Makalah Tutorial
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Endokrin
Disusun oleh :
Kelompok G
Ketua
Vikria Nur
(213113032)
Scriber 1
Selvi Apriyani
(213113025)
Scriber 2
Cici Cahyani B
(213113049)
Anggota:
Risha SenyaM
(213113043)
Indri Noviani
(213113067)
Afni Noor F
(213113011)
M.Abdunur S
(213113073)
Arni Liestia
(213113076)
Dicky Reza P
(213113055)
Moch Zenal A
(213113042)
Agus Rohman
(213113077)
Siska S.Z
(213113087)
Yudi Gunawan
(213113107)
Yayang Siti G
(213113086)
Ghina F
(213113027)
Affan Musthafa
(213113109)
Ike Nurjanah
(213113051)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas petunjuk dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul DSD
(Disorder of Sexual Development) dengan baik dan lancar.
Makalah ini menampilkan rangkuman materi pokok dengan sajian
kompetensi
yangbertujuanuntuk
meningkatkan
pemahaman
mahasiswa
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
B.
Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II......................................................................................................................
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................
A. KASUS TUTORIAL.....................................................................................
B. STEP 1..........................................................................................................
C. STEP 2..........................................................................................................
D. STEP 3..........................................................................................................
E. STEP 4..........................................................................................................
F.
STEP 5..........................................................................................................
G. STEP 6..........................................................................................................
H. STEP 7..........................................................................................................
1.
Pengertian DSD.............................................................................................
2.
Etiologi DSD.................................................................................................
3.
Patofisiologi DSD.........................................................................................
4.
Manifestasi DSD.........................................................................................
5.
Klasifikasi DSD..........................................................................................
6.
Komplikasi DSD.........................................................................................
7.
8.
Pencegahan DSD.........................................................................................
9.
Penatalaksanaan DSD.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
kelamin laki laki atau perempuan atau biasa disebut dengan kelamin
ganda. Pada penderita ambigus genitalia, alat kelamin tidak tumbuh
sempurna atau bayi tersebut mempunyai dua buah alat kelamin, yaitu alat
kelamin laki laki dan perempuan. Pada penderita kelamin ganda, alat
kelamin yang ada di luar tubuh mungkin tidak sama dengan jenis alat
kelamin yang ada di dalam tubuh. Misalnya, meskipun diluar seperti alat
kelamin perempuan, namun tubuh bagian dalam tidak punya rahim atau
indung telur.
Kelamin ganda bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu
gangguan pertumbuhan dari alat kelamin seseorang ketika masih janin
(bayi). Kelamin ganda biasanya segera diketahui setelah bayi lahir.
Kondisi tersebut sering membuat cemas kedua orang tua si bayi.
Penyebab
dari
DSD
adalah
karena
terjadinya
gangguan
pertumbuhan alat kelamin ketika masih didalam rahim ibu. Pada bayi
yang
secara
pertumbuhannya
genetika
mendapat
berkelamin
banyak
perempuan,
hormon
laki
ketika
laki
dalam
sehingga
B.
Tujuan
Melaporkan kasus seorang ibu yang baru saja melahirkan , yang
diduga bayinya mengalami disorder of sexual development
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KASUS TUTORIAL
Seorang perempuan berusia 33 tahun baru saja melahirkan anaknya
yang ke-2 di sebuah rumah sakit. Secara umum neonates dinyatakan sehat
namun pada pemeriksaan area genital ditemukan clitoromegali dan
pembengkakan daerah inguinal. Kedua orangtuanya tampak gembira
karena merasa telah memiliki anak perempuan, namun dokter menduga
neonates tersebut mengalami disorder of sexual development. Tim
kesehatan berupaya melakukan penatalaksanaan yang terintegrasi
(psikososial, medis, dan bedah) untuk mencegah resiko terjadinya
penolakan terhadap eksistensi anak penderita DSD oleh kedua orangtua
yang diperkirakan dapat mengganggu aspek tumbuh kembang anak
terutama pada perkembangan organ reproduksi selanjutnya.
B. STEP 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. STEP 2
1. Diagnosa keperawatan apa yang mungkin muncul pada pasien
tersebut ?
2. Apa yang menyebabkan pada area genetalia ditemukannya
clitomegali ?
3. Bagaimana cara perawat menyampaikan kelainan anaknya kepada
kedua orang tuanya ?
4. Apa yang menyebabkan pasien tersebut mengalami pembengkakan
inguinal ?
5
11.
E. STEP 4
12.
F. STEP 5
13.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi
5. Klasifikasi
6. Pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan
8. Asuhan keperawatan
G. STEP 6
14. Waktu
16. Jumat,
27
Maret 2015 Pukul
08.30
s/d
15. Keterangan
1. Pelaksanaan tutorial dari step 1 -step 5
18.
Penugasan kelompok kecil,
yaitu:
a. Pengertian : Siska
b. Etiologi : Agus, Indri
c. Patofisiologi : Afni, Cici, Yayang
d. Manifestasi : Zaenal, Ike
e. Klasifikasi : Yudi, Gina
f. Pemeriksaan penunjang :
19. Dicky, Affan
g. Penatalaksanaan : Sodiq, Risha
h. Asuhan keperawatan : Vikrya,
11.00
WIB
17.
21. Sabtu,
Arni, Selvy
20.
23.
Kumpul 1:
28
Maret 2015
1. Pengerjaan
kelompok.
2. Anggota yang hadir:
24.
Semua anggota hadir
3. Area untuk mengerjakan tugas:
25.
Hotspot kampus.
18.00 WIB
26.
tugas
dan
diskusi
H. STEP 7
1. Pengertian DSD
27.
Suatu
keadaan
tidak
terdapatnya
kesesuaian
tampilan
genital
yang
meragukan,
misalnya
mineralokortikoid,
glukokortikoid
dan
Dalam
kondisi
ini,
jaringan
genetalia
dengan
reseptor
seluler
yang
menggapai
testosterone.
3. Patogenesis DSD
35.
akhirnya
menentukan
fenotip
seks.
Tipe
gonad
ke
delapan.
Peran
utamanya
adalah
represi
12
42.
13
43. Pathway
44.
14
45.
4. Manifestasi
46. Manifestasi klinik DSD dapat terlihat pada
masa neonatus atau tidak terlihat sampai menginjak
usia
pubertas.
petugas
Pada
medis
masa
neonatus,
mendapatkan
umumnya
masalah
untuk
pada
masa
pubertas,
umumnya
Beberapa
keadaan
di
bawah
ini
harus
disorders
Neuropsychiatrie
of
de
sex
lenfance
ladolescence. 2008;56:345-49.)
48.
49.
50.
15
development.
et
de
5. Klasifikasi
51.
Interseksualitas dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu
:
a. Gangguan pada gonad dan atau kromosom.
52.
disgenesis
gonad
campuran
ini
biasanya
dengan
genetik
perempuan
(Female
pseudohermaphroditism)
57.
16
ketidakhadiran
ensim
21-hidroksilase,
11-
Congenital
adrenal
hyperplasia (CAH)
merupakan
tidak
datang
berobat.
Pada
pengalaman
di klinik
dari hormon androgen yang berlebihan ini terbatas pada alat genital
bagian luar dan derajat berat-ringannya kelainan tergantung pada
tahap pertumbuhan seksual saat terjadinya paparan hormon
androgen tersebut. Pada penderita kelainan ini tidak akan
ditemukan organ laki-laki bagian dalam. Pada keadaan ringan
sering munculnya pembesaran kelentit (menjadi seperti penis) pada
wanita setelah lahir, sehingga masyarakat menganggap alat
kelaminnya berubah dari wanita menjadi laki-laki. Penyakit ini bisa
diobati, untuk menghindari gejala yang lebih berat pengobatan
harus dilakukan sedini mungkin dan seumur hidup. Penapisan pada
bayi baru lahir seharusnya dilakukan di Indonesia karena
prevalensi penyakit ini cukup tinggi.
62.
progestogen,
testosteron
atau
danazol.
Berat
tak
lengkap
pada
genetik
lelaki
(Male
pseudohermaphroditism)
63.
konversi
testosteron
18
menjadi
dihidrotestosteron,
atau Testicular
Feminization
Syndrome.
65.
glandular,
transposisi
penoskrotal,
penis
yang
dapat meliputi:
20
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan endokrin
72.
berkembangnya
tanda-tanda
seks
feminisasi
maka
tujuan
75.
pada
awal
22
sebelum anak berusia dua dua tahun, jangan sampai ditunda sampai
usia pubertas.
80.
Bilamana pengasuhan seks sudah jelas ke arah
perempuan, bilamana pembukaan vagina mudah dilakukan dan
klitoris tidak terlalu besar, maka rekonstruksi vagina dapat
dilakukan pada awal kehidupan tanpa koreksi klitoris. Bilamana
maskulinisasi membuat klitoris sangat besar dan vagina tertutup
(atau lokasi vagina sangat tinggi dan sangat posterior), maka
dianjurkan untuk menunda rekonstruksi svagina sampai usia
remaja. Namun hal ini masih merupakan perdebatan, beberapa ahli
menganjurkan agar rekonstruksi dilakukan seawal mungkin atau
setidaknya sebelum usia dua tahun, namun ahli yang lain
menganjurkan ditunda sampai usia pubertas agar kadar estrogennya
tinggi sehingga vagina dapat ditarik ke bawah lebih mudah.
c. Pengobatan psikologis
81.
Sebaiknya, semua pasien interseks dan anggota
keluarganya harus dipertimbangkan untuk diberikan konseling.
Konseling dapat dibnerikan oleh ahli endokrin anak, psikolog, ahli
psikiatri, ahli agama (ustadz, pastur, atau pendeta), konselor
genetik atau orang lain dimana anggota keluarga lebih dapat
berbicara terbuka. Yang sangat penting adalah bahwa yang
memberikan konseling harus sangat familier dengan hal-hal yang
berhubungan dengan diagnosis dan pengelolaan interseks. Sebagai
tambahan, sangat membantu bilamana konselor mempunyai latar
belakang terapi seks atau konseling seks.
82.
Anamnesa
23
Riwayat pranatal:
a) Ibu mengkonsumsi seks steroid
b) Diagnosis antenatal: androgen producing tumor
c) Virilisasi ibu
Riwayat keluarga:
a) Riwayat kematian perinatal yang tidak diketahui
penyebabnya, abortus
b) Riwayat genitalia ambigus
c) Gangguan perkembangan pubertas
d) Infertilitas
e) Kosanguitas
Riwayat penyakit:
a) Mulai timbulnya
b) Progresivitas
c) Riwayat pertumbuhan (adakah gagal tumbuh) dan
pubertas
d) Riwayat
penyakit
dahulu
(muntah-muntah
saat
83.
84.
24
6) Tekanan darah
85.
kondisi DSD:
1) Ambigus genitalia yang khas (misalnya ekstrofi kloaka)
2) Terlihat seperti genitalia perempuan dengan pembesaran
klitoris, fusi labia posterior, atau terdapat massa di
inguinal/labia yang berisi gonad. Hernia inguinalis sangat
jarang pada perempuan, sehingga pikirkan selalu adanya
gonad, bila ditemukan hernia inguinalis pada anak
perempuan
3) Terlihat seperti genitalia laki-laki dengan undescended
testes (UDT) bilateral, mikropenis, hipospadia perineal,
atau hipospadia ringan dengan UDT atau skrotum yang
terbelah
4) Riwayat keluarga dengan DSD
25
87.
88.
89.
A. Analisa Data
90.
92.
Data
93.
Etiologi
94.
96.
97.
98.
102.
103.
DS:
DO:
99.
100.
DS:
DO:
104.
105.
Masalah
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
B. Intervensi
122.
123. Tujuan
127.
128.
124. Intervensi
125. Rasional
136.
131.
132.
133.
134.
138.
139.
135.
140. Intervensi NIC :
141. Aktifitas
Keperawatan :
142.
144.
145.
146.
147.
27
143.
148.
BAB IV
149.
PENUTUP
A. Kesimpulan
150.
151.
152.
DAFTAR PUSTAKA
153.
Available
from
http://radiographics.rsna.org/content/28/7/1891.full
5. Mirani, erna. Pengaruh Konseling Genetik pada Tingkat Kecemasan
dan Depresi Terhadap Penentuan Gender Ambigus Genitalia. [Online].
2010 [Dikutip] 27 Maret 2015.
155.
Available from : http://eprints.undip.ac.id/17421/
6. Susanto, Rudi. Ambiguous Genitalia pada Bayi Baru Lahir. [Online].
2006. [Dikutip] 27 Maret 2015
28