Referat Akatisia
Referat Akatisia
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Akatisia didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk tetap tenang akibat
adanya rasa gelisah.3 Secara harfiah, akatisia berarti tak duduk atau
hilangnya kemampuan untuk duduk atau mempertahankan diri dalam posisi
duduk. Saat ini terminology akatisia dikarakteristikan dengan kegelisahan
yang dirasakan baik secara subjektif maupun objektif. Secara subjektif
ditemukan perasaan tak nyaman dan perasaan gelisah dari dalam yang
menimbulkan penderitaan. Secara objektif, kegelisahan nampak sebagai
dorongan untuk terus menerus bergerak.1
B. EPIDEMIOLOGI
Akatisia tidak mempunyai predileksi pada umur ataupun jenis kelamin
tertentu, tidak seperti gangguan gerak akibat obat lainnya. Akatisia umumnya
terjadi pada pasien psikotik yang mendapatkan terapi antipsikotik sehingga
sulit untuk memperoleh informasi yang akurat tentang prevalensi akatisia.3
Namun, diperkirakan angka kejadian akatisia adalah sekitar 20-45% dari
penggunaan obat neuroleptik.4
C. ETIOLOGI
Walaupun, akatisia pertama kali diperkenalkan berkaitan dengan
postencepalitis parkinsonism dan idiopatik Parkinson Disease jauh sebelum
neuroleptik ditemukan, namun saat ini akatisia paling sering disebabkan oleh
penggunaan obat antipsikotik.3 Semua obat-obatan yang menghambat reseptor
dopamine dapat mengakibatkan akatisia. Karena semua obat antipsikotik
bekerja terhadap reseptor dopamine, maka untuk saat ini akatisia paling
banyak disebabkan oleh obat antipsikosis.5
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi akatisia masih belum terlalu jelas. Ada beberapa teori yang
mengatakan bahwa akatisia muncul akibat interaksi neuron dopaminergik
dengan noradrenergic, serotonergic, cholinergic, GABAnergic, glutamanergic,
dan system opioid pada jalur mesolimbik dan mesokortikal.4
Ilmuwan telah mengajukan beberapa teori mengenai patofisiologi akatisia
akut. Karena akatisia umumnya disebabkan oleh penggunaan obat neuroleptik
dan pertama kali disebutkan sehubungan dengan Parkinsonisms syndrome
dengan berbagai etiologi, maka diduga kuat patofisiologi akatisia berhubungan
dengan fungsi dopaminergik.3 Beberapa ilmuwan mengemukakan bahwa
akathisia terjadi akibat ketidakseimbangan antara dopaminergik/kolinergik
dan sistem dopaminergik/serotonergik.6
Kebanyakan (hampir semua) obat-obat yang menyebabkan akatisia, secara
langsung ataupun tidak langsung mengurangi fungsi dopamine di otak.4,
E. KLASIFIKASI
Akatisia biasanya merupakan gejala akut yang muncul beberapa jam atau
hari setelah terapi antipsikotik.3 Dosis awal yang tinggi dan peningkatan dosis
obat yang cepat merupakan faktor predisposisi akatisia akut. Akatisia dibagi
atas beberapa subtype berdasarkan onset terjadinya.2, 3
a. Akatisia akut
Akatisia akut merupakan jenis akatisia yang paling sering ditemukan.
Akatisia jenis ini dapat muncul dalam beberapa jam atau hari setelah
inisiasi atau peningkatan atau perubahan dosis terapi. Adanya paparan
tunggal terhadap obat sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Biasanya
akatisia jenis ini mulai terjadi dalam waktu 2 minggu pertama pengobatan
dan hampir selalu terjadi dalam 6 minggu pengobatan.
b. Akatisia tardive
Akatisia subtype ini merupakan akatisia yang terjadi pada penggunaan
obat neuroleptik jangka panjang meskipun tidak ditemukan adanya
perubahan dosis atau jenis obat, ataupun pemutusan obat golongan anti
akatisia. Awitan akatisia tardive adalah 3 bulan setelah pemberian obat
yang stabil.
c. Akatisia pada withdrawal
Akatisia ini muncul setelah penghentian atau penurunan signifikan dari
dosis obat neuroleptik. Akatisia jenis ini terjadi dalam beberapa hari atau
minggu sesudahnya namun secara rata-rata biasanya dalam jangka waktu
enam minggu setelahnya. Bila akatisia menetap setelah jangka waktu tiga
bulan
setelah
pemberian
obat,
maka
akatisia
tardive
dapat
F. GEJALA KLINIS
Seorang pasien akatisia tidak bisa duduk dengan tenang dalam jangka
waktu yang lama. Pada situasi yang ekstrim, pasien akan langsung berdiri
segera setelah dia duduk dan akan terus menerus berdiri kemudian duduk
kembali. Ketika pasien dipaksa untuk berada dalam suatu tempat, mereka akan
gelisah. Ketika duduk, mereka akan mengganti posisinya terus menerus,
menggosok lengannya, menyilangkan dan meluruskan kembali kakinya atau
bergerak maju mundur. Hal-hal tersebut dilakukan untuk mengurangi desakan
yang kuat untuk bergerak. Ketika berdiri, pasien akan terus menerus bergerak
di tempatnya.3
Akatisia merupakan kumpulan gejala psikomotor yang kompleks yang
terdiri atas komponen subjektif (emosional) dan objektif (motorik).
Gejala
Dysphoria
Anxietas
Rasa takut
Rasa marah
Pikiran-pikiran agresif
Sedangkan gejala objektif dari akatisia dapat kita amati pada pasien, berupa:
a. Pada posisi duduk
Menggosok wajah
Menepuk-nepuk
atau
menarik-narik
pakaian
yang
sedang
dipakainya
Berjalan di tempat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Akatisia mempunyai kepentingan klinis yang besar karena timbulnya
akatisia dapat menyulitkan terapi pada pasien psikosis dengan cara
menginduksi perilaku impulsive, termasuk menyerang orang lain atau bahkan
aksi bunuh diri.2,
Gambar 1
Barnes Akathisia Rating Scale (BARS)
H. DIAGNOSIS BANDING
Komponen subjektif yang dominan
Anxietas
Restless-legs syndrome
Psychotic agitation
Tardive dyskinesia
Stereotipik
Tremor
Neuroleptic dysphoria
Myoclonus
Agitasi
akibat
gangguan
hiperaktivitas
pada
Tourettes syndrome
I. TERAPI
Sebagai langkah pencegahan, memilih dosis efektif terendah dan
meningkatkan dosis obat secara perlahan merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Selain itu, pemeriksaan rutin untuk mengecek efek samping
ekstrapiramidal dan observasi perilaku dapat juga dilakukan.
Jika akatisia timbul, menghentikan obat penyebabnya atau mengurangi
dosis obat merupakan pilihan yang terbaik.3 Selain itu juga dapat dilakukan
intervensi psikososial, seperti memberikan edukasi kepada pasien tentang efek
samping dari terapi antipsikosis yang diterimanya.4
Walaupun demikian, pada pasien yang sangat gelisah, menunggu sampai
efek obat berkurang, tidaklah terlalu efektif. Obat-obat antikolinergik,
antagonist reseptor, dan benzodiazepine efektif untuk terapi pada fase akut,
namun respon terapinya berbeda-beda. Jika onsetnya tidak terlalu akut,
dianjurkan untuk mengganti kelas obat antipsikosis. Terapi pada akatisia
kronik ataupun tardive akathisia tidaklah terlalu efektif.3
Saat ini, terapi akatisia yang bisa digunakan adalah beta-adrenergic
blockers, agen antikolinergik, benzodiazepine, dan sebagainya.
a. Beta-adrenergic blocker
Kegelisahan
motorik
pada
akatisia
diduga
sebagai
akibat
dari
cara
meningkatkan
neurotransmitter
dopamine.
Beberapa
10
Gambar 2
Pilihan terapi akatisia 10
11
BAB III
KESIMPULAN
Akatisia merupakan salah satu efek samping dari penggunaan obat anti
psikotik yang paling sering terjadi. Sampai saat ini, patofisiologi akatisia masih
belum terlalu jelas. Namun diduga, akatisia timbul akibat penurunan kadar
dopamine yang disebabkan oleh efek obat-obatan pada reseptor dopamine.
Akatisia ditandai oleh perasaan gelisah terus menerus yang menyebabkan
pasien tidak bisa duduk dengan tenang ataupun mempertahankan dirinya dalam
posisi duduk. Mendiagonis akatisia sangatlah penting karena akatisia dapat
menghambat terapi pada pasien psikotik. Akatisia dapat menginduksi perilaku
perilaku impulsive, termasuk menyerang orang lain atau bahkan aksi bunuh diri
Walaupun akatisia mempunyai arti klinis yang sangat penting, namun hingga
saat ini tidak ada pemeriksaan laboratorium yang bisa mendukung diagnosis
akatisia. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan klinisi sangatlah penting
dalam mendiagnosis akatisia. Salah satu pemeriksaan yang bisa membantu dalam
mendiagnosis akatisia adalah Barnes Akathisia Rating Scale (BARS). Skala ini
dapat menilai gejala subjektif, objektif maupun menilai akatisia secara global.
Terapi akatisia yang paling baik adalah mengganti jenis obat anti psikotik
yang digunakan ke jenis antipsikotik yang mempunyai efek akatisia lebih kecil,
atau mengurangi dosis obat, Namun, dapat juga diberikan obat yang memiliki efek
anti akatisia seperti beta blocker, anti kolinergik, ataupun benzodiazepine. Untuk
saat ini terapi lini pertama yang paling banyak digunakan adalah beta bloker.
Namun, perlu hati-hati pada penggunaannya karena dapat menyebabkan hipotensi
dan bradikardi
12
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
13