Makalah Tugas Etika Profesi
Makalah Tugas Etika Profesi
Di susun oleh :
Aliffia Maygitasari
Galih Rakasiwi
Anggarini
Anissa Rachma.S
Afriyanti
Astrid Amelia
Evi Rahmawati
Zahra Thunzira
Kelas : 3 A
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Peran Dan Kompetensi Ahli Gizi Dalam Masyarakat
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Profesi.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Untuk itu tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Tim Penulis
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan
antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handal
dan profesional serta tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik
nasional maupun internasional. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya
manusia sebagai ahli gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan dan
mempunyai daya saing internasional
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah satu
kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam kepmenkes
nomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitianpenelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang
baru untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan
mampu
Bab II
Pembahasan
Kompetensi program studi ilmu gizi dilakukan berdasarkan dari peran dan fungsi
sarjana gizi/ahli gizi (S.GZ) di masyarakat dan sistem pelayanan gizi dalam aspek
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta mengacu kepada tujuan pendidikan
sebagai berikut :
Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya dengan kesehatan dan
pangan;
Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan pangan dalam suatu
sistem;
Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan kebutuhan;
Melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi sosial untuk pencegahan dan
penanganan masalah gizi;
Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin dan lintas profesi dalam
menangani masalah gizi;
pengkajian
gizi,
menentukan
diagnosa
gizi,
menentukan
dan
Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harus
memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8. Memiliki etika Ahli Gizi
9. Memiliki standar praktek
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
B. Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini
yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab
yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah
sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah
tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan
secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga
dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun
kelompok serta mencegah timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).
C. Peran Ahli Gizi di bidang masyarakat
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)
1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang
bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada
individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi
penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).
2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)
mengenali mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk
mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat
dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih
privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk
memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan
sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).
3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan
suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat
dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus
Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah
(komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya
yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan
lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat
menjangkau sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang
sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan
manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
Kemudian, dari mana masyarakat umum dapat memeroleh informasi dan pengetahuanpengetahuan tentang gizi guna memperbaiki pola hidup mereka? Di sinilah peran seorang ahli gizi
sebagai penyuluh dan konselor gizi sangat diperlukan. Seorang ahli gizi yang tentu saja harus
memiliki kompetensi sebagai seorang dietisien ini juga harus mau membagi ilmu yang
dimilikinya kepada masyarakat umum melalui konseling dan penyuluhan. Dengan ilmu yang
menjadi keahliannya, ahli gizi dapat membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan mereka
dan keluarga terutama yang berkaitan dengan gizi dengan menggunakan bahasa yang umum dan
sederhana yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat membantu
memperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai upaya preventif
(pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan bagaimana makanan yang aman,
sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
niscaya kita akan terhindar dari berbagi penyakit mengerikan yang sudah disebutkan di atas.
Bayangkan jika tidak, dan kemudian kita harus mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akan
terasa sangat menyakitkan dan pastinya akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk
mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa mencegah itu lebih baik (dan lebih murah) daripada
mengobati. Jika kita bisa menerapkan kebiasaan itu, kita menjadi tidak mudah sakit, dan tidak
terlalu tergantung kepada jasa dokter dan perawat, serta tidak perlu mengonsumsi obat-obatan
yang umumnya selalu memiliki efek samping terhadap kesehatan.
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai informasiinformasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi. Jika dilakukan tatap
muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli gizi dan berkonsultasi langsung
dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan
penyuluhan dan konseling pun hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup
yang harus terus ditambah dan diperbaharui setiap waktu.
Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi yang dikandungnya, ahli gizi
juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi, seperti penyakitpenyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat malnutrisi, dan penyakit-penyakit infeksi untuk
kemudian disebarluaskan kepada masyarakat. Hal-hal yang dapat diinformasikan antara lain
dimulai dari pengertian dan penjelasan singkat mengenai penyakit tersebut, kemudian apa saja
tanda dan gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasi, mengobati, dan mencegahnya,
serta apa saja makanan dan minuman yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.
Sebagai seorang penyuluh, ahli gizi dapat menyampaikan informasi-informasi kesehatan
yang khususnya berkaitan dengan gizi serentak kepada audiens yang jumlahnya relatif lebih
banyak. Hal ini menguntungkan karena informasi penting tersebut dapat langsung tersebar kepada
sasaran yang lebih luas dalam waktu yang relatif lebih singkat. Namun, informasi yang
disampaikan biasanya bersifat umum, kurang detail, dan respon dari audiens yang dapat
ditanggapi pun terbatas.
Sedangkan dalam melakukan kegiatan konseling gizi, biasanya terjadi komunikasi
langsung dua arah antara konselor dan klien. Hal ini lebih efektif, karena informasi yang
disampaikan pun dapat lebih detail dan lengkap. Komunikasi yang dibangun pun dapat lebih
intens dan mendalam sehingga dapat benar-benar dipahami apa keinginan dan kebutuhan klien.
Hanya saja, penyampaian informasi yang dilakukan melalui metode konseling ini akan
memerlukan waktu yang lebih lama jika sasaran yang dicapai lebih banyak.
Selain ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji
pada rincian di bawah ini :
1. Ahli Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS
d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal
e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
f. Pelaksana penelitian gizi
g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis
2. Ahli Madya Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat
c. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal
d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
e. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis (Persagi, 2010)
Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan
secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh :
1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup
semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.
2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara
ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.
3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height
caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan
timbangan berat badan.
4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya
sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.
5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga
memungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.
D. Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010)
Ahli
Gizi
upaya memelihara
yang
melaksanakan
profesi
dan
memperbaiki
keadaan
gizi
mengabdikan
gizi,
kesehatan,
diri
dalam
kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan
ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya
harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi
Indonesia serta etik profesinya.
a. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku,
dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
b. Kewajiban Terhadap Klien
1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi
pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien
masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan
dan
jelas,
sehingga
informasi
faktual,
akurat
dan
hendaknya
senantiasa
di
masyarakat,
berusaha
Ahli
memberikan
Mengelola Pelayanan Gizi pada populasi yang berbeda dalam daur kehidupan.
Melakukan penilaian/ evaluasi dampak program pangan dan gizi yang berbasis
masyarakat.
Mengembangkan program pangan dan gizi yang berbasis masyarakat
Berpartispiasi dalam survailans dan pemantauan gizi pada masyarakat
Berpartisipasi dalam penelitian berbasis masyarakat
Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi kebijakan pangan dan gizi
Bab III
Penutup
Kesimpulan
seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk
meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama,
dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat,
serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.
Kewajiban Ahli Gizi terhadap masyarakat diantaranya : Melindungi masyarakat
umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang
tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet,
Memberikan pelayanannya
sesuai
dengan
informasi
faktual,
akurat
dan
mencegah
terjadinya
masalah
gizi
dan
meningkatkan
status
gizi masyarakat, Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang
seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik, Dalam bekerja sama dengan
profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha
memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh
demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat, Mempromosikan atau
mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah
atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun
http://www.eatright.org
http://bleumariposa.wordpress.com/2010/07/06/peran-ahli-gizi-sebagai-penyuluh-
konselor-gizi/
http://mypersagi.blogspot.com/2010/02/kompetensi-inti-1.html#uds-search-results
http://widya-adrianingtias.blogspot.com/2012/03/peran-ahli-gizi.html
Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org