Kerugian Negara
Kerugian Negara
Disusun oleh :
Ananta Wahyu Sasongko
(NIM. 2015250955)
(NIM. 2015250957)
(NIM. 2015250972)
Robert Renovan
(NIM. 2015250974)
Yoga Pradana
(NIM. 2015250975)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Definisi Kerugian Negara dan Kerugian Keuangan Negara adalah dua hal yang
tidak berbeda jauh tetapi memiliki makna yang berbeda. Secara garis besar, kerugian
negara dapat dikatakan sebagaikehilangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. Sedangkan kerugian keuangan negara adalah kerugian negara yang
sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang
atau akuntan publik yang ditunjuk.
Kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian pejabat
negara atau pegawainegeri bukan bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan
administratif atau oleh bendahara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Surat kuasa menjual dan/atau mencairkan barang dan/atau kekayaan lain dari
bendahara.
SKTJM yang telah ditandatangani oleh bendahara tidak dapat ditarik kembali.
Surat kuasa menjual dan/atau mencairkan barang dan/atau harta kekayaan yang
dijaminkan dan berlaku setelah BadanPemeriksa Keuangan mengeluarkan surat
keputusan pembebanan
TPKN
merekomendasikan
agar
atasan
langsung
bendahara
untuk
sementara si bendahara
Pemeriksaan Kerugian Negara yang Dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS
Non-Bendahara)
Pemeriksaan kerugian negara yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS
Non-Bendahara) diatur dalam Permendagri No.5 tahun 1997. Kerugian negara yang
terdeteksi dilaporkan oleh atasan langsung tersangka kepada kepala daerah selambatlambatnya 7 hari setelah diketahuinya kerugian. Kemudian, kepala daerah segera
memerintahkan Majelis TGR untuk segera memproses penyelesaian kerugian negara
terhadap bendahara yang pembebanannya akan ditetapkan oleh BPK-RI dengan
melakukan:
a. Menginventarisasi kasus kerugian negara yang diterima;
b. Menghitung jumlah kerugian negara;
c. Mengumpulkan dan melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung bahwa
bendahara telah melakukan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai
sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian negara
d. Menginventarisasi harta kekayaan milik bendahara yang dapat dijadikan sebagai
jaminan penyelesaian kerugian negara
e. Menyelesaikan kerugian negara melalui SKTJM;
f. Memberikan pertimbangan kepada pimpinan instansi tentang kerugian negara
sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan pembebanan
sementara;
g. Menatausahakan penyelesaian kerugian negara;
h. Menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara kepada
pimpinan instansi dengan tembusan disampaikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.
Dalam hal yang penanggungjawab kerugian menolak menandatangani SKTJM,
maka Majelis TGR merekomendasikan agar Kepala Daerah untuk mengeluarkan
Surat Pemberitahun Kerugian Negara yang dilanjutkan dengan menerbitkan Surat
Keputusan Pembebanan Sementara. Setelah Surat Keputusan Pembebanan
Sementara terbit,maka proses dilanjutkan dengan melakukan Sita Jaminan dan
kemudian dikeluarkan Surat Keputusan Pembebanan Tetap yang kemudian
Upaya Damai
Upaya damai dilakukan dengan cara pihak ketiga tetap diwajibkan untuk
melakukan pemenuhan prestasi sebagaimana dimuat dalam kontrak. Dalam
hal pihak ketiga tersebut tidak dapat memenuhi prestasi sebagaimana
diperjanjikan, maka yang bersangkutanmembuat Akta Pengakuan Hutang
(sesuai Ps.46 KMK No.300/KMK.01/2002 tentang Pengurusan Piutang
Negara), dan kerugian diganti berdasar nilai kerugian sebagaimana dimuat
dalam temuan pemeriksaan
Upaya Paksa
Upaya paksa dilakukan dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan
perdata. Setelah pengajuan gugatan, maka proses penyelesaian kerugian
negara akan dilanjutkan prosesnya oleh pengadilan perdata.
writing reports, testifying findings and assisting in the detection and prevention of
fraud.
Audit Investigatif secara konstitusional dikenal dengan Pemeriksaan
Investigatif, yang merupakan salah satu jenis audit yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sebagaimana tertuang dalam UU Nomor: 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Berdasarkan pasal 13 dinyatakan bahwa : Pemeriksa dapat melaksanakan
pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana. UU ini berlaku efektif pada tanggal 19 Juli 2004. Sebelum
diterbitkannya UU tersebut BPK tidak sepenuhnya melakukan audit investigatif dan
tidak secara khusus menjadikan pengungkapan indikasi kerugian negara/daerah dana
atau unsur pidana sebagai tujuan audit (audit objective).BPK melakukan Audit
Keuangan dan Audit Kinerja yang jika menemukan penyimpangan yang mengarah
atau berindikasi kepada suatu unsur pidana, maka indikasi tersebut dilaporkan kepada
penegak hukum (Kejaksaan dan Kepolisian).
Dalam melalui tahap ini, beberapa undang-undang yang dapat dijadikan acuan
adalah
a. Pasal 1 butir 22 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang,
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai. Pengertian tersebut persis dengan yang tertuang dalam
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (UU BPK).
b. Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yang
sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan basil temuan instansi yang
berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.
c. Sederhananya indikasi ini bisa dilaksanakan untuk menghitung kerugian negara
dengan merujuk UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, pasal 2
ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tertulis,
"Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara."
Berdasarkan paparan undang-undang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kerugian negara mungkin terjadi jika :
1. Ada uang yang seharusnya diterima negara tapi tidak masuk ke kas negara;
Dalam pengadaan khususnya pelaksanaan kontrak, negara berhak memperoleh
denda jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak. Jika
denda tersebut tidak masuk ke negara ya bisa dituduh korupsi tuh pejabat yang
mempunyai kewenangan untuk nagih denda.
2. Terjadi situasi yang mana surat berharga (berarti bisa termasuk sertifikat hak atas
tanah atau aset lain, jaminan bank seperti jaminan pelaksanaan proyek atau
sejenisnya atau mungkin bilyet deposito dan sejenisnya) yang menjadi hak
negara dikuasai pihak lain secara tidak sah atau ternyata tidak bisa di-uang-kan.
Didalam peraturan Presiden 54/2010 jo 70/2012 beserta petunjuk teknisnya
terdapat beberapa ayat dan klausul yang menyangkut Surat Berharga
sebagaimana maksud dari salah satu untuk kerugian negara. Diantaranya :
Sanggahan
Banding
dicairkan
dan
disetorkan
ke
kas
Negara/Daerah,
7
dan lainnya
Jumlah barang yang dibayar tidak sesuai dengan jumlah barang yang
diterima dan dibayar;
Ukuran bangunan baik dari ukuran isi, panjang, luas, tebal, lebar tidak sesuai
dengan ukuran yang diterima dan dibayar;
harus diproses lebih lanjut. Dalam memproses sebuah kasus diperlukan pertimbangan
cost benefit dari pemrosesan. Acuan dari cost benefit suatu kasus adalah menjawab
pertanyaan 5W+2H berikut:
a. Siapakah (Who) : Siapa yang melaporkan, siapa yang pertama mengetahui, siapa
pelakunya, siapa yang terlibat, siapa yang dapat menambah keterangan.
b. Apakah (What) : Apa yang terjadi, apa yang dilakukan, apa jenis kejahatan yang
dilakukan, apa yang dapat dijadikan barang bukti; Dengan apa si pelaku
melakukan tindak kejahatan tersebut.
c. Dimanakah (Where) : Di mana letak tempat kejadiannya, di mana letak
keberadaan barang-barang bukti, di mana saksi-saksi dan pelaku berada saat
kejahatan tersebut berlangsung.
d. Mengapakah (Why) : Mengapakah perbuatan itu dilakukan (motif), mengapa si
pelaku menggunakan cara-cara demikian (modus operandi).
e. Kapankah (When) : Kapan kejahatan dilakukan, kapan kejahatan itu diketahui,
dan kapan kejahatan itu dilaporkan.
f. Bagaimanakah (How) : Bagaimana kejahatan tersebut dilakukan dan bagaimana
itu dapat terjadi, bagaimana akibat yang ditimbulkannya serta bagaimana
kebiasaan si pelaku pada masa sebelumnya.
g. Berapakah (How Much) : Berapa besar dampak kerugian keuangan yang dicuri
oleh si pelaku.
Pohon kerugian keuangan negara mempunyai empat cabang, dalam hal ini yaitu
akun. Masing-masing akun mempunyai cabang yang menunjukkan kaitan antara
perbuatan melawan hukum dengan akun-akun tersebut. Keempat akun tersebut
adalah aset, liabilitas, beban (expenditure) dan pendapatan (revenue). Dengan
menggunakan istilah bahasa Inggris di atas, pohon kerugian keuangan negara ini
sering disebut dengan R.E.A.L tree.
10
11
Pemanfaatan Aset
Hal ini dilakukan ketika lembaga-lembaga negara mempunyai aset yang belum
dimanfaatkan secara penuh, salah beli, atau salah urus dan pihak ketiga
meihat peluang untuk memanfaatkan kekayaan negara ini, tetapi bukan melalui
transaksi jual beli, seperti sewa, kerja sama operasional, atau kemitraan strategis.
Bentuk kerugian keuangan negara dari pemanfaatan aset antara lain:
a. Negara tidak memperoleh imbalan yang layak jika dibandingan dengan harga
pasar.
b. Negara ikut menanggung kerugian dalam kerja sama operasional yang
melibatkan aset negara yang dikaryakan kepada mitra usaha.
c. Negara kehilangan aset yang dijadikan jaminan kepada pihak ketiga. Misalnya
aset tersebut dijadikan sebagaiinbreng.
Potensi terjadinya kerugian menjadi lebih besar ketika asetnya tidak bertuan.
Contohnya adalah aset yang dibangun Pemerintah Pusat dengan dana APBN,
tetapi tidak tercatat sebagai aset baik di Pemerintah Pusat maupun Pemda.
4. Penempatan Aset
Penempatan aset merupakan penanaman atau investasi dari dana-dana milik
negara. Kerugian keuangan negara terjadi ketika adanya unsur kesengajaan
menempatkan dana-dana tersebut pada investasi yang tidak seimbang
antara risk danreward-nya. Apabila mereka memiliki kelebihan dana, mereka
sering tergoda untuk melakukan penempatan aset dengan risiko yang relatif
tinggi dibandingkan dengan imbalannya. Ciri yang sering menonjol adalah tidak
sejalannya usaha baru dengan bisnis inti. Ketika usaha barunya gagal, mereka
sering berdalih bahwa ini bukanlah kerugian keuangan negara, melainkan
sekadar business loss yang sangat lazim di dunia bisnis. Apabila penempatan aset
memberikan hasil atau keuntungan, para pejabat dapat menerima keuntungan.
12
13
3. Kewajiban Tersembunyi
Kewajiban tersembunyi mencuat dalam kasus aliran dana suatu lembaga besar
yang diduga untuk membantu mantan pejabatnya mengatasi masalah hukum.
Dalam
praktiknya,
kantor-kantor
akuntan
yang
termasuk
dalam Big
14
Bentuk kerugian negara adalah sebesar jumlah pokok kewajiban dan bunga sejak
periode dana diterima oleh pelaku kejahatan sampai saat pengembaliannya.
Dari ketiga jenis ranting kewajiban di atas, pola penghitungan kerugian keuangan
negara cukup sederhana.
Kerugian Keuangan Negara Berkenaan dengan Penerimaan
Penerimaan Negara umumnya ditetapkan dengan undang-undang, misalnya:
1. penerimaan yang bersumber dari perpajakan atau bea dan cukai,
2. penerimaan pemerintah yang merupakan bagian pemerintah atas pengelolaan
minyak dan gas bumi, batu bara, serta mineral lainnya.
3. penerimaan negara bukan pajak (PNBP). PNBP ini dapat ditemukan di hampir
semua lembaga namun pertanggungan jawabnya tidak selalu ada atau terbuka
untuk diperiksa oleh BPK, sehingga penerimaan ini rawan korupsi. Contohnya
di Perguruan Tinggi, Rektor, Dekan, dan pejabat struktural lainnya mempunyai
kewenangan atas PNBP.
Dari Pohon Kerugian Keuangan Negara dapat kita lihat ada tiga sumber kerugian
keuangan negara sebagai berikut.
1. Wajib Bayar Tidak Menyetor Kewajibannya
Inisiator: pihak ketiga yang menjadi wajib pungut. Contoh: Dalam beberapa
Undang-Undang wajib bayar menghitung dana menyetorkan kewajibannya ke
kas negara. Kelalaian para wajib bayak akan menimbulkan kerugian keuangan
negara. Negara bukan saja tidak menerima jumlah yang menjadi kewajiban wajb
bayar, tetapi juga kehilangan bunga atas penerimaan tersebut karena adanya
unsur waktu (keterlambatan menyetor).
2. Penerimaan Negara Tidak Disetor Penuh oleh Pejabat yang Bertanggung Jawab
Inisiator: Lembaga negara yang bersangkutan menjadi penyetor, namun pejabat
yang berwenang tidak meminta dilakukannya setoran penuh. Contoh: Selisih
antara tarif tinggi dan tarif rendah dalam pengurusan dokumen keimigrasian
di Kedutaan Besar RI di Malaysia yang sudah disinggung di atas.
3. Penyimpangan dalam Melaksanakan Diskresi Berupa Pengurangan Pendapatan
Negara
15
16
oleh
negara
karena
negara
tidak
mendapatkan
17
mengurangkan kerugian keuangan negara yang terjadi dengan nilai barang yang tidak
dapat dimanfaatkan tersebut.
Selisih Antara Harga Kontrak dengan Harga Pokok Pembelian atau Harga
Pokok Produksi
Metode ini biasanya digunkan dalam pengadaan barang yang spesifik dan tidak
ada barang yang sejenis di pasaran. Untuk menghitung nilai barang tersebut, kita
harus mengetahui unsur biaya yang turut membentuk harga tersebut. Unsur HPP
meliputi harga bahan, biaya pengangkutan, biaya asusansi, overhead, biaya
pengetesan, biaya tenaga kerja, biaya perakitan/pemasangan, keuntungan, dan lainlain. Selanjutnya unsur-unsur biaya dalam HPP tersebut dibandingkan dengan harga
kontrak. Apabila harga kontrak lebih tinggi maka hal tersebut merupakan kerugian
negara.
Selisih antara Harga Kontrak dengan Harga atau Nilai Pembanding Tertentu
Metode penghitungan kerugian keuangan negara dengan menghitung selisih
antara harga kontrak dengan harga atau nilai pembanding tertentu digunakan apabila
terdapat indikasi mark up terhadap pengadaan barang atau jasa. Tujuan dari mark up
adalah agar rekanan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kasus mark up sangat
umum terjadi dalam proses pengadaan barang/jasa.
Salah satu cara untuk menghitung kerugian negara yang berasl dari kasus mark
up adalah dengan membandingkan harga dalam kontrak dengan harga pasar yang
wajar. Harga pasar yang wajar dapat diperoleh dengan membandingkan dua objek
yang bukan hanya jenisnya harus sama tetapi unsur-unsur yang membentuk objek
tersebut juga harus sama. Unsur-unsur yang harus diperhatikan pada saat melakukan
perbandingan harga adalah sebagai berikut:
a. Spesifikasi suatu barang
e. Biaya pemasangan
b. Biaya pengangkutan
c. Asuransi
g. Keuntungan
rekanan
d. Pajak
Ketika sulit untuk mencari harga barang tersebut di pasaran, maka bisa
digunakan harga yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah seperti Badan Pusat
18
Statistik, Dinas Pekerjaan Umum dan sumber lain yang kompeten. Kriteria yang
umum digunakan dalam kasus mark-up adalah Pasal 66 ayat (8) Perpres Pengadaan
Barang/Jasa Nomor 70 Tahun 2012. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
meliputi:
a. Harga pasar setempat yaitu harga barang / jasa dilokasi barang / jasa diproduksi /
diserahkan / dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya Pengadaan Barang/Jasa
b. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS)
c. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan
sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan
d. daftar biaya / tarif barang / jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal
e. biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan
faktor perubahan biaya;
f. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan / atau kurs tengah Bank
Indonesia
g. hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi
lain maupun pihak lain
h. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineer's estimate)
i. norma indeks
j. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
19
korupsi
dan
money
laundring tetapi
penggelapan
pajak
20
21
Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas
lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan
anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki
keberadaan dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.
Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus seorang jenderal
bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus H. Tambunan dan
seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang
melibatkan Gayus H. Tambunan, dari Rp. 24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp 11
milliar mengalir kepada pejabat kepolisian, Rp 5 milliar kepada pejabat kejaksaan
dan Rp 4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir kepada para
pengacara.
Selain perkara di atas, Gayus diduga menerima suap dari Konsultan Pajak PT
Metropolitan Retailment, Robertus Santonius, sebesar Rp 925 juta. Pemberian uang
ini dilakukan karena terdakwa Gayus sudah membantu menyulap kewajiban pajak PT
Metropolitan di tingkat banding. Akibatnya, banding PT Metropolitan dimenangkan
sehingga negara harus membayar jumlah pajak PT Metropolitan yang lebih bayar
Rp537,5 juta, pajak penghasilan Rp12,6 miliar dan pemberian imbalan bunga PT
Metropolitan sebesar Rp2,6 miliar. Kemudian Gayus juga diduga menerima uang
suap dari Konsultan Pajak Alif Kuncoro dalam rangka pengurusan pembuatan surat
banding dan surat bantahan PT Bumi Resources sebesar US$500 ribu. Dalam
kesempatan ini, Gayus sempat meminta adanya alokasi uang kepada Panitera
Pengadilan Pajak Idris Irawan sebesar US$ 500.000. Selain membuat surat banding
dan surat bantahan, Gayus juga diduga menerima uang dari Alif Kuncoro
US$500.000 terkait pengurusan Surat Ketetapan Pajak PT Kaltim Prima Coal (KPC)
periode 2001-2005.
Selama ini, SKP PT KPC ditahan dan tidak dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Large Tax Office (KPPLTO) Gambir karena adanya permasalahan penetapan
kurs mata uang terhadap kewajiban pajak PT KPC. Terdakwa Gayus juga diduga
memperoleh uang US$2 juta dari Alif Kuncoro karena telah mengupayakan PT KPC
dan PT Arutmin mendapatkan fasilitas sunset policy. Caranya dengan membuat Surat
22
kedua
perusahaan
tersebut
mendapatkan
pembebasan
sanksi
23
1. Gayus dijerat pada kasus PT Surya Alam Tunggal (SAT) dengan kerugian
negara Rp 570.952.000, dan bukan pada kasus utamanya, yaitu kepemilikan
rekening Rp 28 miliar, sesuai dengan yang didakwakan pada Dakwaan
Perkara Pidana Nomor 1195/Pid/B/2010/PN.JKT.Sel.Pemilihan kasus PT
SAT diduga merupakan skenario kepolisian dan kejaksaan untuk menghindar
dari simpul besar kasus mafia pajak yang diduga menjerat para petinggi di
kedua institusi tersebut. Kasus PT SAT sendiri amat jauh keterkaitannya
dengan asal muasal kasus ini mencuat, yaitu kepemilikan rekening Rp 28
miliar milik Gayus.Dikatakan Donald, pernyataan ini sulit dibantah karena
secara faktual beberapa petinggi kepolisian, seperti Edmon Ilyas, Pambudi
Pamungkas, Eko Budi Sampurno, Raja Erizman, dan Kabareskrim dan
Wakabareskrim, hingga kini tidak tersentuh sama sekali. Padahal, dalam
kesaksiannya, Gayus pernah menyatakan pernah mengeluarkan uang sebesar
500.000 dollar AS untuk perwira tinggi kepolisian melalui Haposan.
Tujuannya, agar blokir rekening uangnya dibuka.
2. Polisi menyita save deposit box milik Gayus Tambunan sebesar Rp 75 miliar.
Namun, perkembangannya tidak jelas. Keberlanjutan pemeriksaan atas
rekening lain milik Gayus dengan nominal mencapai Rp 75 miliar menjadi
tidak jelas, karena polisi terkesan amat tertutup atas rekening yang secara
nominal jauh lebih besar.
3. Kepolisian masih belum memproses secara hukum tiga perusahaan yang
diduga menyuap Gayus, seperti KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Padahal,
Gayus telah mengakui telah menerima uang 3.000.000 dollar AS dari
perusahaan tersebut.Kepolisian seolah tutup kuping dari kesaksian Gayus di
persidangan terkait kepemilikan rekening Rp 28 miliar yang berasal dari KPC,
Arutmin, dan Bumi Resource. Hingga saat ini kepolisian belum memproses
ketiga perusahaan tersebut. Padahal, Gayus sudah menyatakan bahwa dia
pernah membuat Surat Pemberitahuan Pajak Pembetulan tahun pajak 20052006 untuk KPC dan Arutmin. Alasan kepolisian belum memproses kasus ini
adalah belum cukup alat bukti. Alasan ini dinilai ICW mengada-ada.
24
25
26
27
hukum terkait. Dari satu modus dugaan penyimpangan saja, terdeteksi melibatkan 40
wajib pajak dengan 61 putusan pajak.
Agus mengungkapkan hasil audit tim bentukan pemerintah yang menunjukkan
ada dugaan pelanggaran atau penyimpangan 19 wajib pajak dengan potensi kerugian
negara Rp 645,99 miliar dan 21,1 juta dollar AS (sekitar Rp 204 miliar). Ada juga
indikasi penyimpangan dua wajib pajak yang terkait sunset policy dengan potensi
kerugian negara Rp 339 miliar.
Selain itu, ICW juga memaparkan tiga modus yang dilakukan terdakwa kasus
mafia pajak, Gayus Halomoan Tambunan, dalam mengurangi pajak tiga perusahaan
Grup Bakrie: PT Bumi Resources, PT Arutmin Indonesia, dan PT Kaltim Prima Coal
(KPC). Menurut Ketua Divisi Monitoring Analisa Anggaran ICW Firdaus Ilyas,
modus pertama dengan memanfaatkan perbedaan kurs untuk menurunkan kewajiban
pajak KPC. Caranya, pajak hasil penjualan batu bara pada 2002-2005 yang dihitung
dalam rupiah disamakan dengan pajak 2006-2009 dalam dolar. Dari selisih ini,
Negara kehilangan potensi penerimaan pajak 2002-2005 sebesar US$ 164,62 juta.
Modus kedua adalah dengan memainkan harga rata-rata tertimbang (WAP) batu
bara, sehingga harga batu bara lebih rendah dari harga sesungguhnya dalam laporan
keuangan Bumi Resources 2004-2009. Menurut Firdaus, akibat dari akal-akalan ini,
potensi kerugian negara dari dana hasil penjualan batu bara itu sebesar US$ 255 juta.
Modus lainnya adalah dengan menyajikan pendapatan KPC dan Arutmin selama
2004-2006 lebih rendah US$ 409 juta dari pendapatan seharusnya, yakni US$ 4,6
miliar. "Akibatnya, negara kehilangan potensi pendapatan pajak sebesar US$ 184,10
juta.
Menurut Firdaus, aparat hukum bisa melakukan pengusutan kasus ini melalui
laporan keuangan ketiga perusahaan itu dan dasar perhitungan di pengadilan pajak.
Namun Firdaues menjadi keheranan karena pada waktu itu aparat hukum belum mau
memeriksa orang-orang di Grup Bakrie yang terkait kasus ini.Padahal di persidangan,
Gayus telah mengaku menerima sekitar US$ 3 juta dari ketiga perusahaan itu.
Sebanyak US$ 500 ribu di antaranya untuk membantu mengurus Surat Ketetapan
Pajak KPC pada 2001-2005, US$ 500 ribu untuk banding pajak Bumi Resources,
28
serta US$ 2 juta dari pembetulan Surat Pajak Tahunan Bumi Resources, KPC, dan
Arutmin.
Dari beberapa paparan ketereangan mengenai kerugian negara akibat dari kasus
gayus ini, dapat dilihat bahwa kerugian negara kita cukup besar sekali. Berikut ini
rinciannya:
Nominal
No Kasus
1
PT SAT
570,952,000.00
bayar
Rp
537,500,000.00
PPH
Rp
12,600,000,000.00
Imbalan bunga
Rp
2,600,000,000.00
Metropolitan
Retailment
Mengembalikan
US $
Rp
PT
2
Rp
lebih
Group bakrie:
PT Kaltim Prima Coal
(KPC)
164,620,000.00
PT Bumi Resources
255,000,000.00
PT Arutmin Indonesia
184,100,000.00
TOTAL
Rp
645,990,000,000.00
Rp
204,000,000,000.00
Rp
339,000,000,000.00
Rp
1,205,298,452,000.00
603,720,000.00
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Dakwaan
Berlapis
untuk
Gayus.
2011.
Buka
Semua
Data
Pajak.
http://ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=10863&q=pajak%20penghas
ilan%20pasal%2021&hlm=314 (diakses tanggal 12 Juni 2015)
Anonim.
2013.
Indikator
Korupsi.
http://aulakehidupan.blogspot.com/2013/05/indikator-korupsi.html (diakses 14
Juni 2015)
Anonim.
2013.
Ungkap
Wajib
Pajak
Terkait
Gayus.
www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=12729&q=&hlm=23 (diakses
tanggal 12 Juni 2015)
Aritonang, D. K.2013. Kasasi Ditolak, Gayus Harus Mendekam 30 Tahun Penjara.
http://nasional.kompas.com/read/2013/08/02/1216242/Kasasi.Ditolak.Gayus.Haru
s.Mendekam.30.Tahun.di.Penjara diakses tanggal 12 Juni 2015
Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan,Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
Malau, Fadmin Prihatin. 2012. Menentukan Tindak Korupsi Harus Melihat Akar
Masalah.http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/12/14/171/menentuk
an-tindak-korupsi-harus-melihat-akar-masalah/VXipj0aXovU (diakses 14 Juni
2015)
Peraturan BPK-RI No 3 Tahun 2007 tentang tata cara penyelesaian ganti kerugian
negara terhadap bendahara
Pungki,
N.2014.
Makalah
Mengenai
Kasus
Korupsi
Gayus.
30
Ray.
2013.
Sekilas
Tentang
Audit
T.
2010.
Inilah
10
Kejanggalan
Kasus
Gayus.
http://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/14192130/Inilah.10.Kejanggalan.Kas
us.Gayus (diakses tanggal 12 Juni 2015)
31