Ekosistem Mangrove
Ekosistem Mangrove
Ekosistem Mangrove
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus
dimana lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas juga fluktuasi
permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem
pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia
terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai
sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air
di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut.
Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap
kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari
beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.
Hutan mangrove secara spesifik memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi
fisik, biologis, dan ekonomi. Fungsi fisik dari hutan mangrove ini sebagai
penjaga garis pantai dari abrasi agar tetap stabil, fungsi biologinya adalah
sebagai pemijahan, daerah asuhan, dan untuk mencari makan ikan-ikan kecil.
Sedangkan Fungsi ekonomi dari hutan mangrove adalah sebagai lahan untuk
produksi pangan dan penghasil kayu. Fungsi mangrove akan berjalan dengan
baik jika manusia mampu memanfaatkannya dengan baik dan berkelanjutan.
Fakta yang terjadi pada hutan mangrove di Indonesia menunjukkan hal yang
sebaliknya. Keberadaan hutan mangrove di Indonesia banyak mengalami
penurunan fungsi dan manfaat dari waktu ke waktu. Penyebab utama dari
kerusakan tersebut adalah aktivitas ekonomi manusia. Aktivitas ekonomi
manusia yang cenderung tidak mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian
alam dan lingkungan. Kerusakan hutan mangrove berimplikasi pada upaya
rehabilitasi.
1.
Nilai Ekonomis
1.
2.
1.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sumber : http://jelejahlaut.files.wordpress.com
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ekosistem padang lamun
sangat berpengaruh juga terhadap ekosistem terumbu karang dan mangrove.
Dalam hal ekologis padang lamun juga berfungsi sebagai tempat
pemijahan ikan-ikan kecil dan biota laut, sumber makanan bagi duyung dan
penyu hijau, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran ke air laut.
Sedangkan dalam hal ekonomis padang lamun berfungsi sebagai sumber
pakan ternak, sumber bahan pangan, sebagai bahan makanan manusia, dan
juga sebagai bahan dasar obat.
1. Rantai Makanan yang Terjadi pada Ekosistem Padang Lamun
Pada ekosistem padang lamun, rantai makanan terdiri dari berbagai
tingkatan trofik yang mencakup proses dan pengangkutan detritus organik
dari ekosistem lamun menuju konsumen yang lain. Gambar dibawah ini
adalah rantai makanan dan energi pada ekosistem padang lamun di laut.
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumber energi utama pada
ekosistem padang lamun adalah cahaya matahari. Cahaya tersebut
digunakan oleh lamun dan fitoplankton sebagai produsen untuk
berfotosintesis. Setelah itu rantai makanan tersebut dibagi dalam 2 bagian,
yaitu rantai makanan detritus dan rantai makanan merumput.
Pada rantai makanan detritus, guguran daun sebagai sumber nutrient
yang diurai oleh bakteri, kemudian detritus itu dimakan oleh cacing, udang
dan kepiting yang sebagai konsumen pertama. Setelah itu hewan-hewan
tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat dua.
Konsumen tingkat kedua pun dimakan oleh ikan besar. Ikan hiu dan burung
laut sebagai predator yang menduduki tingkatan trofik paling tinggi
memakan konsumen tingkat dua dan ikan besar sebagai konsumen tingkat
tiga. Saat predator tersebut mati dan jasadnya akan diurai oleh bakteri
sebagai detrivor yang menguraikan materi dari bangkai predator tersebut,
agar detrivor itu akan dikonsumsi kembali oleh konsumen pertama dan
begitulah seterusnya.
Guguran daun tidak semua menjadi detritus, karena ada juga sebagian
yang menjadi bahan organik terlarut dan bahan organik tersebut akan
dimanfaatkan oleh fitoplankton yang sebagai produsen. Produsen tersebut
akan dikonsumsi oleh zooplankton yang sebagai konsumen pertama. Setelah
itu zooplankton tersebut akan dimakan oleh ikan kecil yang sebagai
konsumen tingkat dua. Ikan kecil ini akan kembali dimakan oleh ikan sedang
dan pada akhirnya transport energi dan materi akan masuk kedalam rantai
makanan detritus. Sumber bahan organik terlarut tidak hanya berasal dari
dalam ekosistem tetapi ada juga yang berasal dari ekosistem terumbu karang
dan mangrove.
masyarakat
akan
pentingnya
Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang
dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang
lamun adalah pengelolaan berbasis masyakaratak (Community Based
Management). Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis
masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam
mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula perlu
diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu
kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan
sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masayakarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata
pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap
sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut.
Hidupnya menempel pada substrat batu atau dasar yang keras dan
berkelompok membentuk koloni yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanthellae menghasilkan kalsium karbonat (CaCO3)
menjadi terumbu, mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Menurut
daerah hidupnya, karang dikelompokkan menjadi 2 karang yang berbeda,
yang satu bernama hermatipik dan yang lain adalah ahermatipik.
1. Rantai Makanan yang Terjadi pada Ekosistem Terumbu karang
Karang termasuk kedalam golongan hewan. Sehingga pada
ekosistem terumbu karang terjadi sebuah rantai makanan, seperti
pada ekosistem yang lain. Rantai makanan adalah adalah perpindahan
energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme
atau melalui jenjang makan (tumbuhan - herbivora - carnivora omnivora).
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat
mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan
menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari
tertutup oleh sedimen.
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Hamdan, Dedi Setiadi. 2011 Ekosistem Hutan Mangrove Manfaat dan
Pengelolaanya.http://forestryinformatiom.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2015.
Anonym .2011. Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. Akses di
http://ekologihutan.blogspot.com. Pada tanggal 11 Mei 2015.
Anonym. 2012. Rantai Makanan pada Terumbu karang. Akses di
http://elsanurman.blogspot.com/2012/03/rantai-makanan-padaekosistem-terumbu.html.
pada tanggal 11 mei 2015.
Anonym. 2012. Padang Lamun. Akses di
https://arohmangusti.wordpress.com/2012/04/01/rantaimakanan-pada-padang-lamun-4/. Pada tanggal 11 Mei 2015.
Azkab,M.H. 1999. Pedoman Invetarisasi Lamun. Oseana.
Candra. 2010. Ekosistem mangrove. Akses di
https://candraperkasanurlukman.wordpress.com/2010/04/01/ekosistemmangrove-besertarantai-makanannya-di-pesisir-pamanukan-subang-jawa-barat/ . Pada
tanggal 11 mei 2015.
Dahuri. Rokhim. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang.
Jakarta: Lokakarya
Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia.
Eddy, Syaiful.
2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan.
Palembang: Jurusan
Biologi FMIPA Universitas PGRI.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey &
Sons.Chhichester.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor:
PKSPL-LP IPB.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta:
Gramedia.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan
Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Bogor : PHKA/WI-IP.
Santoso, Urip. 2008 Hutan Mangrove Permasalahan dan Solusinya. Akses di
http://uripsantoso.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Mei
2015.
Stomo. 1992. Tinjauan Ekologi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di
Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Djambatan.