Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Prosedur Invasif Minor
Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Prosedur Invasif Minor
TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Keperawatan
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama
NPM
: 1006833571
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Yeni Rustina, SKp., M.App.Sc, PhD
(..)
(..)
Penguji
(..)
Penguji
(..)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: Januari 2013
iv
Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal tesis ini. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan tesis
ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc, PhD., selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan penuh kesabaran, menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan motivasi
serta dukungan yang sangat besar untuk saya dalam penyusunan tesis ini.
2. Nur Agustini, S.Kp., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk penyusunan tesis ini.
3. Elfi Syahreni, Ners., M.Kep.,Sp.An., selaku penguji III, yang dengan sabar
dan tulus memberikan bimbingan, arahan dan perhatian yang besar dalam
penyusunan tesis ini.
4. Dessie Wanda, S.Kp., MN., selaku penguji IV, yang telah memberikan saran
guna perbaikan tesis ini.
5. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
6. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Seluruh Staf pengajar Program Studi Magister Ilmu Keperawatan terutama
kekhususan Keperawatan Anak dan seluruh staf akademik yang telah
membantu peneliti.
8. Pihak RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data dan
memberikan ijin untuk tempat penelitian.
9. Rekan-rekan perawat di ruang unit gawat darurat RSUD Gunung Jati dan
RSUD Arjawinangun yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama
proses pengambilan data untuk menyelesaikan tesis ini.
vi
Keilmuan
vii
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
Pengambilan darah intravena dapat menimbulkan nyeri dan traumatik pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh madu terhadap skor
nyeri anak saat pengambilan darah. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen.
Sampel diambil dengan consecutive sampling, terdiri dari kelompok intervensi
yang mendapatkan madu peroral (34 responden) dan kelompok kontrol
mendapatkan plasebo (34 responden), usia responden 1-6 tahun. Skor nyeri
dievaluasi dengan Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS).
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor nyeri
anak pada kelompok madu dan kelompok plasebo (p=0,001). Peneliti
menyimpulkan pemberian madu peroral dapat menurunkan skor nyeri pada anak
saat pengambilan darah intravena.
Kata kunci: madu, pengambilan darah intra vena, skor nyeri.
viii
ABSTRACT
Name
: Ayu Yuliani Sekriptini
Study Programme : University of Indonesia
Magister Program in Nursing Science
Specialisation Pediatric Nursing
Title
: The influence of giving honey on the score decreasing of
pain as the result of intravena blood taking action on child
at the emergency department of RSUD Cirebon City
The intravena blood taken can cause pains and be traumatic for child.This
research has the aims to identify The influence of giving honey on the score
decreasing of pain. The design of this research is quasi experiment. Samples were
taken by consecutive sampling which consists of the intervened group who
obtained honey per oral (34 respondents), and controlled group obtained plasebo
(34 respondents) respondents aged 1-6 years.The score of pains are evaluated with
Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS). The result of
analysis shows there is a significant difference on the average score of pains
between the intervened and controlled group (p=0,001). The researcher
concluded that the giving of honey per oral can decrease the score of pains on
child when the intravena blood taken.
Key words: honey, the intravena blood taken, the score of pains
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK ..
ABSTRACT
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ..
DAFTAR SKEMA ..
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. PENDAHULUAN ...
1.1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian ..
iii
iv
vi
viii
ix
x
xiii
xiv
xv
xvi
1
1
7
8
8
2. TINJAUAN PUSTAKA .. 10
2.1. Nyeri Pada Anak . 10
2.1.1. Pengertian Nyeri ... 10
2.1.2. Fisiologi Nyeri .. 11
2.1.3. Klasifikasi Nyeri ... 13
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri .. 16
2.1.5. Efek yang ditimbulkan oleh Nyeri 19
2.1.6. Penatalaksanaan Nyeri pada Anak 20
2.1.7. Pengendalian Nyeri di Unit Gawat Darurat .. 26
2.1.8. Penilaian Nyeri .. 25
2.2. Penggunaan Madu Dalam Penanganan Nyeri Pada Anak 35
2.2.2. Pengertian Madu 35
2.2.3. Komposisi Kimia dan Biologi Madu . 35
2.2.4. Jenis-jenis Madu ... 37
2.2.5. Efek Terapeutik Madu .. 38
2.3. Pengaruh Madu Terhadap Penurunan Respon Nyeri ... 39
2.4. Teori Keperawatan Comfort Katherine C. Kolcaba . 40
2.4.1. Konsep Teori Comfort Katherine C. Kolcaba 40
2.4.2. Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak ... 43
2.5. Konsep Anak 45
2.5.1. Pengertian Anak 45
2.5.2. Kelompok Anak Berdasarkan Fase Perkembangan ...46
2.6. Atraumatic Care .. 47
2.6.1. Pengertian Atraumatic Care . 47
2.6.2. Prinsip Atraumatic Care 49
x
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 3.1
Tabel 4.2.
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
xiii
Hal
27
31
32
36
52
67
68
69
70
71
72
76
76
77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Perjalanan Nyeri.....
Gambar 2.2. Wong Baker Faces Pain Rating Scale..........
Gambar 2.3. Verbal Rating Scale...
Gambar 2.4. Numerical Rating Scale.....
Gambar 2.5. Visual Analogue Scale.......
xiv
Hal
13
31
31
31
32
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1.
Skema 2.2.
Skema 2.3.
Skema 3.1.
xv
Hal
43
45
49
51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang perlindungan anak No. 23 tahun 2002 menyebutkan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga
negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak
asasi manusia, salah satunya hak anak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Hal tersebut didukung oleh Undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 132 ayat 1 menyebutkan anak yang dilahirkan wajib
dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan
anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Salah satu program
pemerintah terkait optimalisasi tumbuh kembang anak yaitu Program
Nasional Bagi Anak Indonesia 2015 (PNBAI). Tujuan Program Nasional
Bagi Anak Indonesia 2015 (PNBAI) adalah terwujudnya anak Indonesia yang
sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria, berakhlak mulia dan
terlindungi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tindakan yang menyakitkan merupakan stresor bagi anak pada semua tingkat
usia. Anak yang mengalami kondisi sakit akan muncul tantangan-tantangan
yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian
dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang
yang mengurusinya, dan sering harus berhubungan dan bergaul dengan anakanak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan. Hasil
penelitian Won, (2006) dan Cohen, et al. (2007), menjelaskan bahwa anak
yang masuk rumah sakit akan muncul perasaan ketakutan karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman,
dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasanya dialaminya,
dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Salah satu mekanisme mengurangi
dampak perawatan adalah manajemen nyeri.
Anak dengan kondisi nyeri menunjukkan berbagai komplikasi seperti
timbulnya kecemasan, keputusasaan, gangguan prilaku, psikososial dan
fisiologi jangka panjang. Berbagai komplikasi ini dapat menurunkan kualias
hidup. Oleh karena itu penatalaksanaannya seharusnya dilakukan dengan
optimal dan rasional, sehingga dapat mengurangi dampak yang merugikan
baik bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarganya (Kleiber, et al. 2002;
Zempsky & Schecter, 2005).
Hasil penelitian Petersen, Hagglof dan Bergstrom (2009), nyeri pada anak
dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup,
menunjukkan dua pertiga dari sampel yang dilaporkan pada anak yang
mengalami nyeri berulang mengalami penurunan kulias hidup empat kali di
bandingkan pada anak dengan tanpa nyeri. Aspek penilaian Health-Related
Quality Of Life (HRQOL) meliputi penilaian fisik, emosional, sosial, dan
sekolah berfungsi dan kesejahteraan.
Metode penurunan nyeri merupakan salah satu prinsip dasar keperawatan
anak yaitu prinsip atraumatic care atau pencegahan terhadap trauma.
Perawat bertanggung jawab secara komperhensif dalam memberikan asuhan
Universitas Indonesia
farmakologis,
kognitif,
psikologis
dan
pengobatan
non
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mengurangi
nyeri
pada
anak
dengan
intervensi
mengurangi nyeri berupa pemberian sukrosa dan glukosa. Salah satu sunber
rasa manis selain sukrosa dan glukosa adalah madu. Madu merupakan salah
satu obat alami yang banyak memiliki khasiat mengobati dan memiliki rasa
manis.
permen, sirup, dan aneka kue. Karenanya rasa manis pada madu mudah dapat
diterima oleh anak-anak.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pertanyaan yang akan
diteliti Adakah pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skor nyeri
akibat tindakan invasif pengambilan darah intravena pada anak di ruang UGD
Universitas Indonesia
berdasarkan
karakteristik
anak
(usia,
jenis
kelamin,
pemberian madu
tindakan tindakan invasif pengambilan darah intra vena pada anak di ruang
Unit Gawat Darurat dan dapat menjadi landasan penelitan selanjutnya.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyeri Pada Anak
2.1.1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman
emosional
serta
termasuk
suatu
komponen
sensori,
komponen
(Drendel et al.,
Universitas Indonesia
11
denyut jantung, laju pernafasan, dan perubahan kimia darah), jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa nyeri merupakan pengalaman yang universal
yang berfungsi sebagai tanda penting bahwa tubuh tidak berfungsi atau
mengalami kerusakan, dari beberapa definisi tersebut nyeri merupakan
kombinasi dari respon sensorik, afektif dan prikomotor, sehingga
hubungan nyeri dengan kerusakan jaringan tidak sama dan tidak konsisten,
dan nyeri itu bersifat subyektif, sehingga laporan atau keluhan dari pasien
merupakan penilaian yang paling mempunyai arti dalam menegakkan
diagnosa nyeri (Petersen et al., 2009; Srouji et al., 2010).
2.1.2. Fisiologi Nyeri
Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis
kompleks
yang
disebut
sebagai
nosiseptif
(nociception)
yang
lainnya
menyebabkan
sintesa
prostaglandin,
dimana
prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptorreseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti
histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
sensorik (Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010).
Secara skematis, jaras persepsi nyeri seperti terlihat pada gambar 2.1.
Sumber : www.medscape.com
nyeri adalah
Universitas Indonesia
14
biasanya
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
luka terpotong, luka gores dan luka bakar superfisial. Nyeri somatis
dalam diakibatkan oleh jejas pada struktur dinding tubuh (misalnya
otot rangka atau skelet). Berlawanan dengan nyeri tumpul yang
berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat diketahui di mana
lokasi persisnya pada tubuh, beberapa menyebar ke daerah sekitarnya
(McCaffrey, & Pasero, 2010).
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi
pengalaman
seseorang
terhadap
nyeri.
Faktor-faktor
ini
dapat
Universitas Indonesia
17
bertahap, anak usia sekolah mampu berfikir lebih logis dan wajar,
dapat di ajak kerja sama dan cenderung berorientasi menjadi sebuah
prestasi bagi dirinya. Usia remaja mampu berpikir abstrak dan
memiliki pemahaman tentang hubungan sebab akibat. Bagaimana
proses sosialisasi remaja mempengaruhi pengalaman nyeri tetap
memahami dalam konsep nyeri, peran kelompok sangat berpengaruh.
Anak remaja kadang menyangkal rasa sakit di hadapan keluarga atau
teman sebaya.
b. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi faktorfaktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada individu tanpa
memperhatikan jenis kelamin (Potter & Perry, 2005).
Karakteristik
jenis
kelamin
dan
hubungannya
dengan
sifat
dan kondisi
situasional
Universitas Indonesia
18
Penelitian Logan et al., (2004) dan Loeser et al., (2008) pada usia
remaja menjelaskan
nyeri
dalam
hidupnya,
cenderung
mengantisipasi
rasa takut
dari
dan
kehadiran
nyeri
dukungan
seseorang.
Banyak
keluarga
orang
juga
yang
dapat
merasa
Universitas Indonesia
19
statistik
signifikan
(p<0,05).
Kesimpulan
penelitian
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
persepsi
ancaman
nyeri,
memberikan
kemampuan
yang dapat
Universitas Indonesia
22
a. Pemberian Informasi
Informasi yang diberikan kepada anak dan anggota keluarga sehingga
mengerti kondisi sakit, prosedur yang akan dilakukan serta pengobatan
yang akan diberikan. Dengan demikian pasien juga dilibatkan dalam
menentukan cara untuk mengontrol nyeri.
b. Relaksasi
Tehnik relaksasi akan memberikan relaksasi otot dan mengurangi
kecemasan
yang
sering
menyertai
dan
meningkatkan
nyeri.
menunjukkan
intervensi
non
farmakologi
dengan
Universitas Indonesia
23
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi membatu anak untuk membayangkan pengalaman yang
menyenangkan yang pernah dialami. Peranan hipnoterapi adalah
mengalihkan perhatian, mengurangi pengalaman sensoris serta
membantu anak untuk mengontrol perasaannya. Intervensi ini baik
untuk anak usia sekolah atau remaja (William et al., 2003).
Penelitian Liossi, White dan Hatira (2006), membandingkan
intervensi anstesi EMLA dan hinoptis dengan pemberian EMLA saat
pengambilan darah pada anak, dengan responden 46 anak antara usia
6-16 tahun, memberikan hasil ada pengaruh yang signifikan intervensi
hipnotis dengan EMLA di banding intervensi EMLA saja pada saat
pengambilan darah pada anak dengan p < 0.001.
e. Pemberian rasa manis
Penelitian menyebutkan pemberian sukrosa atau glukosa untuk
mengurangi nyeri sangat baik diberikan pada neonatus, dapat juga
diberikan sampai usia 3 bulan. Sukrosa atau glukosa dapat
menurunkan respon terhadap stimulus yang menimbulkan nyeri seperti
saat pengambilan darah dari tumit dan injeksi pada neonatus. Pengaruh
ini tampaknya paling kuat saat bayi baru lahir dan nenurun secara
bertahap selama 6 bulan pertama kehidupan (Eichenfield et al., 2002;
Gradin et al., 2002; Zempsky et al., 2004; Carbajal et al., 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Taddio et al., (2008), menyebutkan
sukrosa 25 % dapat memberikan efek analgesik pada bayi baru lahir
saat dilakukan prosedur indakan invasif. Penelitian eksperiman di
ruang NICU rumah sakit Mount Sinai Hospital, Toronto, Ontario
dengan jumlah responden 240 bayi baru lahir. Dilakukan tiga (3)
intervensi invasif diataranya penguntikan intra muskuler, tusuk tumit
dan pengambilan contoh darah. Penerian sukrosa 25 % sebanyak 2 ml
selama 60 detik dilakukan 2 menit sebelum tindakan invasif dengan 5
menit sebelumnya diukur denyut nadi dan nilai oksimetri bayi,
Universitas Indonesia
24
darah
memiliki
skor
nyeri
yang
lebih
rendah
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
kekhawatiran
terjadinya
oversedation,
depresi
pernafasan,
Universitas Indonesia
27
Gilbert, 2006).
biaya,
atau
kurangnya
ketersediaan.
Intervensi
non
rasa
nyeri,
misalnya
menangis,
menyeringai,
dan
memberontak. Komponen tingkah laku ini digunakan pada bayi atau anak
yang belum biasa berkomunikasi secara verbal. Komponen fisiologis
Universitas Indonesia
28
et al., 2010;
Srouji,
skala
menggunakan
pengukuran
gabungan
nyeri
telah
elemen-elemen
dikembangkan
fisiologis
dan
dengan
perilaku
(behavioral), seperti yang tertera dalam tabel 2.1 berikut (Zempsky &
Schecter, 2003; Srouji, Ratnapalan, & Schneeweiss, 2010).
Universitas Indonesia
29
Behavioral
Gerakan tubuh
Gerakan wajah
Menangis
Postur tubuh
Pola nafas
Self Report
Usia 3-8 tahun:
Oucher Scale
Faces Scale
FLACC
CFCS
Faces Pain Scale
Poker Chip Toll
Colored
analogue Scale
Usia lebih dari 9
tahun :
Visual Analogue
Sacale
McGil Pain
Pediatric Pain
Questionnaire
Composite
Infant
CRIES
Neonatal Facial
action Coding
System
NAPI
MAX
NIPS
PPIP
SUN
OPS
DAN
Usia 2-7 tahun :
CHEOPS
COMFORT
OSBD
OPS
TPPPS
AUCHER
Usia 8 tahun lebih
Adolescent
Pediatric Pain
Tool
VarniThompson
Pediatric Pain
Questionnare
The McGill Pain
Questionnaire
Sumber : Zempsky W.T., Schecter, N.L., Whats New in The Management of Pain in Childrens
30
Universitas Indonesia
31
32
Universitas Indonesia
33
Legs
Activity
Cry
Score -0
No particular
expression or
smile
Normal position
or relaxed
Lying quietly,
normal position,
moves easily
No cry (awake
or asleep)
Score -1
Occasional grimace
or frown,
withdrawn,
disinterested
Uneasy, restless,
tense
Squimin, shiting
back and forh, tense
Score -2
Freuent to
constant quivering
chin, cleched jaw
Moans or whimpers;
occasional
complaint
Crying steadily,
sreams or sobs,
frequent
complaints
Difficult to
console or comfort
Reassured by
accosional al
touching, hugging or
being talked to,
distractible
Kicking, or legs
draw up
Arched, rigid or
jerkig
Council
http://www2.
Behavioral
No cry
Moaning
Crying
Scream
Definition
1 Child is not crying.
2 Child is moaning or quietly
vocalizing silent cry.
2 Child is crying, but the cry is
gentle or whimpering.
3 Cild is in a full-lunged cry;
sobbing; may be scored
complaint or without complaint.
Score
Universitas Indonesia
34
Item
Facial
Behavioral
Composed
Grimace
1
2
Smiling
Child None
Verbal Other complaints
1
1
Torso
Touch
Legh
Pain complaints
Both complaints
2
2
Positive
Neutral
Shifting
Tense
Shevering
2
2
Upright
Restrained
Not touching
2
1
Reach
Touch
Grab
Restrained
Neutral
2
1
Squirm/kicking
Drawn up/tensed
Standing
Restrained
2
2
Definition
Neutral facial expression
Score only if definite negative
facial expression
score only if definite positive
facial expression
Child not talking
Child complains, but not about
pain, e.g., I want to see
mommy of I am thirsty
Child complains I about pain.
Child complains about pain and
about other, e.g., It hurts; I want
my mommy.
Chid makes any positive
statement or talks about things
without complaint.
Body (not limbs) is at rest; torso
is inactive.
Body is in motion in shifting or
serpentine fashion.
Body is arcehed or rigid.
Body is shuddering or shaking
involuntarily.
Child is a vertical or upright
position.
Body s restrained.
Child is not touching or grabbing
at wound.
Child is reaching for but not
touching wound.
Child is gently touching wound
or wound area.
Child is grabbing vigorously at
wound.
Childs arms are restrained.
Legh may be in any position but
are relaxed; include gentle
swinning or separate-like
movements.
Definitive uneasy or restless
movement in the legh/or striking
out with foot or feet.
Legs tensed and/or pulled up
tightyly to body kept there.
Standing, crouching or kneeling.
Childs legs are being held down.
Score
Sumber : McGrath, P.J., Johnson, G., Goodman, J.T., et al, CHEOPS: A behavioral
scale for rating postoperative pain in children. In Field, H.L., et al (editors) Advances
in pian Resesrcn and Therapy, 9, New York, Raven Press.
Universitas Indonesia
35
2.2.
36
Madu juga mengandung berbagai mineral seperti Ca, Na, K, Mg, Fe, Cl, P,
S, garam Iodium, dan asam organik (asam malat, tartrat, sitrat, laktat,
oksalat) (Purabaya, 2002). Selain itu, madu juga mengandung berbagai
macam enzim (amylase, diastase, investase, katalase, peroksidase, lipase)
yang memperlancar reaksi kimia berbagai metabolisme di dalam tubuh,
serta mengandung flavonoid yaitu pinocrembin (Puspitasari, 2007;
Truchado et al., 2009; Alzubier & Okechukwu, 2011).
Madu mengandung beberapa senyawa organik yang telah terindetifikasi
antara lain seperti polyphenol, flavoid, dan glikosida. Selain itu didalam
madu juga terdapat berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa
oksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahan
sukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang kedunya mudah
diserap dan dicerna oleh tubuh. Madu mengandung berbagai macam
enzim, salah satunya adalah enzim katalase yang mampu memberikan efek
pemulihan. Selain itu madu mengandung enzim amilase, enzim lipase, dan
minyak volatil, seperti hidroksi metal furfural. Madu memiliki kandungan
antibiotika sebagai antibakteri pada luka dan mengandung dekstrosa, lilin,
gen pembiakan, dan asam formik (Puspitasari, 2007).
Komponen tambahan yang terkandung didalam madu seperti lisozim,
asam fenolik dan flavonoid juga terdapat dalam madu yang berfungsi
sebagai antioksidan dan anti radang. Kandungan flavonoid diduga
menghambat produksi cyclooxygenase, sehingga dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri (Almada, 2000; Goenarwo, 2003).
2.2.4. Jenis-jenis Madu
Jenis-jenis madu beraneka ragam tergantung nektar tanamannya. Beberapa
jenis madu di Indonesia antara lain madu kapuk, karet, kopi, klengkeng,
sonokeling, durian, rambutan, apel, jambu air, mangga, kaliandra,
multiflora, hutan, jambu mente, mahoni, bunga matahari dan madu royal
jelly. Jenis-jenis madu lain yang terdapat di negara sub tropis menurut
Puspitasari (2007) antara lain; alfalfa, aster, athel, bamboo, basswood,
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Satuan
Kal/100 gram
%
%
mg/100 gram
%
%
%
mg/100 gram
mg/100 gram
mg/100 gram
mg/100 gram
UI/100 gran
mg/100 gram
Hasil
320
0
0
<0
79,3
0,73
0,63
9,84
12,8
0,63
102
< 0,5
3,52
madu
memiliki
efek
terapeutik
anti-inflammatory,
nociceptive.
Suarez et al., (2010), menyebutkan madu asli 100% murni mengandung
zat antibiotik yang dapat menyembuhkan penyakit dari berbagai patogen
penyebab penyakit. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi aktivitas
antibakteri pada madu asli 100% murni; pertama, kadar gula madu yang
Universitas Indonesia
39
(2007)
dalam
penelitiannya
menyebutkan
madu
dapat
Universitas Indonesia
40
empat
pengalaman
kenyaman
yaitu
fisik,
psikospiritual,
Universitas Indonesia
41
konteks
pengalaman
manusia
secara
fisik,
psikospiritual,
Universitas Indonesia
42
43
inkontinensia urin, pada perawatan peri dan intra operatif, unit luka bakar,
kondisi individu dengan keterbelakang mental dan keperawatan pada bayi
baru lahir (Kolcaba & DiMarco). Kolcaba menyatakan teori kenyamanan
meliputi tiga alasan logis yang terdiri dari induction, deduction, dan
retroduction, lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep Kolcaba 2. 2
berikut ini :
Skema 2.1 Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak
44
need yaitu anak memiliki kebutuhan rasa nyaman selama prosedur invasif
dilakukan. Aspek nursing intervention yaitu pemberian intervensi non
farmakologis berupa pemberian madu yang merupakan bagian intervensi
keperawatan
untuk
memenuhi
kebutuhan
rasa
nyaman.
Tahap
Universitas Indonesia
45
Jalur 1
Health care
need
Nursing
Interventions
Atraumatic
Care
Intervening
variables
Enhanced
Comfort
Health
seeking
behaviour
Institusional
itnegrity
Internal,
eksternal,
meninggal
dengan
tenang
Kepuasan
keluarga,
segera diatasi,
tindakan
medis
berkurang
Percaya
denga
perawat,
anak
tidak
menangis
saat
tindakan,
dan tidak
merasa
nyeri
LOS
minimal,
analgetik
kurang,
keluarga puas
dengan
pelayanan RS
Jalur 2
Kebutuhan
rasa nyaman
bagi anak
dan keluarga
Usia, jenis
kelamin,
pengalaman
nyeri
sebelumnya,
lingkungan
dan
dukungan
orang
terdekat
Rasa nyaman
fisik,
psikospiritual
sosokulturall,
lingkungan
Mencatat
usia, jenis
kelamin
anak
dan
kehadiran
keluarga
Rasa nyeri
diukur
dengan
checklist
CHEOPS
Jalur 3
Tidak nyeri,
tidak
menimbulkan trauma
saat anak
masuk RS
Prosedur
tetap dalam
perawatan
pengambilan
darah dengan
memberikan
madu sebelum
diberikan
intervensi
invasif
anak
yang
masih
dalam
kandungan
(Undang-undang
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk
mencegah atau mengurangi stres psikologi dan fisik.
Azis (2005), mengatakan untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain, menurunkan atau
mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan
orangtua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah atau mengurangi
cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan
pada anak, dan modifikasi lingkungan fisik.
Wong dan Hockenberry (2003) menyebutkan tujuan mencapai perawatan
atraumatic care adalah jangan menyakiti. Terdapat tiga prinsip kerangka
kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau meminimalkan
perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau
meminimalkan
cedera
tubuh. Contoh
dari
peningkatan
tindakan
Terkait
dangan hal tersebut nyeri akan berhubungan dengan peningkatan tandatanda vital sehingga prinsip dari tindakan perawatan nyeri adalah
memeriksa tanda-tanda vital pasien setiap saat, misalnya nadi, tekanan
Universitas Indonesia
49
darah, suhu, dan pernafasan (Soyer et al., 2009; Manchikanti et al., 2010).
Karena nyeri berhubungan dengan sensori dan emosional, maka
digunakanlah strategi penilaian kualitatif dan kuantitatif. Istilah yang
digunakan untuk menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan
pertanyaan, seperti menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi
perubahan psikologi dan tingkah laku, libatkan orangtua, cari penyebab
nyeri, dan ambil tindakan dan evaluasi hasil nyeri (Wong & Hockenberry,
2003).
2.6.2. Prinsip Atraumatic care
Prinsip utama dari pelayanan yang tidak menimbulkan trauma (atraumatic
care) pada anak adalah bahwa tidak ada yang tersakiti. Prinsip yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mencegah dan
meminimalkan perpisahan anak dengan keluarganya, meningkatkan
kontrol diri anak, dan mencegah terjadinya nyeri serta cedera tubuh
(Hockenberry & Wilson, 2007) :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada
anak
sehingga
menghambat
proses
penyembuhan
dan
dapat
50
Anak sakit
Dibawa ke unit
Gawat Darurat
Tindakan invasif
pengambilan
darah
Nyeri saat
prosedur
Comfort Theory:
- Relief
- Ease
- Transcendence
Pengukuran Nyeri
CHEOPS
Atraumatic Care
Pemberian madu
per-oral
Tidak Nyeri
Kebutuhan nyaman
anak terpenuhi
Dikutip dari: Kolcaba & DiMarco (2005), Tommey & Alligood (2006)
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan
definisi operasional. Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan
berpikir dalam melaksanakan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan
teori yang telah dibahas sebelumnya,
Universitas Indonesia
52
madu pada anak yang dilakukan tindakan invasif pengambilan darah dan
kelompok kontrol mendapatkan intervensi pemberian placebo (air
matang). Variabel bebas
terikat (dependent).
3.1.3. Variabel Perancu (confounding)
Variabel perancu (confounding) adalah jenis variabel yang berhubungan
dengan variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent),
tetapi bukan merupakan variabel antara (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Identifikasi variabel confounding penting agar peneliti tidak salah dalam
melakukan pengambilan keputusan. Beberapa faktor yang termasuk
variabel confounding dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
pengalaman nyeri sebelumnya, pendampingan orang tua.
Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.1
berikut ini
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas
Variabel terikat
Kelompok Intervensi:
Mendapatkan
intervensi madu
Kelompok kontrol:
Mendapatkan
intervensi placebo
(air matang)
Skor nyeri
Variabel perancu:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pengalaman nyeri
sebelumnya
d. Pendampingan orang
tua
Universitas Indonesia
53
3.2.Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sastroasmoro &
Ismael, 2011). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.2.1. Hipotesis Mayor
Pemberian madu berpengaruh terhadap penurunan skor nyeri pada anak
yang dilakukan tindakan invasif pengambilan darah di ruang unit gawat
darurat.
3.2.2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan rerata skor nyeri pada kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol.
b. Ada perbedaan rerata skor nyeri antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol berdasarkan karakteristik anak (usia, jenis kelamin,
pengalaman nyeri sebelumnya, pendampingan orang tua).
3.3.Definisi Operasional
Tabel. 3.1. Definisi Operasional
Variabel
Penelitian
Bebas
Tindakan
pemberian
madu oral
Definisi
Operasional
Cara
ukur
Hasil Ukur
Skala
Tindakan pemberian
madu peroral
Observasi
(chek list)
0 = diberi
placebo
(air putih)
sebelum
pengambil
-an darah
1 = diberi
madu
sebelum
pengambil
-an darah
Nominal
Madu diberikan
2 menit sebelum
intervensi
pengambilan darah
Jika pengambilan
darah tidak berhasil
prosedur pemberian
madu di ulang
seperti semula
dengan menunggu 5
menit untuk istirahat
terlebih dahulu
Universitas Indonesia
54
Variabel
Penelitian
Terikat
Skor nyeri
Definisi
Operasional
Madu yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah madu murni
kosentrasi 50%,
dengan Standar
Nasional Indonesia
(SNI) dan diuji
oleh Pusat
Perlebahan
Nasional
Perhutani.
Cara ukur
Hasil Ukur
Skala
Obersevasi
dengan
Childrens
Hospital of
Eastern Ontario
Pain Scale
(CHEOPS)
Nilai skala
nyeri
Berkisar dari
4-13
Interval
Jenis madu
multiflora yang
diproduksi oleh
Perum Perhutani
Skor nyeri yang
dirasakan anak
akibat tindakan
invasif
pengambilan darah
Penilaian
dilakukan setelah
intervensi
pengambilan darah
dengan melihat
hasil rekaman
video
4 = skor
tidak
nyeri
Skala nyeri
13= skor
CHEOPS terdiri
nyeri
dari 6
tertinggi
parameter;
tangisan,
ekspresi wajah,
ekspresi verbal,
posis badan,
sentuhan dan
posisi kaki.
Skor nyeri
berdasarkan
penjumlahan
skor pada setiap
parameter
Universitas Indonesia
55
Variabel
Penelitian
Perancu
Usia
Definisi
Operasional
Usia responden
dihitung dari
tanggal lahir
sampai dengan
bulan dilakukan
penelitian. Umur
dihitung dalam
tahun
Jenis kelamin Jenis sex : lakilaki dan
perempuan
Pengalaman
Pengalaman anak
sebelumnya
yang pernah
mengalami nyeri
dengan jenis yang
sama
Pendampingan Kehadiran orang
orang tua
tua saat tindakan
invasif
dilaksanakan
Cara ukur
Hasil Ukur
Skala
Kuesioner
0 : 1-3 tahun
(toddlers)
1 : >3-6 tahun
(preschool)
(Hockenberry
& Wilson,
2009)
Nominal
Kuesioner
0 : laki-laki
1 : perempuan
Nominal
Kuesioner
0 : ada riwayat
pengambilan darah
sebelumnya
1 : pertama kali
0 : hadir
1 : tidak hadir
Nominal
Observasi
Nominal
Universitas Indonesia
56
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan berupa quasi eksperiment dengan jenis
nonequivalent control group, after only design (Dharma, 2011). Penelitian quasi
eksperiment adalah penelitian yang mengujicoba suatu intervensi pada kelompok
subjek dengan kelompok pembanding namun tidak melakukan rendomisasi untuk
memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol (Polit & Beck,
2008). Desain penelitian yang dipilih jenis nonequivalent control group, after only
design, pemilihan kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak diacak. After
only design karena penelitian ini tidak melakukan pengukuran sebelum intervensi,
pengukuran hanya dilakukan setelah selesai intervensi. Penelitian ini melibatkan
dua kelompok yaitu; kelompok anak yang diberikan madu sebelum tindakan
pengambilan darah sebagai kelompok intervensi dan kelompok anak yang diberi
intervensi placebo (air putih)
kelompok kontrol. Pemberian madu dan placebo (air putih) pada kelompok
intrevensi ataupun kelompok kontrol dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti
(perawat ruangan), peneliti dan asisten ahli sebelumnya melakukan inter-observer
reliability
dengan
tujuan
menghasilkan
suatu
skor
kesepakatan
antar
57
unit gawat darurat RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawianagun Kota
Cirebon dalam setahun terakhir ini rata-rata per-bulan sebanyak 300 orang
anak dengan rata-rata usia 1-17 tahun. Jenis penyakit yang sering terjadi
sangat beragam, rata-rata anak masuk ke unit gawat darurat dengan
penyakit diare dan panas.
4.2.2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan menggunakan nonprobability sampling jenis consecutive sampling.
Pada consecutive sampling semua subyek yang dating secara berurutan dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah
subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menentukan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh
subyek agar dapat diikutsertakan ke dalam penelitian; sedangkan kriteria
ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang telah memenuhi
kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro &
Ismael 2011).
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:
a. Anak usia 1-6 tahun.
b. Akan dilakukan pengambilan darah intra vena.
c. Anak mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal.
d. Ibu/keluarga bersedia apabila anak menjadi responden penelitian.
Kriteria ekslusi pada sampel penelitian ini adalah:
a. Kondisi anak sangat lemah dan mengalami gangguan kesadaran.
b. Ibu/keluarga tidak kooperatif.
Universitas Indonesia
58
=2
Keterangan :
n = jumlah sampel
s = standar deviasi kedua kelompok
x1 x2 = perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgment)
= serajat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti = 0,05 atau 1,96)
= nilai Z pada kekuatan uji (power) (ditetapkan oleh peneliti sebesar 80%
atau 0,84)
Perhitungan besar sampel minimal diperoleh berdasarkan hasil penilitian
yang
dilakukan
sebelumnya,
pada
penelitian
terdahulu
peneliti
( ) =
( ) =
1) +
(
+ 2
berikut :
1)]
= 2,3,
= 1,5
Universitas Indonesia
59
=2
= 29,4 = 30
n
1f
Keterangan :
n = jumlah sampel
f = estimasi drop out = 10 %
Maka hasil perhitungan n = n1 = n2 = 34 responden
Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel
keseluruhan setelah ditambah drop out adalah 68 responden yang terdiri
dari 34 responden untuk kelompok intervensi dan 34 responden kelompok
kontrol.
4.3. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang unit gawat darurat RSUD Gunung Jati dan
RSUD Arjawinangun Kota Cirebon. RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon merupakan rumah sakit tipe B
Universitas Indonesia
60
yang menjadi pusat rujukan untuk wilayah kota dan kabupaten Cirebon.
Ruangan yang digunakan adalah ruang unit gawat darurat, ruangan ini dipilih
karena intervensi pengambilan darah sering dilakukan di unit gawat darurat
baik pasien baru atau pasien lama, dan dibutuhkan segera untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
4.4. Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan selama 20 hari dari tanggal 27 November
sampai dengan 24 Desember 2012. Proses penelitian dimulai dari pembuatan
proposal sampai menyusun laporan penelitian berlangsung selama 4 bulan.
Secara lengkap waktu dan tahapan penelitian dapat dilihat pada lampiran 6.
4.5. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah dinyatakan lolos oleh Komite Etik FIK UI serta
mendapatkan persetujuan dari Direktur RSUD Gunung Jati dan RSUD
Arjawinangun Kota Cirebon.
Sebelum pengambilan data, responden diberikan informasi tentang tujuan
dan manfaat penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk
memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi subjek penelitian
dengan cara menandatangani lembar persetujuan atau surat pernyataan
kesediaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Pengambilan gambar rekaman
vidio dilakukan oleh peneliti; sedangkan tindakan pengambilan darah
dilakukan oleh perawat ruangan unit gawat darurat.
Beberapa prinsip etika penelitian yang menjadi dasar yaitu :
a. Right self determination
Sebelum penelitian dilakukan responden dan keluarga yang menjadi
responden penelitian diberikan informasi. Informasi yang diberikan
meliputi manfaat, intervensi, rencana, dan tujuan penelitian. Penjelasan
dilakukan secara resmi tertulis dengan responden dan keluarga. Sebagai
responden atau subjek penelitian diberi kebebasan dalam menentukan hak
kesediaanya untuk terlibat dalam penelitian ini secara sukarela dengan
menandatangani lembar persetujuan yang disediakan dapat dilihat pada
Universitas Indonesia
61
lampiran
1.
Apabila
terjadi
hal-hal
yang
memberatkan
maka
penelitian mendapatkan
Universitas Indonesia
62
kelamin, usia anak, dan riwayat pernah dilakukan pengambilan darah atau
tidak dan didampingi oleh keluarga atau tidak.
4.6.2. Data Nyeri
Nyeri diukur dengan mengunakan kuesioner Childrens Hospital of Eastern
Ontario Pain Scale (CHEOPS), yang dirancang oleh McGrath et al.,
(1985). Alat instrumen CHEOPS merupakan alat ukur yang dirancang
untuk digunakan oleh petugas kesehatan (dokter, ahli anastesi dan perawat)
dan direkomendasikan oleh berbagai ahli (Suraseranivongse et al., 2001).
Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS) merupakan
skala nyeri yang terdiri dari enam parameter pengkajian, yaitu tangisan,
ekspresi wajah, ekspresi verbal, posisi badan, sentuhan, dan posisi kaki.
Masing-masing parameter memiliki skor nilai yang berbeda, tangisan
memiliki skor 1-3, ekspresi wajah dengan skor 0-2, ekspresi verbal 0-2,
posisi badan 1-2, sentuhan 1-2 dan posisi kaki 1-2. Skor nyeri didapatkan
berdasarkan penjumlahan skor pada setiap parameter dengan nilai skala
nyeri 4 sampai dengan 13, skor 4 untuk tidak nyeri, skor 5 awaitan nyeri
dan skor 13 untuk skala nyeri yang tertinggi. Penilaian skor nyeri dilihat
dari hasil rekaman video saat dilakukan tindakan pengambilan darah.
4.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kualitas data ditentukan oleh skor validitas dan realibilias alat ukur. Validitas
merupakan suatu kesahihan, yaitu seberapa tepat alat ukur mengatakan apa
yang seharusnya diukur (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Uji validitas
instumen bertujuan untuk mengukur ketepatan suatu instrumen data (Polit &
Beck 2012). Uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah konten dan
isi. Validitas isi adalah kemampuan instrumen menggambarkan secara tepat
teori dan konsep dari veriabel yang akan diteliti (Burns & Grove, 2009).
Validitas konten mengandung arti bahwa instrumen penelitian menunjukkan
kemampuan item pertanyaan dalam istrumen mewakili semua unsur dimensi
konsep yang sedang diteliti (Dharma, 2011). Uji konten penelitian ini
Universitas Indonesia
63
pengambil
data
juga
harus
dilakukan
dengan
(numerator). Hasil
cronbachs
alfa
0,894,
penghitungan reliability
yang berarti
terdapat
diperoleh nilai
kesepakatan
yang
64
oleh peneliti di review dengan kualifikasi tiga orang sarjana terdiri dari
perawat dan guru bahasa Inggris yang salah satunya mengajar di pendidikan
bahasa Inggris di English Study Centre.
Universitas Indonesia
65
asisten
teknis
penelitian ini
dengan
Universitas Indonesia
66
pengukuran suatu kejadian secara simultan dan kemudian masingmasing observer mencatat parameter kejadian tersebut sesuai koding
pada instrumen secara independen (Polit & Back, 2012). Pengujian ini
bertujuan untuk menyamakan persepsi dan asumsi antar pengambil
data, sehingga semua pengambilan data memilki interpretasi yang sama
terhadap parameter yang akan diobservasi. Hasil uji Uji inter-observer
reliability diperoleh nilai cronbachs alfa 0,894, yang berarti terdapat
kesepakatan yang kuat/sempurna diantara numerator secara signifikan.
4.9.2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Peneliti dan asisten tehknik peneliti memilih responden yang
memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan responden, selanjutnya
meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi setelah
mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat, prosedur
penelitian, serta hak dan kewajiban menjadi responden. Peneliti
memberikan kesempatan calon responden dan keluarga untuk
bertanya. Bagi calon responden yang bersedia diminta menandatangani
lembar persetujuan.
b. Pengambilan responden kelompok kontrol di RSUD Gunung Jati dan
responden kelompok intervensi di RSUD
Arjawinangun Kota
Cirebon.
c. Orang tua kelompok intervensi diberi penjelasan mengenai alasan
pemberian, kegunaan, dan cara pemberian madu. Pada orang tua
kelompok kontrol diberikan penjelasan alasan pemberian plasebo (air),
serta pemberian madu setelah tindakan pengambilan darah.
d. Peneliti dan asisten teknis peneliti melakukan pengambilan data
dengan mengisi lembar kuesioner karateristik responden dengan
merujuk pada catatan medis responden, sebelumnya peneliti dan
asisten teknis peneliti mengukur dan mencatat tanda vital (denyut nadi)
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol 5 menit sebelum
pengambilan darah. Penghitungan denyut nadi sebelum dan sesudah
Universitas Indonesia
67
peneliti
penelitian
melakukan
perekaman
dengan
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
69
Skala
Variabel
dependen
Skala
Uji
Statistik
Kategorik
Skor nyeri
Numerik
Uji T
Universitas Indonesia
70
Variabel
Skala
independen
Variabel konfonding
Usia
Kategorik
Jenis kelamin
Kategorik
Pengalaman
Kategorik
sebelumnya
Pendampingan
Kategorik
orang tua
Variabel
dependen
Skala
Uji
Statistik
Skor nyeri
Skor nyeri
Skor nyeri
Numerik
Numerik
Numerik
Uji T
Uji T
Uji T
Skor nyeri
Numerik
Uji T
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Bab ini secara khusus menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian dan analisis
data. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian madu
terhadap menurunan skor nyeri pada anak. Data deskriptif, uji hipotesis dan
penyajian hal-hal lain yang akan diuraikan dalam bab ini.
Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit di ruang unit gawat darurat RSUD
Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Cirebon. Pengambilan data dilakukan pada
tanggal 27 November 24 Desember 2012 dengan total sampel 34 responden
sebagai kelompok kontrol dan 34 sebagai kelompok intervensi. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan pada hasil analisis
univariat dan bivariat.
5.1. Analisis Univariat
Hasil analisis univariat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, kehadiran keluarga, dan pengalaman pengambilan darah
serta menggambarkan rata-rata, median, standar deviasi, nilai terendah dan
tertinggi tingkat nyeri kelompok kontrol dan intervensi.
5.1.1. Karakteristik Responden
Karakteritik pada reponden penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,
kehadiran keluarga, dan pengalaman pengambilan darah, dapat dilihat
pada tabel 5.1. berikut ini.
71
Universitas Indonesia
72
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kehadiran keluarga,
dan pengalaman pengambilan darah di ruang UGD RSUD Gunung Jati
dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon
November-Desember 2012
Variabel
Usia
1 3 tahun
>3 6 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pengalaman sebelumnya
Ada riwayat
Pertaman kali
Kehadiran orang tua
Hadir
Tidak hadir
Kontrol
(n=34)
F
%
Intervensi
(n=34)
F
%
17
17
50
50
17
17
18
16
52,9
47,1
17
17
17
17
50
50
19
15
55,9
44,1
36
32
52,9
47,1
31
3
91,2
8,8
33
1
97,1
2,9
64
4
94,1
5,9
Total
f
50
50
34
34
50
50
50
50
35
33
51,5
48,5
Universitas Indonesia
73
Kelompok
Skor
Nyeri
Madu
Plasebo
Mean Median
8,8
10,5
34
34
8
11
MininalMaksimal
5-13
6-13
95% CI
8,20-9,49
9,78-11,33
Hasil analisis tabel 5.2 diperoleh rata-rata skor nyeri pada kelompok
intervensi adalah 8,8 dengan skor nyeri terendah
tertinggi adalah 13. Sedangkan rata-rata skor nyeri pada kelompok kontrol
adalah 11 dengan skor nyeri terendah 6 dan skor tertinggi 13. Dari
estimasi diyakini bahwa rata-rata skor nyeri kelompok madu berada
diantara 8,20 sampai dengan 9,49 dan diyakini rata-rata skor nyeri pada
kelompok plasebo berada diantara 9,78 sampai dengan 11,33.
5.2. Uji Kesetaraan (Homogenity)
Uji Homogenitas bertujuan untuk membuktikan bahwa perubahan skor nyeri
yang terjadi bukan karena variasi responden tetapi karena pengaruh dari
pemberian madu dalam tindakan pengambilan darah. Uji homogenitas
dilakukan dengan uji beda proporsi menggunakan Uji F. Berikut ini disajikan
hasil uji kesetaraan pada variabel jenis kelamin, usia, pengalaman nyeri
sebelumnya dan kehadiran orang tua pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:
Universitas Indonesia
74
Tabel 5.3
Uji homogenitas data responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
pengalaman sebelumnya dan kehadiran orang tua di ruang UGD RSUD
Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon
November-Desember 2012
No
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
13
>3 6
Pengalaman
sebelumnya
Pernah
Tidak pernah
Kehadiran orang tua
Hadir
Tidak hadir
2
3
Kontrol
(n=34)
F
%
Intervensi
(n=34)
F
%
18
16
52,9
47,1
17
17
17
17
50
50
17
17
50
50
1,00
17
17
50
50
19
15
55,9
44,1
0,88
31
3
91,2
8,8
33
1
97,1
2,9
0,61
50
50
p value
1,00
8,8
10,5
8
11
SD
1,8
2,2
34
34
MininalMaksimal
5-13
6-13
p value
0,001
Universitas Indonesia
75
Hasil analisis tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri kelompok
intervensi memiliki rata-rata skor nyeri sebesar 8,8 dengan standar deviasi
1,8
dengan
Toddlers
Prasekolah
n
17
17
Skor Nyeri
Madu
Plasebo
9,1
11,5
8,5
9,7
p value
0,002*
0,140
Hasil analisis tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri pada
karakterisik anak usia toddlers untuk kelompok intervensi memiliki ratarata skor nyeri sebesar 9,1 dan kelompok kontrol memiliki rata-rata skor
nyeri 11,5,
kelompok
8,5, dan
kelompok kontrol memiliki rata-rata skor nyeri 9,7, (p value 0,140). Hasil
uji statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata
skor nyeri usia toddlers antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
sedangkan rata-rata skor nyeri pada usia prasekolah tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Universitas Indonesia
76
Laki-laki
Perempuan
n
35
33
Skor Nyeri
Madu
Plasebo
9,5
10,7
8,1
10,3
p value
0,045*
0,002*
Hasil analisis tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri pada
karakterisik jenis kelamin laki-laki untuk kelompok intervensi memiliki
rata-rata skor nyeri sebesar 9,5 dan kelompok kontrol memiliki rata-rata
skor nyeri 10,7, (p value 0,045) sedangkan pada jenis kelamin perempuan
untuk kelompok intervensi memiliki rata-rata skor nyeri sebesar 8,1, dan
kelompok kontrol memiliki rata-rata skor nyeri 10,3 (p value 0,002). Hasil
uji statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata
skor nyeri laki-laki dan perempuan antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi.
c. Perbedaan rerata skor nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol berdasarkan pengalaman nyeri sebelumnya.
Tabel 5.7
Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol berdasarkan pengalaman nyeri sebelumnya di ruang
UGD RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon
November-Desember 2012
Variabel
Pengalaman
nyeri
Pernah
Tidak pernah
n
36
32
Skor Nyeri
Madu
Plasebo
9,1
10,8
8,5
10,2
p value
0,016*
0,029*
Hasil analisis tabel 5.7 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri pada
responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya untuk kelompok
Universitas Indonesia
77
intervensi memiliki rata-rata skor nyeri sebesar 9,1 dan kelompok kontrol
memiliki rata-rata skor nyeri 10,8,
kontrol memiliki rata-rata skor nyeri 10,2 (p value 0,029). Hasil uji
statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor
nyeri memiliki pengalaman nyeri sebelumnya dan yang tidak memiliki
pengalaman antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
d. Perbedaan rerata skor nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol berdasarkan kehadiran orang tua.
Tabel 5.8
Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol berdasarkan kehadiran orang tua di ruang UGD
RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon
November-Desember 2012
Variabel
Kehadiran
orang tua
Hadir
Tidak hadir
64
4
Skor Nyeri
Madu
Plasebo
8,9
10,8
7
7,7
p value
0,000*
1,000
Hasil analisis tabel 5.8 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri pada
kehadiran orang tua untuk kelompok intervensi memiliki rata-rata skor
nyeri sebesar 8,9 dan kelompok kontrol memiliki rata-rata skor nyeri 10,8,
(p value 0,000) sedangkan orang tua yang tidak hadir untuk kelompok
intervensi memiliki rata-rata skor nyeri sebesar 7 dan kelompok kontrol
memiliki rata-rata skor nyeri 7,7, (p value 1,000). Hasil uji statistik
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor nyeri
pada kelompok yang dihadir orang tua antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sedangkan rata-rata skor nyeri pada kelompok yang
tidak dihadiri orang tua
Universitas Indonesia
78
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang pembahasan dan diskusi hasil penelitian ini,
perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya atau dengan
teori-teori yang mendukung dan berlawanan dengan temuan penelitian ini.
Pembahasan diawali dengan interpretasi dan diskusi hasil penelitian mengenai
karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pengalaman nyeri
sebelumnya dan kehadiran orang tua. Pada bagian berikutnya akan dibahas hasil
uji beda rata-rata skor nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
sesudah intervensi pada tiap kelompok dan perbedaan rerata skor nyeri antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan karakteristik anak. Bagian
akhir dari bab ini akan membahas keterbatasan penelitian dan implikasi serta
tindak lanjut hasil penelitian yang dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktik
keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada
pasien anak yang mengalami nyeri karena tindakan invasif pengambilan darah.
6.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Penelitian ini bertujuan menidentifikasi gamabran karakteristik responden,
perbedaan skor nyeri anak saat pengambilan darah intravena. Pembahasan
dan diskusi hasil penelitian selengkapnya akan diperjelas sebagai berikut:
6.1.1. Karakteristik Responden dan Hubungan Karakteristik dengan Skor Nyeri
a. Usia
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa usia responden pada
penelitian ini 1-6 tahun berada pada rentang usia 1-3 (toddler) dan >36 (prasekolah). Pemilihan usia responden pemberian madu berdasarkan
rekomendasi
Universitas Indonesia
79
perbedaan skor nyeri pada tingkat usia, skor nyeri usia toddler lebih
tinggi
(kelopok
intervensi
9,1
dan
kelompok
kontrol
11,5)
anak
usia
pra
sekolah.
Penilaian
skor
nyeri
Universitas Indonesia
80
usia anak maka makin bertambah pemahaman tentang nyeri dan usaha
untuk pencegahan terhadap nyeri.
Pernyataan tersebut didukung oleh konsep teori Hockenberry dan
Wilson, (2007) menyebutan bahwa respon nyeri pada anak berubah
sejalan dengan pertambahan usia. Pada usia toddler respon nyeri yang
dimunculkan lebih ekspresif di bandingkan dengan usai prasekolah
dimana usia toddler masih belum mampu menggambarkan dengan
spesifik nyeri yang dirasakan karena keterbatasan kosakata dan reason
motorik yang muncul anak toddler baru mampu mendorong stimulus
menjauh setelah terjadi nyeri pengalaman nyeri dan sedangkan usia
prsekolah
telah
meminta
untuk
mengakhiri
tindakan
yang
yang
menyebabkan nyeri.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa sebagain besar
responden pada kelompok kontrol berjenis kelamin laki-laki (52,9%),
sedangkan pada kelompok intervensi, jenis kelamin responden
seimbang antara laki-laki dan perempuan (50%). Dari total sampel
secara keseluruhan, diperoleh bahwa reponden jenis kelamin laki-laki,
lebih banyak daripada perempuan.
Dari hasil analisis antara jenis kelamin dengan skor nyeri pada saat
pengambilan darah, peneliti mendapatkan bahwa skor nyeri pada
kelompok intervensi laki-laki sedikit lebih tinggi dari pada perempuan
sedangkan pada kelompok kontrol skor nyeri antara laki-laki dan
perempuan hampir sama. Peneliti berasumsi bahwa hal ini mungkin
dipengaruhi oleh perbedaan kelompok usia anak yang diteliti, tetapi
berdasarkan hasil uji statistik karakteristik jenis kelamin menunjukkan
ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri pada kerakeristik jenis
kelamin laki-laki dan perempuan (laki-laki p value 0,045 dan
Universitas Indonesia
81
menjelaskan
perbedaan
dan
perempuan.
Wanita
mengalami
perubahan
hormon
Universitas Indonesia
82
berikutnya.
Responden
dengan
anak
yang
mempunyai
Universitas Indonesia
83
dan
kenyamanan pada anak, sehingga anak merasa lebih tenang dan nyeri
berkurang.
Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan rata-rata skor
nyeri dengan kehadiran orang tua (p value 0,000) sementara tidak ada
perbedaan yang signifikan pada ketidakhadiran orang tua (p value
1,000). Hal ini didukung konsep teori Potter dan Perry (2005)
menyebutkan kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang
sedang mengalami nyeri. Individu yang mengalami nyeri seringkali
bergantung kepada anggota keluarga untuk memperoleh dukungan,
bantuan atau perlindungan.
Penelitian Ozcetin, et al. (2011) menjelaskan kehadiran
keluarga
Universitas Indonesia
84
Universitas Indonesia
85
mendorong
pada
penentuan
intervensi
berikutnya,
penurunan
86
sensitisasi
dari
reseptor-reseptor
nosiseptif
dan
Universitas Indonesia
87
flavonoid
88
mengurangi nyeri masih kurang tersosialisasi dengan baik bagi perawat dan
orangtua. Selama ini digunakan berbagai macam obat analgesik untuk
mengurangi nyeri pada anak seperti paracetamol, ibuprofen dan lain-lain,
berbagai penelitian tidak menyarankan penggunaan obat-obatan
tersebut
dalam jangka waktu yang lama karena berisiko iritasi lambung, dan kerusakan
hepar serta alergi. Madu juga merupakan zat yang sangat dikenal oleh
keluarga dan mudah didapat.
Pencegahan atraumatik care merupakan tanggung jawab perawat spesialis
anak bertanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas dengan mencegah terjadinya nyeri pada anak, sehingga diharapkan
keadaan trauma pada anak dapat diminimalkan dan anak dapat hidup sejahtera
dan berkualitas.
Perawat khususnya perawat spesialis anak bertanggung jawab untuk
melakukan inovasi selama pemberian asuhan pada anak. Pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat spesialis anak harus ilmiah dan
inovatif. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu inovasi dalam
asuhan keperawatan untuk mengurangi nyeri pada tindakan invasif lainnya.
Universitas Indonesia
89
Universitas Indonesia
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh madu untuk
mengurangi nyeri pada anak saat diberikan tindakan invasif pengambilan
darah di RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Cirebon dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Usia responden ada pada rentang 1-3 tahun (toddler) dan >3-6 tahun
(preschool) dengan proporsi sama, sebagian besar berjenis kelamin lakilaki, didampingi oleh orang tua,
sebelumnya.
b. Rata-rata skor nyeri pada kelompok anak yang diberikan madu saat
dilakukan pengambilan darah adalah 8,8 dan rata-rata skor nyeri pada
kelompok anak yang diberi plasebo saat dilakukan pengambilan darah
adalah 10,5.
c. Ada perbedaan yang berbeda pada rata-rata skor nyeri antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,001.
d. Ada
Universitas Indonesia
91
informasi
dan
pengetahuan
tentang
tehnik
kesehatan
untuk mengembangkan
peenerapan
hasil
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, A.B., Bustani, P.C., Taub, N.A., & Beattie, R.M. (2008). Randomised
controlled trial eutectic mixture of local anasthetics cream for venepunture in
healthy pretrm infant. Arch Dis Child Fetal Neonatal, 78(6), 138-142.
Akanmu, M.A., Olowookere, T.A., Atunwa, S.A., Ibrahim, B.O., Lamidi, O.F.,
Adams, P.A., et al. (2011). Neuropharmacoloical effects of Nigerian honey
in mice. Department of Pharmacology, Faculty of Pharmacy. NCBI 8(3), 230245. Diunduh tanggal 20 Oktober 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles
Almada, (2000). Natural COX-2 inhibitor the future of pain relief. International
Chiropractic Pediatric Association. Pain News, 10(2), 112-118. Diunduh
tanggal 26 Juli 2012. http://www.naturalnews.com/pain.html
Alzubier, A.A., & Okechukwu, P.N. (2011). Investigation of anti-anflammatory,
antipyretic and analgesic effect of Yemeni Sidr honey. World Academy of
Science, Engineering and Technology, 47(5), 52-58.
Amy, L., Drendel, D.O., David, C., Brousseau, M.D., Marc, H., & Gorelick,
M.D. (2006). Pain assessment for pediatric patients in the emergency
departmet. Pediatrics, 117(5), 1511-1517. Diunduh tanggal 30 Desember
2012. http://pediatrics.aappublications.org/content/117/5/1511.full.pdf.
American Academy Of Pediatrics, American Pain Society. (2002). The
assessment and management of acute pain in infants, children, and
adolescents. Pediatrics, 17(7), 108-793.
American Academy of Pediatrics, Canadian Pediatric Society. (2000). Prevention
and management of pain and stress in the neonate. Pediatrics, 61(3), 105-454.
Diunduh tanggal 12 Agsutus 2012. http://pediatrics.aappublications.org/
content/105/2/454.full.
American Pain Society. (2000). Pain assessment and treatment in the managed
care environment.
Diunduh
tanggal 27 Juli 2012. http://:www.
ampainsooc.org/cgi-bin/print/pl.
_________________. (2003). Pediatric chronic pain: A position statement from
the American pain society.
Diunduh
tanggal 28 Juli
2012.
http://:www.ampainsooc.org/cgi-bin/ print/pl.
Arrowsmith, J., & Campbell, C.A. (2000). A comparation of local anaesthectics
for venepucture. Arch dis Child, 82(6), 309-310. Diunduh tanggal 7 Aguatus
2012. http://adc.bmj.com/content/82/4/309.full
92
Universitas Indonesia
93
Aziz A.H.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta : Salemba.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2004). Madu. Badan Standarisasi
Nasional Indonesia, Jakarta.
Bauer K., Ketteler, J., Hellwing, M., Laurenz, M., & Versmold, H. (2005). Oral
glucose before venepuncture relieves neonates of pain, but stress is still
evidenced by increased ini oxygen consumption, emergency expenditure and
heart rate. Pediart Res, 55(4), 695-700.
Beisang, A. (2007). Assessing pain in children with severe neurocognitive
impairments. A Peditric Perspective, 16(6), 120-128. Diunduh tanggal 14
Agustus 2012. http://www. gillettechildrens.org//vol16No5.pdf.
Bognadov, S. (2010). Honey as nutrient and function food. Bee product science
Januari 28(2) 145-147. Diunduh
tanggal 25 Agustus 2012.
http://www.beehexagon.netfles/fil/file./HealthHoney/HoneyNutrition.JACN.
Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., & Gallmann, P. (2008). Honey for
nutrition and health: a Review. American Journal of the College of Nutrition
27(7),
677-689.
Diunduh
tanggal
28
Juli
2012.
http://:ww.beehexagon.net/files /file/fileE/HealthHoney/Nutriti JAC.pdf.
Breau, L.M., McGrath, P.J., Camfield, C.S., & Finley, G.A. (2000). Psychometric
properties of the non-communicating Childrens Pain Checklist-revised, Pain,
99(7), 349-357.
Breivik, H., Borchgrevink, P.C., Allen, S.M., Rosseland, L., Romundstad, L.,
Hals, E.K.B., et al. (2008). Assessment of pain. British Journal of Anaesthesia
101(1),
1724.
Diunduh
tanggal
8
Agustus
2012.
http://bja.oxfordjournals.org/ content/101/1/17.full.pdf
Brusch, B., & Zeltzer, L.K. (2004). Pediatric pain management, dalam R.E.,
Behman, , R.M., Kliegman, H.B., Jenson, (Eds). Neston Nursing Pediatrics,
edisi ke-17, hlm 66-358. Philadelphia: Saunders.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., & Wooton, M. (2000). Ilmu Pangan.
Terjemahan: Purnomo, H & Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Bulloch, B., & Tenenbein, M. (2002). Assessment of clinically significant
changes in acute pain in children. Acad Emerg Med, 29(9), 199-202.
_________________________ . (2002). Validation of 2 pain scales for use in the
pediatric emergency department. Pediatrics, 110(3), 1-6.
Universitas Indonesia
94
Burns, N., & Grove, S.K. (2009). The practice of nursing resesrch: appraisal,
synthesis, and generation of evidence, 6th ed. Missouri: Saunders Elsevier.
Carbajal, R., Chauvet, X., Couders, S., Oliver-Martin, M. (2009). Randomised
analgesic effects of sucrose, glucose, and pacifiers in term neonates. BMJ,
47(7),
319-1393.
Diunduh
tanggal
14
Agustus
2012.
http://www.bmj.com/content/319/7222/1393.
Cohen, L.L. (2008). Behavioral approaches to anxiety and pain management for
pediatric venous access. Pediatric, 45(7), 122-134, Diunduh tanggal 20
September
2012.
http://pediatrics.aappublications.org/content/122/
Supplement3/S134.full.pdf
Cornelia P., & Chis, A. (2011). Chemical and biochemical caraterization of three
disserent types honey from Bihor country. Faculty for Environmental
Protection, 25(1), 313-318. Diunduh
tanggal 25 Juli 2012.
http://notulaebotanicae.ro/nbha/article/viewFile/4780/4516
Craig, K.D , Lilley, C.M., & Gilbert, C.A. (2006). Social barriers to optimal
pain management in infants and children. Clin J Pain,12(4), 232242.
Czarnecki, M.L., Turner, H.N., Collins, P.M., Doellman, D., Darcy., Wrona, S., &
Reynolds, J. (2011). Procedural pain management: A position statement with
clinical practice recommendations. Pain Management Nursing, 21(11), 1-17.
Crowley, M.A., Storer, A., Heaton, K., Naccrato, M.K., Proehl, J.A., & Moretz,
J.D. (2010). Emergency nursing resource: Needle-related procedural pain in
pediatric patient in the emergency departement. Pediatric Emergency Care.
27(2),
126-129.
Diunduh
tanggal
8
Juli
2012.
http://www.ena.org/IENR/ENR/ Documents/PedPainManagementENR.pdf
Curtis, S.J., Jou, H., Ali, S., Vandermeer, B., & Klassen T. (2007). A
randomized controlled trial of sucrose and/or pacifier as analgesia for infants
receiving venipuncture in a pediatric emergency department. BMC Pediatrics,
77(7),
1471-1476.
Diunduh
tanggal
27
Juli
2012.
http://www.biomedcentral.com/1471-2431/7/27/pdf.
Daniela, M., Clarisa, N., Virgil, V., Elisabeta, V., & Schneider, F. (2010).
Physiology of pain general mechanisms and individual differences. Jurnal
Medical Aradean, 8(4), 19-23. Diunduh tanggal 2 Oktober 2012.
www.jmedar.ro
Davaera, Y. (2006). Larutan glukosa oral sebagai analgesik pada prosedur
pengambilan darah tumit bayi baru lahir: Suatu uji klinik acak tersamar
ganda. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
95
Dharma, K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan
san menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Dilen, B., & Elseviers, M. (2010). Oral glucose solution as pain relief in newborn:
Result a clinical trial. Birth issue in perinatal Care, 37(2), 99-105.
Dowling, M. (2004). Pain assessment in children with neurological impairment,
Pediatric Nursing, 5(4), 37-38. Diunduh
tanggal
27 Juli 2012.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15116686.
Drendel, A., Brousseau, D., & Gorelick, M.H. (2006). Pain assessment for
pediatric patients in the Emergency Department. Pediatrics, 117(5), 15111518. Diunduh tanggal 12 Juli 2012. http://pediatrics.aappublications.org.
Eichenfield, L.F., Funk, A., Fallon-Friedlander, S., Cunningham, B.B. (2002). A
clinical study to evaluate the efficacy of ELA-Max (4% liposomal lidocaine)
as compaired with eutectic mixture of local anasthetics cresm for reduction of
venipuctue in children. Pediatrics, 19(9), 109-1093.
Eldridge, C., & Kennedy, R. (2009). Non pharmacological techniques for stress
reduction during emergency medical care: A review. Pediatrics, 11(4), 244250. Diunduh tanggal 12 Juli 2012. http://cdn.intechopen.com/pdfs/.pdf
Ellis,J.A., Sharp, D., Newhook, K., & Cohen, J. (2004). Selling comfort: A survey
of interventions for needle procedures in a Pediatric Hospital. Pain
Management Nursing, 5(4), 144-152.
Fein, J.A., Zempsky, W., Cravero, J.P. (2012). Relief of pain and anxiety in
pediatric patients in emergency medical systems. Pediatrics, 130(5), 13911405.
Fenicia, L., & Anniballi, F. (2004). Infant botulism. Ann Ist Super Sanita. 45(2),
134-146.
Gimbler-Berglund, I., Ljusegren, J., & Enskar, K. (2008). Factors influencing
pain management in children. Pediatrics Nursing, 20(10), 21-24. Diunduh
tanggal 20 Juli 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19119745
Goenarwo, E., Chodidjah, & Susanto, H. (2011). Uji efektifitas analgetik madu
pada tikus dengan metoda geliat asetat. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung.
Gottschalk, A., & Smith, D.S. (2001). New concepts in acue pain therapy:
Prepentive analgesia. Am Fam Phys, 63(84), 190-197. Diunduh tanggal 25
Juli 2012. http://www.aafp.org/afp/2001/0515/p1979.html.
Universitas Indonesia
96
Gardner, F., & Shaw, D.S. (2008). Behavioral Problems of Infancy and Preschool
Children. ISBN, 978(1), 4051-4549.
Gradin, M., Eriksson, M., Holmqvst, G., & Schollin, J. (2002). Pain reduction at
venipucture in newborn: Oral glucose compared with local anesthetic cream.
Pediatrics, 57(9), 110-153. Diunduh
tanggal 20 Agustus 2012.
http://peditrics.aappublication.org/conten/110/6/1053.full.html.
Gradin, M., Eriksson, M., Holmqvst, G., Holstien, R.N., & Schollin, J. (2006).
Pain reduction at venipucture in newborn: Oral glucose compared with local
anesthetic cream review. Pediatrics, 6(10), 1053-1057. tanggal 28 Juli 2012.
http://www.pediatricsdigest.mobi/content/110/6/1053.full.
Green R.S., & MacIntyre, J.K. (2009). Critical care in the Emergency
Department: An assessment of the length of stay and invasive procedures
performed on critically ill ED. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation
and Emergency Medicine, 17(8), 43-47. Diunduh tanggal 8 Agustus 2012.
http://www.sjtrem.com/content/17/1/47.
Hagglof, B.L., & Bergstrom, L.L. (2009). Impaired health-related quality of life
in children with recurrent pain. Pediatrics, 124(4), 759-760. Diunduh tanggal
7 Agustus 2012. http://pediatrics.aappublications.org/content/full.htm
Harrison, D., Yamada, J., Webber, A.T., Ohlsson, A., Beyene, J., & Steven, B.
(2011). Sweet tasting solution for reduction of needle-related procedural in
children aged one to 16 years review. The Cochrane Library, 19(8), 156-159.
Hamad, S. (2004). Terapi Madu. Jakarta. Pustaka Imam, h. 30.
Herd, D.w., Franz, E., Gilhotra, Y., & Huckson, S. (2009). Pain management
practices in paediatric emergency departments in Australia and New Zealand:
A clinical and organizational audit by National Health and Medical Research
Councils National Institute of Clinical Studies and Paediatric Research in
Emergency Departments International Collaborative. Emergency Medicine
Australasia, 21(2), 210-221.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wongs nursing care of infants and
children. (8th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.
Huether, S.E., & Leo, J. (2002). Pain, tempetarure regulation, sleep, and sensory
fuction. In K.I., McCance & S.E., Heuether (Eds), Pathophysiology: The
biologic basis for disease in adults and children (4th ed), pp. 401-410.
St.Louis. MO: Mosby-Year Book.
Universitas Indonesia
97
Jatana, L. J., Dalal, J.L., & Wilson, G.C. (2003). Analgesic effect of oral
glucose in neonates. MJAFI, 59(2), 100-104. Diunduh tanggal 24 September
2012. medind.nic.in/maa/ t03/i2/maat03i2p100.pdf
Kelly, A.M. (2000). A process approach to improving pain management in the
emergency department development and evaluation. J Accid Emerg Med. 17,
(7), 185-187.
Kenneth, D.C., Lilley, Christine M., Gilbert, & Cheryl A. (2006). Barriers to
optimal pain management in infants, children, and adolescents social barriers
to optimal pain management in infants and children. Clinical Journal of Pain,
12(3), 232-242.
Kleiber, C., Sorenson, M., Whiteside, K., Gronstal, B.A., & Tannous, R. (2002)
Topikal anasthetics for intravenous insertion in children: A randomized
equivalency study. Pediatrics, 61(7), 110-758. Diunduh
tanggal 20
September 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12359791
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care
and research. New York, NY: Springer Publishing Company.
Kolcaba & Di Marco. (2005). Comfort theory and its application to pediatric
nursing. Diunduh 20 Juni 2012. http://www.thecomfortline.com/comfort
theory.
Larsson, B.A., Tannfeldt, G., Lacercrantz, H., Olsson, G.L. (2000). Venipuncture
is more affective and less painfull than heel lancinf for blood tests in neonates.
Pediatrics, 16(5), 101-882. Diunduh
tanggal 12 Agustus 2012.
http://pediatrics.aappublications.org/content/101/5/882.full.
Latief, S.A., (2001). Petunjuk praktis anatesiologi, edisi III, Bag Anastesiologi
dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta.
Laxmikant, S., Deshmukh & Udani, R.H. (2002). Analgesic effect of oral glucose
in preterm infants during venipuncture: A double-blind, randomized,
controlled trial. Jurnal of Tropical Pediatric, 48(3), 138-141.
Le Mone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing: Critical thinking in
client care. (3rd ed.). A. Pearson Education Company.
Loeser, J. D., & Treede, R. D. (2008). The Kyoto protocol of IASP basic pain
terminology. Pain , 137(3), 473477.
Logan, D. E., & Rose, J. B. (2004). Gender differences in postoperative pain and
patient controlled analgesia use among adolescent surgical patients. Pain , 109
Universitas Indonesia
98
(3),
481487.
Diunduh
tanggal
12
http://www.sciencedirect.com/science/ article/pii.
September
2012.
Loissi, C., White, P., & Hatira, P. (2006). Randomized clinical trial of local
anesthetic versus a combination of local anesthetic with self-hypnosis in the
management of pediatric procedure-related pain. NCBI, 25(3), 307-312.
Lewkowski, M.D., Barr, R.G., Sherrard, A., Lessard, J., Harris, A.R., & Young
S.N. (2003). Effects of chewing gum on responses to routine painful
procedures in children. Physiology & Behavior, 79(2), 257265
Lyon,F., Boyd, R., & Mackway-Jones, K. (2005). The convergent validity of the
Manchester pain scale. Emergency Nurse, 13(1), 3-38. Diunduh tanggal 13
Agustus 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15861613.
MacLean, S., Obispo, J., & Young, K.D. (2007). The gap between pediatric
emergency department procedural pain management treatment available and
actual practice. Pediatric Emergency Care. 23(2), 87-93.
Manchikanti, L., Datta, S., Gupta, S., Munqlani, R., Bryce, D.A., Ward, S.P., et al.
(2010). Critical review of the American Pain Society Clinical Practice
Guidelines for interventional techniques: Part 1. Diagnostic interventions.
Pain Physician, 13(3), 141-174.
Mathew, P.J. (2003). Assessment and management of pain in children review.
BJM, 45(5), 256-260. Diunduh tanggal 9 July 2012. http://pmj.bmj.com
Mathew, P.J., & Mathew, J.L. (2003). Assessment and management of pain in
infant. PostgradMed, 2(48), 430-438. Diunduh tanggal 7 Agustus 2012.
http://pmj.bmj.com/content/79/934/438
Matthews, E.A., & Dickenson, A.H. (2004). Pain patohysiology. Dalam: S.J.,
Dolin, N.L., Patfield. (Eds). Pain medicine manual. Edisi ke-2, h. 11-19.
London: Butterworth Heineman.
McCaffrey, D., & Pasero, R. (2010). Pain assessment and management in children
and adolescent. Pediatrics, 108(3), 793-797. Diunduh tanggal 25 Juli 2012.
http://pediatrics.aappublications.org/content/108/3/793.full
Mediani, H.S., Mardhiyah, A., dan Rakhmawati, W. (2003). Respon nyeri infant
dan anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infuse di RSUD
Sumedang. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
Meliala, L. (2001). Patofisiologi nyeri. Dalam: K.L., Meliala, A., Suryamiharja,
J.S., Purna, H.A., Sadeli. (Ed). Nyeri neuropatik. patofisiologi dan
penatalaksanaan, h 1-2, Kelompok Studi Nyeri, PERDOSSI.
Universitas Indonesia
99
Morton, N.S. (2008). Prevention and control of pain in children. Br J Anaesth, 29,
(8124),
118-.
Diunduh
tanggal
20
September
2012.
http://bja.oxfordjournals.org/content/ 83/1/118.full.pdf
Movahaedi, A. F. (2006). Effect of local refrigeration prior to venipuncture on
pain related responses in school age children. Pediatrics, Diunduh tanggal 20
Juli 2012. http://www.ajan.com.au/Vol24/Vol24.2- 8.pdf
National Honey Board. (2010). A Refernce Guide from National Board. Iam to
tell you the facts about honey. Diunduh tanggal 5 Januari 2013.
http://www.pointernet.pds.hu/honey/techbroch.pdf
Newman, C.l., Lolekha, R., Limtifikul, K., Luangxay, K., Chopitayasunondh, T.,
Chanthavanich, P. (2005). A Comparasion of pain scales in Thai children.
Arch Dis Child, 990(70) 269-275.
Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh pemberian madu dalam tindakan keperawatan
oral care terhadap mukositis akibat kemoterapi pada anak di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Noel, M., Chambers, C.T., McGrath, P.J., Klein, R.M., & Stewart, S.H. (2012).
The influence of childrens pain memories on subsequent pain experience.
PAIN, 115(16), 15631572.
O'Malley, P.J., Brown, K., & Krug, S.E. (2008). Patient and Family-Centered
care of children in the emergency department. Pediatrics, 112(19), e511-e521.
O'Rourke, D. (2004). The measurement of pain in infants, children, and
adolescents: From policy to practice. Diunduh tanggal 20 Juni 2012.
http://ptjournal.apta.org
Ozcetin, M., Suren, M., Karaaslan, E., Colak, E., Kaya, Z., & Guner, O. (2011).
effects of parent's presence on pain tolerance in children during venipuncture:
A randomised controlled trial. HK J Paediatr, 67(16), 247-252.
Petersen, S., Hagglof, B.L., & Bergstrom, E.I. (2009) Impaired health related
quality of life in children with recurrent pain. Pediatrics, 124(4), 759-767.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing research: generating and assessing
evidence for nursing practice, 9th ed. Philadelpia: Lippincott.
Polit, D.F., & Hungler, B.P. (1999). Nursing research: Principles and methods,
6th ed. Philadelpia: Lippincott
Universitas Indonesia
100
Potter, A.G., & Perry, P.A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses, dan praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Purabaya, J.R. (2002). Mengenal dan memanfaatkan khasiat madu alami. hal 182,
Bandung, CV.Pionir Jaya.
Puspitasari, I. (2007). Rahasia sehat mmadu, hal 57. Yogyakarta, PT.Bentang
Pustaka.
Ratnapalan, S., Mason, K.P,. & Mace, S.E. (2010). Pediatric pain management
and sedation. International Journal of Pediatrics. 2(5), 512-515.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis,
edisi 4. Jakarta: Sagung Seto.
Schechter, N.L., Zempsky, W.T., Cohen, L.L., McGrath, P.J., McMurtry, C.M., &
Bright, N.S. (2007). Pain reduction during pediatric immunizations: evidencebased review and recommendations. Pediatrics. 28(9), 156-159.
Scheiner, R., Pluckhahn, S.,
Oney, B., Blenau , B., & Erber, J. (2002).
Behavioural pharmacology of octopamine, tyramine and dopamine in honey
bees. Behavioral Brain Resesrch, 136(12), 545-553.
Schmitz, A.K., Vierhaus, M., & Lohaus, A. (2012). Pain tolerance in children and
adolescents: Sex differences and psychosocial influences on pain threshold
and endurance. European Journal of Pain. 10(2), 153-157.
Sikorova, L., & Hrazdilova, P. (2011). The effect of psyhchological intervention
on perceived pain in children undergoing venipuncture. Biomed Pap Med,
155(20), 218-203.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Brunner & Suddarth, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soyer, T., Deniz, T., Akman, H., Hancerliogullari, O., Turkmen, F., & Cesur, O.
(2009). The impact of pediatric trauma score on burden of trauma in
emergency room care. The Turkish Journal of Pediatric, 51(7), 367-370.
Sparks, L.A., Setlik, J., & Luhman, J. (2007). Parental holding and positioning
to decrease IV stress in young children: A randomized controlled trial.
Journal of Pediatric Nursing, 22(6), 257-263.
Srouji, R,. Ratnapalan, S., & Schneeweiss, S. (2010). Pain in children: assessment
and nonpharmacological management. International Journal of Pediatrics,
474(11), 838-842.
Universitas Indonesia
101
Steven, B., Yamada, J., & Ohlsson, A. (2005). A Sucrose for analgesia in
newborn infant undergoing painful procedures. NICHD, 56(2), 105-112.
Diunduh tanggal 23 September 2012. http://www.nichd.nih.gov
/cochraneneonatal/stevens/ stevens.html.
Suarez, J.A., Tulipani, S., Romandini, S., Bertoli, E., & Battino, M. (2010).
Contribution of honey in nutrition and human health: a review. J. Mediterr
Nutr Me-tab, 5(2), 15-23. Diunduh tanggal 28 Juni 2012. http://www.springerlink.com/content/g1771u466wvr2h26/fulltext.pdf.
Supartini, Y. (2004) Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
Suraseranivonges, S., Santawat, U.K., Kraiprasit, K.S., Pectharatana, S.S.
Prakkammodom, S., & Muntraporn, N. (2001). Cross-validation of composite
pain scale for preschool children within 24 houe of surgery. British Journal,
87(3), 400-408.
Taddio, A., Appleton, M., Bortolussi, R., Chambers, C., Dubey, V., Halperin, S.,
et al. (2010). Reducing the pain of childhood vaccination: an evidence-based
clinical practice guideline. CMAJ, 182(8), 843-855. Diunduh tanggal 12
September 2012. http://www.cmaj.ca/content/182/18/1989.full.
Taylor, C.R., Lillis, G., LeMone, P., & Lynn, P. (2008). Fundamental of nursing :
The art and science of nursing care. (6th ed.). Philadelphia: Nazareth
Hospital.
Tomey, A.M., & Alligood, R.M. (2006). Nursing science and their works. (6th
ed.). St. Louis; Mosby Elsevier.
Truchado, P., Izquierdo, G.A., Barberan, T.F., & Allende, A. (2009). Inhibition by
chesnut honey of N-Acyl-L homoserine lactones and biofilm formation in
erwinia carotovora, yersinia enterocolitica, and aeromonas hydrophila.
Agricultural and Food Chemistry, 57(23), 11186-11193. Diunduh tanggal 12
Agustus 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19950997
Twycross, A. (2000). Education about pain: A neglected area?. Nurse Educ
Today.20(5), 244253. Diunduh tanggal 20 September 2012.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/10820579.
Uman, L.S., Chambers, C.T., McGrath, P.J., & Kisely, S. (2007). Psychological
interventions for needle-related procedural pain and distress in children and
adolescents. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4, 2. Agustus 20,
2012. http://udini. proquest.com/view/psychological-interventions-for-pqid:
1968185 001/
Universitas Indonesia
102
Wanga, Z., Sunb, L., & Chena, A. (2008). The efficacy of non-pharmacological
methods of pain management in school age children receiving venepuncture in
a paediatric department: a randomized controlled trial of audiovisual
distraction and routine psychological intervention. Swiss Med Wkly,138 (39).
79-584.
Weisman, S.J., Bernstein, B., & Schechter, N.L. (2008). Consequences of
inadequate analgesia during painful procedures in children. Arch Pediatr
Adolesc Med, 9, 147-152. Agustus 28, 2012. http://archpedi.jamanetwork.com
/article.aspx?articleid=189261.
William, T., Zempsky, M.D., Neil, L., & Schechter, M.D. (2003). Whats new
in the management of pain in children. Pediatrics in Review, 24, 10, 377-348.
September 25(5), 2012. http://pedsinreview.aappublications.org/content
/24/10/337.extract
William, T., & Zempsky, M.D. (2008). Optimizing the management of peripheral
venous access Pain in children: Evidence, impact, and implementation.
Pediatrics, 122, (3), 121-124.
Won, D. (2006). Effect of programmed information on coping behavior and
emotions of mother of young children undergoing IV procedures. Jurnal of
Korean Academy of Nursing, 36(8), 1301-1307.
Wong. D.L., & Hockenberry, M. J. (2003). Nursing care of infants and children,
(7th ed.), St. Louis: Mosby.
Young, K.D. (2005) Pediatric procedural pain. Ann Emerg Med, 57, 1071, 74.
Januari 1, 2012. http://web.unife.it/utenti/giampaolo.garani/SedazioneFarmaci/AnnEmergMed2005.Pediatric%20procedural%20pain.pdf.
Zeltzer, L., & Brown, M.A. (2007). Pre treating pain associated with venous
access procedures. US Paediatrics, 1(2), 78-80.
Zempsky, W.T. (2000). Developing the painless emergency department: A
systematic approach to change. Clin Pediatr Emerg Med, 56(1), 253259.
Zempsky, W.T., & Cravero, J.P. (2004). Relief of pain and anxiety in pediatric
patients in emergency medical systems. Journal of Pediatric, 5, (5), 114-117.
Zempsky, W.T., & Schecter, N.L. (2005). Whats new in the management of pain
in children. Pediatric in Review, 24(8), 337-340.
Zubieta, J.K., Yolanda, R., Smith,.Bueller, J.A., Xu, Y., Kilbourn, M.R., et al.
(2002) Opioid receptor-mediated antinociceptive responses differ in men and
women. The Journal of Neuroscience, 22(12), 51005107.
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Lampiran 2
yang anda jawab dalam penelitian ini, anda berhak untuk tidak menjawabnya.
Namun, jika diperlukan catatan penelitian ini dapat dijadikan barang bukti apabila
pengadilan memintanya. Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh saya
ketahui, tidak menyebabkan risiko yang lebih besar dari pada risiko yang biasa
anda hadapi sehari-hari.
Walaupun keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan
langsung pada anda, manun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengetahui lebih jauh tentang pengaruh pemberian madu terhadap penurunan
skor nyeri pada anak dengan tindakan invasif pengambilan darah intra vena di
ruang unit gawat darurat. Apabila setelah terlibat penelitian ini anda masih
memiliki petanyaan, anda dapat menghubuni saya di nomer telepon 0816646216.
Setelah membaca informasi di atas dan memahami tentang tujuan penelitian dan
peranyang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
2012
_________________
Universitas Indonesia
Lampiran 3
: ___________________________________________
Umur
: ___________________________________________
(___________________)
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Inisial
: _______________________
No. kuesioner
: _______________________
Hari/tanggal
: _______________________
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan
Tanggal lahir
: _____/_______/______
Umur
: _____________Bulan
Universitas Indonesia
Lampiran 5
: Treatment
Inisial : ________
Kontrol
No. kuesioner : ___
Item
Tangisan
Perilaku
Tidak menangis
Merintih
Menangis
Menjerit/teriak
Ekspresi
wajah
Biasa
Merengut
1
2
Tersenyum
Tidak ada
Anak mengeluh
1
1
Keluhan nyeri
Kedua keluhan
2
2
Ungkapan positif
Netral
Gelisah
Tegang
Gemetar
1
2
2
2
Tegak lurus
Menahan
Tidak menyentuh
Berusaha menggapai
2
2
1
2
Menyentuh
Merebut
Direstrain
Netral
Menendang2
Ditarik
2
2
2
1
2
2
Berdiri
Direstrain
2
2
Ekspresi
verbal
Posisi
badan
Sentuhan
Posisi
kaki
Point
1
2
2
3
Hari/tanggal : ___________
Definisi/pengertian/interpretasi
Anak tidak menangis
Anak merintih/menangis lirih
Anak menangis tapi tidak keras
Anak menangis dengan kuat, dapat disertai
keluhan/tidak
Ekpresi wajah netral
Terdapat ekspresi wajah menunjukkan
negatif/tidak nyaman
Terdapat ekspresi wajah menunjukkan positif/
nyaman
Anak tidak berbicara
Anak mengeluh tapi tidak berkaitan dengan
nyeri, contoh mana ibu saya atau saya
haus
Anak mengeluhkan nyeri
Anak mengeuh nyeri yang lain, contoh saya
sakit saya ingin melihat ibu saya
Anak memberikan statment positif atau
membicarakan hal2 lain yang bukan berupa
keluhan
Badan dalam posisi rileks/isitrahat
Posis tubuh bergerakgerak (gelisah)
Badan tertekuk/melingkar atau kaku
Badan tampak tidak nyaman atau
memberontak
Badan dalam posisi tegak
Badan direstrain
Anak tidak menyentuh/memegang luka
Anak memberi reaksi tetapi tidak menyentuh
luka
Anak mencoba memegangi luka
Anak menyentuh area yang nyeri
Tangan anak direstrain
Kaki dalam posisi rileks, atau bergerak Gerak
tapi masih rileks
Gerakan2 yang menunjukkan kegelisahan,
menendang
Berdiri, kaki tertekuk dan tegang
Kaki anak direstrain
JUMLAH SKOR
Sumber : McGrath, P.J., Jhonson, G., Goodman, J.T., et al. CHEOPS: A behavioral scale for rating
postoperative pain in children. In Fields, H.L., et al. (editor) Advances in Pain Research and
Therapy, (vol 9). New York, Reven Press.
Universitas Indonesia
Skor
Lampiran 6
Universitas Indonesia
Lampiran 7
No
Kegiatan
Penyusunan
proposal
Ujian proposal
Pengumpulan data
Analisis dan
penafsiran data
Ujian hasil
penelitian
Penulisan dan draf
publikasi
Siding tesis
Penulisan tesis
Perbaikan tesis
Jilid hard cover
Pengumpulan tesis
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
September
1
Oktober
1
Bulan
November
Minggu
1 2 3 4
Desember
1
Januari
4
Universitas Indonesia
Lampiran 8
: Islam
Almat Rumah
Institusi
Alamat Instansi
1. Riwayat Pendidikan
No
1
2
3
4
5
Pendidikan
SD Negri Banjar I Kota Banjar
SMP Negri I Kota Banjar
SMA PGRI Kota Banjar
Akademi Keperawatan Depkes
Bandung
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
Indonesia
Jurusan
Keperawatan
Tahun Lulus
1983
1986
1989
1992
Keperawatan
2003
Jabatan
Perawat Pelaksana
Tahun
1992-1998
Guru
Dosen
1998-2001
2001-Sekarang
2. Riwayat Pekerjaan
No
Tempat Kerja
1 Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung
2 SPK Depkes Cirebon
3 Politehnik Kesehatan Tasikmalaya
Program Studi Keperawatan
Cirebon
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Lampiran 2
yang anda jawab dalam penelitian ini, anda berhak untuk tidak menjawabnya.
Namun, jika diperlukan catatan penelitian ini dapat dijadikan barang bukti apabila
pengadilan memintanya. Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh saya
ketahui, tidak menyebabkan risiko yang lebih besar dari pada risiko yang biasa
anda hadapi sehari-hari.
Walaupun keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan
langsung pada anda, manun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengetahui lebih jauh tentang pengaruh pemberian madu terhadap penurunan
skor nyeri pada anak dengan tindakan invasif pengambilan darah intra vena di
ruang unit gawat darurat. Apabila setelah terlibat penelitian ini anda masih
memiliki petanyaan, anda dapat menghubuni saya di nomer telepon 0816646216.
Setelah membaca informasi di atas dan memahami tentang tujuan penelitian dan
peranyang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
2012
_________________
Universitas Indonesia
Lampiran 3
: ___________________________________________
Umur
: ___________________________________________
(___________________)
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Inisial
: _______________________
No. kuesioner
: _______________________
Hari/tanggal
: _______________________
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan
Tanggal lahir
: _____/_______/______
Umur
: _____________Bulan
Universitas Indonesia
Lampiran 5
: Treatment
Inisial : ________
Kontrol
No. kuesioner : ___
Item
Tangisan
Perilaku
Tidak menangis
Merintih
Menangis
Menjerit/teriak
Ekspresi
wajah
Biasa
Merengut
1
2
Tersenyum
Tidak ada
Anak mengeluh
1
1
Keluhan nyeri
Kedua keluhan
2
2
Ungkapan positif
Netral
Gelisah
Tegang
Gemetar
1
2
2
2
Tegak lurus
Menahan
Tidak menyentuh
Berusaha menggapai
2
2
1
2
Menyentuh
Merebut
Direstrain
Netral
Menendang2
Ditarik
2
2
2
1
2
2
Berdiri
Direstrain
2
2
Ekspresi
verbal
Posisi
badan
Sentuhan
Posisi
kaki
Point
1
2
2
3
Hari/tanggal : ___________
Definisi/pengertian/interpretasi
Anak tidak menangis
Anak merintih/menangis lirih
Anak menangis tapi tidak keras
Anak menangis dengan kuat, dapat disertai
keluhan/tidak
Ekpresi wajah netral
Terdapat ekspresi wajah menunjukkan
negatif/tidak nyaman
Terdapat ekspresi wajah menunjukkan positif/
nyaman
Anak tidak berbicara
Anak mengeluh tapi tidak berkaitan dengan
nyeri, contoh mana ibu saya atau saya
haus
Anak mengeluhkan nyeri
Anak mengeuh nyeri yang lain, contoh saya
sakit saya ingin melihat ibu saya
Anak memberikan statment positif atau
membicarakan hal2 lain yang bukan berupa
keluhan
Badan dalam posisi rileks/isitrahat
Posis tubuh bergerakgerak (gelisah)
Badan tertekuk/melingkar atau kaku
Badan tampak tidak nyaman atau
memberontak
Badan dalam posisi tegak
Badan direstrain
Anak tidak menyentuh/memegang luka
Anak memberi reaksi tetapi tidak menyentuh
luka
Anak mencoba memegangi luka
Anak menyentuh area yang nyeri
Tangan anak direstrain
Kaki dalam posisi rileks, atau bergerak Gerak
tapi masih rileks
Gerakan2 yang menunjukkan kegelisahan,
menendang
Berdiri, kaki tertekuk dan tegang
Kaki anak direstrain
JUMLAH SKOR
Sumber : McGrath, P.J., Jhonson, G., Goodman, J.T., et al. CHEOPS: A behavioral scale for rating
postoperative pain in children. In Fields, H.L., et al. (editor) Advances in Pain Research and
Therapy, (vol 9). New York, Reven Press.
Universitas Indonesia
Skor
Lampiran 6
Universitas Indonesia
Lampiran 7
No
Kegiatan
Penyusunan
proposal
Ujian proposal
Pengumpulan data
Analisis dan
penafsiran data
Ujian hasil
penelitian
Penulisan dan draf
publikasi
Siding tesis
Penulisan tesis
Perbaikan tesis
Jilid hard cover
Pengumpulan tesis
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
September
1
Oktober
1
Bulan
November
Minggu
1 2 3 4
Desember
1
Januari
4
Universitas Indonesia
Lampiran 8
: Islam
Almat Rumah
Institusi
Alamat Instansi
1. Riwayat Pendidikan
No
1
2
3
4
5
Pendidikan
SD Negri Banjar I Kota Banjar
SMP Negri I Kota Banjar
SMA PGRI Kota Banjar
Akademi Keperawatan Depkes
Bandung
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
Indonesia
Jurusan
Keperawatan
Tahun Lulus
1983
1986
1989
1992
Keperawatan
2003
Jabatan
Perawat Pelaksana
Tahun
1992-1998
Guru
Dosen
1998-2001
2001-Sekarang
2. Riwayat Pekerjaan
No
Tempat Kerja
1 Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung
2 SPK Depkes Cirebon
3 Politehnik Kesehatan Tasikmalaya
Program Studi Keperawatan
Cirebon
Universitas Indonesia