 50 tahun dengan jumlah kasus 10 orang, diikuti oleh rentang
usia >50 tahun dengan 6 kasus, lalu 31 40 dengan 5 kasus, dan yang paling rendah
adalah rentang usia 21 40 tahun dengan hanya 1 kasus. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi usia seseorang maka prevalensi kejadian Carcinoma Mammae
juga akan semakin meningkat.
26
Percent
Valid Percent
Percent
Kota Mataram
22.7
22.7
22.7
18.2
18.2
40.9
22.7
22.7
63.6
4.5
4.5
68.2
13.6
13.6
81.8
4.5
4.5
86.4
Kabupaten Sumbawa
9.1
9.1
95.5
Kabupaten Bima
4.5
4.5
100.0
22
100.0
100.0
Total
27
28
C um ulative
F requency P ercent
V alid
V a lid P ercent
P ercent
C a M am m ae D extra
13
59.1
5 9.1
59 .1
C a M am m ae Sin istra
40.9
4 0.9
10 0.0
22
100.0
10 0.0
Total
29
M issing
T otal
V alid P ercent
C um ulative P ercent
S tadium II
4.5
6.7
6 .7
S tadium III
4.5
6.7
13 .3
S tadium IV
13
59 .1
8 6.7
100 .0
Total
15
68 .2
1 00.0
31 .8
22
100 .0
S ystem
30
Terapi Paliatif
Terapi Kuratif- Bedah
Percent
Valid Percent
Percent
18
81.8
85.7
85.7
9.1
9.5
95.2
4.5
4.8
100.0
21
95.5
100.0
4.5
22
100.0
Mastektomi Radikal
Terapi Konservatif- Bedah
Insisi Tumor Luas
Total
Missing
Total
System
31
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terapi atau tindakan yang dilakukan di
RSUP NTB terhadap pasien Ca Mammae yang terbanyak adalah terapi paliatif dengan
18 kasus (85,71%), lalu terapi kuratif bedah mastektomi radikal dengan 2 kasus
(9,52%), dan yang terakhir terapi konservatif bedah insisi tumor luas dengan 1 kasus
(4,76%). Terapi paliatif disini adalah termasuk kemoterapi dan radioterapi, namun yang
bisa dilakukan di RSUP NTB adalah kemoterapi, sedangkan radioterapi biasanya pasien
dirujuk ke RSUP Sanglah di Denpasar.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 KESIMPULAN
Dari gambaran distribusi pasien kasus Ca Mammae yang dirawat di RSUP NTB
pada periode Juli 2011 sampai dengan Juli 2012, diperoleh :
1. Prevalensi penderita Ca Mammae berdasarkan tahun kejadian memperlihatkan
terjadinya peningkatan kasus Ca Mammae. Pada tahun 2011 terdapat 7 kasus
penderita Carcinoma Mammae di RSUP NTB. Sedangkan pada tahun 2012
meningkat signifikan menjadi 15 kasus dari total 22 sampel.
2. Prevalensi penderita Ca Mammae berdasarkan usia, dari rentang usia pasien Ca
dari pihak-pihak terkait, agar kasus-kasus Ca Mammae bisa dideteksi lebih dini
lagi.
3. Dan yang terakhir mengingat keterbatasan waktu dan tenaga, maka penelitian
ini jelas masih banyak kekurangannya. Untuk itu diharapkan agar ada penelitian
lebih lanjut, yang lebih luas dan mendalam tentang Carcinoma Mammae ini di
masa yang akan datang, sebagai pengetahuan dan bahan pembelajaran untuk
kita semua.
Tentunya dari saran di atas tanpa ada keinginan untuk meragukan berbagai
usaha maksimal yang telah dilakukan oleh para petugas paramedis dan pihak-pihak lain
yang ada di RSUP NTB dalam mengerjakan tugas dan pengabdiannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
1.Scodan, 2010. Treatment Of The Primary Tumor In Breast Cancer Patients With
Synchronous Metastases. Available at http://www.annonc.oxfordjournals.org
(diakses 25 Agustus 2012).
2.Anonim,
2012.
Kanker
payudara.
Available
at
2010.
Breast
Cancer.
Available
at
2010.
Angka
Kejadian
Kanker
payudara.
Available
at
35
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat
Nama Mahasiswa
: M.Sadid Faizin
NIM
: 04.06.0012
Fakultas
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian pada kepaniteraan klinik madya bagian
Bedah Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
Pembimbing
36