DESAIN INSTRUKSIONAL Pelatihan Media
DESAIN INSTRUKSIONAL Pelatihan Media
PENDAHULUAN
Media instruksional merupakan suatu produk instruksional yang perlu dirancang sebelumnya.
Media ini bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang menggunakan peralatan mutakhir,
misalnya media berbasis-komputer. Pada penataran program PEKERTI biasanya diberikan media
sederhana, yaitu penggunaan OHT/OHP, atau cara-cara penggunaan papan tulis, mungkin
black/green board atau white board. Pada penataran program Applied Approach (AA) yang
merupakan kelanjutan dari program PEKERTI diberikan modul Ragam Media (multimedia)
termasuk yang berbasis komputer. Pemilihan media instruksional harus sesuai dengan tujuan
instruksional yang dikehendaki, dan tujuan instruksional ini merupakan bagian dari rancangan
suatu sistem instruksional yang dinamakan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP atau
Course Outlines) yang selanjutnya dibagi-bagi untuk setiap pertemuan di kelas dalam bentuk
Satuan Acara Pengajaran (SAP atau Lesson Plan / Module). Oleh karena itu sebelum kita
memasuki pembicaraan tentang media, perlu diadakan review tentang perencanaan sistem
instruksional yang sudah disusun dalam bentuk GBPP.
Paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas meliputi bukan saja kualitas
lulusan (graduate), melainkan kualitas secara menyeluruh (total quality), yang dimulai pada
perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi, seperti yang digambarkan dalam bagan (slide 1).
Oleh karena itu, proses belajar mengajar (aktivitas instruksional) perlu pula dirancang agar dapat
diimplementasikan, yang selanjutnya dievaluasi agar dapat direvisi dan dikembangkan.
II
DESAIN INSTRUKSIONAL
Rancangan instruksional atau Desain Instruksional ialah rancangan yang disusun seorang staf
pengajar untuk mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam mendesain ini digunakan
pendekatan sistem dan juga menggunakan suatu model perancangan. Definisi sistem secara
singkat, ialah suatu keatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil (komponen sistem
atau sub sistem) yang saling kait-mengait; masing-masing komponen sistem mempunyai tujuan
sendiri, tetapi sebagai bagian dari sistem mempunyai tujuan bersama; di luar sistem terdapat
supra-sistem.
* Pelatihan Pembuatan dan Penguasaan Media Instruksional Berbasis Komputer dalam rangka
Peningkatan Kualitas Proses Pengajaran Dosen Muda UNHAS 7-10 Juli 2003
** P3AI-UNHAS
Mengembangkan
(2)
Mengevaluasi
(3)
Merevisi
Dari berbagai model yang dapat digunakan untuk merancang suatu sistem instruksional, yang
paling sesuai untuk pembelajaran di perguruan tinggi ialah Model Pengembangan Instruksional
(MPI) berikut:
Kegiatan-Kegiatan instruksional di atas dapat dipadukan dengan model MPI sebagai berikut :
Tahap mengidentifikasi Tahap mengembangkan -
Tahap mengevaluasi
dan Merevisi
evaluasi instruksional
Hasil dari kegiatan rancangan instruksional ialah suatu sistem instruksional yang dinamakan
GBPP yang selanjutnya dibagi-bagi menjadi 14-16 pertemuan (SAP).
Ke dalam aktivitas instruksional yang dirancang dalam GBPP/SAP tersebut perlu dimasukkan
prinsip-prinsip instruksional yang diturunkan dari Teori Belajar, Teori Motivasi, Psikologi, dan
Hasil Penelitian dalam bidang pendidikan sebagai berikut :
1. pengulangan respon yang menyenangkan (pengulangan)
2. tujuan tujuan instruksional yang jelas (penciptaan kondisi perilaku belajar, metode dan
media))
3. pemberian penguatan (umpan balik nilai, pujian, penghargaan)
4. pemberian contoh dari alam nyata
5. pemberian contoh dan non-contoh
6. perhatian dan ketekunan
7. pemecahan materi menjadi lebih kecil
8. penggunaan model
9. pemecahan keterampilan umum menjadi keterampilan khusus
10. pemberian informasi kemajuan belajar
11. perbedaan kecepatan belajar (prasyarat / entry behavior)
12. mengatur sendiri waktu, cara dan sumber
Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :
1. pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented). Pada pendeakatn ini para peserta harus
dapat menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional
2. pendekatan-produk (product-oriented), di sini peserta diharuskan menerapkan prinsipprinsip ini dalam mendesain sesuatu dan menghasilkan suatu produk.
Langkah-Langkah dalam Desain Instruksional
II. 1 Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional
Langkah pertama dalam desain instruksional ialah mengidentifikasi kebutuhan instruksional.
(Needs Analysis). Needs analysis sebenarnya dilakukan pada tingkat penyusunan Kurikulum
Program Studi yang kemudian dijabarkan ke dalam mata kuliah. Karena pada saat ini digunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi maka pada tempatnyalah diuraikan sedikit mengenai
penyusunan kurikulum. Perlu dicatat bahwa desain instruksional merupakan bagian dari
kurikulum.
Definisi Kompetensi menurut Keputusan Menteri pendidikan Nasional (No. 045/U/2002):
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.
Definisi lain dari : Competency Identification (1976), Curric.Improvement Office, College of
Pharmacy, Univ. of Minnesota:
Competency is defined as an intellectual, attitudinal and a motor capability derived from a
specified role and setting, and stated in terms of performance as a board class or domain of
behavior.
Dari definisi itu jelas bahwa kompetensi bukan sinonim dari behavioral objective,
performance objective, atau learning objective. Suatu kompetensi masih dapat dianalisis
atau diuraikan menjadi satu atau lebih performance objectives. Pengukuran atau evaluasi suatu
kompetensi hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan sesuai dengan tempat dan
peran yang dilakukan seseorang dalam suatu lingkungan yang mensimulasikan praktek dalam
dunia nyata dimana performans (peragaan) itu akan dilakukan, yang sebenarnya juga merupakan
sumber darimana kompetensi itu dirumuskan. Performans kompetensi dalam situasi yang
demikian itu diperlukan untuk memprediksi keberhasilan pemindahan (transfer) kompetensi itu
ke dunia nyata. Penguasaan suatu kompetensi akan memberikan seseorang kemampuan untuk
dapat memperagakan fungsi itu dalam situasi dan peranan dari mana kompetensi itu diturunkan.
Definisi lain dari : Learning, Doing, Becoming (1977), College of Pharmacy, Univ.of
Minnesota
A competency is a demonstrated state of preparedness for the realities of professional practice.
A competency is a means of describing the various categories of professional behavior and
performance. These categories are not arbitrary or theoretical theyre drawn from real life roles.
A competency is not the achievement of particular knowledge or skills; it is a broad-based
capability which integrates learning, doing and becoming. The statements begin with present
tense action verbs (evaluates, interprets, selects, etc.). This form is used because competencies are
performed.
Uraian mengenai kompetensi dan elemen kompetensi dapat dilihat pada :
KepMenDikNas No. 045/U/2002) Pasal 2, dan
KepMenDikNas No. 232/U/2000, Pasal 1, 8, 9, dan 10.
(1) Kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas :
a. kompetensi utama
b. kompetensi pendukung
c. kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama
(2) Elemen-elemen kompetensi terdiri atas :
a. landasan kepribadian.
(Pasal 1) MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian) adalah kelompok bahan kajian
dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
4
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan
mandiri serta mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
(Pasal 9) Kelompok MPK yang terdiri atas matakuliah yang relevan dengan tujuan
pengayaan wawasan, pendalaman intensitas pemahaman dan penghayatan MPK inti.
(Pasal 10) Kur.Inti (wajib) : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan
Kur. Institusional : Bahasa Indonesia, Ilmu Budaya dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Alamiah Dasar, Filsafat Ilmu, Olah Raga dan sebagainya.
b. penguasaan ilmu dan keterampilan.
(Pasal 1) MKK (Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan) adalah kelompok bahan kajian
dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan
keterampilan tertentu.
(Pasal 9) Kelompok MKK yang terdiri atas matakuliah yang relevan untuk memperkuat
penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan
kompeteitif serta komparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan.
c. kemampuan berkarya
(Pasal 1) Kelompok MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya) adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan
berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.
(Pasal 9) Kelompok MKB yang terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk
memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya
di masyarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan
program studi bersangkutan.
d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai;
(Pasal 1) Kelompok MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya) adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu
dan ketrampilan yang dikuasai.
(Pasal 9) Kelompok MPB yang terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk
memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan perilaku berkarya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di masyarakat untuk setiap program studi.
e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat
(Pasal 1) Kelompok MBB (Matakuliah Berkehidupan Bermasayarakat) adalah kelompok
bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah
berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
(Pasal 9) Kelompok MBB yang terdiri atas matakuliah yang relevan dengan upaya
pemahaman serta penguasaan ketentuan yang berlaku dalam berkehidupan di
masyarakat, baik secara nasional maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan
seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.
Perilaku atau behavior menurut Benjamin Bloom dibagi dalam 3 kawasan (domain) :
Perilaku Kawasan Kognitif (Cognitive Domain), ialah perilaku yang merupakan hasil proses
berpikir (hasil kerja otak); kawasan kognitif dibagi atas 6 tingkatan yang merupakan hirarki,
mulai dari yang paling randah atau sederhana sampai ke jenjang paling tinggi atau kompleks.
Perilaku Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain) , adalah perilaku yang dimunculkan
oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.
Perilaku Kawasan Afektif (Affective Domain), adalah perilaku yang dimunculkan seseorang
sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di
lingkungan tertentu (sikap).
Taksonomi Bloom
Taksonomi Gagne
Kawasan Kognitif
Kawasan Kognitif
- Pengetahuan (mendefinisikan manajemen)
- Informasi verbal
- Pemahaman (membedakan fungsi meja dan kursi)
- Keterampilan Intelektual
- Penerapan (membuat gambar kegiatan proyek)
- Konsep
- Analisis (menjabarkan PLU menjadi PLK)
- Diskriminasi
- Sintesis (menyusun Desain Instr.untuk pelatihan tertentu)
- Aturan tingkat tinggi
- Evaluasi (memecahkan masalah instr.secara sistematis)
- Prosedur
- Strategi Kognitif
Kawasan Afektif (Bloom & Masia)
- penerimaan (Receiving), menerima nilai
- pemberian respon (responding), membuat respon terhadap nilai
- penilaian (valuing), menghargai nilai-nilai yang ada
- pengorganisasian (organizing), mengorganisasi nilai-nilai
- karakteristik (characterization), mengamalkan nilai secara konsisten
Kawasan Psikomotor (Anita Harrow)
- persepsi
- kesiapan
- gerakan terbimbing
- gerakan terbiasa
- gerakan kompleks
- penyesuaian pola gerak
- kreativitas
Menulis TIU
TIU terdiri atas : Kata kerja + Objek (= Perilaku = Behavior)
- menggunakan kata kerja operasional (kegiatan yang dapat diamati), bukan kata
mengerti, memahami atau mengetahui
- bukan berorientasi pada pengajar atau proses, melainkan suatu kemampuan akhir
mahasiswa yang diperlihtakan dalam bentuk Perilaku = Behavior)
- menggunakan istilah akan dapat .
Contoh rumusan TIU : Setelah menyelesaikan pelatihan ini, peserta pelatihan .. akan dapat
(katakerja + objek) = perilaku atau behavior
7
TIK
PLU
PLK
PLK
PLK
Prosedural, menunjukan suatu urutan perilaku, tetapi tidak ada yang merupakan
prasyarat yang lain. Meskipun perilaku dilakukan beurutan, tetapi dapat dipelajari
secara terpisah
PLK
PLK
PLK
PLK
PLK
PLK
PLK
Perilaku Awal
Peserta mata kuliah / pelatihan dapat sangat bervariasi. Untuk suatu pelatihan tertentu perlu
ditetapkan prasyarat peserta sebelum mengikuti pelatihan (perilaku awal = PLA). Mahasiswa
tahun I biasanya mengikuti kelas matrikulasi untuk menyamakan tingkat pengetahuan awal
mereka. Apabila pengajar langsung mulai mengajar dari bagian yang sulit mahasiswa lain tidak
dapat menangkap pelajaran yang diberikan; sebaliknya apabila dosen mulai dari materi yang
mudah, maka mahasiswa yang sudah menguasai materi itu akan bosan mengikuti perkuliahan.
Untuk mengatasi heterogennya peserta, terdapat 3 pendekatan :
Pendekatan I : mahasiswa / peserta menyesuaikan dengan materi , melalui proses seleksi (tes),
pengelompokan (kursus Bahasa Inggris), lulus mata kuliah parsyarat.
Pendekatan II , materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Ini dapat dilakukan
dengan sistem modul, seperti Universitas Terbuka, dimana mahasiswa belajar mandiri, tidak
dapat dilakukan dalam sistem kelas.
Pendekatan III, (kombinasi ke-2 pendekatan tersebut), dengan ciri sebagai berikut :
- menyeleksi penerimaan mahasiswa atas latar belakang pendidikan atau ijazah
(administratif)
- melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan awal (bukan untuk seleksi, tetapi
sebagai dasar penyusunan materi
- menyusun materi sesuai kemampuan awal tersebut
- menggunakansisteminstruksional yang memungkinkan mah. Maju sesuai dengan
kecepatan dan kemampuan masing-masing
- memberikan supervisi secara individual.
Karakteristik Awal mahasiswa / peserta
Minat mahasiswa/peserta pelatihan mungkin pada olahraga. Pemberian contoh disesuaikan
dengan minat tersebut, kemampuan peserta berbahasa Inggris (jangan menggunakan terlalu
banyakj istilah asing), kesenangan peserta akan lelucon, kemampuan komputer.
Perlunya mengidentifikasi karakteristik awal ini untuk menyesuaikan pengembangan
instruksioanl dan teknik penyajian di kelas.
II.5 Menulis Tujuan Instruksional Khusus
PLK yang telah dianalisis dari PLU selanjutnya disempurnakan menjadi TIK (specific
instructional objective, enabling objective). Pernah pula digunakan istilah Sasaran belajar
(SasBel).
TIK harus dirumuskan dengan jelas dan pasti (tertulis), agar tidak disalahtafsirkan, dan
diinformasikan kepada mahasiswa. Jadi dosen dan mahasiswa mempunyai pengertian
yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.
TIK dirumuskan dalam katakerja yang dapat diamati (observable)
Rumusan TIK hendaknya dapat diukur dengan tes atau alat ukur lain.
TIK merupakan dasar dari pengembangan instruksional, yaitu :
o menyusun kisi-kisi tes,
10
o
o
o
o
A
B
C
D
Setelah merumuskan berbagai TIK, sudah dapat ditulis soal ujian dalam bentuk tes acuan patokan
atau bentuk asesmen lain sesuai sifat TIK. Tidak semua pencapaian TIK atau TIU dapat diukur
dengan tes atau ujian, misalnya saja mengukur tujuan instruksional dalam ranah Psikomotor atau
Afektif, apalagi mengukur Kompetensi yang merupakan gabungan ketiga ranah tersebut. Untuk
itu dapat digunakan Asesmen alternatif dan Pengukuran Non-tes.
II.7
Berdasarkan rumusan TIK ini pula dapat disusun Strategi Instruksional. Strategi Instruksional
ialah pendekatan dalam mengelola kegiatan instruksional dengan mengintegrasikan komponen
urutan kegiatan, cara pengorganisasi materi dan mahasiswa, peralatan dan bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
ditentukan secara efektif dan efisien.
11
12