Anda di halaman 1dari 6

Otitis eksterna adalah penyakit yang dapat diderita oleh semua orang dan berbagai usia.

Otitis
eksterna biasanya ditunjukkan dengan adanya infeksi bakteri pada kulit liang telinga tetapi
dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur. Meskipun demikian Otitis eksterna jarang
menyebabkan komplikasi yang serius. Infeksi ini ditandai dengan rasa nyeri yang hebat
(Waitzman, 2004).
Otitis eksterna juga sering dihubungkan dengan adanya proses dematologi lokal atau non
infeksius. Gejala-gejala yang khas pada otitis externa adalah rasa tidak nyaman pada liang
telinga yang ditandai dengan eritema dan discharge yang bervariasi (Sander, 2001).
Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum
infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu
dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula
dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisis primer yang langsung menyerang liang
telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari
dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat
menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi
ekzematosa terhadap organisme penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat seringkali akan memberi petunjuk kearah kondisi primernya (Boies, 1997).
Di Amerika Serikat, otitis eksterna merupakan penyakit yang sering terjadi di semua negara
bagian. Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang panas dan lembab. Otitis eksterna dapat
menyerang semua ras manusia dan mempunyai perbandingan yang sama antara perempuan
dan laki-laki serta dapat dialami oleh berbagai usia (Waitzman, 2004).
Di Amerika Serikat sekitar 98% otitis eksterna disebabkan aleh P. aeruginosa. Kasus sisanya
mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris, Escherichia coli, S. aureus dan jamur seperti
Candida albicans, Aspergillus sp dan Mucor sp. Pada kasus Otitis eksterna bakterialis, kulit
liang telinga berwarna merah dan biasanya edamatosa kadang-kadang sampai tingkat yang
menyumbat total liang tersebut (Cody, 1997).
Infeksi dan radang liang telinga merupakan suatu masalah THT yang paling serius. Pasien
dengan gangguan aurikula atau liang telinga sering kali datang dengan keluhan otalgia, gatal,
pembengkakan, perdarahan dan perasaan tersumbat. Pemeriksaan daerah telinga dan
sekitarnya dengan cermat biasanya dapat mengungkapkan masalah yang spesifik. Namun
perlu ditekankan pemeriksaan THT lainnya. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam riwayat
pasien antara lain : riwayat infeksi telinga luar, berenang, gangguan kulit, alergi, trauma dan
pemakaian perhiasan telinga khususnya yang mengandung nikel (Boies, 1997).

Anatomi-Fisiologi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka

tulang rawan pada sepertiga bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm ( Soetirto dkk, 2001).
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kalenjar serumen (modifikasi
kalenjar keringat = kalenjar serumen) dan rambut. Kalenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai serumen (Soetirto
dkk, 2001).
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna dan liang telinga. Telinga luar berfungsi
mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau
seperti spiral maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda
asing dan efek termal (Boies, 1997).
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan konka hingga membrana
timpani. Bagian tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan.
Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak.
Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke posterolateral untuk dapat
melihat bagian tulang dan membran timpani. Bersama dengan lapisan luar membran timpani,
liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat merangkap kelembaban
sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu (Boies, 1997).
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu
juga mangandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang
sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung
terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat
peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi
(Boies, 1997).
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah pembentukan serumen.
Sebagian struktur kalenjar terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum
korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan
pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan pada bagian ini adalah sekitar 6,
suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi lagipula migrasi sel-sel epitel yang
terlepas membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani kearah luar
(Boies, 1997).
Struktur yang unik dari canalis auditoris eksterna memudahkan terjadi otitis eksterna. Canalis
auditoris eksterna lembab, hangat dan gelap, hal ini merupakan lingkungan yang bagus untuk
perkembangan jamur dan bakteri. Kulit sangat tipis dan miskin jaringan lunak subkutis
sehingga akan terjadi penekanan langsung pada perikondrium. Canalis auditoris externa
mempunyai pertahanan yang spesifik. Serumen berubah menjadi asam yang mengandung
lisozim dan substansi lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Selain itu

juga adanya epitelial yang unik juga dapat memberikan perlindungan pada kanalis auditoris
eksterna. Ketika pertahanan itu terganggu atau rusuk maka dapat menyebabkan otitis eksterna
(Sander, 2001).

Definisi
Otitis eksterna adalah inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna yang dapat
mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai tulang temporal (Carr,
1998). Otitis eksterna juga dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang
dapat disebabkan oleh bakteri. Di klinik sukar sekali dibedakan peradangan yang disebabkan
oleh penyebab lain seperti jamur, alergi atau virus karena sering kali timbul bersama-sama
(Sosialisman dan Helmi, 2001).

Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti Staphyilococcus
aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran
yang luas dari proses dermatologis yang non-infeksius (Sander, 2001).

Patofisiologi
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna
seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat
disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban
dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan
bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi
jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga
yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat dari
pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam
telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat
menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003).
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang
akan menyebabkan visualisasi menbran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat
terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan
leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian,

jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman,
2004).
Hal ini terjadi karena adanya penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang
menumpuk didaerah dekat gendang telinaga menyembabkan penimbunan air yang masuk ke
liang telinga ketika mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan lembut
(Anonim, 2003)
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien
yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang
kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan
oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).

Manifestasi Klinik
Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia) dari yang
sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya pendengaran, tinnitus atau dengung,
demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau
otitis eksterna kronik), rasa nyeri yang sangat berat (biasanya pada pasien yang
imunocompopromais, diabetes, otitis eksterna maligna). Selain itu juga ditemukan adanya
tanda nyeri tekan pada tragus (Waitzmann, 2004).
Pada keadaan yang berat, penderita sering mengeluh sakit pada saat mengunyah atau
membuka mulut (Sander, 2001).

Klasifikasi
Otitis Eksterna Akut
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difus.
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel
rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus
aureus atau Staphylococcus albus (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa

nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran
bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara
steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau
dinding furunkel tebal, dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan
nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat
penenang (Sosialisman dan Helmi, 2001).
2. Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya serta terdapat
furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis
(Sosialisman dan Helmi, 2001).
Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum
timpani pada otitis media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotika sistemik (Sosialisman dan
Helmi, 2001).

Otomitosis
infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut.
Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau
jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi sering
pula tanpa keluhan (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam
alcohol yang diteteskan ke liang telinga. Kadang-kadang diperlukan obat antijamur sebagai
salep yang diberikan secara topical (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Infeksi Kronis Liang Telinga


Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak diobati dengan baik, trauma berulang, adanya benda
asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat Bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan
radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut

atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga (Sosialisman


dan Helmi, 2001).

Keratosis Obliteran dan Kolesteatoma Externa


Keratosis obliterans adalah kelainan yang jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pasien dengan rasa penuh di telinga. Penyakit ini ditandai dengan
penumpukan deskuamasi epidermis di liang telinga sehingga membentuk gumpalan dan
menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Bila tidak ditanggulangi dengan baik akan
terjadi erosi kulit dan bagian tulang liang telinga yang sering disebut sebagai kolesteatoma
yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat akibat peradangan setempat. Etiologinya belum
diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan paru kronik seperti bronkiektasis juga
pada pasien sinusitis (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Pemberian obat tetes telinga campuran alkohol atau gliserin dalam peroksida 3% selama 3
kali seminggu merupakan pengobatan dari penyakit ini. Pada pasien yang telah mengalami
erosi dilakukan tindakan bedah (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Otitis Externa Maligna


Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang difus yang biasanya terjadi
pada penderita penyakit diabetes mellitus. Radang dapat meluas secara progresif ke lapisan
subkutis dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis,
oeteitis, dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal. Gejalanya rasa
gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakkan liang
telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau paralysis facial.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan pemberian antibiotic dosis tinggi yang
dikombinasi dengan amino glikosid. Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan
debrideman (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Anda mungkin juga menyukai