Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DISKUSI
BAHASA INDONESIA
PARAGRAF

NAMA

NIM

Farin Limanda Mulia

FAA 114 002

Gita Febriany Nahan

FAA 114 005

Muizzadin Hasani

FAA 114 010

Satriyandi Mahmud

FAA 114 012

Jeanny Yustisia Januarti Pailang

FAA 114 014

Theresia Bornok Bintang

FAA 114 017

Mochamad Ditya Pratama

FAA 114 019

Clarissa Charolina Triany

FAA 114 022

Tomi Rahmadani

FAA 114 025

Dwi Anggrainy Amirudinda Firmanti

FAA 114 027

Dosen Pengampu : Yuliasi Eka Asi, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2014/2015
1

Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya lah penulis diberikan kesehatan serta kemampuan untuk menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul Paragraf pada mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Makalah ini disusun
oleh sang penulis agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dengan makalah ini, diharapkan bahwa sang pembaca akan mengerti apa itu paragraf,
mengapa paragraf perlu digunakan, dan apa saja persyaratan-persyaratan yang harus dilakukan dalam
penulisan paragraf.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh
sebab itu, penulis sangat menghargai berbagai saran dan kritik para pembaca untuk membangun
makalah ini agar dapat disusun lebih baik lagi. Demikian yang dapat disampaikan, semoga melalui
makalah ini pembaca bisa mendapatkan ilmu atau manfaat sebaik-baiknya.

Palangka Raya, 18 Oktober 2014,

Penulis

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................... 2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4-5
1.1 Latar Belakang
1.2 TUJUAN

1.3 RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN.................................................................6-20
2.1 PENGERTIAN PARAGRAF 6-15
2.2 FUNGSI PARAGRAF

16

2.3 PERSYARATAN PENULISAN PARAGRAF

16-20

BAB III PENUTUP.......................................................................21-22


3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

21-22

22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika membaca sebuah tulisan (artikel, makalah, atau buku), kita melihat kenyataan bahwa
tulisan itu terbagi dalam kelompok-kelompok kalimat. Tiap kelompok kalimat itu ditandai dengan
baris baru yang ditulis agak menjorok ke dalam sekitar empat atau lima karakter. Jika kita amati
lebih teliti, ternyata kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah kelompok itu saling
berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran, yang sejalan dengan buah
pikiran seluruh tulisan. Kelompok kalimat seperti itu dinamakan paragraf.
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran
menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu
kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang
membentuk paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu
kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam
itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari
segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi. Jadi, tanpa kemampuan
menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Pada suatu karangan, tentunya akan mengacu pada maksud dari penulisan karangan tersebut
terutama dalam menentukan topik yang ada dalam bagian karangan, sehingga pembaca dapat
mengerti maksud dari karangan tersebut. Dalam membuat suatu karangan, penulis diharapkan dapat
menguasai struktur paragraf yang digunakan agar dalam penulisan karangan tersebut dapat tersusun
suatu paragraf yang baik. Dalam menyusun paragraf dimulai dengan menyusun tema dan kerangka
karangan yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun kalimat-kalimat secara runtut, logis, dan
dalam satu kesatuan ide yang kemudian dikembangkan dan akan terbentuk beberapa kalimat yang
dapat mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai titik pusatnya dan pikiran
penjelas sebagai pendukungnya. Adanya suatu paragraf, penulis akan lebih mudah mengekspresikan
seluruh gagasannya secara utuh, runtut, lengkap dan menyatu sehingga dapat bermakna dan mudah
untuk dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan si penulis.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari paragraf.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi paragraf.
3. Untuk mengetahui persyaratan penulisan paragraf.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari paragraf?
2. Apa saja fungsi-fungsi paragraf?
3. Apa saja persyaratan dalam penulisan paragraf?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Paragraf
Satuan bahasa yang lebih besar dan lebih luas dari kalimat adalah paragraf atau alinea.
Dalam definisinya, paragraf adalah satuan bahasa yang mengemukakan sebuah pokok pikiran
atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensi. Setiap
paragraf harus menyampaikan sebuah gagasan utama.
Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga
dalam paragraf terdapat beberapa kalimat yang saling terkait. Dalam rangkaian kalimat itu
tidak satupun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat
gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topik dan kalimat yang
bergagasan bawahan adalah kalimat penjelas. Sebuah paragraf minimal terdiri atas tiga
kalimat dalam penulisan karangan ilmiah.
Perhatikanlah contoh paragraf berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat topik
dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.
1) Sampah selamanya selalu memusingkan.
2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula solusinya dirancang.
3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik.
4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus
terjadi.
5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan
pencemaran air dan banjir.
6) Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu
belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
(Arifin, 2011:116)
Keenam kalimat dalam paragraf di atas membicarakan soal sampah, sehingga topik dalam
paragraf tersebut adalah masalah sampah. Kalimat-kalimatnya koherensi atau saling
terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami topik masalah sampah
dalam paragraf itu dengan baik.
Berikut merupakan pengertian dari paragraf menurut beberapa ahli :
Akhadiah, dkk (1991:144) mendefinisikan paragraf dimana paragraf merupakan inti
penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam karangan terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat
6

pengenal. Kalimat utama atau kalimat topik, kalimat kalimat penjelas sampai pada
kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk
membentuk suatu gagasan.
Definisi paragraf di atas diperjelas dengan adanya contoh sebuah paragraf di bawah ini :
Contoh :
Bernostalgia tentang indahnya alam di Batu Malang, hanya akan menimbulkan
kekecewaan. Dalam kurun waktu 30 tahun dinamika kehidupan anak anak manusia telah
mengubah segala galanya. Hutan, sawah, dan kota tergusur oleh berbagai bentuk
bangunan yang meluncur dari kota. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan
jeruji besi. Pagar tanaman bunga yang bermekaran dengan indahnya, telah diterjang
tembok beton yang kokoh. Batu batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah
menelan biaya milyaran rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan
kemesraan desa ini dari berbagai penjuru.
Paragraf diatas berisi satu gagasan pokok dan beberapa gagasan panjang. Gagasan tentang
keindahan alam Batu Malang sebagai gagasan pokok, gagasan tentang manusia yang telah
mengubah segala galanya, tentang hutan, sawah, dan ladang yang tergusur, tentang
pembangunan gedung gedung mewah, dijalan sedemikian rupa dalam kalimat kalimat
yang membentuk satu kesatuan. Inilah yang dinamakan paragraf.
Menurut Soejito (1991: 2-3) Suatu paragraf memiliki ciri visual dan ciri ideal. Ciri
visual adalah bahwa setiap baris pertama suatu paragraf diketik agak menjorok kedalam
lima ketukan dari marjin kiri dan selalu mulai dengan baris baru. Ciri idealnya adalah setiap
paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema.
Ahmadi (1990: 1) juga menyebutkan bahwa Suatu paragraf adalah suatu satuan
pikiran atau perasaan, suatu satuan susunan teratur satuan-satuan yang lebih kecil (kalimatkalimat) dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar (keseluruhan
komposisi). Oleh karena itu, paragraf merupakan suatu satuan langsung di dalam ekspresi
tulisan. Tentang ciri fisik dari suatu paragraf juga disebutkan sama dengan Soejito (1991)
yaitu dimulai kurang lebih satu inchi atau lima ketukan mesin ketik.
Paragraf oleh Keraf (1993: 62) dikatakan sebagai alinea. Lebih lanjut dikatakan
bahwa Alinea tidak lain dari satu kesatuan pikiran. Suatu kesatuan yang lebih tinggi atau

lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.
Sebagai satuan terkecil dari sebuah karangan yang isinya membentuk satuan pikiran
sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya, maka
paragraf dikatakan pula sebagai alinea oleh Sakri (1992).
Selanjutnya hal yang lebih hakiki yang bisa dilihat dalam paragraf selain dari segi
penulisannya yang menjorok pada awalnya, menurut Sakri (1992:2) bahwa Sebuah
paragraf tertangkap oleh pikiran pembaca sebagai penggalan yang bulat dari pikiran
pengarang. Sebagai penggalan pikiran, maka suatu paragraf terpisah dari paragraf yang
lain.
Kridalaksana (1993:154) menulis bahwa Paragraf adalah (1) satuan bahasa yang
mengandung satu tema dan perkembangannya; (2) bagian wacana yang mengungkapkan
pikiran tertentu yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana; dapat
terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan.
Pengertian paragraf yang lebih jelas lagi dituliskan oleh Bennet (1974:61) bahwa A
paragraf is a group closely related sentences arranged in a way that permits a central idea
to be defined, developed, and clarified.
Defisi Bannet di atas kurang lebih mengandung arti bahwa paragraf merupakan
seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat kalimat tersebut
disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi,
dikembangkan, dan diperjelas.
Definisi diatas diperjelas lagi oleh Tarigan (1987:11) yaitu paragraf adalah
seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi
pikiran yang relevan dan mengandung pikiran pokok yang yang tersirat dalam keseluruhan
karangan.
Dalam hal ini Tarigan mengamati beberapa ciri atau karasteristik paragraf yaitu : (1)
setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide
pokok keseluruhan karangan. (2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat, (3)
paragraf adalah kesatuan koheren dan padat, (5) kalimat kalimat paragraf tersusun secara
logis sistematis (Tarigan, 1987).

Selain oleh Tarigan, Ramlan (1993:1) juga memperjelas pengertian paragraf akan
tetapi lebih menyederhankannya, yaitu Bagian dari suatu karangan atau tuturan yang
terdiri dari sejumlah kalimat mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai
pengendaliannya.
Dari defisi Ramlan di atas, ada hal menarik yang perlu dipertanyakan yaitu mengenai
kata tuturan . Tuturan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:978) adalah ucapan;
ujaran; cerita dsb. Dari arti tuturan itu, jelas bahwa tuturan merupakan bagian dari bahasa
lisan dan memiliki ciri visual yaitu cara penulisannya dimulai dari indensi kelima dari
margin kiri atau tanpa indensi kelima akan tetapi tiap paragraf atau antar paragraf harus ada
jarak yang membedakannya.
Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan
tentang pengertian paragraf di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi paragraf adalah
sebagai berikut :
1. Paragraf adalah kesatuan pikiran yang dibangun oleh sebuah pokok pikiran dan
2.
3.
4.
5.

diikuti oleh uraian tambahan atau penjelas.


Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat.
Paragraf adalah himpunan kalimat dalam rangkaian membentuk sebuah ide.
Paragraf adalah inti penuangan sebuah pikiran dalam karangan.
Paragraf merupakan suatu model karangan yang terkecil.

Ringkasnya, paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan


bersama-sama menjelaskan unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih
besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.
Paragraf yang berisi satu unit buah pikiran itu bergabung dengan paragraf-paragraf
lain, bersama-sama menjelaskan seluruh isi pikiran/gagasan yang ingin disampaikan penulis
kepada pembaca. Agar pembaca dapat menerima keseluruhan pokok pikiran dengan mudah,
penulis harus menyusun paragraf-paragraf itu secara sistematis dan logis.
Untuk merakit paragraf yang sistematis dan logis, diperlukan sejumlah unsur
pendukung, yaitu : transisi, kalimat topik atau utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Memang, tidak semua paragraf mengandung keempat unsur itu. Adakalanya sebuah paragraf
mengandung empat unsur, tiga unsur, dua unsur, bahkan satu unsur saja.
a. Transisi
Sebuah tulisan atau karangan tidak hanya terdiri atas satu paragraf. Ada puluhan
bahkan ratusan paragraf.paragraf-paragraf itu tidak berdiri sendiri, melainkan harus
berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menghubungkan paragraf satu dengan yang lain
diperlukan perekat yang disebut transisi.
9

Kehadiran transisi bukan hanya dalam paragraf, tetapi dapat juga dalam kalimat,
antarparagraf, antarsubbab, dan antarbab. Bila dalam kalimat, transisi berfungsi untuk
menghubungkan bagian-bagian kalimat. Bila terdapat antarsubbab, maka transisi berfungsi
untuk menghubungkan ide pokok antarsubbab tersebut. Selanjutnya, transisi berfungsi
sebagai jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan kalau terdapat pada
antarbab.
Wujud transisi berupa kata (kelompok kata), kalimat, atau paragraf pendek. Transisi
yang berupa paragraf pendek biasanya terdapat antarsubbab atau antarbab.
Transisi berupa kata atau kelompok kata sangat banyak. Pengelompokan berdasarkan
penanda hubungannya antara lain :
1. Penanda hubungan kelanjutan, antara lain : dan, serta, lagi, lagi pula, tambahan lagi,
bahkan, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, terakhir.
2. Penanda hubungan waktu, antara lain : dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah,
sesudah, sementara itu, sehari kemudian, tahun depan.
3. Penanda klimaks, antara lain : paling........., se.....nya, ter.......
4. Penanda perbandingan, antara lain : seperti, ibarat, sama, bak.
5. Penanda kontras, antara lain : tetapi, walaupun, biarpun, sebaliknya.
6. Penanda urutan jarak, antara lain : di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh.
7. Penanda ilustrasi, antara lain : umpama, contoh, misalnya.
8. Penanda sebab-akibat, antara lain : sebab, oleh sebab itu, oleh karena, akibatnya.
9. Penanda syarat (pengandaian), antara lain : jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya.
10. Penanda kesimpulan, antara lain : ringkasnya, kesimpulannya, garis besarnya,
rangkuman
Sedangkan kalimat yang digunakan sebagai transisi dikenal pula dengan istilah
kalimat penuntun. Kalimat penuntun mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan
sebagai pengantar topik yang akan dijelaskan. Contohnya seperti dibawah ini.
Ringkasny, morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan selukbeluk kata. Hal yang dibicarakan dalam morfologi adalah perubahan-perubahan bentuk
kata baik dengan afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan bentuk kata membawa
akibat adanya perubahan arti kata. Pembicaraan mengenai perubahan arti kata sebagai
akibat perubahan bentuk kata ini juga masuk wilayah morfologi. Bahkan, morfologi juga
membicarakan perubahan jenis kata sebagai akibat dari perubahan bentuk kata.
Adakalanya transisi berupa paragraf pendek. Transisi ini digunakan untuk
membelokkan pembahasan dari suatu pokok pikiran ke pokok pikiran yang lain. Contohnya
seperti dibawah ini.
Demikian penjelasan ringkas mengenai pentingnya pembukaan pidato. Sebelum kita
lanjutkan pembicaraan mengenai berbagai cara membuka pidato yang menarik, yang
10

memikat, dan memesona, lebih dahulu kita bicarakan intonasi. Pembicaraan tentang intonasi
perlu kita dahulukan karena berbagai cara membuka pidato itu hamper tidak ada
manfaatnya kalau tidak disertai intonasi yang baik.
Intonasi
Paragraf di atas berfungsi menjembatani paragraf sebelumnya yang berisi penjelasan
mengenai pentingnya pembuka pidato dan paragraf selanjutnya yang berisi penjelasan
mengenai intonasi yang baik. Oleh karena kedua paragraf yang dihubungkan itu ide pokoknya
berlainan, maka dapat dikatakan bahwa transisi yang berupa paragraf itu membelokkan
jalan pikiran pembaca dari suatu ide ke ide yang lain.

b. Kalimat Utama
Sebuah paragraf yang baik mengandung satu pokok pikiran. Pokok pikiran itu
dituangkan dalam salah satu kalimat di antara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah
paragraf. Kalimat yang mengandung pokok pikiran paragraf disebut kalimat utama atau
kalimat topik.
Misalnya, pokok pikiran yang akan disampaikan penulis taman itu bagus. Pokok
pikiran itu dituangkan dalam satu kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf. Kalimat
yang mengandung pokok pikiran itu boleh bervariasi. Contoh kemungkinan kalimat yang
akan muncul sebagai berikut.

Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus;

Taman kecil di depan rumahnya amat bagus;

Sejak dulu sampai sekarang taman itu tetap bagus;

Bila dibandingkan dengan taman-taman yang ada disekitarnya, taman itu tetap yang
paling bagus;

Meskipun kalimat-kalimat dalam contoh bervariasi, namun pokok pikirannya sama, yaitu taman itu
bagus. Karena itu, semua variasi kalimat itu dapat dikatakan sebagai kalimat utama. Kalimat utama
perlu dilengkapi dengan kalimat-kalimat penjelas yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan agar
lebih jelas. Seperti contoh dibawah ini.
Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus. Pengakuan itu ada
benarnya, karena dilihat sekilas saja taman itu tampak rapi. Rumput-rumput liar dan sampah tak
11

tampak, yang ada hanyalah rumput hijau segar yang tumbuh merata. Tanaman hias diatur selangseling besar kecilnya dari jenis-jenis pilihan yang serasi.

c. Kalimat Penjelas
Pembicaraan kalimat penjelas tidak dapat dipisahkan dengan kalimat utama. Sebab,
dinamakan kalimat penjelas karena ada kalimat utama. Sebaliknya, dinamakan kalimat utama
karena ada kalimat penjelas. Meskipun demikian, keduanya mempunyai perbedaan yang
nyata. Kalimat utama berisi pokok pikiran. Pokok pikiran itu dituangkan dalam pernyataan
umum. Sebaliknya, kalimat penjelas berisi pikiran penjelas yang diwujudkan dalam kalimatkalimat yang isinya menjelaskan, merinci, membandingkan atau memberi contoh secara
khusus.
Misalnya, ide pokok berbunyi makhluk hidup memerlukan air. Ide pokok itu
dituangkan dalam sebuah kalimat utama, misalnya Agaknya kita tidak akan ragu-ragu
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Kemudian, agar lebih jelas bagu
pembaca, kalimat utama itu ditambahi kalimat-kalimat penjelas yang berupa contoh sehingga
paragrafnya menjadi seperti di bawah ini.
Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap mahkluk hidup
memerlukan air. Misalnya, tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Pada musim kemarau
panjang, tumbuh-tumbuhan terutama yang kecil, mati kekeringan. Tumbuh-tumbuhan besar
pun pasti akan mati kalau tidak mendapatkan air dalam waktu yang amat lama. Demikian
pula binatang piaraan kita, selain memerlukan makanan juga membutuhkan air untuk
minum. Kebutuhan air itu lebih banyak lagi bagi manusia. Selain membutuhkan air untuk
mandi, mencuci pakaian dan memasak makanan, kita membutuhkan air untuk minum.

d. Kalimat Penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak. Bila penulis merasa
perlu menggunakan kalimat penegas untuk memperjelas informasi atau menyimpulkan
kalimat-kalimat yang mendahuluinya, kalimat penegas ditulis. Bila informasi yang
disampaikan sudah cukup jelas, atau tanpa kalimat penegas kejelasan informasi itu tidak
terganggu, kalimat penjelas tidak diperlukan. Namun, kadang-kadang kalimat penegas ditulis
bukan untuk memperjelas informasi atau untuk menyimpulkan, melainkan hanya untuk
variasi paragraf.

12

Unsur-unsur paragraf yakni transisi, kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat
penegas tidak selalu ada dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf sering memiliki empat
unsur, tiga unsur, dua unsur, atau hanya satu unsur. Contoh-contohnya seperti di bawah ini.

Paragraph di bawah ini mengandung empat unsure yaitu transisi, kalimat utama, kalimat
penjelas, dan kalimat penegas.
Lagi pula, di asrama ini kita harus menjaga kebersihan. Kamar mandi kita bersihkan
sedikitnya dua hari sekali. Halaman kita sapu bergiliran setiap pagi dan sore. Saluran air
pembuangan kita kontrol setiap minggu. Demikian pula sampah harus kita perhatikan.
Jangan sampai kita membuang sampah sembarangan. Semua sampah, baik sampah besar
maupun kecil, kita buang di tempat sampah. Bila sudah terkumpul, kita bakar di pembakaran
sampah atau kita buang ke tempat pembuangan akhir. Bila perilaku hidup bersih itu kita
lakukan, hidup kita di asrama menjadi nyaman dan sehat.

Paragraph di bawah ini mengandung tiga unsure, yaitu: transisi, kalimat utama, dan kalimat
penjelas.
Sebagai contoh, semua kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar. Lokomotif
kereta api memerlukan solar agar kuat menarik rangkaian gerbong. Mobil dan sepeda motor
minum bensin untuk melaju di jalan raya. Agar dapat menyeberangi lautan, kapal api
harus diberi solar yang amat banyak. Demikian pula kapal terbang. Agar dapat mengudara ia
harus dibekali bensol.

Paragraph di bawah ini mengandung tiga unsure, yaitu: kalimat utama, kalimat penjelas, dan
kalimat penegas.
Pak Wira semakin sibuk. Kambing-kambingnya yang harus dicarikan rumput kini
bertambah menjadi sepuluh ekor. Ayam dan itiknya tetap minta jatah makanan dan minuman.
Sementara itu, tanaman palawija di sawahnya tak mau ditelantarkan. Apalagi dalam musim
kemarau seperti sekarang ini Pak Wira harus sering ke sawah. Pekerjaan Pak Wira memang
semakin berat.

Paragraph di bawah ini mengandung dua unsure, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.
Dia cukup pandai di sekolahnya. Dalam Ulangan Umum akhir semester ini dia dapat
menjawab betul empat puluh soal dari lima puluh soal Matematika yang diujikan. Hasil
ulangan Kimia tidak mengecewakan karena dia menempati urutan ketiga terbaik di kelasnya,
yang agak mengecewakan adalah hasil ulangan Geografi. Dia hanya memperoleh nilai enam.
13

Tetapi, rasa kecewa itu segera terobati karena dalam ulangan mata pelajaran Fisika dia
mendapat nilai sembilan.

Paragraf di bawah ini hanya mengandung satu unsure, yaitu kalimat-kalimat penjelas.
Mendung bergayut, makin lama makin tebal. Warnanya hitam pekat. Angin
berhembus kencang menggoyang pepohonan dan merontokkan dedaunan. Sementara itu, petir
menyambar-nyambar memenuhi angkasa. Geledek pun menggemuruh memekakkan telinga.
Tak lama kemudian, hujan turun bagai dicurahkan dari langit berbarengan dengan tiupan
angin kencang.

14

Posisi Paragraf dalam Karangan


Bila suatu karanga (buku) diamati secara teliti dan seksama, maka dengan jelas kelihatan
bahwa karangan tersebut terdiri atas beberapa bab. Bab terdiri atas beberapa anak bab dan anak bab
terdiri dari beberapa paragraf. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa suatu karangan pada
dasarnya dibangun oleh beberapa bab. Bab dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun
oleh sejumlah paragraf sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini.

15

2.2Fungsi Paragraf
Paragraf yang berupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan gagasan utama
berfungsi penting bagi penulis paragraf dan bagi pembaca paragraf dalam teks. Perhatikanlah fungsifungsi paragraf tersebut.
Fungsi Paragraf bagi Penulis
1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema
yang lain dalam teks.
2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide atau pokok pikiran secara
tertulis.
3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi
percampuran diantara unit pikiran penulis.
4) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke
dalam paragraf berikutnya.
5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang
koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.
Fungsi Paragraf bagi Pembaca
1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan
jelas memahami gagasan utama paragraf penulis.
2) Pembaca dengan mudah menikmati karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi
penting dan kesan yang kondusif.
3) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraf per paragraf karena tidak
membosankan atau tidak melelahkan.
4) Pembaca dapat belajar bagaimana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam
paragraf tulis.
5) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraf tidak hanya dengan katakata, tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram, grafik, dan kurva.

2.3Persyaratan Penulisan Paragraf


Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.
1) Kesatuan yang kompak, yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.
2) Koherensi yang padu, yaitu antar kalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf. Cara
mengaitkan antar kalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan cara berikut.
(a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalam setiap kalimat.
(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awal kalimat dengan tepat dan benar.
16

(c) Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk sebagai pengganti gagasan utama
dengan kata-kata seperti: dia, mereka, nya, itu, tersebut, ini.
3) Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjels gagasan utama paragraf. Metode
yang digunakan dari metode proses sampai dengan metode definisi.
4) Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik. Posisi
kalimat topik dalam paragraf ditempatkan pada :
a. Kalimat topik pada awal paragraf (deduktif),
b. Kalimat topik pada akhir paragraf (induktif,
c. Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (deduktifinduktif)
d. Kalimat topik pada tengah paragraf (ineratif)
e. Kalimat topik pada semua kalimat dalam paragraf (deskriptif).
Kalimat topik dalam paragraf ditulis dalam kalimat tunggal atau kalimat majemuk
bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama.
5) Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain seperti ejaan, tanda
baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.
6) Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus diperhatikan hal-hal teknis
penulisan seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva, gambar.
7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan pendahuluan,
isi, dan bagian kesimpulan.
8) Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.
9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu
jumlah kosakata paragraf antara 30100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat.
10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf.

Kohesi dan Koherensi Paragraf


Penanda Kohesi
Kalimat-kalimat dalam paragraf tidak lepas terpisah satu dengan yang lain, melainkan saling
berhubungan dan saling tarik-menarik. Istilah yang tepat untuk mengungkapkan makna tarikmenarik ini ialah kohesi. Kohesi sebenarnya diambil dari istilah ilmu pengetahuan alam yang berarti
tarik-menarik antarmolekul yang sejenis. Kohesi dalam paragraf adalah tarik-menarik antarkalimat
dalam paragraf sehingga kalimat-kalimat itu tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu, dan
bersama-sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian dapat disebut sebagai
paragraf yang padu (kohesif).
Antara kalimat satu dengan kalimat lain yang membentuk sebuah paragraf harus berhubungan
secara baik, terjalin erat, dan kompak. Kekompakan hubungan itu menyebabkan pembaca mudah
mengetahui hubungan kalimat satu dengan kalimat lain. Paragraf yang demikian disebut paragraf
yang serasi (koheren).
Kepaduan dan keserasian paragraf dapat terwujud apabila terdapat kohesi antarkalimat.
Untuk mewujudkan kohesi antarkalimat, keberadaan penanda kohesi sangat diperlukan. Penanda
17

kohesi ibarat lem perekat atau magnet yang menyebabkan kalimat-kalimat dalam paragraf itu saling
berhubungan dan bahkan saling menarik satu dengan yang lain. Penanda kohesi cukup banyak
ragamnya, antara lain seperti dibawah ini.
a) Pengulangan atau Paralelisme
Kohesi dapat ditimbulkan melalui pengulangan kata atau frasa yang sama. Artinya, kata atau
frasa tertentu dari sebuah kalimat dimunculkan lagi dalam kalimat berikutnya. Dengan cara
seperti itu, kalimat pertama dan kalimat-kalimat berikutnya mempunyai hubungan yang nyata.
Contoh :
Seharusnya semua orang dapat berpidato. Sebab, semua orang mampu berbicara
yang dapat dikembangkan menjadi terampil berpidato. Membuat diri agar terampil
berpidato ini ternyata amat mudah. Caranya, membiasakan diri berpidato di depan temantemannya atau di lingkungan terbatas. Makin sering berpidato, makin terampil. Bahkan
pada waktunya kelak bukan hanya terampil, melainkan akan menjadi mahir berpidato.
b) Penggunaan Kata Ganti
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana.
Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata ganti
diletakkan setelah kata yang digantikan, disebut hubungan anaforis. Jika kata ganti mendahului
kata yang digantikan, disebut hubungan kataforis. Contoh:
Bramastyo mrmbeli seekor kuda jantan. Ia menungganginya berkeliling kampung

hampir setiap sore.


Dengan menunggangi kuda jantannya, Bramastyo berkeliling kampung hampir setiap

sore.
Tadi pagi Sotya mencubit Puri. Ia tampak marah-marah.
Pemakaian kata ganti ia pada awal kalimat merupakan penanda kohesi anaforis karena
mengacu pada kata Bramastyo yang sudah disebutkan sebelumnya. Sedangkan nya pada contoh
kalimat kedua merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh kalimat ketiga tidak kohesif karena
kata ganti ia membingungkan pembaca. Siapa sebenarnya yang marah-marah? Sotya atau Puri?
c) Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang
diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pada referensi yang sama atau menunjuk pada
sesuatu yang sama. Contoh:
Sejak pagi Pak Slamet melayani pembeli dengan ramah. Pedagang yang sabar dan ulet itu
baru beristirahat menjelang matahari tenggelam.
d) Persesuaian Alami

18

Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan
persesuaian alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu
kumpulan yang sama. Contoh:
Ayah mempunyai kebun salak pondoh dua hektar. Paman memiliki lima hektar.
e) Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam
paragraf mempunyai arti dan bentuk yang berbeda, tetapi ada semacam pertalian makna kias dan
makna lugas. Contoh:
Tidak mengherankan jika Ulfah sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dahulu ibunya
memang bunga desa yang menjadi incaran para pemudaa.
f) Penggunaan Penyambung Antarkalimat
Kata penyambung disebut juga konjungtor, kata perangkai, kata penghubung, atau kata tugas.
Ia memang mempunyai tugas merangkaikan, menghubungkan, atau menyambung kata dengan
kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.
Penyambung antarkalimat merupakan penanda kohesi yang amat sering digunakan. Beberapa
contoh dicantumkan di bawah ini.
1. Penyambung antarkalimat sebab, sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, oleh karena itu,
maka, maka itu, akibatnya untuk menandai hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.
2. Penyambung antarkalimat tetapi, akan tetapi, namun, walaupun, sebaliknya digunakan
untuk menandai hubungan pertentangan/kontras.
3. Penyambung antarkalimat dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah,
kemudian, sementara itu, sehari kemudian, sebulan yang lalu, tahun depan digunakan
untuk menandai hubungan waktu.
4. Penyambung antarkalimat paling......., se.... nya, ter.... digunakan untuk menandai
hubungan klimaks.
5. Penyambung antarkalimat seperti, ibarat, sama, bak digunakan untuk menandai hubungan
perbandingan.
6. Penyambung antarkalimat di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh digunakan untuk
menandai hubungan tempat/jarak.
7. Penyambung antarkalimat umpama. Contoh, misalnya digunakan untuk menandai
hubungan ilustrasi.
8. Penyambung antarkalimat ringkasnya, kesimpulannya, intinya, garis besarnya digunakan
untuk menandai hubungan kesimpulan.
9. Penyambung antarkalimat jika, kalau, jikalau, asal (kan,) bila, manakala digunakan untuk
menandai hubungan syarat.
10. Penyambung antarkalimat seandainya, andaikan, umpamanya, sekiranya digunakan untuk
menandai hubungan pengandaian

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama
menjelaskan unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran
yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.
Fungsi Paragraf bagi Penulis
1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema
yang lain dalam teks.
2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide atau pokok pikiran secara
tertulis.
3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi
percampuran diantara unit pikiran penulis.
4) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke
dalam paragraf berikutnya.
5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang
koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.
Fungsi Paragraf bagi Pembaca
1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan
jelas memahami gagasan utama paragraf penulis.
2) Pembaca dengan mudah menikmati karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi
penting dan kesan yang kondusif.
Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.
1) Kesatuan yang kompak, yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.
2) Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik.
3) Koherensi yang padu, yaitu antar kalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf.
4) Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjels gagasan utama paragraf. Metode
yang digunakan dari metode proses sampai dengan metode definisi.
5) Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain seperti ejaan, tanda
baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.
6) Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus diperhatikan hal-hal teknis
penulisan seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva, gambar.
7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan pendahuluan,
isi, dan bagian kesimpulan.
8) Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.
9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu
jumlah kosakata paragraf antara 30100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat.
10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf.
20

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus lebih giat mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena
dengan mempelajari Bahasa Indonesia, kita dapat menambah wawasan, dan tidak keliru lagi dalam
pembuatan paragraf. Bisa lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut suatu paragraf. Dengan
mempelajari paragraf lebih mendalam, kita bisa membuat suatu karangan dengan baik dan benar,
terutama dalam penulisan karya ilmiah.

21

Anda mungkin juga menyukai