Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI
PEWARNAAN KAPSUL BAKTERI

.PRAKTIKUM :
RI/TANGGAL :
DUL
: Pewarnaan Kapsul Bakteri metode Burry Gins
JUAN
: Untuk mengetahui bagaimana cara pewaraan kapsul dengan menggunakan metode burry gins
AT
:
1. Kaca objek
2.Bunsen
3.Ose
4.Rak pewarnaan
5. mikroskop
HAN
:
1.Kultur bakteri
2.NaCl 0,85 % atau 0,9%
3.Imersi oil
4.Reagen
a.
Tinta cina / india
b.
Solosio fuchsin / safranin
SAR TEORI : Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila bahan
berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong)
maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya pada sel kurang erat
maka disebut selaput lendir.Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat
berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh
inang maupun dialam bebas )atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh
komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Ukuran kapsul berbedabeda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam
satu spesies.Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua
kapsul dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa( misalnya
dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asamhialuronat pada
Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus
antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B disentri).Simpai biasanya

diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara itu.Salah satu pewarnaan
simpai (kapsul) ini ( metode Welch) meliputi pemberian larutan kristalungu panas disusul
kemudian dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk
menghilangkan zat warna berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpa
i. Kapsula bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri perlu
dilakukan pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak
menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Cara pewarnaan negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins (Irianto, 2006). Menurut Tarigan
(1988), pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau bidang pandang di
bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang diperiksa. Pengecatan negatif
dapat digunakan untuk melihat kapsul yang menyelubungi tubuh bakteri dengan hanya
menggunakan satu macam cat saja. Sedangkan pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama
dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan positif ini digunakan senyawa kristal violet 0,18
gram. Hasil dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul tampak berwarna biru-ungu yang terletak
disekitar tubuh bakteri. Sedangkan bakterinya sendiri berwarna biru kelam (Irianto, 2006).

KERJA

Pada ujung sebelah kanan dari kaca objek yang bersih dan bebas lemak dibuat
suspense bakteri dengan 1 ose NaCl 0,85%

Pada suspense ini ditambahkan 1 ose tinta cina, campur sampai homogeny

Dengan kaca objek lain, campuran itu dibuat sediaan hapusan tipis

Dibiarkan kering diudara

Sediaan digenangi solosio fuchsin selama 1 menit

Cat dibuang, sediaan dikeringkan diudara dengan posisi miring

Dilihat di mikroskop dengan perbesaran 100x dengan minyak imersi

ERPRETASI HASIL: Kapsul bakteri tidak berwarna, badan bakteri berwarna merah dan latar belakang sedikit
hitam
BAHASAN
: fungsi dari tinta cina yang digunakan pada pewarnaan burry gins yaitu untuk memeri warna
latar belakang pada sediaan apabila dilihat pada mikroskop. Sehingga kapsul bakteri yang
transparan dapat terlihat.Sedangakn fungsi uchsin atau safranin yaitu untuk memberi wara badan
bakteri. Sehingga dapat dibedakan antara kapsul dan badan bakteri
SIMPULAN : Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk melihat bagian
kapsul dari suatu bakteri.. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana
dan pewarnaan negatif. Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus

pneumoniae,

Klebsiella,

Acetobacter

xylinium,

Bacillus

subtilis,

Betacrocus

dextranicus.Hasil pengamatan: bakteri bewarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai bagian
yang kosong di sekitar tubuh bakteri dan sekitar kapsul berwarna gelap / agak pekat.

PENDAHULAN
Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik pewarnaan ini menggunakan tidak
hanya satu jenis larutan zat warna, berbeda dengan teknik pewarnaan sederhana (pewarnaan
tunggal) yang hanya menggunakan satu jenis zat warna saja. Pewarnaan diferensial banyak
jenisnya, antara lain ialah pewarnaan gram, pewarnaan spora, pewarnaan tahan asam, pewarnaan
giemsa, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagel. Pada praktikum kali ini, digunakan teknik
pewarnaan kapsul.

II.

MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut:
Untuk memenuhi tugas praktikum mikrobiologi dasar.
Untuk mengenal, mempelajari, dan mempraktekan pewarnaan Burr-Gins / pewarnaan kapsul.

Untuk mengamati jenis-jenis bakteri yang dapat diwarnai dengan pewarnaan

pewarnaan

kapsul.
III.

IV.

IDENTIFIKASI MASALAH
Warna apa saja yang dapat dipakai pada pewarnaan kapsul / Burr-Gins?
Mengapa kapsul tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederana atau gram?
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat dengan kadar air tinggi, beberapa lapisanlapisan dengan berbagai ketebalan merupakan selubung lendir dan kapsul. Bagi bakteri, selubung
lendir dan kapsul ini tidak begitu penting untuk hidup, akan tetapi dengan memiliki selubung, banyak
bakteri patogen menjadi resisten terhadap fagositosis, sehingga meningkatkan virulensinya untuk
hewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai cadangan makanan, erlindungan terhadap
kekeringan karena dehirasi. Kapsul tidak memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat
warna yang bersifat basa. Kapsul tampaknya tidak larut dalam air.Beberapa kapsul tidak dirusak
oleh gangguan mekanik atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari berbagai species
bebeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperhatikan dalam proses

pewarnaan yang sama. Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beada menurut organismenya, ada yang
berupa polimer glukosa contohnya: dekstran pada Leucunostoc mesentroides, polmer gula-amino
misalnya pada Staphilococcus sp. , Polipeptida misalnya: Bacillus disentri, polimer asam Dglutamat, yaitu: Bacillus anthracis
Seringkali, pada beberapa spesies ditemukan mutan yang berkapsul, disamping itu
disamping yang tidak berkapsul. Hal ini, mempengaruhi bentuk koloni pada medium pembiakkan.
Sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi: (1) Koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth (S),
(2) Koloni bakteri tidak berkapsul disebut koloni rough (R). Pembentukkan kapsul berdasarkan zatzat makanan, yaitu apakah makanan yang dimakan bakteri mengandung kapsul atau tidak. Ada
saatnya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul.
Beberapa kerugian bakteri berlendir dapat mengganggu perindustrian misalnya, pembuatan
gula tebu, bakteri tersebut antara lain Betacrocus dextranicus menempatkan pipa-pipa mesin
pembuat gula. Lalu, Bacillus subtilis terrkadang mengganggu pembuatan roti. Bakteri tersebut
membentk lendir yang sangat kenyal yang disebabkan kotornya tepung dan pembakaran yang
kuranng panas. Kemudian, Acetobacter xylinium, membuat lendir dalam milieu yang manis dan
mengandung alkohol. Lendirnya dapat kering , lalu menjadi keras dan dapat digunakan sebagai sol
sepatu.
Beberapa keuntungan dari bakteri berlendir antara lain, dalam dunia kedokteran kapsul
dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas bakteri. Bakteri yang patogen yang
dapat membentuk kapsul menunjukkan bahwa virulensinya semakin tinggia saat dibentuk kapsul.
Jka tidak dibentuk kapsul, maka virulensinya rendah atau bahkan hilang sama sekali. Contoh bakteri
berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium,
Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.
Tanpa pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa
karena tidak berwarna dan mempunyai ideks bias yang rendah. Karena kapsul bersifat non-ionik,
maka pewarnaanya tidak dapat dilakukan menggunakan prosedur yang sederhana dan biasa.
Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah bila olesan bakteri yang telah disiapkan difiksasi
dengan panas menurut metode yang biasa. Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah bila
olean bakteri yang telah isiapkan itu difiksasi dengan panas menurut metode yang biasa, maka
kapsul tersebut akan rusak, namun apabila tidak difikasi dengan panas, maka organisme tersebut
akan meluncur pada waktu pencucian. Dalam banyak pekerjaan bakteriologis, yang kita perlukan
hanyalah sekedar memperagakan ada atau tidaknya kapsul. Tujuan ini dapat digunakan dengan
cara menggabungkan proses pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana. Teknik pewarnaan
lain untuk melihat kapsul pada bakteri antara lai dengan metoda pewarnaan Anthony, Pewarnaan
Hiss, Pewarnaan Leifson, dan pewarnaan Tyler.

V. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR PERCOBAAN


5.1. Alat dan Bahan Percobaan
Alat

Aquades
Bak pewarnaan

Batang Ose
Kapas

Kertas saring
Korek api

Mikroskop cahaya
Object glass

Pembakar Spiritus
Pipet Tetes

Tabung Reaksi
Tissue
Bahan

Air fuchsin

Alkohol 70 %

Aquades
Minyak imersi

Suspensi bakteri Bacillus subtilis


Tinta cina

Xylol

5.2.

Prosedur Percobaan

Prosedur Percobaan Pewarnaan Negatif


Sediakan dua buah object glass yang sudah dibersihkan dengan alkohol sehingga bebas lemak.

Kedua object glass dibersihkan dengan alkohol 70% sampai bersih agar terbebas dari lemak.
Kedua object glass dipanaskan diatas pembakar spirtitus

Kawat ose dipijarkan diatas pembakar spirtitus lalu didinginkan


Pada kaca objek pertama diletakkan satu suspensi bakteri dan satu ose tinta cina dengan

perbandingan (1:1)
Suspensi bakteri dan satu ose tinta cina dengan perbandingan (1:1) dicampurkan dengan

sudut object glass sampai keduanya homogen.


Preparat apusan dibuat untuk membentuk sudut 45% hingga campuran tersebut menjadi lapisan

film tipis.
Preparat dikeringkan dan difiksasi selama 3 kali.

Tetesi preparat dengan zat warna air fuchsin selama 5 menit.


Zat warna berlebihan dibuang, tetapi jangan dicuci, kemudian dikeringkan.

Preparat ditetesi dengan minyak imersi, lalu diamati dibawah mikroskop.

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Kapsul ini, dilakukan melalui pengamatan
bakteri Bacillus subtilis..
Bacillus subtilis

Gambar pengamatan:

Klasifikasi bakteri Bacillus subtilis adalah:


Kingdom: Eubacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Bacillales
Family: Bacillaceae
Genus: Bacillus
Species: Bacillus subtilis
(Ehrenberg, 1835)
Cohn, 1872

Perbesaran : 1000x
Suspensi bakteri Bacillus subtilis telah disiapkan sebelumnya. Pada saat pembuatan
preparat, pewarnaan ini menggunakan tinta cina.
Hasil bakteri seperti yang terdapat pada gambar ialah terdapat sel-sel bakteri yang
bewarna merah dan kapsul tampak kosong disekitar tubuh bakteri (mengelilingi bakteri), dan sekitar
kapsul berwarna gelap. Saat pengamatan bakteri ini relatif sukar karena apaila tinta cina terlalu
pekat, maka akan mengganggu proses pengamatan bakteri.
Pewarna yang digunakan bukan hanya tinta cina saja, melainkan juga air fuchsin. Kapsul
dari berbagai spesies tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana atau pewarnaan Gram.
Karena, kapsul dari berbagi spesies berbeda susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat
diperlihatkan dalam pewarnaan yang sama. Misalnya, kapsul tidak memiliki afinitas yang besar
terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Sebenarnya, metode pewarnaan kapsul ini
ialah penggabungan proses pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana (bisa diihat di
prosedur percobaan).
Pada bidang perindustrian, Bacillus subtilis terkadang mengganggu pembuatan roti.
Bakteri tersebut membentuk lendir yang sangat kenyal yang disebabkan kotornya tepung dan
pembakaran yang kurang panas.

VII.
KESIMPULAN
Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk melihat bagian

kapsul dari suatu bakteri.


Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif.

Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus pneumoniae, Klebsiella,

Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.


Hasil pengamatan: bakteri bewarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai bagian yang kosong

di sekitar tubuh bakteri dan sekitar kapsul berwarna gelap / agak pekat.
Bakteri Bacillus subtilis disamping merupakan bakteri yang dapat membentuk spora juga memiliki
kapsul.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.
Hadioetomo,

R.S.1993.

Mikrobiologi

Dasar

Dalam

Praktek,

Teknik

dan

Prosedur Dasar

Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia.


Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1 Jakarta: UI Press.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinangor:FMIPA UNPAD.
Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh:
M.sc.Jakarta: Erlangga.

Markham,

PEWARNAAN SPORA
JUDUL

: Pewarnaan Spora

Hari / Tanggal

: Sabtu, 23 Maret 2013

Tujuan

: untuk melihat spora pada bakteri

Metode

: 1.) Klein
2.)Schaeffer dan Fulton

Dasar Teori

Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,


diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora
yang paling banyak digunakan.
Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu
dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora ,
seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin
harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari
Mycobacterium .

Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di


dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (cen tral),
ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora
merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan
pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu
sel vegetatif.
Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat membentuk
endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang
terbentuk di dalamtubuh vegetative bakteri disebut sebagai endospora
(endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami
dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa
lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat
bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat
membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan
pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis
protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.

Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan
pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari
pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan
penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini
berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan
posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga
zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat
warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam
dinding pelindung spora bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri,
tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri.Semua spora bakteri
mengandung asam dupikolinat.Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel
vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam
proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di
warnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit.
Sedangkan menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri
juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan.

Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah
terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan
bakteri yang dibuat beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di
dalam medium telah hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses
sporulasi ini. Haapan ini terbukti benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua
sampel yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya sama-sama menghasilkan spora.
Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora
meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal
ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan
pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih
menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi
lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat
kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena
struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi,
sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan
bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk
spora.
Proses pembentukan spora di dalam sel vegetatif bakteri, terjadi dalam beberapa
tahapan, secara singkat bagan proses pembentukan spora bakteri di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Terjadi kondensasi DNA pada bakteri yang akan membentuk spora

2. Terjadi pembalikan membran sitoplasma, sehingga, lapisan luar membran kini


menjadi lapisan dalam membran (calon) spora.
3. Pembentukan korteks primordial (calon korteks)
4. Pembentukan korteks
5. Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas, pada tahap 5 ini,jika spora
mendapatkan lingkungan yang kondusif, maka ia bisa tumbuh menjadi satu sel
bakteri yang baru. (sumber: FMIPA UPI)
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun
bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal.
Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup,
spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih.
Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora,
sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi
satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler,
1988).

PENDAHULUAN
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama
seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk
kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk
untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.
(Dwidjoseputro, 2001)
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan basillah yang
dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu berbuat demikian.
Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa spesies Clostridium yang
anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut endospora, dikarenakan
spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat
refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium
dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan
bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa
tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam
sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986)
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung pada
spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar daripada
diameter sel induk. (Dwidjoseputro, 2001)
Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah
sama bagi semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu
dibentuk di tengah-tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang
lain lagi subterminal yaitu di dekat ujung. (Pelczar,1986)

Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan medium memburuk, zatzat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar
lainnya merugikan. Tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora
meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu
diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru. Beberapa spesies bakteri
dapat kehilangan kemampuannya untuk membentuk spora. Spora dapat tumbuh
lagi menjadi bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan. Mula-mula air
meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi
retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung, tetapi juga
dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah spora. Hal ini
merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika kulit spora pecah di
tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada
kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001)

PEWARNAAN SPORA BAKTERI


Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi
mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut
endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan
terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam
bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan
ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti
yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora,
sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan
berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi
sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa
yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan
suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang
diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang
mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol
yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif
akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan hijau
malachit atau carbol fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya
spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora
yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga
menyebabkan pembengkakan sel kuman. spora merupakan stadium dorman dari
sel vegetatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora:

Fiksasi
Smear terlalu tebal
Waktu pengecatan tidak tepat
Konsentrasi reaagen
Umur bakteri
Nutrisi
Ada 2 jenis bakteri yang dapat membentuk spora
Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerob
Bacillus adalah Bakteri yang bersifat aerob
Stuktur endospora berbeda-beda untuk setiap spesies
Clostridium botullinum: sporanya subterminal
Clostridium tetani:sporanya terminal
Bacillus anthracis: sporanya central
Endospora bakteri merupakan struktur yang paling tahan terhadap lingkungan yang
ekstrim misalnya kering, kepanasan, dan keadaannya asam.
Macam-macam metode pengecetan
Schaffer fulton
Klein vedder
Bartolomew mittler
Core: sitoplasma dari spora yang didalamnya terkandung semua unsure untuk
kehidupan bakteri seperti kromosom yang komplit, komponen- komponen untuk
sintesis protein dan sebagainya.
Cortex: lapisan yang paling tebal dari spora envelope, terdiri dari lapisan
peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
Dinding spora: lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari peptidoglikan dan akan
menjadi dinding sel bila spora kembali dalam bentuk vegetative.
Eksosporium: lipoprotein membrane yang terdapat dari luar.
Coat: terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan spora
relatif tahan terhadap pengaruh luar.

Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora kali ini, digunakan suspensi dari
bakteri Salmonella typhii dan Bacillus subtilis. Suspensi bakteri ini telah disiapkan
sebelumnya. Pada saat pembuatan preparat sama halnya dengan pewarnaan Gram
waktu yang ditentukan untuk penetesan zat warna dan H2SO4 sebaiknya tidak lebih
ataupun kurang dari waktu yang telah ditentukan, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil preparat saat dilihat dbawah mikroskop.
Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada
pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri yang
tahan asam. Sedangkan pewarnaan spora bertjuan untuk mewarnai spora pada
bakteri yang dapat membentuk spora.
Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilisdengan
spora yang terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Sebenarnya jenis letak spora
ada 3 buah: sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel; terminal, yaitu
letak spora ada diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di
tengah-tengah sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya ada spora
terminalis.Warna sporanya merah sedangkan dan warna badan vegetatif adalah
ungu. Pada hasil pengamatan juga tidak terlihat adanya spora pada bakteri
Salmonella typhii , hal itu dikarenakan bakteri Salmonella typhii tidak memiliki
spora dan bakteri ini tergolong bakteri non-spora atau bakteri yang tidak dapat
menghasilkan spora. Lain halnya dengan bakteri Bacillus subtilis yang merupakan
dari famili Bacillaceae. Bakteri yang dapat menghasilkan spora diantaranya ialah
bakteri berasal dari famili Bacillaceae, genus Bacillus, Clostridium, dan
Sporosarcina.
Klasifikasi bakteri Bacillus subtilis adalah:
Kingdom: Eubacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Bacillales
Family: Bacillaceae
Genus: Bacillus
Species: Bacillus subtilis
(Ehrenberg, 1835)
Cohn, 1872
Sedangkan klasifikasi bakteri Salmonella typhii adalah:
Kingdom: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gamma Proteobacteria

Order: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus: Salmonella
Species: Salmonella typhii

Alat & Bahan

1.) Metode Klein


suspensi kuman
Object Glass
Ose
Pinset
lampu spirtus
oil immercy
mikroskop
Larutan warna yang diperlukan ialah:
Carbolfuchsin Ziehl Neelsen.
. Methylen biru 1%.
Asam sulfat 1%.

2.)Metode Schaeffer dan Fulton

suspensi kuman
ose
Object glass
pinset
lampu spirtus
oil immercy
mikroskop
Larutan-larutan yang diperlukan:

Larutan Malachiet hijau 5% dalam aquadest. (sesudah dibuat biarkan dahulu


jam, kemudian disaring, baru dapat dipakai).
Larutan Safranin 0,5% dalam aquadest.

CARA KERJA

1.) metode Klein


siapkan object glass yang kering dan bebas lemak
teteskan suspensi kuman
keringkan dengan lampu spirtus
teteskan asam sulafat selama 3 detik.
cuci dengan air mengalir
teteskan methylen blue selama 3 menit
buang sisa methylen blue
lalu cuci dengan air mengalir
keringkan dengan kertas saring
periksa di mikroskop di pembesaran 100 x
2.) metode Schuffer dan Fulton

1. Buat sediaan dari suspensi kuman yang akan diperiksa, keringkan, kemudian
fiksasi di atas api 3x.
2. Tetesi dengan larutan Malachiethijau 5%, uapkan perlahan-lahan, biarkan
menguap 1 menit.
3. Cuci dengan air kran, kemudianbubuhi dengan larutan Safranin 0,5% selama 1
menit.
4. Cuci lagi dengan air, kemudian keringkan dengan kertas saring, periksa dengan
mikroskop.

KESIMPULAN

1.) metode Klein

Vegetatif bewarna biru, spora batang basil, susunan rantai, spora merah, letak
spora central

2.)metode Schaeffer fulton


vegetatif merah, spora batnang basil, susunan rantai, spora hijau, letak spora
central

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.


Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta: UI Press.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinangor:FMIPA UNPAD.
Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh:
Markham, M.sc.J akarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai