Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PASCA PANEN

ACARA II
PEMATANGAN BUAH

OLEH :
Siska Ema Ardiyanti

(20110210044)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran dan buah buahan hasil pertanian pada umunya setelah dipanen jika
dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,
kimiawi parasite atau mikrobiologi. Perubahan perubahan tersebut ada yang
menguntungkan, tetapi kalu tidak dikendalikan akan sangat merugikan.
Pisang merupakan buah klimakterik yang salah satu cirinya adalah dipengaruhi
oleh adanya gas etilen baik yang berasal dari buah pisang itu sendiri maupun dari zat
zat lain. Pada umunya untuk mempercepat kematangan buah pisang biasa digunakan
karbit sebagai bahan yang dapat menghasilkan etillen, namun tigkat kerja etilen dari
karbit yang berpengaruh pada pematangan pisang sangat tergantung dari kondisi tempat
penyimpanan pisang. Apabila tempat penyimpanan terbuka bebas, mungkin pengaruh
yang diberikan oleh etilen yang berasal dari karbit akanakan sangat kecil dibandingkan
dengan kondisi penyimpanan yang tertutup rapat. Selain itu, dapt juga digunakan etilen
dalam bentuk cair yang biasa disebut ethrel. Ethrel yang diberikan ke buah pisang dapat
melalui penyemprotan dan melalui pencelupan buah pisang kedalam larutan ethrel.
Namun cara seperti ini masih jarang digunakan oleh masyarakat, karena keefektifannya
belum teruji secara maksimal.
Dalam mematangkan buah pisang, sebenarnya banyak bahan yang relative
murah dan mudah didapatkan disekitar, misalnya daun gamal. Daun gamal telah terbukti
dapat membantu mempercepat pematangan buah, sehingga metode ini mungkin perlu
dikembangkan lebih jauh.
B. Tujuan
Praktikum ini mempunyai tujuan :
1. Untuk dapat mengetahui pengaruh gas etilen yang berasal dari beberapa bahan
untuk mempercepat kematangan buah pisang.
2. Dapat melakukan dengan tepat cara mempercepat kematangan buah.
3. Menemukan metode yang tepat dalam proses pematangan buah pisang.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik,
sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan

etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses
pematangan buah . Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses
pematangan adalah etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering
digunakan sebagai pemacu pematangan. Pada dasarnya proses kematangan buah dapat
terjadi secara alamiah. Namun proses tersebut ternyata dapat dikendalikan artinya dapat
dipercepat atau ditunda ada beberapa zat yang biasa digunakan untuk mempercepat
pematangan buah, anatara lain karbid dan asetilin,gas ethilen atau senyawa
penghasilnya , asap, daun atau buah pengahsil ethielen, dan ethrel atau ethepon.Buah
pisang dapat dipanen tua sebelum matang kemudian dilakukan pemeraman untuk
mendapatkan buah matang.
Pemeraman setidaknya dilakukan sampai buah memiliki indeks warna 3, dimana
kondisi buah sudah mulai menguning namun tekstur masih keras dan tahan untuk
dikirimkan ke tempat pemasaran. Stimulasi pematangan sering dilakukan dengan
menggunakan gas etilen, gas karbit atau ethrel. Jika menggunakan gas etilen dengan
waktu kontak cukup 24 jam. Kesempurnaan hasil pemeraman dipengaruhi oleh dosis
bahan pemacu pematangan, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Proses pematangan
yang berjalan sempurna (suhu sejuk, kelembaban tinggi, ventilasi udara di tempat
pemeraman baik, dosis bahan pemacu pematangan tepat) menghasilkan warna kulit
buah pisang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok.
Proses pematangan tersebut terjadi pemecahan khlorofil, pati, pektin, dan tanin yang
diikuti dengan pembentukan senyawa etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida.
Senyawa etilen inilah yang merupakan hormon yang aktif dalam proses pematangan
buah. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa suhu lingkungan berpengaruh terhadap
pematangan buah pisang. Murtiningsih, et al. (1994), mengamati pematangan buah
pisang Ambon pada suhu 16, 17, 18, 19, 20 dan 27C dikaitkan dengan perubahan
indeks warna (IW), tekstur, produksi gas karbon dioksida dan etilen serta uji
organoleptik.
Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu maka respirasi
makin cepat, perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan tekstur dari keras menjadi
lunak semakin cepat pula. Dikaitkan dengan tekstur, maka buah pisang pada temperatur
27C lebih cepat menjadi lunak, dan matang.
A. Hormon Pada Tumbuhan
Perkembangan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke

tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi
yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme.
Senyawa-senyawa ini bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi
yang dipcngaruhirnya, dan biasanya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat
sebagai zat perangsang pertumbuhan dan perkembangan (promoter), sedang yang
lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor). Hormon tersebut adalah auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.
B. Etilen
Etilen merupakan senyawa yang berbentuk gas dan dapat mempengaruhi
perkembangan pada tumbuhan. Senyawa ini diproduksi dalam daun dan dapat
merangsang proses penuaan, sedangkan pada buah dpat merangsang pematangan.
Sintesisnya sangat dipengaruhi oleh auksin. Dalam dunia perdagangan gas etilen disebut
karbit dan digunakan untuk memeram buah agar cepat masak. Gagne (1934),
membuktikan bahwa etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses
pemasakan yang lebih cepat itu.
Pada banyak macam buah etilen hanya sedikit dihasilkan sampai tepat sebelum
terjadi klimaterik respirasi, yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu ketika
kandungan gas ini di ruang udara antar sel meningkat tajam. Hal ini memacu pemasakan
buah berdaging dan tak berdaging, yang menunjukkan kenaikan klimaterik respirasinya,
yaitu jika buah-buahan tersebut cukup berkembang untuk dapat menerima gas etilen.
Para peneliti perintis menemukan bahwa etilen diturunkan dari karbon 3 dan
pada asam amino metionin. Ditemukan lir-asam-amino yang tak lazim, yaitu asam 1aminno-sikloproponan-1-karboksilat (ACC), berperan sebagai prazat yang dekat dengan
etilen. Dalam porses pemasakan buah klimaterik, pembentukan ACC juga menjadi
faktor penentu bagi pembentukan etilen.
C. Pemasakan Buah Pisang
Proses pematangn buah pisang merupakan proses pengakumulasian gala dengan
merombak pati menjadi senyawa yang lebioh sederhana. Tidak seperti buah pada
umumnya yang mengakumulasi gula secara langsung dari pengiriman asimilat hasil
fotosintesis di daun yang umumnya dikirim ke organ lain dalam bentuk sukrosa.
Pertumbuhan buah pisang ditunjukkan oleh perubahan panjang dan lingkaran buah yang
cepat. Selama pertumbuhan buah, berat buah pisang secara individual terus meningkat.
Pada saat buah dipertahankan selama 2- hari kemudian mulai menurun bersamaan

dengan perubahan warna kulit pada saat mulai masak. Berat daging buah sangat rendah
pada awal pertumbuhan buah, sedang berat kulit buah sangat tinggi. Dengan semakin
masak buah, berat daging buah semakin meningkat, sedang berat kulit berangsur-angsur
menurun. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta
terjadi gula, perombakan klorofil dan senyawa lain sehingga menjadi lunak. Pelunakan
buah disebabkan juga oleh degradasi propektin tidak larut menjadi pektin yang larut
atau oleh hidrolisis pati dan hidrolisis lemak.
III.
METODE PENELITIAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan analitik, kain,
gunting, gelas piala, gelas ukur 50ml, pengaduk, pisau, talenan, mortar.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain buah pisang emas, raja
dan kapok, kardus, kertas Koran, karbit, daun gamal, ethrel, NaOH 0.1 N,
C. Cara Kerja
1. Pisahkan buah untuk masing masing perlakuan
2. Perlakuan menggunakan karbit
a. Buah pisang ditimbang
b. Timbang karbit 1% dari berat buah pisang
c. Bungkus karbit dengan kain kasa dan celupkan air
d. Pisang dan karbit dimasukkan kedalam karduskemudian dilapisi dengan
sobekan Koran pada alas dan permukaan pisang
e. Tutup dan simpan
3. Perlakuan dengan menggunakan ethrel
a. Pisang ditimbang
b. Larutkan ethrel 1 cc dalam 1 liter air
c. Celupkan pisang dalam larutan ethrel, lalu tiriskan
d. Pisang dimasukkan kardus kemudian dilapisi dengan kertas Koran pada alas
dan permukaannya.
e. Tutup dan simpan.
4. Perlakuan dengan menggunakan daun gamal
a. Pisang ditimbang
b. Timbang 20% daun gamal dari berat pisang
c. Pisang dimasukkan kardus kemudian dilapisi dengan daun gamal pada alas
dan permukaannya.
d. Tutup dan simpan
D. Pengujian
1. Susut Berat
Susut berat ditentukan dengan menimbang buah tiap perlakuan sampai akhir
pengamatan.

Susut Berat=

(ab)
x 100
a

a = berat sebelum disimpan; b = berat setelah disimpan


2. Kekerasan
Kekerasan buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer fruit tester.
Pengukuran dilakukan pada buah yang berkulit yaitu dengan memasukkan pucuk
alat pada 3 bagian buah secara acak dan hasilnya dirata rata. Kekerasan dinyatakan
dlam satuan kg/dt.
3. Total Asam Titrasi
a. Buah yang ditumbuk halus, ditimbang 5g, dan masukkan kedalam gelas piala,
tambahkan 70ml akuades dan aduk.
b. Pindahkan kedalam labu takar 100ml dan tambahkan akuades, gojok kemudian
saring.
c. Ambillah filtraete sebanyak 20ml dengan pipet, masukkan kedalam Erlenmeyer,
tambahkan indicator phenolphthalein (PP) 1% sebanyak 2 3 tetes. Titrasi
dengan NaOH 0.1 N sampai warna berubah menjadi merah muda, catat volume.
d. Hitung total asam sebagai asam malat.
ml NaOHxN NaOHxBM as . Malatx 100
Total Asam ( )=
x 100
mg sampel
4. Persentase kerusakan buah
Dihitung buah yang mengalami kerusakan atau pembusukan, setiap hari .
5. Uji organoleptic
Dilakukan pada awal, seminggu setelah penyimpanan, dan pengamatan terakhir,
pengujian meliputi aroma, rasa, dan perubahan warna.
6. Perubahan warna dengan menggunakan Muncheel Colour Chart
7. Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode plate count
8. Uji Gula reduksi
a. Pisang dihaluskan, ambil 2 gram dan tambahkan 100ml akuades, gojok dan
saring.
b. Masukkan dalam 99 ml akuades, ambil 1 ml filtrate kemudian gojog.
c. Tambahkan 1 ml Nelson, Panaskan 20 menit.
d. Dinginkan kemudian tambahkan ansenimolib dan 7 ml akuades.
e. Masukkan dalam spektrofotometer dan catat hasilnya.
9. Uji Vitamin C
a. Pisang dihaluskan dan ambil 10 gram tambahkan 250ml akuades, gojok dan
saring.
e. Ambil 25 ml filtrate masukkan Erlenmeyer, tambahkan amilum 3 ml, dan titrasi
sampai warna berubah menjadi biru, catat volume.
IV.
HASIL
a. Susut Berat
Hari

Rata - Rata

Ke0
1
2
3
4
5
6

Kel 1

0
1.4
1.9
1.8
1.8
-

Kelompok
Kel 2
Kel 3
Kel 4
83.17
85.8
92.51
82.98
85
90.89
82.03
83.2
88.83
81.15
82.07
87.13
79.75
79.87
84.84
81.92
-

b. Kekerasan
Hari
Ke0
1
2
3
4
5
6

Kel 1

8
6.7
0.1
2.1
0.1
-

Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
5.73
4.7
6.70
2.13
5.10
4.9
1.10
0
1.00
0
-

Kel 4
4.9
2.7
1.83
0.9
0
0
-

c. Asam Titrasi
Hari
Ke0
1
2
3
4

Kel 1

9.9
5.3
16.9
9.2
12.9

Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
10.71
10.28
8.33
11.91
7.91
11.91
12.03
12.99
10.69
15.7

Kel 4
10.83
8.66
8.12
12.99
10.83

d. Vitamin C
No
Kel 1
1
2

3.08
80.6

Rata - Rata
Kelompok
Kel 2
Kel 3
Kel 4
6.01
1.08
2.08
3.55
6.6
43.60

Hari
0
1
2
3
4

e. Perubahan Warna
Ulangan
1
2
3
6/8 5GY 7/8 5GY 7/8 5GY
6/8 5GY 7/8 5GY 7/8 5GY
8/10
8/8 GY
5GY
8/8 GY
8/10
8/10
8/10
5GY
5GY
5GY
8/8
8/6
8/6
2.5GY
2.5GY
2.5GY
f. Uji Gula Reduksi

Tanggal
8-Apr

ABS (y)
2,921

CONC
2,825

x
0.42

%
4.18

g. Uji Mikrobiologi
PD
A
261

ME
A
0

h. Uji Organoleptik

V.
PEMBAHASAN
Praktikum pemasakan buah ini menggunakan buah pisang raja sebagai bahan
untuk melihat pengaruh perlakuan dalam pemasakan buah, yang di antaranya adalah,
karbit, Gamal, dan Ethrel. Dari bahan bahan tersebut mempunyai gas yang
mempengaruhi pematangan, yaitu gas etilen. Buah yang bereaksi dengan etilen biasanya
merespon dengan mengadakan peningkatan respirasi anaerob pada sel, hal ini akan
muncul sebelum buah masak. Hal ini sejalan dengan aktivitas respirasi pada buah
klimakterik seperti pisang bahwa aktivitas respirasi meningkat pada awal sampai
puncak klimakterik. Setelah itu menurun dengan drastis. Dengan menurunnya aktivitas
respirasi tersebut mengakibatkan tidak cukup tersedianya energi yang diperlukan dalam
perjalanan sintesis sukrosa.

Dari praktikum yang telah dilakukan, buah pisang dimasukkan wadah yang
sebelumnya telah dimasukkan daun gamal/kertas Koran sebagai alas buah pisang
kemudian masing masing pisang diberi sumber gas etilen sesuai dengan perlakuan,
dan ditutup kembali dengan menggunakan daun gamal/kertas Koran. Parameter
pengamatan yang dilakukan antara lain kekerasan, susut berat, total asam titrasi, vitamin
C, uji gula reduksi, uji mikrobiologi dan uji organoleptic. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Susut Berat

Susut Berat (gram)


100
80
60
Berat (gram) 40
20
0
0

Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
1

Pengamatan Ke-

Grafik 1. Susut Berat Buah Pisang Raja


Grafik 1. Menunjukkan bahwa buah pisang semua perlakuan pematangan pada
setiap harinya mengalami penyusutan berat. Hal ini disebabkan oleh pati yang terdapat
pada buah pisang telah mengalami perombakan menjadi gula sederhana sehingga
mengakibatkan berat pisang menjadi menurun. Selain itu, Pada saat pemasakan buah
terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula, perombakan
klorofil dan senyawa lain sehingga buah menjadi lunak dan warna kulitnya menjadi
kuning.
Pengurangan berat pada hasil pertanian terutama buah buahan mempunyai
korelasi dengan gas CO2 yang dilepaskan. Proses hilangnya air akibat transpirasi pada
suatu proses yang terus menerus pada buah pisang, oleh karena itu semakin lama buah
pisang disimpan maka berat pada buah pisang tersebut akan mengalami penyusutan.
b. Kekerasan

Kekerasan (kg/dt)
10
8

Kel 1

6
Tingkat Kekerasan

Kel 2

Kel 4

2
0
0123456
Pengamatan ke-

Grafik 2. Kekerasan Pada Buah Pisang Raja


Kekerasan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kesegaran buah
dan sayur. Kekerasan tergantung pada ketebalan kulit luar buah, kandungan total zat
padat, dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Perubahan kekerasan buah pisang
diukur pada bagian ujung, tengah, dan pangkal dengan menggunakan penetrometer.
Kekerasan yang rendah diperlihatkan oleh angka yang kecil.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada setiap pengamatan, kekerasan yang
diuji semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh proses pematangan yang terjadi. Jika
dilihat pada tabel terdapat grafik yang naik, kemungkinan kesalahan dari praktikan
dalam

menggunakan

alat

pnetrometer

sehingga

kekerasan

yang

seharusnya

turunmenjadi naik. Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh perombakan protopektin


yang tak larut menjadi pektin yang larut. Pada waktu buah menjadi matang, kandungan
pektat dan pektinat yang larut semakin meningkat, sedangkan jumlah zat-zat pektat
seluruhnya menjadi semakin berkurang. Dengan perubahan pektin, ketegaran buah
berkurang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak
larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi
rasa manis.
c. Asam Titrasi

Total Asam Titrasi


20

Kel 1

15

Kel 2

Jumlah NaoH 10
5

Kel 3
Kel 4

0
0

Pengamatan ke-

.Grafik 3. Total Asam Titrasi pada Buah Pisang Raja


Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Pada grafik diatas
menunjukkan bahwa tingkat keasaman pada buah pisang mempunyai total asam titrasi
yang fluktuatif (terjadi peningkatan pada hari ke-2 dan mengalami penurunan pada hari
ke-3). Buah akan mengalami penurunan keasaman apabila buah sudah matang, karena
asam yang terdapat pada buah akan mengalami perombakan menjadi glukosa sehingga
buah akan terasa manis. Dan perlahan tingkat keasamannya akan kembali meningkat
karena buah akan mengalami penuaan (senecence) dan pada akhirnya akan
terdekomposisi.
d. Vitamin C

Uji Vit C (mg/100 gr Bahan)


100

Kel 1

80

Kel 2

60
Jumlah lar icd

Kel 3

40

Kel 4

20
0
1

Pengamatan Ke-

Grafik 4. Uji Vitamin C pada buah Pisang Raja


Grafik 4 menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada buah pisang semakin tinggi
ketika buah pisang dalam keadaan matang. kandungan vitamin C pada buah semakin
meningkat apabila buah masak dan perlahan akan kembali menurun dimana buah dan
sayur akan mengalami penuaan (senecence) dan pada akhirnya akan terdekomposisi.

e. Perubahan Warna
Uji perubahan warna pada buah pisang raja dilakukan 3 kali. Pada setiap
pengujian kulit buah pisang mengalami perubahan dari yang berwarna hijau menjadi
kekuningan yang ditunjukkan dengan angka 6/8 5GY dengan warna hijau pada hari ke0 dan semakin berubah menjadi kekuningan dengan angka 8/6 2.5GY. Hal ini terjadi
karena pada saat pemasakan buah, terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta
terjadi akumulasi gula, perombakan klorofil dan senyawa lain sehingga buah menjadi
lunak dan warna kulitnya menjadi kuning.
Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau.
Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi
klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.
Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti
porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan
mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat
mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang.
f. Uji Gula Reduksi
Uji gula reduksi dilakukan pada saat buah pisang raja telah matang. Gula
pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawasenyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu
gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas.
Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa),
kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya
gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin
tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah
gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan
pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540
nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula
pereduksi yang terkandung.
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, gula reduksi yang didapat yaitu
4.18%. Gula reduksi yang rendah karena pada saat dilakukan pengamatan uji gula
reduksi, buah pisang raja dalam keadaan matang, sehingga gula yang tereduksi menjadi
rendah karena kandungan Vitamin C pada buah pisang tinggi.
g. Uji Mikrobiologi
Pada tebel uji mikrobiologi dengan seri pengenceran 10-6,10-7,dan 10-8 didapat
data bahwa buah pisang terinfeksi oleh jamur. Sebelum uji mikrobiologi penampakan

fisik buah pisang telah terinfeksi oleh jamur ditandai dengan adanya coloni coloni
pada petridish, terjadinya infeksi disebabkan respirasi terus menerus menciptakan
kelembaban pada lama penyimpanan pada setiap perlakuan. Sebelumnya harus
diketahui bahwa jamur dapat tumbuh pada kisaran kelembaban tertentu dan setiap
perlakuan kelembaban sudah memenuhi kriteria jamur untuk tumbuh. Dari data yang
ada diatas, menunjukkan bahwa mikrobiologi telah menyerang pada buah. Jamur yang
tumbuh pada petridisk yaitu 261 koloni.
h. Uji Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan
kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Dalam penilaian bahan
pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya.
Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan,
mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati,
dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Penentu bahan makanan pada
umumnya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : warna, rasa, tekstur,
viskositas dan nilai gizi. Pada tabel pengamatan nilai mutu buah pisang pada perlakuan
baik tekstur, warna, fisik masih pada tingkat tidak suka pada awal sebelum diperam,
pada hari keempat setelah diperam dilakukan uji organoleptic yang kedua pengamatan
nilai mutu buah pisang pada perlakuan baik tekstur, warna, fisik pada tingkat suka,
karena pada hari keempat, pisang telah mengalami kematangan sehingga mempunyai
rasa yang manis.
VI.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gas etilen yang dikeluarkan oleh karbit, ethrel dan daun gamal dapat mempercepat
kematangan pada buah pisang raja.
2. Cara pematangan dilakukan dengan memasukkan buah pisang pada kardus yang
sebelumnya dilapisi dingan kertas Koran sebagai alas dan jika menggunakan karbit
atau ethrel diusakan jangan sampai mengenai buah pisang agar tidak terjadi bercak
hitam pada buah pisang.
3. Metode yang tepat untuk mempercepat kematangan buah pisang yaitu dengan
menggunakan daun gamal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Aman, M. 1989. FISIOLOGI PASCA PANEN. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
(diakses melalui http://junaidicom.blogspot.com/2008/04/pengaruh-etilen.html
diakses tanggal 10 Juni 2013.

Ayimada. 2008. Pemasakan Buah. http://ayimada006084.files.wordpress.com diakses


tanggal 10 Juni 2013.
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tim-Agroteknologi, 2013, Buku panduan pratikum Fisiologi Pasca


Panen. fakultas Pertanian, UMY. Yogyakarta.

Wayan-surya. Pengeraman Buah Secara Tradisional.


http://wayansuryanegara.blogspot.com/2012/04/pengeraman-buah-secaratradisional.html. diakses tanggal 10 Juni 2013.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai