Allah SWT
Rabu, 27 Juni 2012, 10:05 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof KH Achmad Satori Ismail
Diriwayatkan dari budaknya Ummu Salamah, dia mendengar Ummu Salamah menyampaikan
hadis bahwa Rasulullah SAW berdoa seusai shalat Subuh. Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima. (HR al-Baihaqi
dalam kitab Syuabul Iman, juz II, hlm 284).
Hadis ini menunjukkan betapa urgennya amal yang diterima. Amal yang diterima menjadi
rukun kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Imam Syafii berkata, Setiap orang
yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia. (Matan Zubad, juz I, hlm 2,
Majallatul buhuts al-Islamiyah, juz 42, hlm 279).
Di antara syarat pertama diterimanya amal adalah Islam (QS Ali Imran: 85). Kekufuran
merupakan sebab utama ditolaknya amal (QS Ali Imran: 90-91). Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
(QS al-Furqan: 3).
Kedua, ikhlas (QS al-Kahfi: 110). Rasulullah SAW meriwayatkan hadis Qudsi, Aku (Allah)
tidak membutuhkan kepada sekutu. Barang siapa beramal dan mempersekutukan-Ku, maka
Aku tinggalkan dia dan sekutunya. (HR Muslim).
Ketiga, mengikuti sunah Nabi SAW. Barang siapa yang beramal tidak mengikuti perintah
kami, maka akan ditolak. (HR Muslim). Keempat, bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya
Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS al-Maidah: 27).
Kelima, berbakti kepada kedua orang tua. (QS al-Ahqaf: 15-16). Keenam, memperhatikan
waktu beramal. Abu Bakar berwasiat kepada Umar, Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah memiliki amalan pada malam hari yang tidak menerima amalan
siang, dan amalan siang yang tidak menerima amalan malam, dan Allah tidak menerima
amalan sunah sampai menunaikan yang fardu.
Ketujuh, berbuat amal saleh. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal
yang saleh dinaikkan-Nya. (QS Fathir: 10). Kedelapan, tidak merasa bangga atas amalnya.
Sedangkan, tanda-tanda amal diterima itu ada lima macam. Pertama, doanya dikabulkan
Allah. Hadis tentang tiga orang yang terjebak dalam gua dan mereka masing-masing berdoa
dengan berwasilah kepada amal ibadahnya yang lalu. Doa mereka terkabul karena amalan
mereka diterima Allah.
Kedua, banyak manusia yang mencintai dan menghargai orang tersebut. Sesungguhnya
Allah kalau mencintai si Fulan, memerintah Jibril AS untuk menyeru penduduk langit,
Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah SWT mencintai si Fulan, maka cintailah dia.
Penduduk langit pun mencintai Fulan dan di bumi semua orang menerimanya.
Ketiga, mendapat taufik Ilahi untuk melakukan amal saleh berikutnya. Keempat, kontinu
dalam beramal. Segala sesuatu yang dilakukan karena Allah, akan langgeng dan terus,
sedangkan kalau karena manusia, amal akan terputus.
Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahankesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS asy-Syura: 2).
Kelima, rela akan hukum Allah dan menerima qadha dan takdir-Nya. (QS al-Bayyinah: 8).
Ramadhan akan segera berpamitan dengan kita, ia akan pergi entah kapan kembali lagi.
Tinggallah kenangan indah terukir bersamanya. Dalam buaian dzikir, shalat, tilawah dan
shaum serta qiyamullail dan sadaqah. Namun hati bertanya-tanya apakah amal-amal yang
sudah dilakukan diterima oleh Allah atu tidak. Semua berharap dengan harapan seperti
tercantum dalam doa:
Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui". ( Al Baqarah:127 )
Kita juga berharap agar dikelompokkan Allah dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
Habil berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.
( Al Maidah:27 )
Tanda-tanda diterima amal
1. Amal tidak diterima kecuali jika sah.
Dr. Yusuf Al Qaradhawi ketika ditanya apa tanda diterimanya amal, beliau menyebutkan
bahwa amal akan diterima Allah manakala dikerjakan dengan sah, sah ada dua unsur, lahir
dan bathin.
Unsur lahir: Tercukupinya syarat, rukun dan pelaksanannya berdasarkan sunnah Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam.
Unsur bathin: niat yang ikhlas. Dua hal ini harus dipenuhi jika ingin amal ingin diterima
Allah.
Misal: seseorang berniat ikhlas melakukan shalat, namun tidak berwudhu, tidak menghadap
kiblat, tidak bisa membaca Al fatihah dengan benar, rukuk dan sujudnya ngebut tidak
khusyu maka akan sulit shalatnya diterima.
[2:][7:{].. ..}
Abu Ali Al fudhail Bin Iyadh ditanya tentang firman Allah: Allah menguji kalian siapa yang
terbaik amalnya. ( Hud:7 ) ( Al Mulk:2 ) mereka bertanya: Wahai Abu Ali, apakah yang
dimaksud dengan ahsanu amala ( amal terbaik ) ia menjawab : Paling baik dan paling
ikhlas. Allah tidak akan menerima amal yang dilakukan meski benar namun tidak ikhlas, atau
sebaliknya amal yang ikhlas namun tidak benar. Amal yang dilakukan harus sesuai sunnah.
2. Tidak kembali melakukan dosa
Jika seorang hamba benci kembali melakukan kemaksiatan dan dosa, ketahuilah bahwa itu
tanda amalnya diterima. Karena orang yang bertaubat sungguh sungguh terbetik rasa
penyesalan mendalam didalam hatinya, ia bertekad sekuat tenaga agar tidak kembali
terjerumus kedalam kubangan dosa dan maksiat.
[1]1
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah
menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, ( Al Hujurat:7 )
Imam Al Syaukani menyebutkan dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan menjadikan
iman indah dihati adalah:
1[1] Al Hujurat:7
Menjadikan iman sesuatu yang paling kalian cintai, kalian tidak akan menjatuhkan diri
dalam perkara kecuali yang sesuai dengan iman dan amal shalih serta meninggalkan sifat
tergesa-gesa dalam menerima kabar tanpa cek dan ricek terlebih dahulu. 2[2]
3. Bertambah ketaatan
" :
." " :
Imam Hasan Al Bashri berkata: Sesungguhnya balasan kebaikan adalah kebaikan sejenis
setelahnya, dan sanksi keburukan adalah keburukan setelahnya, jika Allah menerima amal
seorang hamba, maka Dia akan memudahkannya melakukan ketaatan, menjauhkan dari
kemaksiatan. Beliau juga berkata: Wahai anak Adam, jika tidak bertambah maka ketaatan
kalian akan berkurang.3[3]
4 Hati yang bersih
Hati yang bersih adalah bekal terbaik ketika menghadap Allah, hati yang bersih pula sebagai
indicator diterima amal seseorang atau tidak.
Firman Allah:
89 ( 88 )
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih, ( As Syuara: 88-89 )
Imam ibnu katsir menyebutkan:
Pada hari kiamat tidak berguna lagi harta benda yang berlimpah ketika didunia, juga orang
ataau tokoh sekalipun dimuka bumi, pada saat itu yang berguna adalah iman, ikhlas dan
bebas dari syirik. 4[4]
:
.
Muhammad bin Sirin berkata: Al Qalbu As Salim adalah hati yang mengetahui kebenaran
Allah, tidak ragu akan hari kiamat, dan hari kebangkitan dari alam kubur.
: :
: ; ] [
10 : )
Said bin Musayib berkata; al qalbu As Salim adalah: hati yang sehat dan tidak berpenyakit,
yaitu hati orang mukmin, karena hati orang munafik terindikasi penyakit. Seperti firman
Allah: didalam hati mereka ada penyakit ( 2:10 )
5. Selalu mengingat akherat
Kehidupan akherat adalah kehidupan yang kekal selamanya, tiada bertepi tiada berujung,
hanya Allah yang Maha tahu. Orang orang yang diterima amal perbuatannya senantiasa
mengaitkan segala kehidupan dunia dengan kesudahan akherat, baik dan buruk pasti ada
pertanggung jawabannya dihadapan Allah.
Firman Allah:
Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. 5[5]
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). 6[6]
5[5] Al Allaa: 17
6[6] Ad Dhuha: 4
memuji Allah, berserah kepada Allah karena ia menyadari bahwa ia adalah seorang
hamba yang tidak berdaya yang berada dalam genggaman Allah yang tidak akan
dapat hidup dan berupaya kecuali dengan pertolongan Allah sehingga ia selalu
bergantung hanya dengan kasih sayang dan rahmat Allah.
Amal shalih ditempatkan di Iliyyin yang berhampiran dengan syurga.
Walaupun orang Mukmin masih hidup di dunia, amalnya telah pun diangkat ke Iliyyin
dan amal itu sudah dapat mencium bau syurga. Keharuman bau syurga itu
disalurkan kepada tuannya yang berada di dunia. Oleh sebab itu orang Mukmin
sudah dapat mengecap bau syurga sebelum memasukinya dan ketika mereka masih
hidup di dunia. Kelezatan imbasan syurga dirasai ketika mereka beramal, terutama
ketika sholat dan berzikir. Suasana sembahyang mereka seolah-olah mereka
berada di dalam syurga, sebab itulah mereka tidak mendengar desiran angin dan
tidak sakit ditikam dengan tombak, karena kelalaian dan kesakitan tidak ada di
dalam syurga. Banyak kita mendengar riwayat para shahabat dan orang yang
sholeh ketika sholat atau berjihad dibunuh dan disiksa tetapi tidak bergeming dan
tidak merasakan sakit. Allah S.W.T berfirman: Ketahuilah! Sesungguhnya waliwali Allah, tidak ada kekhawatiran (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap
mereka, dan mereka pula tidak berdukacita. (Wali-wali Allah itu ialah) orangorang yang beriman serta mereka senantiasa bertakwa. Untuk mereka sajalah
kebahagiaan yang menggembirakan di dunia dan di akhirat; tidak ada
perubahan pada janji-janji Allah; yang demikian itulah kemenangan yang
besar. (Ayat 62 64 : Surah Yunus);
Tulisan ini diintisarikan dari kitab Syarah Al-Hikam hikmah ke 82. Wallahu alam.