Laporan PascaPanen: Pematangan Buah
Laporan PascaPanen: Pematangan Buah
ACARA II
PEMATANGAN BUAH
OLEH :
Siska Ema Ardiyanti
(20110210044)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran dan buah buahan hasil pertanian pada umunya setelah dipanen jika
dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,
kimiawi parasite atau mikrobiologi. Perubahan perubahan tersebut ada yang
menguntungkan, tetapi kalu tidak dikendalikan akan sangat merugikan.
Pisang merupakan buah klimakterik yang salah satu cirinya adalah dipengaruhi
oleh adanya gas etilen baik yang berasal dari buah pisang itu sendiri maupun dari zat
zat lain. Pada umunya untuk mempercepat kematangan buah pisang biasa digunakan
karbit sebagai bahan yang dapat menghasilkan etillen, namun tigkat kerja etilen dari
karbit yang berpengaruh pada pematangan pisang sangat tergantung dari kondisi tempat
penyimpanan pisang. Apabila tempat penyimpanan terbuka bebas, mungkin pengaruh
yang diberikan oleh etilen yang berasal dari karbit akanakan sangat kecil dibandingkan
dengan kondisi penyimpanan yang tertutup rapat. Selain itu, dapt juga digunakan etilen
dalam bentuk cair yang biasa disebut ethrel. Ethrel yang diberikan ke buah pisang dapat
melalui penyemprotan dan melalui pencelupan buah pisang kedalam larutan ethrel.
Namun cara seperti ini masih jarang digunakan oleh masyarakat, karena keefektifannya
belum teruji secara maksimal.
Dalam mematangkan buah pisang, sebenarnya banyak bahan yang relative
murah dan mudah didapatkan disekitar, misalnya daun gamal. Daun gamal telah terbukti
dapat membantu mempercepat pematangan buah, sehingga metode ini mungkin perlu
dikembangkan lebih jauh.
B. Tujuan
Praktikum ini mempunyai tujuan :
1. Untuk dapat mengetahui pengaruh gas etilen yang berasal dari beberapa bahan
untuk mempercepat kematangan buah pisang.
2. Dapat melakukan dengan tepat cara mempercepat kematangan buah.
3. Menemukan metode yang tepat dalam proses pematangan buah pisang.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik,
sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan
etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses
pematangan buah . Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses
pematangan adalah etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering
digunakan sebagai pemacu pematangan. Pada dasarnya proses kematangan buah dapat
terjadi secara alamiah. Namun proses tersebut ternyata dapat dikendalikan artinya dapat
dipercepat atau ditunda ada beberapa zat yang biasa digunakan untuk mempercepat
pematangan buah, anatara lain karbid dan asetilin,gas ethilen atau senyawa
penghasilnya , asap, daun atau buah pengahsil ethielen, dan ethrel atau ethepon.Buah
pisang dapat dipanen tua sebelum matang kemudian dilakukan pemeraman untuk
mendapatkan buah matang.
Pemeraman setidaknya dilakukan sampai buah memiliki indeks warna 3, dimana
kondisi buah sudah mulai menguning namun tekstur masih keras dan tahan untuk
dikirimkan ke tempat pemasaran. Stimulasi pematangan sering dilakukan dengan
menggunakan gas etilen, gas karbit atau ethrel. Jika menggunakan gas etilen dengan
waktu kontak cukup 24 jam. Kesempurnaan hasil pemeraman dipengaruhi oleh dosis
bahan pemacu pematangan, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Proses pematangan
yang berjalan sempurna (suhu sejuk, kelembaban tinggi, ventilasi udara di tempat
pemeraman baik, dosis bahan pemacu pematangan tepat) menghasilkan warna kulit
buah pisang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok.
Proses pematangan tersebut terjadi pemecahan khlorofil, pati, pektin, dan tanin yang
diikuti dengan pembentukan senyawa etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida.
Senyawa etilen inilah yang merupakan hormon yang aktif dalam proses pematangan
buah. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa suhu lingkungan berpengaruh terhadap
pematangan buah pisang. Murtiningsih, et al. (1994), mengamati pematangan buah
pisang Ambon pada suhu 16, 17, 18, 19, 20 dan 27C dikaitkan dengan perubahan
indeks warna (IW), tekstur, produksi gas karbon dioksida dan etilen serta uji
organoleptik.
Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu maka respirasi
makin cepat, perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan tekstur dari keras menjadi
lunak semakin cepat pula. Dikaitkan dengan tekstur, maka buah pisang pada temperatur
27C lebih cepat menjadi lunak, dan matang.
A. Hormon Pada Tumbuhan
Perkembangan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke
tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi
yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme.
Senyawa-senyawa ini bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi
yang dipcngaruhirnya, dan biasanya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat
sebagai zat perangsang pertumbuhan dan perkembangan (promoter), sedang yang
lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor). Hormon tersebut adalah auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.
B. Etilen
Etilen merupakan senyawa yang berbentuk gas dan dapat mempengaruhi
perkembangan pada tumbuhan. Senyawa ini diproduksi dalam daun dan dapat
merangsang proses penuaan, sedangkan pada buah dpat merangsang pematangan.
Sintesisnya sangat dipengaruhi oleh auksin. Dalam dunia perdagangan gas etilen disebut
karbit dan digunakan untuk memeram buah agar cepat masak. Gagne (1934),
membuktikan bahwa etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses
pemasakan yang lebih cepat itu.
Pada banyak macam buah etilen hanya sedikit dihasilkan sampai tepat sebelum
terjadi klimaterik respirasi, yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu ketika
kandungan gas ini di ruang udara antar sel meningkat tajam. Hal ini memacu pemasakan
buah berdaging dan tak berdaging, yang menunjukkan kenaikan klimaterik respirasinya,
yaitu jika buah-buahan tersebut cukup berkembang untuk dapat menerima gas etilen.
Para peneliti perintis menemukan bahwa etilen diturunkan dari karbon 3 dan
pada asam amino metionin. Ditemukan lir-asam-amino yang tak lazim, yaitu asam 1aminno-sikloproponan-1-karboksilat (ACC), berperan sebagai prazat yang dekat dengan
etilen. Dalam porses pemasakan buah klimaterik, pembentukan ACC juga menjadi
faktor penentu bagi pembentukan etilen.
C. Pemasakan Buah Pisang
Proses pematangn buah pisang merupakan proses pengakumulasian gala dengan
merombak pati menjadi senyawa yang lebioh sederhana. Tidak seperti buah pada
umumnya yang mengakumulasi gula secara langsung dari pengiriman asimilat hasil
fotosintesis di daun yang umumnya dikirim ke organ lain dalam bentuk sukrosa.
Pertumbuhan buah pisang ditunjukkan oleh perubahan panjang dan lingkaran buah yang
cepat. Selama pertumbuhan buah, berat buah pisang secara individual terus meningkat.
Pada saat buah dipertahankan selama 2- hari kemudian mulai menurun bersamaan
dengan perubahan warna kulit pada saat mulai masak. Berat daging buah sangat rendah
pada awal pertumbuhan buah, sedang berat kulit buah sangat tinggi. Dengan semakin
masak buah, berat daging buah semakin meningkat, sedang berat kulit berangsur-angsur
menurun. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta
terjadi gula, perombakan klorofil dan senyawa lain sehingga menjadi lunak. Pelunakan
buah disebabkan juga oleh degradasi propektin tidak larut menjadi pektin yang larut
atau oleh hidrolisis pati dan hidrolisis lemak.
III.
METODE PENELITIAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan analitik, kain,
gunting, gelas piala, gelas ukur 50ml, pengaduk, pisau, talenan, mortar.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain buah pisang emas, raja
dan kapok, kardus, kertas Koran, karbit, daun gamal, ethrel, NaOH 0.1 N,
C. Cara Kerja
1. Pisahkan buah untuk masing masing perlakuan
2. Perlakuan menggunakan karbit
a. Buah pisang ditimbang
b. Timbang karbit 1% dari berat buah pisang
c. Bungkus karbit dengan kain kasa dan celupkan air
d. Pisang dan karbit dimasukkan kedalam karduskemudian dilapisi dengan
sobekan Koran pada alas dan permukaan pisang
e. Tutup dan simpan
3. Perlakuan dengan menggunakan ethrel
a. Pisang ditimbang
b. Larutkan ethrel 1 cc dalam 1 liter air
c. Celupkan pisang dalam larutan ethrel, lalu tiriskan
d. Pisang dimasukkan kardus kemudian dilapisi dengan kertas Koran pada alas
dan permukaannya.
e. Tutup dan simpan.
4. Perlakuan dengan menggunakan daun gamal
a. Pisang ditimbang
b. Timbang 20% daun gamal dari berat pisang
c. Pisang dimasukkan kardus kemudian dilapisi dengan daun gamal pada alas
dan permukaannya.
d. Tutup dan simpan
D. Pengujian
1. Susut Berat
Susut berat ditentukan dengan menimbang buah tiap perlakuan sampai akhir
pengamatan.
Susut Berat=
(ab)
x 100
a
Rata - Rata
Ke0
1
2
3
4
5
6
Kel 1
0
1.4
1.9
1.8
1.8
-
Kelompok
Kel 2
Kel 3
Kel 4
83.17
85.8
92.51
82.98
85
90.89
82.03
83.2
88.83
81.15
82.07
87.13
79.75
79.87
84.84
81.92
-
b. Kekerasan
Hari
Ke0
1
2
3
4
5
6
Kel 1
8
6.7
0.1
2.1
0.1
-
Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
5.73
4.7
6.70
2.13
5.10
4.9
1.10
0
1.00
0
-
Kel 4
4.9
2.7
1.83
0.9
0
0
-
c. Asam Titrasi
Hari
Ke0
1
2
3
4
Kel 1
9.9
5.3
16.9
9.2
12.9
Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
10.71
10.28
8.33
11.91
7.91
11.91
12.03
12.99
10.69
15.7
Kel 4
10.83
8.66
8.12
12.99
10.83
d. Vitamin C
No
Kel 1
1
2
3.08
80.6
Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
Kel 4
6.01
1.08
2.08
3.55
6.6
43.60
Hari
0
1
2
3
4
e. Perubahan Warna
Ulangan
1
2
3
6/8 5GY 7/8 5GY 7/8 5GY
6/8 5GY 7/8 5GY 7/8 5GY
8/10
8/8 GY
5GY
8/8 GY
8/10
8/10
8/10
5GY
5GY
5GY
8/8
8/6
8/6
2.5GY
2.5GY
2.5GY
f. Uji Gula Reduksi
Tanggal
8-Apr
ABS (y)
2,921
CONC
2,825
x
0.42
%
4.18
g. Uji Mikrobiologi
PD
A
261
ME
A
0
h. Uji Organoleptik
V.
PEMBAHASAN
Praktikum pemasakan buah ini menggunakan buah pisang raja sebagai bahan
untuk melihat pengaruh perlakuan dalam pemasakan buah, yang di antaranya adalah,
karbit, Gamal, dan Ethrel. Dari bahan bahan tersebut mempunyai gas yang
mempengaruhi pematangan, yaitu gas etilen. Buah yang bereaksi dengan etilen biasanya
merespon dengan mengadakan peningkatan respirasi anaerob pada sel, hal ini akan
muncul sebelum buah masak. Hal ini sejalan dengan aktivitas respirasi pada buah
klimakterik seperti pisang bahwa aktivitas respirasi meningkat pada awal sampai
puncak klimakterik. Setelah itu menurun dengan drastis. Dengan menurunnya aktivitas
respirasi tersebut mengakibatkan tidak cukup tersedianya energi yang diperlukan dalam
perjalanan sintesis sukrosa.
Dari praktikum yang telah dilakukan, buah pisang dimasukkan wadah yang
sebelumnya telah dimasukkan daun gamal/kertas Koran sebagai alas buah pisang
kemudian masing masing pisang diberi sumber gas etilen sesuai dengan perlakuan,
dan ditutup kembali dengan menggunakan daun gamal/kertas Koran. Parameter
pengamatan yang dilakukan antara lain kekerasan, susut berat, total asam titrasi, vitamin
C, uji gula reduksi, uji mikrobiologi dan uji organoleptic. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Susut Berat
Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
1
Pengamatan Ke-
Kekerasan (kg/dt)
10
8
Kel 1
6
Tingkat Kekerasan
Kel 2
Kel 4
2
0
0123456
Pengamatan ke-
menggunakan
alat
pnetrometer
sehingga
kekerasan
yang
seharusnya
Kel 1
15
Kel 2
Jumlah NaoH 10
5
Kel 3
Kel 4
0
0
Pengamatan ke-
Kel 1
80
Kel 2
60
Jumlah lar icd
Kel 3
40
Kel 4
20
0
1
Pengamatan Ke-
e. Perubahan Warna
Uji perubahan warna pada buah pisang raja dilakukan 3 kali. Pada setiap
pengujian kulit buah pisang mengalami perubahan dari yang berwarna hijau menjadi
kekuningan yang ditunjukkan dengan angka 6/8 5GY dengan warna hijau pada hari ke0 dan semakin berubah menjadi kekuningan dengan angka 8/6 2.5GY. Hal ini terjadi
karena pada saat pemasakan buah, terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta
terjadi akumulasi gula, perombakan klorofil dan senyawa lain sehingga buah menjadi
lunak dan warna kulitnya menjadi kuning.
Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau.
Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi
klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.
Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti
porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan
mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat
mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang.
f. Uji Gula Reduksi
Uji gula reduksi dilakukan pada saat buah pisang raja telah matang. Gula
pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawasenyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu
gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas.
Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa),
kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya
gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin
tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah
gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan
pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540
nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula
pereduksi yang terkandung.
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, gula reduksi yang didapat yaitu
4.18%. Gula reduksi yang rendah karena pada saat dilakukan pengamatan uji gula
reduksi, buah pisang raja dalam keadaan matang, sehingga gula yang tereduksi menjadi
rendah karena kandungan Vitamin C pada buah pisang tinggi.
g. Uji Mikrobiologi
Pada tebel uji mikrobiologi dengan seri pengenceran 10-6,10-7,dan 10-8 didapat
data bahwa buah pisang terinfeksi oleh jamur. Sebelum uji mikrobiologi penampakan
fisik buah pisang telah terinfeksi oleh jamur ditandai dengan adanya coloni coloni
pada petridish, terjadinya infeksi disebabkan respirasi terus menerus menciptakan
kelembaban pada lama penyimpanan pada setiap perlakuan. Sebelumnya harus
diketahui bahwa jamur dapat tumbuh pada kisaran kelembaban tertentu dan setiap
perlakuan kelembaban sudah memenuhi kriteria jamur untuk tumbuh. Dari data yang
ada diatas, menunjukkan bahwa mikrobiologi telah menyerang pada buah. Jamur yang
tumbuh pada petridisk yaitu 261 koloni.
h. Uji Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan
kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Dalam penilaian bahan
pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya.
Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan,
mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati,
dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Penentu bahan makanan pada
umumnya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : warna, rasa, tekstur,
viskositas dan nilai gizi. Pada tabel pengamatan nilai mutu buah pisang pada perlakuan
baik tekstur, warna, fisik masih pada tingkat tidak suka pada awal sebelum diperam,
pada hari keempat setelah diperam dilakukan uji organoleptic yang kedua pengamatan
nilai mutu buah pisang pada perlakuan baik tekstur, warna, fisik pada tingkat suka,
karena pada hari keempat, pisang telah mengalami kematangan sehingga mempunyai
rasa yang manis.
VI.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gas etilen yang dikeluarkan oleh karbit, ethrel dan daun gamal dapat mempercepat
kematangan pada buah pisang raja.
2. Cara pematangan dilakukan dengan memasukkan buah pisang pada kardus yang
sebelumnya dilapisi dingan kertas Koran sebagai alas dan jika menggunakan karbit
atau ethrel diusakan jangan sampai mengenai buah pisang agar tidak terjadi bercak
hitam pada buah pisang.
3. Metode yang tepat untuk mempercepat kematangan buah pisang yaitu dengan
menggunakan daun gamal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Aman, M. 1989. FISIOLOGI PASCA PANEN. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
(diakses melalui http://junaidicom.blogspot.com/2008/04/pengaruh-etilen.html
diakses tanggal 10 Juni 2013.