Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara
baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai
pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara
pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahanperubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin
berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehinngga
tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makanan yang
hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah di dapur. Dalam keadaaan
demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan
banyak manfaatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan atau pertanyaan yang
timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan, bahan pengawet yang
ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi manusia?
Isu pangan menjadi penting seiring dengan semakin terbatasnya sumberdaya
alam dan bertambahnya jumlah penduduk. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Persoalan pangan selain terkait dengan pemenuhan kebutuhan sendiri, juga menjadi
komoditas ekonomi yang cukup penting. Berbagai proses perbaikan telah dilakukan
makanan hijau tua, pewarna makanan kuning tua, dan pewarna makanan merah rose,
serta beberapa macam pewarna beraroma seperti campuran perisa dan pewarna
moka, campuran perisa dan pewarna coco pandan, campuran perisa dan pewarna
strawberry, campuran perisa dan pewarna vanilla, serta campuran perisa dan pewarna
pandan.
Campuran perisa dan pewarna moka. Komposisi yang digunakan adalah sirup
glukosa, sirup sorbitol, perisa artifisial kopi moka, perisa artifisial coklat (mengandung
pewarna karamel kelas III (E 150c), perisa artifisial susu, perisa artifisial kopi, pewarna
karamel kelas IV (E 150d), etil maltol.
b.
Campuran perisa dan pewarna cocopandan. Komposisi yang digunakan adalah sirup
glukosa, sirup sorbitol, perisa artifisial cocopandan, air, pewarna ponceau 4R CI 16255,
pati jagung termodifikasi, perisa artifisial vanili, minyak sayur, pengatur keasaman asam
sitrat, etil maltol.
c.
Campuran perisa dan pewarna strawberry. Komposisi yang digunakan adalah sirup
glukosa, sirup sorbitol, perisa artifisial alami stroberi, propilen glikol, pewarna ponceau
CI 4R 16255, pati jagung termodifikasi, perisa artifisial vanili, minyak sayur, pengatur
keasaman (asam sitrat), etil butirat, isoamil butirat, etil maltiol.
d.
Campuran perisa dan pewarna vanilla. Komposisi yang digunakan adalah sirup
glukosa, propilen glikol, perisa artifisial vanili, etil vanili.
e.
Campuran perisa dan pewarna pandan. Komposisi yang digunakan adalah sirup
glukosa, sirup sorbitol, perisa artifisial pandan, propilen glikol, pewarna tartrazon CI
19140, pati jagung termodifikasi, perisa artifisial vanili, biru berlian Ci, ethil maltol.
Berdasarkan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Majelis
Ulama Indonesia (MUI), pewarna makanan merek koepoe-koepoe dengan bahanbahan kimia seperti pada komposisi merupakan pewarna yang aman digunakan untuk
makanan atau food grade dengan batas maksimum tertentu. Namun tetap saja bahanbahan kimia tersebut menimbulkan efek samping dan bahkan dibeberapa negara tidak
boleh digunakan karena bersifat karsinogenik. Misalnya Tartrazine yang menimbulkan
efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma,
purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock), pewarna kuning atau sunset
yellow yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tumor dalam jangka panjang,
serta Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara,
termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia.
Konsumen pewarna makanan merek koepoe-koepoe berasal dari berbagai
kalangan, mulai dari produsen makanan hingga ibu rumah tangga. Pewarna makanan
merek koepoe-koepoe biasanya digunakan oleh produsen kue, produsen minuman,
maupun ibu rumah tangga sebagai bahan tambahan pangan untuk mempercantik
masakan mereka. Misalnya NCC yaitu suatu komunitas yang beranggotakan para
pembuat rainbow cake. Komunitas ini mengharuskan anggotanya untuk menggunakan
pewarna pewarna makanan alias food grade, dimana mereka telah dengan teliti
memilih pewarna dengan sertifikat kehalalan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). NCC
menggunakan pewarna makanan, salah satunya adalah merek koepoe-koepoe dengan
alasan bahwa pewarna makanan merek koepoe-koepoe sudah memiliki izin produksi
serta memiliki sertifikat halal. Meskipun koepoe-koepoe merupakan bahan pewarna
kimia, tetapi jika penggunaannya dalam takaran yang wajar sangatlah tidak berbahaya
dan tidak mengganggu kesehatan. Oleh karenanya, sebagian besar dari pelanggan
NCC tetap percaya dan tetap memesan kue-kuenya kepada kami.
Selain digunakan oleh produsen makanan dan minuman, pewarna merek
koepoe-koepoe juga sering digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam membuat
aneka masakan. Ibu-ibu rumah tangga memilih menggunakan pewarna makanan
merek koepoe-koepoe karena pewarna ini merupakan pewarna yang dikhususkan
untuk makanan dan aman dikonsumsi atau food grade. Selain itu pewarna ini juga
mudah didapatkan dan harganya sangat terjangkau.
Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada
makanan :
a.
b.
c.
Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal
ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu
produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang
berbahaya.
d.
Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur
yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
e.
Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari
selama produk disimpan.
f.
No
Nama Produk
Deskripsi
Komposisi
Gambar
1. Koepoe-Koepoe
2. Koepoe-Koepoe
Diproduksi oleh PT
Pewarna makanan
RI MD 277731024015
air. Propilen glikol, pewarna
(erithrosin CI 45430).
3. Koepoe-Koepoe
RI MD 277731021015
minuman.
Pewarna makanan
4. Koepoe-Koepoe
oleh PT Gunacipta
Multirasa. BPOM RI MD
minuman.
Pewarna makanan
277731022015
air. Propilen glikol, pewarna
(Carmoisine CI 14720).
Gunacipta Multirasa.
2.
3.
4.
5.
Nama bahan tambahan makanan, khusus untuk pewarna dicantumkan pula nomor
indeksnya;
6.
7.
8.
Nomor pendaftaran produk, untuk bahan tambahan makanan yang harus didaftarkan.
9.
Pada label bahan tambahan makanan dalam kemasan eceran harus dicantumkan
pula takaran penggunaannya.
Dari hal-hal yang disebutkan di atas merk Koepoe-koepoe (kupu-kupu) telah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan, dapat dilihat dari kemasan yang telah
ditampilkan pada tabel di atas. Dan juga merk ini telah terdaftar di BPOM dan sertifikasi
halal.
Produk Koepoe-Koepoe (Kupu-kupu)
Pewarna Koepoe-koepoe Biru, Coklat, Grape, Hijau Muda, Hijau Tua, Kuning
Muda, Kuning tua, Kopi Coklat, MerahCabe, Merah Rose, Merah Tua, Orange, Opaque
White, CMC
BPOM
: 263109042128
Sertifikat Halal
: 00310056751110
Analisi kemanan pewarna dapat dilihat dari komposisi pewarna dari bahan
kimia yang digunakan. Apakah jenis pewarna tersebut diperbolehkan oleh badan yang
terkait keamanan pangan. Berikuta analisisnya:
1. Warna hijau tua dari pewarna jenis tartrazin CI 19140 dan biru berlian CI 42090.
Terdapat beberapa pewarna sintetis yang diijinkan di Indonesia, tetapi di
beberapa negara lain telah dilarang penggunaannya. Tartrazine masih diizinkan
penggunaannya di Indonesia, namun di Amerika Serikat penggunaannya tidak
Sedangkan zat pewarna biru berlian CI 42090 termasuk pewarna golongan trifenil
metan, yang merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila pewarna ini dilarutkan
dalam air akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Pewarna ini bersifat larut dalam
glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Brilliant Blue FCF tahan terhadap
asam asetat tetapi agak luntur oleh cahaya. Brilliant Blue FCF juga agak tahan
terhadap NaOH 10% dan akan membentuk warna merah anggur Pewarna ini lebih
tahan terhadap reduktor daripada dengan golongan pewarna azo dan tidak terpengaruh
oleh gula invert, Cu, maupun Al. Masa simpan brilliant blue FCF adalah selama lima
tahun.
ii.
Pewarna sintetik yang terdapat pada pewarna makanan merk Koepoe-koepoe (kupukupu) merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk makanan menurut
Permenkes RI No 722/Menkes/Per/IX/88 yaitu Tartrazine dan Brilliant Blue FCF.
2.
Warna merah rose kompisisi pewarna kimanya adalah erithrosin CI 45430. Zat
pewarna ini termasuk golongan fluorescein. berupa tepung coklat, larutannya dalam
alcohol 95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan larutannya
dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Jenis pewarna ini diijinkan oleh
Permenkes RI No 722/Menkes/Per/IX/88 sehingga penggunaannya aman asalkan tidak
berlebihan / melebihi batas yang telah ditentukan dalam peraturan yang akan dijelaskan
berikutnya.
3. Warna kuning tua terdiri dari zat pewarna kimia tartrazin CI 19140 dan ponceau
4R CI 16255. tartrazin CI 19140 telah dibahas sebelumnya pada penghasil
warna hijau tua. Sedangkan ponceau 4R CI 16255 adalah pewarna merah hati
yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan
minuman ringan. Meskipun pewarna pangan ini diijinkan, di bawah Act PFA,
namun tidak diijinkan penggunaanya bersamaan dengan Aniseed (Nadia &
Tariq,2002). Batas penggunaan yang diperbolehkan untuk Ponceau 4R berkisar
antara 30 300 ppm.
4. Warna merah tua menggunakan pewarna Carmoisine CI 14720. Carmoisine
adalah dye sintetik yang mengandung struktur azo dan cincin aromatik dan
sering digunakan pada dying pangan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika
(Sumarlin, 2012). Karmoisin bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol.
Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam disodium dengan warna merah
hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan yang mengalami
proses pemanasan setelah difermentasi. Hingga saat ini, Karmoisin merupakan
pewarna makanan sintetis yang diizinkan di Uni Eropa dengan level maksimal
penggunaan yang diizinkan sebesar 50-500 mg/kg pangan untuk berbagai jenis
bahan pangan dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 0-4 mg/kg
BB/hari. Sebagian dari karmoisin yang dicerna mengalami reduksi azo dalam
usus. Selain itu, karmoisin yang tidak termodifikasi dan 5 metabolit tidak dikenal
juga ditemukan pada feses (EFSA 2009). Menurut Amin et al. (2010), karmoisin
dapat tereduksi dalam organisme menjadi sebuah amine aromatik yang sangat
sensitif. Studi yang dilakukan oleh Amin et al. (2010) menyimpulkan bahwa
pewarna makanan karmoisin juga dapat memberikan pengaruh negatif dan
mengubah beberapa penanda biokimia pada organ - organ penting seperti hati
dan ginjal, baik pada dosis tinggi maupun rendah. Karmoisin juga memberikan
efek beresiko pada dosis yang tinggi karena dapat menginduksi terjadinya stress
oksidatif melalui pembentukan radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Bahaya
Efek
Samping
Pewarna
Buatan.
http://majalahkesehatan.com/bahaya-efek-samping-pewarna-buatan/.
Diakses
Dalam
pada
Buku Pintar Implementasi INSW Badan Pengawas Obat Dan Makanan Bagian III: Importasi
Bahan Baku Pangan, Bahan Tambahan Pangan Dan Produk Pangan.
Karunia, Finisa, B. 2013. Kajian Penggunaan Zat Adiktif Makanan (Pemanis dan Pewarna) Pada
Kudapan Bahan Pangan Lokal Di Pasar Kota Semarang. Dalam Food Science and
Culinary Education Journal (2013).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan
Tambahan Makanan.
Patterson, RM. and Butler, JS. 1982. Tartrazine Induced Chromosomal Aberrations In
Mammalian Cells. Food Chem. Toxicol., 20 (4) :461-465.
Sumarlin, La Ode. 2012. Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar Di
Jakarta Dan Ciputat. Dalam Jurnal Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Komposisi dan bentuk asam borat mengandung 99,0% dan 100,5% H3BO3.mempunyai
bonbot molekul 61,83 dengan B = 17,50 %; H = 4,88 %;O = 77,62% berbentuk serbuk hablur
Kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis.
Senyawa asam borat mempunyai sifat sifat kimia sebagi berikut : titik lebur sekitar 1710
C.Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tak larut
dalam eter.Kelarutan dalam air bertambah bila ditambah asam,seperti asm klorida,asam sitrat,
atau asam tartrat,mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa.Satu gram asam
borat larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih tak berwarna.Asam
boat tak tercampur dengan alkali karbionat dan hidroksida.
Pada saat ini borax banyak dimanfaatkan untuk tambahan makanan pada lontong agar teksturnya
menjadi bagus,pada bakso dimana biasanya berkisar 0,1 0,5 % dari berat adonan bakso atau
antara 1000 5000 ppm,krupuk,pempek,pisang molen,pangsit, tahu, dan bakmi.
Boraks ( barie acid borax Z) biasanya digunakan juga dalm industry gelas, pelican porselin, alat
pembersih, dan anti septic.Kegunaan boraks sebenarnya ialah sebagai zat antiseptic, obat pencuci
mata ( barie acid 30%), salep ( boorsalp ) untuk menyembuhkan penyakit kulit, salep untuk
mengobati bibir ( borak gliserin ), dan pembasmi semut ( barie acid boraks ).
Efek farmakologi dan toksisitas senyawa boron atau asam borat merupakan bakterisida
lemah . Larutan jenuhnya tidak membunuh Staphylococcus aureus, Oleh karena toksisitas lemah
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet panngan,Walaupun demikian, pemakaian
berulang atau absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik ( keracunan ). Gejala dapat berupa
mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah,sakit kepala, rash erythematous, anoreksia,
berat badan menurun, ruam kulit, anemia, dan konvulsi dan bahkan bisa menimbulkan
shock.Dan bila dikonsumsi terus menerus bisa menyebabkan gangguan pada gerak pencernaan
usus, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacaun mental.Dalam jumlah serta dosis
tertentu borak bisa menyebabkan degradasi mental,serta rusaknyta saluran pencernaan, ginjal,
hati, dan kulit karena boraks cepat terabsorpsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit
luka, atau membrane mukosa.Kematian pada orang dewasa dapt terjadi dalam dosis 15 25
gram,sedangkan pada anak anak dalam dosis 5 6 gram.
Penggunaan untuk solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol
kecoa.
Efek negtif :
Pemakaian sedikit dan lama akan terjadi kumulatip pada oktak, hati, lemak dan ginjal. Untuk
pemekaian jumlah banyak mnyebabkan demam , anuria, merangsang SPP, depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, koma bahkan kematian.
2. Asam Salisilt dan garamnya ( garam Lithium Salisilat, Silver Salisilat )
Asam salisilat memiliki rumus kimia C7H6O3.Penggunaan asam salisialt dalam pangan
ditambahkan sebagi aroma penguat rasa.Komposisi asam salisilat mengandung tidak kurang dari
99,5% C7H6O3,berbentuk hablur ringan tak berwarna, atau serbuk berwarna putih dengan rasa
agak manis dan tajam,biasanya tak berawarna tetapi serbuknya mengiritasi hidung.
Kegunaan :
Antiseptik ( Externally) dan Keratolitik ( topical).
Efek Negatif :
Dalam jumlah banyak menyebabkan muntah muntah, kejang perut, sesak napas, acidosis,
gangguan mental.
3. Formalin (Formaldehyde)
Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan 40% (40% gas
formaldehid dalam air ).Bahan ini dengan mudah dapt diperolah di toko took kimia dengan nama
dagang formol, formalin, atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O.Formalin bisa
berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, dan berbau menusuk,uapnya merangsang selaput lender
hidung dan tenggorokan,dan rasa membakar, atau berbentuk tablet dengan berat masing masing
5 gram.Dalam formalin biasanya ditambahkan methanol 10 15% untuk menghindari
polimerisasi.Bobot tiap milliliter ialah 1,08 gram, dapt bercampur dalam air dan alcohol, tetapi
tidak bercampur dalm kloroform dan eter.Menurut Reinolds (1982),formaldehid adalh gas
dengan titik didih 210C sehingga tidak dapat disimpan dalm keadaan cair atau gas.dalam
perdagangan dijumpai formalin,yaitu larutan formaldehid yang mengandung 34 38 % b/b
CH2O dengan metal alcohol sebgai stabilisator agar tidak terjadi polimerisasi formaldehid
menjadi paraformaldehid yang padat
Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran,
misalnya sebagi bahan pengawet mayat.Bahan ini juga biasa digunakan untuk mengawetkan
hewan hewan untuk keperluan penelitian.Selain sebagai pengawet, Formalin juga memiliki
fungsi sebagi zat anti septic untuk membunuh mikroorganisme, desinfektan pada kandang ayam
dan sebagainya,antihidrolik sehingga bias digunakan sebagai bahn deodorant, bahna campuran
dalam pembuatan kertas tisu toilet, bahn baku industry pembuatan lem plywood, resin, maupun
tekstil.
Meskipun begitu saat ini formalin disalahgunakan sebagai bahn tamabahn pangan.Para
produsen menggunakan formalin sebagai bahan pengawet pada bakmi, ayam potong, tahu,
bakso, ikan asin, dan ikan segar.Menurut uji laboratorium bakmi yang diberi tambahn formalin
dapat tidak rusak selama dua hari dalam suhu kamar (250C) dan bertahan lebih dari lima belas
hari dalam lemari es ( suhu 150 C), secara fisik mie tampak lebih mengkilap dan tidak lengket,
tidak dikerumuni lalat dan lebih kenyal.Ciri daging yang diberi formalin secara fisik daging
sedikit lebih tegang (kaku), tidak dikerumuni lalat dan dalam uji klinis,jika daging dimasukkan
dalam reagen maka akan timbul gelembung gas.Sedangkan dalam tahu dan bakso, formalin
menyebabkan tahu bisa tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar ( 25% C) dan bertahn hingga
15 hari dalam lemari es, tekstur keras tetapi tidak padat, terasa kenyal bila ditekan dan tidak
dikerumuni lalat.
Formalin member dampak yang sangat membhayakan bagi kesehatan manusia
berdasarkan konsentrasi dari subtansi formaldehid yang terdapat di udara dan juga dalam produk
produk pangan.Formalinjika dalam konsentrasi yang tinggi dalam tubuh, akan bereaksi secara
kimia denagn hamper semua zat kimia di dalm sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan keracunan pada tubuh.selain itu, Kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh
juga meneyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagenic, serta
orang yang mengonsumsi akan muntah, diarte bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
kegagalan dalam peredaran darah.Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak
berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan dan
mata.DepKes RI berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/MenKes/Per/IX/88
mendefinisikan bahan tambahan pangan seperti formalin merupakan bahan tambahan pangan
yang dilarang.
Formalin dapat bereaksi dengan cepat pada lapisan lender saluran pencernaan dan saluran
pernapasan.Di dalam tubuh bahan ini secara cepat dioksidasi membentuk asam formiat terutama
di hati dan sel darah merah.formalin juga menyebabkan degenerasi saraf optic, karena
terbentuknya asam format dalam jumlah yang banyak dan asidosis inilah yang menyebabkan
timbulnya gejala umum dan dapat menimbulkan kematian.
Khusus mengenai sifatnya yang karsinogenik,formalin termasuk ke dalam karsinogenik
golongan IIA yaitu golongan senyawa karsinogenik yang masih dalam tahap diduga karena data
hasil uji coba pada manusia masih kurang lengkap.dalam jumlah sedikit formalin larut dalam
air,serta akan dibuang bersama cairan tubuh, itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya
di dalam darah.
Penggunaan :
Desinfektan, antiseptik, pemghilang bau, fiksasi jaringan, dan fumigan, juga dipakai pada
industri tekstil dan kayu lapis.
Efek Negatif :
Sakit perut, muntah muntah, depresi susunan syaraf. Dalam jumlah yang banyak dapat
menyebakan kejang kejang, kencing darah, susah kencing, muntah darah , mati.
4. Kloramfenikol :
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada
dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis
protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam
pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan
beberapa bakteri aerob gram negatif.
Merupakan antibiotik spektrum luas.
Adapun efek samping dalam penggunaan obat kloramfenikol adalah sebagai berikut.
1. reaksi hematologik berupa depresi sumsung tulang dan anemia aplastik
2. reaksi saluran cerna yakni mual, muntah, diare, glositis, dan enterokolitis
3. sindrom gray
4. menghambat fungsi penggabungan oksidase hepatik yang dapat mengakibatkan
penghambatan metabolisme obat seperti walfarin, fenitonin, tolbutamin, dan klorporamid.
Kloramfenikol apabila diberikan pada anak usia di bawah satu tahun dapat menyebabkan
penyakit kuning.
5. Nitrofurazon :
Nitrofurazon memiliki rumus kimia C6H6N4O4, dikenal sebagai 2-[(5-nitro-2-furanyl)
methylene hydrazinecarboxamide; 5-nitro-2-furaldehid semicarbazone; dan mempunyai nama
dagang amifur, furazin, chemofuran, furesol, nifuzon, nitrofural, nitrozone, furacinneten,
furacoocid, furasol w,mammex, furaplast, coxistat, aldomycin, nefco, serta vabrocid.
Nitrofurazon digunakn dalm pakan ternak,Pada pangan digunakan sebagai senyawa anti mikroba
dan mempunyai komposisi kimia sebagi berikut ; nitrofurazon dibentuk dari 2-formyl-5nitrofuran dan semicarbazide hydrochloride.Memiliki berat massa 198,14 dengan komposisi
C=36,67%, H=3,05%, Dan O = 32,30%.
Nitrofurazon memiliki sifat, berwarna kuning muda, berasa pahit, terukur pada panjang
gelombang maksimum 375 nm.larut sangat baik dalm air dengan perbandingan 1:4200 dan larutv
dalam alcohol dengan perabndiangan 1: 590, dalam propylene glycol dengan perbandingan
1:350.Dapat larut dalam larutan alkalin dengan menunjukkan warna jingga terang.Tidak larut
dalam eter.Memiliki pH larutan jenuh 6 6,5.
Efek farmakologi nitrofuran dari hasil penelitian terhadap tikus, maka LD50 datri zat ini adalah
0,59 g/kg pemberian secara oral dapat menyebabkan skin lessison pada kulit serta infeksi pada
kandung kemih.
Merupakan anti mikroba
Efek negatif : membunuh flora usus.
6. Kalium Klorat ( KclO3)
Efek negatif : Iritasi kuat terhadap membran mukosa.
7. Diethylpyrocarbonat
Penggunaan : sebagai pengawet anggur, soft drink, fruit juices.
Efek negatif : iritasi membran mukosa.
8. Dulcin
Dulsin atau dulcin juga dikenal dengan nama perdagangan sucrol, valsin merupakan
senyawa p-etoxiphenil-urea,p-phenetilurea atau p-phenetolkarbamida dengan rumus
C9H12N2O2.Dulsin dalam bahn pangan digunakan sebagi pengganti sukrosa bagi orang yang
perlu diet karena dulsin tidak memiliki nilai gizi.
Kristal dulsin membentuk jarum yang mengkilap dan intensitas rasa manisnya sekitar 250
kali ( antara 70 350 kali ) dari rasa manis sukrosa.Titik cair ktistal terletak pada suhu 173 -1740
C.Daya larutnya dalam 800 gram air atau 50 bagian air mendidih atau 25 dari alcohol.
Komposisi dan bentuk dulsin secara kimiawi dapt dibuat dari p-phenetidin (C8H11NO) yang
direaksikan dengan phosgene (COC12) dan kemudian dengan ammonia atau dapat juga
mereaksikan p-phenetidin dengan urea.Mempunyai berat molekul 180,20 dengan pemecahan
semprna menghasilkan C = 59,98%,H = 6,72 %, dan O = 17,76%.
Konsumsi dulsin yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang membahayakn bagi kesehatn,
karena ternyat dosis kematian pada anjing sebesar 1,0 gl/2 kg.
Dulsin adalah zat pemanis yang mempunyai tingkat kemanisan 250 kali lebih manis dari
gula. Pemanis ini dilarang penggunaannya oleh Depkes RI.
Pada tikus menaikan kerusakan sel adenomas liver, papiloma, rongga ginjal dan kandung
kemih, menyebakan pembentukan batu.
Pada manusia belum ada data, tetapi tidak layak digunakan sebagai pemanis.
9. Brominated vegetable oil
Biasanya digunakan pada minuman ringan.
Efek negatif :
Menimbulkan reaksi alergi, Metabolisme ion Br yang perlahan menimbulkan akumulasi pada sel
adiphose tulang dan lemak.
Identifikasi rhodamin B
Teknik analisa canggih
Telah diketahui bahwa berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di Indonesia, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, telah diwarnai dengan pewarna tekstil atau yang bukan zat
pewarna food grade, yaitu yang tidak diizinkan digunakan dalam makanan. Pewarna-pewarna
tersebut memang lebih banyak digunakan untuk tekstil, kertas atau kulit. Seperti telah diketahui,
berdasarkan beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa beberapa zat pewarna tekstil yang tidak
diizinkan tersebut bersifat racun bagi manusia sehingga dapat membahayakan kesehatan
konsumen, dan senyawa tersebut memiliki peluang dapat menyebabkan kanker pada hewanhewan percobaan.
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara rutin dilakukan, dengan
berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih berdasarkan
suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut
digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut secara teliti, karena itu minimal diperlukan
fasilitas yang cukup canggih serta dituntut tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya
cukup mahal harganya. Di samping itu teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang
profesional. Molar extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M-1cm-1 pada panjang
gelombang 542,75 nm.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari beberapa metoda yang praktis tetapi teliti
untuk mengidentifikasi adanya pewarna sintetik dan bila perlu dapat membedakan jenis pewarna
sintetik dalam makanan. Hal tersebut penting sekali bagi laboratorium pangan, pembuat
kebijaksanaan dan organisasi pelindung konsumen agar mempunyai suatu teknik atau metoda
analisis yang cepat cara kerjanya dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan dengan
pewarna tekstil. Teknik analisis tersebut seyogyanya yang cukup sederhana sehingga mudah
dilakukan di tingkat rumah tangga dan di lapangan bagi penjual zat pewarna atau penjual
makanan. Adanya kebutuhan yang mendesak tersebut juga ditegaskan oleh JECFA.
Teknik analisa sederhana
Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya,
bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan
peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya
pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah
maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena
cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda
dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang
berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning),
dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat
daftar beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya
semua cara kromatografi menggunakan dua fase tetap ( stationary) dan yang lain fase bergerak
(mobile); pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini
(Sastrohamidjojo,1991).
Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air
sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan
mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh
dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Sejumlah cuplikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahkan asam asetat encer
kemudian dimasukan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api
kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air
dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan
ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok (larutan
pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm
dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan
eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml etanol 50%)
Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak
tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut.
Kromatrogafi lapis tipis
Diantara berbagai jenis teknik kromatrografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling
cocok untukk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,1985). Kromatografi Lapis Tipis dapat
digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organik, kompleks senyawasenyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam
dan senyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben
bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase
stasioner. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah silica gel ( asam silikat ), alumina
( aluminum oxydae ) , kieselguhr ( diatomeus earth ) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben
tersebut yang paling bnayak dipakai adalah silica gel karena hampir semua zat dapat dipisahkan
oleh jenis adsorban ini. Sifat sifat umum dari penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis tipis
ini adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting
dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong
sangat bergantung pada mereka. Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori , karena ada
gaya kapiler. Jika fase gerak dan fase diam telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal
dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen
tunggal dari campuran. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa
perbedaan dalam kecepatan migrasi dari senyawa,tidak mungkin terjadi pemisahan.
Reaksi kimia
Cara reaksi kimia dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi-pereaksi berikut :
HCL pekat
H2SO4 pekat
NaOH 10%
NH4OH 10%
Matriks
disusun oleh :
Devianti ; Sri Eli Lestari ; Iin Indrayani ; Vina Nur Syaidah
Farmasi UNISBA
Surat elektronik
Cetak
Lagi
Rhodamin B
Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan
kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui
Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine
dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil
menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada
sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang
digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan
untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000.
Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk
ungu-kemerah merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebirubiruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl,
dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi
untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165C.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa
sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa
organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri,
bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen
( Subandi ,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut,
menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin
ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion
klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk
mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan
resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti
dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan
bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila
masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan
sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata,
menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin
yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini
begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal.
Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui
mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki
reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa
yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawasenyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas
beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan
mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi
dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO).
Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air
sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir
dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan
manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang
pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
Surat elektronik
Cetak
Facebook9
Twitter2
Lagi
Identifikasi Rhodamin B
2
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna
buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang
untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai
bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna
untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk
mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu
logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping
itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna
untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi
daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit
biasanya lebih menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen
alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun
berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah).
Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH
tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping
bagi tubuh (Anonim, 2008)
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang
mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui
ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
Pewarna Sintetis
Warna
Rhodamin B
Merah
Tidak
Methanil Yellow
Kuning
Tidak
Malachite Green
Hijau
Tidak
Sunset Yelow
Kuning
Ya
Tatrazine
Kuning
Ya
Brilliant Blue
Biru
Ya
Carmoisine
Merah
Ya
Erythrosine
Merah
Ya
Fast Red E
Merah
Ya
10
Amaranth
Merah
Ya
11
Indigo Carmine
Biru
Ya
12
Ponceau 4R
Merah
Ya
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang
lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang
dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan
dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada
saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna
tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan (Anonim, 2008).
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau
asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.
Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu
senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir,
atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang
disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi,
dan analisis media terhadap zat warna tersebut.
Disusun oleh : Devianti ; Sri Eli Lestari ; Iin Indrayani ; Vina Nur Syaidah
Farmasi UNISBA
Surat elektronik
Cetak
Lagi
Uji kualitatif dengan kromatografi kertas berdasarkan pengujian mutu MSG menurut standar SII
(standar industri Indonesia)
Pereaksi :
Larutan contoh
0,50,05 gram contoh dilarutkan dalam air hingga 1 liter.
Larutan standar
0,3930,001 gram asam glutamat (kemurnian tidak kurang dari 99,5%) dinetralkan dengan
NaOH p.a dan diencerkan.
Pelarut
Campuran butanol asam asetat pekat dan air dalam perbandingan volume 4:2:1.
Pembangkit warna
Larutan 0,2% ninhidrin dalam alcohol 95% v/v.
Kertas kromatografi
Digunakan kertas whatmen no 1 atau kertas lain yang sesuai dengan ukuran 250250 mm.
Cara Kerja :
Isikan pelarut kedalam wadahnya dalam bak kromatografi dan dibiarkan 12 jam. Pada kertas
kromatografi dibuat garis pada jarak 25 mm dari tepi dengan pensil. Teteskan 0,025 ml contoh
dan larutan standar pada garis tersebut dengan jarak masing-masing 10 mm dan 25 mm, dan
biarkan hingga kering. Kromatografi dilakukan dengan cara decending, yaitu pelarut bergerak
dari bawah keatas. Tepi yang diletakkan di bagian bawah dan ujungnya dicelupkan dalam larutan
(10 mm), selama 8 jam. Kertas kemudian diangkat dan digantung sehingga semua pelarut
menguap. Seluruh kertas kemudian disemprotkan dengan larutan nihidrasin dan setelah beberapa
menit dikeringkan dalam oven 105 sampai 1100 C selam 5 menit. Pada kertas akan tampak spot
biru dan tampak pula batas akhir pelarut. Pada pusat tiap spot diberi tanda jarak antara titik awal
dengan pusat spot dan dengan batas akhir pelarut di ukur dengan teliti. Harus hanya ada satu spot
biru dari larutan contoh dan nilai Rf contoh harus sama nilai Rf standar.
Kolorimetri
Klorida
Larutan klorida standar. Larutan 165 mg NaCl dalam air dan tepatkan hingga 100 ml. Encerkan
10 ml larutan tersebut menjadi 1 liter. Larutan ini mengandung 10 ppm klorida.
Cara Kerja
Larutan sodium sulfide. Larutkan 5 gram sodium sulfide dalam 10 ml air dan 30 ml Glycerine.
Simpan larutan ini dalam tempat gelap.
Cara kerja
Masukkan 2,0 gram MSG dalam tabung Nessler. Tambahkan 40 ml air dan 2 ml asam asetat 10%
(v/v). Bila larutan tidak jernih, maka disaring dan jadikan 50 ml dengan air. Tambahkan 2 tetes
larutan sodium sulfide, aduk dan diamkan 5 menit. Bandingkan warna dengan yang diperoleh
dari 8 ml larutan standar Pb. Warna tidak boleh lebih gelap dari larutan standar tersebut.
Uji Kualitatif menggunakan HPLC
Sporn melakukan penentuan MSG dalam sup dan kecap. Glutamat diekstraksi dengan aseton.
Ekstrak dimasukkan ke kolom penukar anion (Partisil SAX: 250 x 4,6 mm) dan dielusi dengan
RI (inframerah) detector. Metode ini kemudian dimodifikasi lagi oleh Nguyen dan Sporn, di
mana mereka juga menggunakan kolom Partisil SAX, tetapi eluenya Potassium dihidrogen fosfat
(17 mM, pH 4). Penentuan konsentrasi kemudian dilakukan dengan kombinasi RI dan UV
detektor.
Glutamat, asam aspartat, asam piro glutamine, dan klorida ditentukan dengan RI detektor,
sedangkan 5-IMP dan 5-GMP ditentukan dengan UV pada 254 nm. Beberapa penelitian juga
meneliti pengaruh pengalengan, didapati selama pengalengan glutamat stabil, namun nukleotida
mengalami degradasi sampai 50% atau lebih akibat hidrolisis. Untuk menentukan konsentrasi
glutamat pada konsentrasi rendah, William dan Winfield mendidihkan larutan buffer sodium
bikarbonat (pH 10,5) dan dansil klorida dalam gelap. Hasilnya dipindahkan ke kolom C18
(1254,6 mm) dan dielusi dengan air : methanol, asam asetat (55:45:1, v/v/v), kemudian
dilakukan penentuan konsentrasi dengan fluoresensi (530 nm-328 nm).
b) Uji Kuantitatif MSG
Titrasi bebas air
timbang 250 mg sampel secara seksama
basahkan dengan air, larutkan dalam asam asetat glasial 100 mL,
titrasi dengan Asam perklorat 0,1 N . Tiap 0,1 N asam perklorat setara dengan 9,356 mg
Monosodium glutamat.
Reaksi :
MSG + CH3COOH
Titrasi presipitasi
10 mL larutan sampel ( 1 dari 10 bagian) + 5,6 mL HCl 1N, terdapat endapan asam glutamat.
Timbang gravimetris secara kuantitatif
Reaksi :
MSG + HCl
>
disusun oleh :
Syifa Fatasyaa ; Marina Chaerianisa ; Heni Utari ; Marlita Oktaria
Farmasi UNISBA
Surat elektronik
Cetak
Lagi
Penggunaan MSG
Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam amino, glutamat
termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu memproduksi sendiri.
Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas. Glutamat sebagai
asam amino no-essensial ditemukan pada tahun 1866 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama
Prof Ritthausen yang berhasil mengisolasinya dari gluten (protein gandum).
Glutamat yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa. Hanya
jika glutamat yang dalam bentuk bebas memiliki rasa Umami (gurih). Dengan demikian,
semakin tinggi kandungan glutamate bebas dalam suatu makanan, semakin kuat rasa Umaminya.
Kadar glutamat dalam makanan bervariasi tergantung dari macam makanan, kondisi makanan
(mentah atau matang) dan proses pengolahannya.
Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga ketika memasak kita
perlu menambahkan bumbu-bumbu yang kaya kandungan glutamat bebas agar cita rasa masakan
menjadi lebih enak.
Makanan
sehari-hari
Glutamat bebas,
mg/100g
Daging Sapi
10
Daging Ayam
22
Scallop
140
Kepiting Salju
19
Kepiting Biru
43
Udang Putih
20
Kol
50
Bayam
48
Tomat
246
Asparagus hijau 49
Jagung
106
Green Peas
106
Bawang Bombay 51
Kentang
10
Jamur
42
Tomat mentah yang berwarna hijau hanya mengandung 20mg/100g glutamat bebas dan setelah
matang meningkat drastis menjadi 246mg/100g. Sementara air susu sapi yang hanya
mengandung 1mg/100g glutamat bebas, setelah melalui proses enzymatik, fermentasi dan
disimpan selama dua tahun meningkat kandungan glutamat bebasnya menjadi 1680mg/100
sebagai Keju Parmegiana Regiano.
Bumbu Masak
Tradisional
Glutamat bebas,
mg/100g
1370
926
Saos Tiram
950
Terasi Segar
Indonesia
1199
Keju Parmegiana
Regiano
1680
Keju Chedar
182
Melalui pelacakan kadar glutamat dalam tubuh yaitu dengan studi radioisotope/bioassay terhadap
seseorang berberat badan 70 kg, ternyata tubuh manusia menyimpan glutamat dalam jumlah
besar, yaitu 1400 g glutamate bebas dan terikat yang tersimpan dalam berbagai organ tubuh. Dari
studi yang sama ternyata tubuh juga harus memproduksi 41 g glutamate bebas setiap hari untuk
berbagai proses metabolisme. Jumlah glutamat bebas ini jauh lebih tinggi dari total glutamat
yang dikonsumsi oleh manusia (hasil survey terhadap makanan orang Jepang) sebesar 16g orang
per hari.
Di dalam tubuh kita, glutamate dari makanan sebagian besar akan dimetabolisme dan digunakan
sebagai sumber energi usus halus. Glutamat ini juga berfungsi untuk pembentukan asam amino
lain seperti gluthation, arginin dan proline (Peter J. Reeds et.al.,2000). Jadi sama sekali tidak
beralasan anggapan sebagian orang bahwa konsumsi glutamat setiap hari akan menyebabkannya
terakumulasi.
Contoh Produk yang Mengandung MSG
Makanan ringan
Kadar msg
0,62 %
0,57 %
0,76 %
1,06 %
Cheetos
1,20 %
0,52 %
0,46 %
Happytos torpilachips
0,71 %
0,50 %
0,48 %
Twistee corn
0,47 %
0,59 %
Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pangan
Oleh:
Fitri Diani
P17331111011
Dessy Nursetiani R
P17331111025
Hagianing Kasih
P17331111008
Agustina Sihombing
P17331111030
Krisha Nurul A.
P17331111028
P17331111007
Anandila Muqita
P17331111020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. pemilik segala yang bernyawa dan penguasa
segala keteraturan, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mata Kuliah Teknologi
Pangan dengan harapan dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan
para pembaca makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Bahan Tambahan Pangan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik ditinjau
dari isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kontribusi pemikiran dari pembaca sehingga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan. (Anggrahini, 2008)
Teknologi pengolahan pangan di Indonesia sekarang berkembang cukup
pesat, diiringi dengan penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin
meningkat. Berkembangnya produk pangan awet saat ini, hanya mungkin terjadi
karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis makanan
yang praktis dan awet. Kesalahan teknologi dan penggunaan bahan tambahan yang
diterapkan, baik sengaja maupun tidak disengaja dapat menyebabkan gangguan
pada kesehatan atau keamanan konsumen. (Anggrahini, 2008)
Munculnya masalah keamanan pangan salah satu penyebabnya adalah
adanya bahan kimia berbahaya yang masuk kedalam tubuh manusia yang berasal
dari bahan tambahan dan kontaminan. Penggunaan bahan tambahan pangan yang
baik dan sesuai dengan ketentuan, menjadi harapan para konsumen. Oleh karena
itu, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai bahan tambahan pangan (BTP).
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya,
maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan
pemahaman mendalam mengenai penambahan bahan tambahan pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
biasanya
tidak
digunakan
sebagai
makanan
dan
biasanya
bukan
pegepakan,
pengemasan,
penyimpanan,
atau
pengangkutan
2.
3.
Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu
sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi.
4.
5.
Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika
maksud penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara
ekonomis dan teknis.
6.
2.
3.
4.
5.
Menghemat biaya.
Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokan BTP
yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Mentri Kesehatan
RI No.722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut:
1.
Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan. Contoh pewarna sintetik adalah amaranth, indigotine, dan nafthol
yellow.
2.
Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada
makanan yang tidak atau hamper tidak memiliki nilai gizi. Contohnya adalah
Sakarin, Siklamat dan Aspartam.
3.
4.
5.
6.
Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan,
menembah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya Monosodium
Glutamate (MSG).
7.
Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar), yaitu BTP yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan.
Contohnya agar, alginate, lesitin dan gum.
8.
Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses
pemutihan
atau
pematangan
tepung
sehingga
memperbaiki
mutu
10.
11.
Sekuestan, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam
makanan, sehingga memantapkan aroma, warna dan tekstur. Contohnya asam
fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat).
12. BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tapi tidak termasuk golongan
diatas. Contohnya antara lain: enzim, penambah gizi dan humektan.
dengan
mengetahui
komposisi
bahan
tersebut
dan
maksud
Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja,
baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu
atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi
bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam
makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam
golongan ini adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida,
dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.
B.
BERDASARKAN FUNGSI
Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979, BTP
dapat
dikelompokan
menjadi
14
yaitu
Antioksidan;
Antikempal;
dikelompokan
Pengelompokkan
berdasarkan
BTP
yang
tujuan
diizinkan
penggunaanya
digunakan
di
pada
dalam
makanan
pangan.
dapat
perubahan
warna
selama
proses
pengolahan,
dan
mengatasi
6. D-Fruktosa
2. Laktosa
7. Sorbitol
3. Maltosa
8. Manitol
4. Galaktosa
9. Gliserol
5. D-Glukosa
10. Glisina
4. Dulsin
2. Siklamat
5. Sorbitol sintesis
3. Aspartam
6. Nitro-propoksi anilin
3. Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk memperpanjang masa simpan
bahan makanan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat
menghambat atau memperlambat proses degradasi bahan pangan terutama
yang disebabkan oleh faktor biologi. Penggunaan pengawet dalam makanan
harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif
untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan
makanan
lainnya
karena
makanan
mempunyai
sifat
yang
berbeda-beda
benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi
aroma.
Cengkih :
Propianat: Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam
propianat
dan
garam
menghambat
kapang
mesentericus
yang
kalium
juga
atau
dapat
menyebabkan
natrium
propianat.
menghambat
kerusakan
Propianat
pertumbuhan
bahan
makanan.
selain
bacillus
Bahan
Asam askorbat
Asam eritrobat
Askorbil palmitat
Askorbil stearat
Butil hidroksitoluen
Dilauril tiodipropionat
Propilgalat
Timah 2 klorida
Alpatokoferol
5. Antikempal
Antikempal
adalah
bahan
tambahan
pangan
yang
dapat
mencegah
Garam stearat
Kalsium fosfat
Natrium ferosianida
Magnesium oksida
Penyedap alami
Penyedap alami berasal dari bumbu, herba dan daun.
Contoh bumbu : merica, kayu manis, pala, jahe dan cengkeh.
Contoh herba (sebangsa rumput) dan daun
Oleoresin
Dibuat dari proses perkolasi zat pelarut yang bersifat volatil terhadap bumbu
atau herba yang telah digiling
Isolat penyedap
Untuk mendapatkan penyedap alami dapat dilakukan isolasi komponen yang
terdapat dalam bahan yaitu dengan memisahkan masing-masing zat penyedap
aroma, contohnya isolasi minyak esensial tanaman dengan cara destilasi,
kristalisasi dan ekstraksi.
Penyedap sintesis
alami,
contoh
asetel dehida.
Contoh penyedap
sintesis yang
memberikan aroma etil butirat atau etil 3 hidroksi butirat dapat memberikan
aroma anggur. Sedangkan contoh bahan aromatik kimia sebagai penyedap yaitu
eter, asam, alkohol, keton, lakton, merkaptan, dll.
7. Pengatur keasaman
Pengatur keasaman merupakan senyawa kima yang bersifat asam dan
merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan
ke dalam pangan dengan berbagai tujuan.
Fungsi pengatur keasaman pada makanan adalah untuk membuat makanan
menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan. Pengatur keasaman
mungkin ditambahkan langsung ke dalam makanan, tetapi seringkali terdapat di
dalam bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan. Beberapa
pengatur
keasaman
yang
diizinkan
untuk
digunakan
dalam
makanan,
pemutihan
dan
sekaligus
pematangan
tepung
sehingga
dapat
Bahan pengeras
adalah
suatu
bahan
yang
dapat
mengurangi
kecepatan
tegangan permukaan dan tegangan dua fase yang dalam keadaan normal tidak
saling melarutkan, menjadi dapat bercampur dan selanjutnya dapat membentuk
emulsi.
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengenatl dalam makanan adalah
untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil,
tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan air, serta mempunyai
tekstur yang kompak. Bahan-bahan pengemulsi, pemantap dan penstabil yang
diizinkan digunakan dalam makanan diantaranya agar, alginate, dekstrin,
gelatine, gum, karagenan, lesitin, CMC, dan pektin.
Nama
Bahan
Tambahan
Pangan
Agar
Amonium alginat
Es krim
Asam alginat
Sardin, keju
Yoghurt, kaldu
Dekstrin
Dikalsium fosfat
susu bubuk
Dinatrium bifosfat
Keju
10. Pengeras
Pengeras ditambahkan ke dalam makanan untuk membuat makanan
menjadi lebih keras atau mencegah makanan menjadi lebih lunak. Beberapa
bahan pengeras yang diizinkan untuk makanan diantaranya kalsium glukonat,
kalsium klorida, dan kalsium sulfat.
11. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada makanan
sehingga memantapkan warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan
warna-warna makanan. Beberapa bahan sekuestrans yang diizinkan untuk
makanan di antaranya adalah asam fosfat, iso propil sitrat, kalsium dinatrium
edetat (EDTA), monokalium fosfat, dan natrium pirofosfat.
12. Enzim dan Penambah gizi.
Enzim yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang
dapat menguraikan komponen pangan tertentu secara enzimatis, sehingga
membuat makanan menjadi lebih empuk, lebih larut dll. Penambahan gizi yaitu
penambahan berupa asam amino, mineral dan vitamin, baik tunggal maupun
campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan. Humektan yaitu BTP
yang dapat menyerap uap air sehingga mempertahankan kadar air bahan
pangan.
mempunyai
risiko
terhadap
kesehatan
jika
disalahgunakan
4. Kloramfenikol (chlorampenicol)
5. Kalium klorat (pottasium clorate)
6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC)
7. Nitrofuranzon (nitrofuranzone)
8. P-Phenetil Karbamida (p-Phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)
Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/PER/X/1999,
selain bahan tambahan diatas masih ada tambahan kimia yang dilarang seperti
Rhodamin B (Pewarna merah, methanyl yellow (pewarna kuning), Dulsin
(pemanis sintetis) dan kalsium bromat (pengeras).
Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya
yang tidak dizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks
adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu dan
tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan
asam borat.
salisilat
(ortho-Hydroxybenzoik
acid)
dapat
mencegah
terjadinya
penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun,
penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur
Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan
pada produsen-produsen makanan yang nakal.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di
Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau
tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika
tertelan.
Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup
sayuran
dari peredaran
pengetesan dulsin pada hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang dapat
memicu munculnya kanker.
Formalin
merupakan
zat
pengawet
terlarang
yang
paling
banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang terdapat dalam sel
sehingga
menekan
fungsi
sel
dan
menyebabkan
kematian
sel
yang
Jika terpapar
lama
dapat menyebabkan
pangan,
kalium
klorat
dapat
menyebabkan
iritasi
pada
saluran
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi
BTP
berdasarkan
yaitu
sebagai:
Antioksidan;
Antikempal;
DAFTAR PUSTAKA
dan
Kontaminan.
Diakses
http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/732_pp0906016.pdf
pada
di
tanggal
:
24
Mei
2013.
Puspasari,
Karen.
Meningkatkan
Umur
Simpan
Mie
Basah
Matang.
Diakses
Di:
Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/11791/F07kpu.Pdf pada
tanggal 24 Mei 2013.
Saparinto, Cahyo dan Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Viana, Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang
Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di
Kelurahan
Mabar
Kecamatan
Medan
Deli
Tahun
2011.
Diakses
di: