Anda di halaman 1dari 13

SLIDE 3-4

Filsafat berperan sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang hakikat ilmu pengetahuan,
hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Adapun tujuan dari filsafat itu adalah untuk
menemukan kebenaran hakiki. Berikut merupakan pernyataan oleh Jujun yang dapat saja
diterima secara logis namun dapat dikoreksi dengan filsafat
Kalau Tuhan Maha Kuasa, Maka Ia Kuasa Membuat Batu yang Maha Besar, sehingga Ia
Tidak Kuasa Mengangkat Batu Tersebut
Pernyataan Jujun tersebut terdiri dari 3 premis sebagai berikut
1. Tuhan Maha Kuasa = Premis Mayor
2. Ia Kuasa Membuat Batu yang Maha Besar = Premis Minor
3. Ia Tidak Kuasa Mengangkat Batu Tersebut = Premis Minor
Premis minor dapat divalidasi dengan premis mayor, yaitu Premis-Premis Minor Harus
Konsisten dengan premis mayor.
Premis (2) dapat diterima karena konsisten dengan premis (1) sebagai premis mayor,
sedangkat premis (3) yang juga sebagai premis minor tidak dapat diterima karena tidak konsisten
dengan premis (1).
Contoh analogi diatas akan sangat mudah dapat diterima oleh orang orang yang
menggunakan logika commonsense atau akal sehat. Namun, jika orang itu berfilsafat lalu dia
menganalisis premis premis dari setiap analogi diatas dimana setiap premis-premis minor
haruslah konsisten dengan premis mayor maka analogi-analogi di atas bisa jadi tidak dapat
diterimanya.

Slide 5
Hakikat Kebenaran
Kebenaran menurut filsafat adalah sikap persesuaian yang setia dari pertimbangan dan
ide-ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti apa adanya. Terdapat dua macam
pendekatan yang dapat dilakukan ketika mencari kebenaran yaitu pendekatan Vitalistik dan
Mekanistik. Pada pendekatan vitalistik seseorang akan berpikir menggunakan teori causa prima
terlebih dahulu dan kemudian akan mengunakan teori Ilmiah esensi, ilmiah teoritis, dan terakhir
barulah menggunakan teori ilmiah praktis.

Causa Prima ilmiah-esensi ilmiah teoretis ilmiah praktis


Pada pendekatan mekanistik orang akan berpikir kebalikan dari cara berpikir dengan
menggunakan pendekatan vitalistik.
Ilmiah praktis ilmiah teoretis ilmiah-esensi Causa Prima.
Alur pendekatan mekanistik sebagai berikut :

Pertama, fase Ilmiah-praktis. Realita memperlihatkan kecenderungan manusia masa kini


pada umumnya mendekati kebenaran dengan mengonstruksi kebenaran itu. Inilah yang
menjadi akar segala ketidakselarasan kehidupan manusia modern. Dengan persepsi
semacam ini kebenaran hanya tampak dalam wujudnya yang empiris, bersandar hanya
kepada akal sehat (logika), sehingga parameter kebenaran adalah benar karena biasa
sebab itulah yang menjadi persepsi umum atau common sense di lingkungan masyarakat.
Menggejalanya praktik-praktik korupsi, antara lain disebabkan oleh implikasi cara

pandang ilmiah-praktis ini.


Kedua, fase ilmiah-teoretis. Kebenaran didekati tidak hanya sebatas mengandalkan logika
empiris yang bersandar kepasa common sense, tetapi sudah menggunakan perspektif
rasional-objektif; pemahaman atas fenomena empiris telah disistematisasi dengan
metodologi yang analitis; dan melalui proses bernalar yang verifikatif dengan pengujianpengujian yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun demikian, jika manusia
mempersepsikan kebenaran hanya sebatas fase ini, maka kualitas hidup manusia belum
sampai pada taraf yang diharapkan. Kebenaran yang ditemukan hanya menjadi kebenaran

yang kering, kebenaran yang belum menyentuh esensi.


Ketiga, fase ilmiah-esensi. Di wilayah fase inilah filsafat berada. Pada fase ini manusia
telah mendekati kebenaran secara suprarasional dan intuitif; dilandasi oleh pemahaman
yang mendasar dan menyeluruh (holistik) tentang esensi dari fenomena-fenomena
empiris yang telah dirasionalisasi pada fase kedua. Pada fase ini pula manusia telah
mampu mempersepsikan fenomena dengan memosisikan secara benar relasi-relasi di

antara premis mayor dan premis minor.


Keempat, kebenaran sudah merupakan sesuatu yang absolut karena datang dari Causa
Prima, yaitu kebenaran Tuhan. Pada akhirnya, manusia pada hakikatnya harus
menyerah dan menuju kepada kebenaran itu. Ini adalah kebenaran yang bukan domain
manusia.

Semestinya

dalam

mencari

kebenaran

manusia

memulai

langkahnya

dengan

menggunakan pendekatan vitalistik:


Causa Prima ilmiah-esensi ilmiah teoretis ilmiah praktis
bukan sebaliknya:
ilmiah praktis ilmiah teoretis ilmiah-esensi Causa Prima.
Dengan pendekatan vitalistik, manusia mendekati kebenaran dengan landasan utama
kebenaran paling hakiki, yaitu kebenaran Tuhan. Tugas filsafat yang paling berat pada
hakikatnya adalah mengharmoniskan segala kekacauan yang terjadi pada kehidupan akibat
implikasi pendekatan mekanis, dan mengembalikannya kepada pendekatan vitalistik.

Slide 6
Filsafat adalah jalan yang dapat ditempuh oleh manusia dalam mendekati kebenaran. Filsafat
memiliki tugas yang berat untuk mengharmoniskan segala fenomena yang menjadi tidak teratur
dalam kehidupan manusia sebagai akibat dari sikap dan cara memandang kehidupan yang terlalu
bersandar kepada common sense manusia. Terdapat 3 tingkat kebenaran yang dapat dihubungkan
dengan manusia, yaitu :
1)
2)
3)

Pemikiran (Head)
Perbuatan (Hand)
Perasaan (Heart)
Pada tingkat pertama, apabila sesuatu yang ada secara akal (pemikiran) adalah benar,

maka benar lah sesuatu tersebut, begitu juga sebaliknya


Pada tingkat kedua, apabila sesuatu yang dilakukan adalah benar, maka benarlah sesuatu

yang dilakukan tersebut.


Pada tingkat ketiga, apabila sesuatu yang ada dipikir adalah benar, dilakukan adalah
benar, dan setelah dilakukan mendapatkan ketenangan jiwa dan merasa puas, maka benar
lah sesuatu tersebut, begitu juga sebaliknya. Dan pada tingkat inilah ukuran terakhir dari
kebenaran yang merupakan kekuatan utama manusia dalam mencari kebenaran.

Slide 7-11
Respritualisasi adalah pengembalian kembali spiritual (jiwa) kepada kebenaran yang hakiki
yaitu :

Back To The Causa Prima : kembali kepada nilai-nilai ketuhanan yang bisa didapatkan

dalam agama yang kita yakini kebenarannya.


Back To The Nature : kembali kepada alam, kembali kepada nilai-nilai yang mengikuti

terjadinya harmonisasi makhluk hidup dan sekitarnya sesuai hukum alam


Back To The Essensi of Life : kembali kepada nilai-nilai, untuk apa kita hidup? Untuk
apa kita diciptakan? Sehingga kita harus bernilai dalam kehidupan dan bermanfaat bagi
alam dan makhluk hidup

Rosseau mengungkapkan Everything is good when it leaves the hands of the creator.
Eveything degenerates in the hand of men
Maksudnya adalah bahwa sesuatu baik ketika itu di tangan pencipta, namun sesuatu menjadi
jelek di tangan manusia. Apapun yang dilakukan manusia selama itu masih sesuai dengan
kebenaran Causa Prima maka sesuatu itu baik, tetapi apabila tidak sesuai maka sesuatu tersebut
adalah jelek. Hal ini dapat diringkas sebagai berikut :
Hidup Benar = Hidup Baik
Pendidikan Benar = Pendidikan Baik
Esensi dari pendidikan adalah untuk mengenal kebenaran.
Dapat disimpulkan bahwa : Karena berfilsafat (kebenaran esensi) maka suatu mahluk bisa
menjadi manusiawi, karena manusia maka pastilah berfilsafat. Filsafat adalah ciri khas manusia
Slide 12-14
Secara etimologis, kata filsafat berasal dari kata dalam bahasa Yunani philia atau
philein yang berarti cinta atau mencintai, dan sophos yang berarti kearifan atau
kebijaksanaan. Kata ini juga bisa dirunut secara etimologis ke bahasa Inggris: phylosophy yang
dibentuk dari kata philos dan shopia yang berarti mencintai kebijaksanaan.
Filsafat dapat dibatasi sebagai pengetahuan tentang hakikat ilmu pengetahuan, atau sari,
inti, esensi segala sesuatu untuk menemukan kebenaran hakiki.
Filsafat merupakan regina sientrum (ratu segala ilmu) yang mencakup alam semesta
dengan segala isinya (dunia makrokosmos) sampai kepada hal-hal kecil yang melibatkan proses
mental manusia (dunia mikrokosmos), bahkan juga mencakup berbagai persoalan dan pemikiran
praktis sampai kepada hal-hal pemikiran yang bersifat jenius. Batasan ini mengimplikasikan

sejumlah dimensi yang cakupannya luas, komprehensif, dan sekaligus esensial tentang filsafat,
termasuk di dalamnya hakikat kebenaran.
Slide 15-18
THE POWER OF PERSONALITY
THE END OF KNOWLEDGE IS LOVE
THE END OF WISDOM IS FREEDOM
THE END OF CULTURE IS PERFECTION
THE END OF EDUCATION IS CHARACTER
KEBENARAN
A WISE MAN NEITHER SUFFER HIMSELF TO BE GOVERNED, NOR ATTEMPTS
TO GOVERN OTHERS.
(La Bruyere, Jean de)
WHAT IS BEAUTIFUL, IS GOOD
AND WHO IS GOOD, WILL SOON BE BEAUTIFUL
(Sappho, penyair)

BAD MONEY DRIVES OUT GOOD


(Greely, Horace)
KEBENARAN
ONE MAN WITH GOD IS ALWAYS IN MAJORITY.
(Konx, John)
IF POVERTY IS THE MOTHER OF CRIME, LACK OF
MINDSET IS THE FATHER
(La Bruyere, Jean de)
THE ACTION IS BEST, WHICH PROCURES THE GREATEST HAPPINIES FOR THE
GREATEST NUMBERS
(Hutcheson, Francis)
NO MEN EVER YET BECAME GREAT BY IMITATION

LANGUAGE IS THE DRESS OF THOUGHT


(Johnson, Samuel)
KEBENARAN

TEMPAT TIDUR YG MAHAL DPT DIBELI, TIDUR NYEYAK TIDAK DPT DIBELI.
OBAT-OBAT YG MAHAL DPT DIBELI, KESEHATAN TDK DPT DIBELI.
JIKA KITA TIDAK BISA MENJADI MATAHARI, SEPERTI KUNANG-KUNANG PUN
JADILAH.
UANG ADALAH PELAYAN YANG SANGAT LUAR BIASA TETAPI IA ADALAH TUAN
YANG BURUK
Slide 19-20
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang
dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara,
diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu
semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
KEBENARAN PRAKTIS INDERA
1. Mengandung kebenaran
2. Melalaui Penginderaan Dan PENGOLAHAN PIKIRAN ELEMENTER
3. TIDAK DENGAN SADAR DICARI
4. BERGUNA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
5. WUJUDNYA PENGALAMAN INDERA

KEBENARAN KEILMUAN
1. MENCARI KEBENARAN
2. MELALUI PENGALAMAN EMPIRI DAN DIPIKIRKANSECARA TERATUR
3. DENGAN SADAR DICARI UNTUK MENGETAHUI KEBENARAN SESUAU
DENGAN MENENTUKAN OBYEK TERTENTU
4. MUNGKIN

LANGSUNG

BERGUNA UNTUK

KEHIDUPAN

SEHARI-HARI,

MUNGKIN JUGA TIDAK


5. MEMPUNYAI METODE TERTENTU
6. MEMPUNYAI SISTEM TERTENTU (HASIL PENELITIANNYA DISUSUN SECARA
TERATUR DENGAN SISTEMATIKA TERTENTU SEHINGGA MERUPAKAN
KEBULATAN ILMIAH
Slide 21
Terdapat 5 ciri ilmu pengetahuan menurut The Liang Gie, yaitu sebagai berikut :
1. Empiris : pengetahuan diperoleh berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan percobaan
atau eksperimen.
2. Sistematis : berbagai informasi dan data yang dihimpun sebagai pengetahuan itu
memiliki hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Obyektif : ilmu harus bebas dari prasangka orang perorangan dan interese pribadi
4. Analitis : pengetahuan ilmia selalu berusaha membeda-bedakan secara jelas dalam
bagian-bagian rinci permasalahan, dengan maksud agar kita bisa melihat berbagai sifat,
relasi dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verikatif : Pengetahuan ilmiah dapat diperiksa kebenarannya.
22-23
SEMBOYAN

KEILMUAN

YAKINKAN SECARA LOGIS DENGAN KERANGKA TEORETIS ILMIAH DAN


BUKTIKAN SECARA EMPIRIS DENGAN PENGUMPULAN
FAKTA YANG RELEVAN

SEYOGIANYA, DALAM ARTIAN ILMIAH YANG PALING MURNI SEORANG


PENELITI TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK MENGUMPULKAN DATA EMPIRIS
SEKIRANYA BELUM BERHASIL MENYUSUN KERANGKA TEORETIS YANG
MEYAKINKAN
KEBENARAN ESENSI (FILOSOFIS)
1. MENCARI ATAU MENUNTUT KEBENARAN YANG SEDALAM-DALAMNYA,
2. DENGAN JALAN PEMIKIRAN YANG MENDALAM ATAU MENGGUNAKAN
PIKIR MURNI - PIKIR FILOSOFIS - SEHINGGA MELAMPAUI BATAS
PENGALAMAN EMPIRI
3. KEBENARAN INI DENGAN SADAR DICARI, UNTUK MENDAPATKAN
KEBENARAN YANG SEDALAM-DALAMNYA, SEDANGKAN OBYEKNYA
ADALAH SEGALA YANG ADA DAN YANG MUNGKIN ADA (TERMASUK
INTUISI DAN SUPRARASIONAL)
4. MUNGKIN LANGSUNG BERGUNA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,
MUNGKIN TIDAK,
5. MEMPUNYAI METODE DAN SISTEM TERTENTU SEPERTI ILMU,
6. FILSAFAT

TERMASUK

KE

DALAM

HUMANIORA)
7. PERWUJUDANNYA: KEBENARAN ESENSI

GOLONGAN

ILMU

(ILMU

Slide 24
Terdapat tiga karakteristik dalam berfilsafat yaitu Holistik, Mendasar, dan Spekulatif.
Holistik adalah merupakan cara berfikir dengan melihat keseluruhan, tidak hanya dari satu sudut
maupun satu pandangan, seperti saat kita melihat sebuah kolam kita tidak bisa hanya melihat
bentuk kolam tersebut, tapi harus pula melihat apa isi kolam, kebersihan kolam, dan hal-hal
lainnya.
Mendasar adalah Yang dimaksud dengan berfikir secara mendasar/radikal adalah melihat segala
sesuatunya dari hal-hal yang mendasar sesuai dengan kata radikal itu sendiri yang berarti akar
pohon, seperti saat kita melihat sebuah bangunan kita harus melihat dari fondasinya, tidak
melihat bahwa itu adalah bangunan yang bagus atau mewah.
Spekulatif adalah berspkekulasi dengan segala sesuatu hal sehingga dapat ditemukan
kemungkinan akan hal-hal baru. Pemikiran filsafat yang berciri spekulatif memungkinkan
adanya transendensi untuk menunjukkan sebuah perspektif yang luas tentang aneka kenyataan.
Tegasnya, melalui ciri pemikiran filsafat yang spekulatif dimaksud, orang tidak sekedar hanya
menerima sebuah kenyataan (kebenaran) secara informatif, sempit, dan dangkal, tetapi dengan
sikap kritis, dan penuh imajinasi untuk memahami (verstending) dan mengembangkannya secara
luas dalam berbagai khasana pemikiran yang beraneka.
Slide 25
KEBENARAN RELIGIUS
1. MENCARI KEBENARAN MUTLAK, SEMPURNA DAN UNIVERSAL,
2. TUJUANNYA UNTUK MENCAPAI HIDUP SEJAHTERA DAN BAHAGIA YANG
HAKIKI (LAHIR DAN BATHIN),
3. ATAS DASAR KEPERCAYAAN/KEYAKINAN (PIKIR RELIGIUS),
4. KEBENARAN SESUATU DIDASARKAN ATAS WAHYU TUHAN
5. FIRMAN TUHAN YANG TERKUMPUL DI DALAM KITAB-KITAB SUCI, YANG
DIPERCAYAI OLEH PEMELUKNYA SEBAGAI KEBENARAN MUTLAK.
SLIDE 26-27

TEORI KOHERENSI
SUATU PERNYATAAN DIANGGAP BENAR BILA PERNYATAAN ITU BERSIFAT
KOHEREN

ATAU

KONSISTEN

DENGAN

PERNYATAAN-

PERNYATAAN

SEBELUMNYA YANG DIANGGAP BENAR


IBU KOTA REPULIK INDONESIA ADALAH JAKARTA
PERNYATAAN ITU ADALAH BENAR KARENA SECARA FAKTUAL JAKARTA
ADALAH IBU KOTA REPUBLIK INDONESIA
TEORI KORESPONDENSI
SUATU PERNYATAAN DIANGGAP BENAR BILA PERNYATAAN ITU BERSIFAT
KOHEREN

ATAU

KONSISTEN

DENGAN

PERNYATAAN-

PERNYATAAN

SEBELUMNYA YANG DIANGGAP BENAR


Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat
digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena sejak awal (sebelum abad Modern)
mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Hal ini
dapat

diartikan

bahwa

teori

yang

diterapkan

atau

dikemukakan

tidak

boleh

bersimpangan/bersebrangan dengan kenyataan yang menjadi objek.


Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang non-empiris atau
objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif,
ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya.
Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek.
Sebuah ketelitian dan kesigapan dalam menentukan sebuah kebenaran dalam menentukan
teori kebenaran koresponensi sangat diutamakan sebab untuk menghindari kesalahan yang terjadi
atas tiga hal tersebut. Maka faktor inderawi yang menjadi alat untuk mengungkap kenyataan
alam harus dapat menyatakan yang sebenarnya, mengetahui/menguasai realitas yang ada dan
cermat.
SLIDE 28
KRITERIA KEBENARAN

KOHERENSI

YAKNI

TEORI

KEBENARAN

KONSISTENSI

ARGUMENTASI.

SEKIRANYA TERDAPAT KETETAPAN DAN KEAJEGAN DALAM ALUR BERFIKIR


MAKA KESIMPULAN YANG DITARIKNYA ADALAH BENAR
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek
dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang
satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam
pemahaman subyek lain.
Teori koherensi menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada
perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah
dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya.
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini
menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga
benar.
KORESPONDENSI YAKNI PERBANDINGAN ANTARA REALITA OBYEK DENGAN
APA YANG DITANGKAP SUBYEK. JIKA IDE ATAU KESAN YANG DIHAYATI
SESUAI DENGAN KENYATAAN, MAKA SESUATU ITU BENAR
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran
menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anakanak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu.
Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakantindakan anak di dalam tingkah lakunya.

PRAGMATIS MERUPAKAN TEORI KEBENARAN YANG MENDASARKAN ATAS


BERFUNGSI TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN DALAM LINGKUP RUANG DAN
WAKTU TERTENTU
Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan. Suatu ide benar adalah ide yang bisa
memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna. Ide benar
pasti juga memiliki konseskuensi praktis pada tindakan tertentu. Kebenaran yang ditemukan
disini adalah menyangkut know-how, kalau manusia berhasil menciptakan sesuatu.

Slide 29
Revolusi Ilmiah dan Thomas S. Kuhn
Paradigma bisa didefinisikan oleh suatu pencapaian ilmiah sebagai contoh atau sampel dimana
sejumlah kesulitan ilmiah diatur dan dipecahkan dengan menggunakan pelbagai teknik
konseptual dan empiris.
Pada tahap pra-paradigma, Unsur yang penting adalah adanya ketidaksepahaman yang
mendalam tentang teori fundamental dan banyak soal menyangkut himpunan data yang berada
diluar prosedur yang diterima. Pada titik tertentu hal-hal berubah dan muncullah suatu
kesepakatan yang luas bahwa ada karya ilmiah dalam suatu bidang merupakan suatu contoh dan
contoh itu harus diikuti. Periode ini disebut suatu paradigma khusus. Sementara paradigma yang
mendominasi karya contoh yang ada pada pusat paradigma pada umumnya tidak dipertanyakan.
Semua aktivitas ini disebut Ilmu normal. Unsur yang paling penting terjadi bila suatu karya
dalam satu bidang membentuk ilmu normal yakni berbagai masalah diselesaikan menurut cara
kerja karya contoh itu. Pengetahuan-pengetahuan faktual terkumpulkan dan menjadi lebih tepat.
Namun, setelah beberapa waktu sejumlah masalah yang tidak dipecahkan terjadi dan banyak dari
antaranya amat penting menurut asumsi komunitas ilmuwan. Situasi ini disebut sebagai suatu
Anomali. Kalau anomali semakin banyak dan ada dari antaranya terasa amat penting maka ilmu
dalam bidang itu masuk dalam masa krisis. Krisis ini baru teratasi apabila paradigma baru
menggantikan paradigma lama.
ILMIAH ESENSI (FILOSOFIS)

BERDASARKAN RUANG LINGKUPNYA TIDAK HANYA TERBATAS PADA ILMU ILMU RASIONAL DAN EMPIRIK, MELAINKAN TEMBUS SAMPAI PADA DUNIA
METAFISIS SUPRARASIONAL
DAN INTUITIF
ILMIAH TEORETIS
RUANG LINGKUPNYA TERBATAS PADA ILMU-ILMU
RASIONAL DAN EMPIRIK
ILMIAH PRAKTIS
TEKNOLOGIS - COMMONSENCE
TEORI
TEORI IALAH SEBUAH SISTEM PROPOSISI-PROPOSISI ATAU SEBUAH
RANGKAIAN TERPADU DARI PROPOSISI-PROPOSISI. PROPOSISI ADALAH
KOMPONEN PEMBENTUK TEORI
KONSEP
KONSEP IALAH
TERTENTU

SIMBOL

YANG

DIGUNAKAN

MEMAKNAI

FENOMENA

KONSEP MERUPAKAN KOMPONEN UTAMA UNTUK MEMBENTUK TEORI


PROPOSISI
PROPOSISI ADALAH SEBUAH PERNYATAAN (STATEMENT) TENTANG SIFAT
FENOMENA.

Anda mungkin juga menyukai