Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Tumor Testis

Disusun Oleh :
Hariyoni Nopendra
NIM. 0808121357

Pembimbing :
dr. Zuhirman,Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Tumor merupakan sel neoplastik yang otonom dalam arti tumbuh dengan
kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang
sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis sebagian besar sel tubuh
lainnya. Pertumbuhan sel neoplastik biasanya progresif, yaitu tidak mencapai
keseimbangan, tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan massa sel yang
mempunyai sifat-sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan tujuan adaptif
yang menguntungkan hospes, tetapi lebih sering membahayakan.5
Tumor dapat bersifat ganas atau jinak, tumor ganas atau kanker terjadi
karena timbul dan berkembang biaknya sel jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil
merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan umumnya fatal
jika dibiarkan. Tumor jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif).3
Frekuensi relatif kanker pada beberapa daerah di Indonesia tidak sama,
yang banyak ditemukan ialah karsinoma servik uteri, karsinoma hepatoseluler,
karsinoma payudara, karsinoma paru dan leukemia. Pada dasawarsa terakhir telah
terbukti bahwa 80-90% kasus kanker pada manusia dipromosi oleh faktor
lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan dalam arti luas yang meliputi gaya hidup,
bahan kimia, fisika, maupun virus.3
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir
ini terdapat perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika
dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik,
diketemukan petanda tumor, diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta
teknik pembedahan yang lebih baik. Angka mortalitas menurun dari 50% (1970)
menjadi 5% (1977).1
Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam
testis. Kira-kira 90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel

embrional, selanjutnya dapat dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma


maligna. Insidensi tumor sel embrional maligna di Nederland adalah kira-kira 4
per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa tiap tahun kira-kira 300
penderita baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-tumor sel
embrional maligna testis merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat
pada laki-laki usia 20-40 tahun meskipun pada penderita kurang dari 5 tahun dan
lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai tumor testis.6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. 1

Definisi

Tumor Testis ialah merupakan tumor ganas pada jaringan testis.Tumor testis

merupakan keganasan terbanyak pada pria yang berusia diantara 15-35 tahun, dan
merupakan 1-2 % semua neoplasma pada pria.Akhir-akhir ini terdapat perbaikan
usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika dibandingkan dengan 30
tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik, diketemukan penanda tumor,
diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta teknik pembedahan yang lebih
baik. Angka mortilitas menurun dari 50% (1970) menjadi 5% (1997). 1
Lebih dari 90% tumor ganas testis merupakan germ cell tumors yang
terdiri

dari

seminoma

murni

dan

non-seminoma

(embryonal

carsinoma,teratoma,choriocarcinoma,dan campuran) sesuai dengan pembagian


histopatologi. Walaupun tumor ini dapat terjadi pada semua usia,tetapi pada
umumnya mempunyai predileksi terhadap usia tertentu. Embryonal carcinoma
termasuk yolk sac tumors tersering dijumpai pada kelompok usia balita sedangkan
seminoma, teratoma dan choriocarcinoma tersering pada kelompok usia dewasa
muda.2
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih
dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan
tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat. Tumor ini mempunyai
petanda tumor sejati yang berharga sekali untuk diagnosis, rencana terapi dan
kontrol. Tumor testis sel germinal merupakan tumor yang agak jarang ditemukan
dan meliputi kurang lebih 1% dari keganasan pada pria. Kebanyakan ditemukan
pada usia antara 20 dan 36 tahun.3
1.2

Anatomi
Testis merupakan organ kuat mudah bergerak, dan terletak dalam scrotum.

Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah dibandingan testis dextra. Extremitas

superior kelenjar sedikit miring ke depan. Masing-masing testis dikelilingi oleh


capsula fibrosa yang kuat,tunica albuginea.4
Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang
membagi bagian dalam organ menjadi lobulus-lobulus (lobulis testis). Didalam
setiap lobulus terdapat satu sampai tiga tubuli seminiferi yang berkelok-kelok.
Tubuli seminiferi bermuara kedalam jalinan saluran yang dinamakan rete testis.
Ductuli efferent yang kecil menghubungkan rete testis dengan ujung atas
epididymis.4
Spermatogenesis normal hanya dapat terjadi bila testis berada pada suhu
yang lebih rendah daripada suhu di dalam cavitas abdominalis. Bila testis terletak
didalam scrotum, testis berada pada suhu sekitar 3 C lebih rendah daripada suhu
abdomen. Pengaturan suhu testis di dalam scrotum tidak seluruhnya dimengerti,
tetapi daerah permukaan kulit scrotum secara refleks dapat diubah dengan
kontraksi musculus dartos dan musculus cremaster. Sekarang diketahui bahwa
venae testicularis di dalam funiculus spermaticus yang membentuk pleksus
pampiniformis, bersama dengan cabang-cabang arteria testiculares yang terletak
dekat dengan venae, mungkin membantu menstabilkan suhu testis dengan
mekanisme pertukaran panas secara countercurrent. Dengan cara ini, darah panas
yang berasal dari abdomen memberikan panasnya ke darah yang berjalan ke atas
melalui vena-vena abdomen.4

I.3. Fisiologi Testis


Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi
endokrin

untuk

mensekresi

hormon-hormon

seks

yang

mengendalikan

perkembangan dan fungsi seksual. Pusat pengendalian hormonal dari sistem


reproduksi adalah sumbu hipotalamus-hipofisis. Hipotalamus memproduksi
Gonadotropin Hormone Releasing Hormone (GnRH). Hormon-hormon ini adalah
Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone (FSHRH) dan Luteinizing
Hormone Releasing Hormone (LHRH). Hormone-hormon ini dibawa ke hipofisis
anterior untuk merangsang sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH), yang pada pria lebih umum dikenal sebagai
Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH).5
Proses pematangan sel-sel Leydig janin dikendalikan oleh kromosom Y
dan dirangsang oleh ICSH. Sel-sel Leydig ini akan menghasilkan testosteron yang
menyebabkan proses diferensiasidari vasa deferens dan vesikula seminalis.
Metabolit testosteron yaitu Dihirotestosteron (DHT), menyebabkan proses
diferensiasi dari prostat dan genitalia eksterna.5
Produksi testosteron oleh sel-sel interstitial Leydig pada pria akan sangat
meningkat pada permulaan pubertas. ICSH akan merangsang sel-sel Leydig untuk
menghasilkan testosteron, DHT dan estradiol, FSH akan merangsang sel sertoli
untuk mempengaruhi pembentukan sperma. FSH dalam kadar yang rendah juga
akan memperkuat efek perangsangan ICSH. Testosteron harus dihasilkan dalam
kadar yang cukup supaya proses spermatogenesis dapat berlangsung dengan
sempurna. Dengan demikian, baik FSH maupun ICSH harus dilepaskan oleh
hipofisis

anterior

agar

spermatogenesis

dapat

berlangsung.

Selanjutnya

testosteron, DHT, estradiol dan zat yang disekresi oleh tubular-inhibin akan
menghambat sekresi ICSH dan FSH oleh hipofisis anterior, sehingga terjadi
sistem umpan balik yang mengatur kadar testosteron dalam sirkulasi darah.5

1.4

Epidemiologi
Kanker testikular adalah bentuk kanker yang relatif jarang. Walaupun

kanker ini hanya 1% pada laki-laki,kanker testikular adalah keganasan padat yang

paling sering pada laki-laki muda. Usia puncak untuk kanker testis adalah 15
tahun hingga 35 tahun. Insidens meningkat perlahan setelah usia 40 tahun. Pada
tahun 1995 terdapat 7000 kasus baru di Amerika serikat, yang menyebabkan 400
kematian. Kanker testikular lebih sering empat hinggal lima kali pada kaukasia
daripada keturunan afrika amerika. Kanker testikular sangat respon terhadap
pengobatan hingga angka kesembuhan mencapai 90% pada semua tipe.5
1.5
Klasifikasi
Sebagian besar ( 95%) tumor testis primer,berasal dari sel germinal
sedangkan sisanya berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas
seminoma dan non seminoma. Seminoma berbeda sifat-sifatnya dengan non
seminoma, antara lain sifat keganasannya,respon terhadap radioterapi, dan
prognosis tumor.1
Tumor yang bukan berasal dari sel-sel germinal atau non germinaal
diantaranya adalah tumor sel leydig, sel sertoli, dan gonadoblastoma.1
Selain berada didalam testis,tumor sel germinal juga bisa berada di luar
testis sebagai extragonadal germ cell tumor antara lain dapat berada di
mediastinum,retroperitoneum,daerah sakrooksigeus,dan glandula pnineal.1
Stadium tumor :2
Dilakukan menurut sistem M.D Anderson yaitu :
Stadium I : Tumor terbatas daalam testis,tidak ada metastasis.
Stadium II: Tumor sudah bermetastasis ke kelenjar limfe retroperitoneal.
II A : Ukuran kelenjar < 10 cm.
IIB : Ukuran kelenjar > 10 cm.
Stadium III: Sudah terdapat metastasis ke kelenjar limfe supradiafragma atau ke
organ-organ visceral.
1.6

Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat

beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis,
antara lain : (1) meldensus testis, (2) trauma testis, (3) atrofi atau infeksi testis,
dan (4) pengaruh hormon. Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya
karsinoma testis. Dikatakan bahwa 7- 10% pasien karsinoma testis, menderita
kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien maldesensus 48 kali lebih banyak dari
pada testis normal. Meskipun sudah dilakukan oridopeksi, resiko timbulnya
degenasi maligna tetap ada.1
Penyabab tumor ganas ini belum diketahui tetapi penderita dengan
maldesensus testis mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit ini.

Namun demikian orchydopexy sendiri tidaklah mengecilkan risiko tersebut tetapi


akan mempermudah diagnosis bila tumor ganas ini terjadi dikemudian hari.2
1.7 Patofisiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhirnya
mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete
testis, epididimis, funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit skrotum. Tunika
albuginea merupakan barier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke
organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albuginea oleh invasi tumor
membuka peluang sel-sel tumor menyebar keluar testis.1
Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe
menuju ke kelenjar limfe mediastinal dan suprakalvikula, sedangkan korio
karsinoma menyebar secara hematogen ke paru, hepar dan otak.1
Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan
Gibb :Stadium A atau I : tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti
penyebaran baik secara klinis maupun radiologis. Stadium B atau II : tumor telah
mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) atau nodus limfatikus
iliaka. Stadium II A untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba,
stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).Stadium C
atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.5,6
Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak
para aortal kiri setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara
aorta dan v.kava setinggi L3 dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar
inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor ke dalam kulit skrotum atau
setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus. Penyebaran
hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma.4
Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah dari
testis ke paru, rute kedua adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal melalui
ductus thoracicus dan v.subclavia ke paru. Kecepatan terjadinya metastasis sering
tampak ada hubungan dengan subtipe histologiknya. Seminoma bermetastasis

lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal, koriokarsinoma bermetastasis cepat


dan kebanyakan hematogen.7
Untuk klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma Testis.
T.

Tumor primer

Tis

Pra invasif (intratubular)

T1

Testis dan retetestis

T2

Di luar T.albuginea atau epididimis

T3

Funikulus spermatikus

T4

Skrotum

N.

Kelenjar limfe

N0

Tidak ditemukan keganasan

N1

Tunggal < 2 cm

N2

Tunggal 2-5 cm ; multiple < 5 cm

N3

Tunggal atau multiple > 5 cm

M.

Metastasis jauh

M0

Tidak dapat ditemukan

M1

Terdapat metastasis jauh

1.8 Pemeriksaan dan Diagnosis


Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak
nyeri.

Namun

30%

mengeluh

nyeri

dan

terasa

berat

pada

kantung

skrotum,sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien
mengeluh karena merasa ada mass di perut sebelah atas (10%) Karena

pembesaran kelanjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher, dan 5% pasien
mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya
kadar b HCG didalam sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada
koriokarsinoma.1
Keluhan tersering dijumpai adalah pembesaran testis tanpa disertai rasa
nyeri, sedangkan bila terjadi perdarahan akut dalam tumor mungkin disertai rasa
nyeri. Keluhan lain dapat disebabkan oleh metastasis ke kelnjar limfe para aorta
berupa keluhan nyeri punggung, atau adanya sesak napas dan batuk karena
metastasis ke paru-paru. Kurang lebih 8% penderita tidak mempunyai keluhan
sehingga penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada pemriksaan kesehatan
berkala.2
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri
pada palpasi, dan tidak menujukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya
infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya
massa di abdomen,benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti. 1 Pada
pemeriksaan fisik dijumpai adanya pembesaran testis dengan konsistensi padat
yang biasanya tidak nyeri tekan. Dapat pula dijumpai hidrokel sekunder. Pada
pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe
intraabdominal maupun supraclavicular yang menandakan bahwa penyakit ini
sudah mencapai stadium lanjut.2
1.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Urinalisis dan kimia darah. Penanda tumor pada karsinoma
testis germinal bermanfaat untuk membantu diagnosis, penentuan stadium tumor,
monitoring respons pengobatan, dan sebagai indikator prognosis tumor testis.
Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah : (1) AFP
(Alfa Feto protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh karsinoma
embrional,teratokarsinoma, atau tumor yalk sac, tetapi tidak diproduksi oleh
koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor ini mempunyai masa
paruh 5-7 hari. (2) HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu
glikoprotein yang pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas.
Penanda tumor ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40-60%
pasien karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien seminoma murni. HCG
mempunyai waktu paruh 24-36 jam.1

Nilai penanda tumor pada beberapa jenis tumor testis.


Seminoma
FP
HCG

7%

Non Chorio Ca
40-70%
25-60%

Non seminoma
Chorio Ca
100%

Yang terpenting adalah pemeriksaan serum alpha fetoprotein ( AFP) dan


HCG (human chorionic gonadotrofin). Serum AFP akan meningkat secara
bervariasi pada non seminoma tetapi tidak pernah dijumpai pada tumor
seminoma. Seum HCG pada umumnya akan meningkat pada penderita dengan
tumor non-seminoma dan pada sebagian kecil pada penderita tumor seminoma.2
b. Pencitraan
Pemeriksaan ultrasonografi yang berpengalaman dapat membedakan
dengan jelas lesi intra atau ekstratestikuler dan massa padat atau kisitik. Namun
ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan tunika albuginea,sehingga tidak dapat
dipakai untuk menentukan penderajatan tumor testis. Berbeda halnya dengan
ultrasonografi,MRI dapat mengenali tunika albuginea secara terperinci sehingga
dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi tumor testis.1
Pemakaian CT scan berguna untuk menentukan ada tidaknya metastasis
pada retroperitoneum. Sayangnya pemeriksaan CT tidak mampu mendeteksi
mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.1
1.10 Diagnosis Banding
Kelainan testis yang sering dikelirukan dengan tumor ganas testis adalah
epididimitis atau epididimo orchitis. Selain itu,hidrokel merupakan diagnosa
banding kedua yang sering dilaporkan.2
1.11 Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah melakukan orchydectomy melalui sayatan
inguinal dan selanjutnya secara umum dibagi menurut histopatologi yaitu
seminoma atau non-seminoma. Pada tumor seminoma yang ternyata disertai
komponen non-seminoma,maka dianggap sebagai tumor non seminoma.2
Seminoma stadium I dan IIA : Selain orchydectomy,diberikan tambahan
radioterapi. Sedangkan untuk stadium IIB dan III diberikan pengobatan
khemoterapi.2

Pada penderita non-seminoma stadium I dan IIA,selain orchydectomy juga


dilakukan

operasi

yaitu

retroperitoneal

lymph

node

dissection

(RPLNL).Sedangkan pada stadium IIB dan III diberikan khemoterapi setelah


dilakukan orchdectomy.2
Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi
testis,karena itu untuk penegakan diagnosis patologi anatomi,bahkan jaringan
harus diambil dari orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan
inguinal setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus sampai anulus
inguinalis internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak diperbolehkan
karena ditakutkan akan membuka peluang sel-sel tumor mengadakan penyebaran.1
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara seminoma dan
non seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang cukup baik terhadap
radiasi sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif. Oleh karena itu radiasi
eksterna dipakai sebagai ajuvan terapi pada seminoma testis. Pada non seminoma
yang belum melewat stadium II dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal
atau retroperitoneal lymphnode disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar
pada pembesaran aorta yang sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika
terlebih dahulu dengan harapan akan terjadi downstaging dan ukuran tumor akan
mengecil. Sitistatika yang diberikan diberbagai klinik tidak sama.Dibeberapa
klinik diberikan kombinasi regimen PVB (Sisplatinum,Vinblastin,dan Bleomisin).
1.12 Prognosis
Saat ini tumor ganas testis mempunyai prognosis terbaik diantara tumortumor ganas urologi. Secara umum,harapan hidup (30) bulan pada penderita
tumor seminoma mencapai 92% dan 79% sampai 91% untuk penderita dengan
tumor non seminoma.2

BAB III
LAPORAN KASUS BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
Nama Coass : Hariyoni Nopendra

NIM : 0808121357

Nama Pasien : Tn. M


Alamat

: Duri

Umur

: 63 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


MRS

: 25 Maret 2013

ANAMNESIS : Autoanamnesa
Keluhan Utama: Benjolan pada buah pelir kanan sejak 1 minggu SMRS .
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak

minggu

SMRS

pasien

mengeluhkan

kencing

tidak

lampias,pancaran lemah,nyeri BAK (-),keluar darah pada saat BAK (-).


2 tahun SMRS pasien merasakan adanya benjolan yang besar dibuah
zakar kanan. Pada bulan mei 2012 pasien berobat ke RSUD Duri,pasien
menyatakan bahwa buah zakar kanan sebesar telur angsa,pasien dianjurkan
operasi pada waktu itu tetapi pasien menolak. Sekarang benjolan buah
zakar kanan sebesar 2 kepalan tangan dan menjalar ke lipatan paha.
Benjolan terjadi di buah pelir kemudian menjalar ke lipatan paha
kanan.Buah pelir kiri dan kanan lengkap.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengeluh dg keluhan yang sama seperti pasien
ini.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
-

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Keadaan gizi

: Baik

Vital sign

o Tekanan darah : 130/80 mmHg

o Nadi : 88 kali/menit.
o Suhu : 37 oC
o Frek. Napas : 20 kali/menit
Pemeriksaan kepala dan leher : Dalam Batas Normal (DBN)
Pemeriksaan thoraks
: DBN
Pemeriksaan abdomen
: DBN
Pemeriksaan ekstremitas
: DBN
Pemeriksaan kelenjar limfe : Status lokalis
Pemeriksaan genitourinarius : Status Lokalis

Pemeriksaan Rectal Toucher : DBN

STATUS LOKALIS
Status Urologis
1.CVA
CVA
Inflamasi

S
-

Jejas

Nyeri Tekan

Nyeri Ketok

Ballotemen

2. Suprapubik

Inspeksi

: Inflamasi (-), Scar (-), jejas (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-).

3.Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Inflamasi (-), Scar (-), penis terdorong kekiri.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Skrotum dekstra
Inspeksi : Ditemukan benjolan scrotum kanan 2 kepalan tangan,warna kulit
kemerahan.Menjalar ke inguinal kanan.Ada pembesaran di
inguinal kanan.
Palpasi : Nyeri tekan (-),teraba keras.
4. RT
Pemriksaan colok dubur dilakukan pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun.
Pembesaran KGB inguinal kanan dan pembesaran kelenjar disupraklavikula.

DIAGNOSIS KERJA
Tumor testis hemiscrotum dekstra advance stage.
DIAGNOSIS BANDING
Epididimitis orchitis
Hidrokel
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis
Darah rutin
Kimia darah
Histopatologi

PEMERIKSAAN PENUNJANG (26 maret 2013)


1.Urinalisis
Pada pasien ini tidak ditemukan data,seharusnya urinalisis diperiksa.
2.Darah rutin
Leukosit : 4.100 gr/dl
Eritrosit : 4.170.000/ml
HB

: 13,0 GR/DL

HT

: 33,9%

Trombosit : 225.000 gr/dl


3.Kimia darah
Ureum : 60 mg/dl
Kreatinin :20,7 mg/dl.
4.Histopatologi
Belum didapatkan hasil histopatologinya.

PENATALAKSANAAN
- Farmakologis:
o IVFD RL 30 gtt/i
o ceftriaxon
-Dilakukan orchidektomi inguinal pada tanggal 4 april 2013
PROGNOSIS : Bonam

FOLLOW UP
Usulan Penatalaksanaan:
Follow up :
Tanggal 28-3-2013
S

: nyeri berdenyut pada scrotum kanan,mata kanan perih dan merah.

: TD : 130/90, Nadi : 88x/i, RR : 18x/i, T : 37 oC Ureum :32,3 mg/dl

Creatinin 1,45 mg/dl


A

: Tumor ganas testis kanan suspect keganasan

Pemeriksaan Urologis
1.CVA
CVA
Inflamasi

S
-

Jejas

Nyeri Tekan

Nyeri Ketok

Ballotemen

2. Suprapubik
Inspeksi

: Inflamasi (-), Scar (-), jejas (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-).

3.Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Inflamasi (-), Scar (-), penis terdorong kekiri.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Skrotum dekstra
Inspeksi : Ditemukan benjolan scrotum kanan 2 kepalan tangan,warna kulit
kemerahan.
Palpasi : Nyeri tekan (-),teraba keras.
4. RT
Tidak terdapat pembesaran prostat.

Tanggal 29-3-2013
S

: nyeri berdenyut pada scrotum kanan.

: TD : 120/80, Nadi : 82x/i, RR : 21x/i, T : 36,5oC

: Tumor ganas testis kanan suspect keganasan.

Pemeriksaan Urologis
1.CVA
CVA
Inflamasi

S
-

Jejas

Nyeri Tekan

Nyeri Ketok

Ballotemen

2. Suprapubik
Inspeksi

: Inflamasi (-), Scar (-), jejas (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-).

3.Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Inflamasi (-), Scar (-), penis terdorong kekiri.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Skrotum dekstra
Inspeksi : Ditemukan benjolan scrotum kanan 2 kepalan tangan,warna kulit
kemerahan.
Palpasi : Nyeri tekan (-),teraba keras.
4. RT
Tidak terdapat pembesaran prostat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis tumor testis karena didapatkan dari
anamnesa : berupa keluhan benjolan pada buah zakar kanan sebesar 2 kepalan
tangan,tidak ada nyeri,kencing tidak lampias,tidak ada keluar darah saat BAK.
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi,dan warna kulit kemerahan. Ada pembesaran kelenjar getah bening
inguinal kanan.Testis terasa membesar dan teraba keras.Ada pembesaran
disuprakalvikula.
Pemeriksaan penunjang
Tanggal ( 26 maret 2013)
Darah rutin:
Leukosit

: 4.100 mg/dl

Eritrosit

: 4.170.000/ml

Hb

: 13 gr %

Ht

: 33,9 %

Trombosit

: 225.000/mm3

Kimia darah :
Glukosa: 82 mg/dl
BUN: 15,1 g/dl
CRS: 1,45 mg/dl
AST: 37 IU/L
ALT: 22 IU/L
Ureum: 32,3 mg/dl

Penatalaksanaan
Tanggal (4 april 2013).
Orchidektomy Dekstra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo,Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto;2003


2. Umbas, Rainy. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI ; 1995 Hal 182-184
3. De jong,Wim & Sjamsuhidajat,R. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC :
2005. Hal 790-792
4. Snell, RS. Dinding abdomen. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006. Hal 168-169
5. A price,Sylvia. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC 2006
6. Van de Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J., Onkologi, Tumor Testis,
Edisi 5 Revisi, Panitia Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta, Alih Bahasa :
Arjono, 1996, Hlm 556-563.

Anda mungkin juga menyukai