NIM
: 135040101111021
Kelas : Q
SUBSISTEM ON FARM
Indonesia merupakan negara agraris yang dicirikan dengan luasnya lahan
pertanian dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Namun, akhir-akhir ini Indonesia mengalami tantangan yang dahsyat. Lahan
pertanian mulai berkurang akibat alih fungsi lahan untuk kegiatan industri,
perkantoran, perumahan, dll. Hal ini menyebabkan Indonesia banyak mengimpor
hasil-hasil pertanian yang seharusnya dapat diproduksi dalam negeri. Selain itu,
produksi beberapa hasil pertanian juga menurun akibat tidak menentunya iklim,
serangan hama dan penyakit, kurangnya pengetahun petani, dll. Oleh karena itu
diperlukan usaha dibidang produksi hasil pertanian atau yang disebut subsistem
on farm.
Subsistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya
yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan,
usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan)
(Saragih,2001). Subsistem on farm atau budidaya lebih didominasi oleh
komoditas primer yang hasilnya belum mendapat penanganan lebih lanjut setelah
panen (Syukur dan Suharno,2014).
Dalam agribisnis, diperlukan pelaku untuk menalankan kegiatan tersebut.
Terdapat dua pelaku dalam agribisnis menurut Hanafie (2010), yaitu :
a. Lansung yang terdiri dari petani, produsen saprodi, pengusaha agroindustri
dan pedagang.
b. Tidak langsung contohnya instansi pemerintah yang berperan sebagai
fasilitator untuk perkembangan agribsinis.
Pada kegiatan budidaya petani merupakan pelaku utama. Petani sebagai subyek
dalam pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman untuk menghasilkan produksi yang
diharapkan. Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan (empowerment) petani
untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia (Sukino,2013).
Dalam kaitannya antara petani dan kegiatan budidaya, salah satu hasil
pertanian yang banyak diminati adalah usahatani hortikultura. Budidaya jamur
merupakan contoh usahatani yang memiliki prospek menjanjikan. Budidaya jamur
tidaklah sulit. Hal ini berarti bahwa teknik produksi jamur mudah dilakukan oleh
pelaku agribisnis, seperti petani secara individu ataupun perusahaan. Teknik
produksi dapat bersifat padat modal atau padat karya mengingat pasar yang cukup
luas (Irawan dan Suparmoko,1992). Hal ini dimaksudkan untuk menyerap banyak
tenaga kerja, disamping untuk memperoleh profit.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya jamur adalah PT Eka
Timur Raya dengan spesifikasi pada jamur kancing. Perusahaan tersebut berdiri
sejak tahun 1999. Kantor PT Etira berada di Jl. Raya Nongkojajar Km 1,4
Kecamatan Purwodadi, Pasuruan dengan lokasi budidaya di Desa Cemara Gading,
Ngadirejo dan Kalitejo, Kecamatan Tutur. Lokasi tersebut sesuai dengan
mudahnya ketersediaan bahan baku dan kondisi untuk pertumbuhan jamur yang
ideal. Setiap tahunnya perusahaan tersebut menghasilkan jamur sekitar 12.500 ton
untuk dikemas dalam kaleng atau dibekukan atau sekitar 35 ton per hari (PT Eka
Timur Raya,2008).
Sistem dalam perusahaan tersebut terintegrasi dengan baik, terbukti dapat
menghasilkan produk yang berkualitas sehingga dapat menjadi bahan baku
beberapa merk pada supermarket terkenal dan dipasarkan ke luar negeri, seperti
Amerika Utara. Dalam bidang budidaya, perusahaan tersebut memiliki staf ahli
yang berkualitas, terlatih dan berpengalaman untuk melaksanakan kegiatan seperti
pembuatan bibit, kompos, persiapan lahan, perawatan dan panen (PT Eka Timur
Raya,2008). Selain itu, sistem yang terdapat di PT Eka Timur Raya yaitu sistem
informasi hasil produksi jamur. Sistem ini berfungsi sebagai monitor, yaitu media
kontrol untuk mengetahui hasil produksi jamur, produk yang telah jadi,
penggunaan jamur, serta produk yang bai atau rusak (Prasetyo,2009).
DAFTAR PUSTAKA
Eka
Timur
Raya
Purwodadi-Pasuruan.Surabaya:Universitas
Eka
Timur
Rayaa.2008.Welcome
to
Etira
Mushrooms.Tersedia
di
Eka
Rayab.2008.Mushroom
Timur
Farms.Tersedia
di
Pertanian
Menanggulangi
dengan
Pemberdayaan
Masyarakat
Kemiskinan.Yogyakarta:Pustaka
Baru
Press.
Syukur,Abdul
dan
Bambang
Kambing.Depok:Penebar Swadaya.
Suharno.2014.Bisnis
Pembibitan