ABSTRAK
Perubahan lingkungan yang amat cepat mulai dari ekonomi, bisnis, dan sosial
pada era globalisasi saat ini menuntut organisasi menjadi lebih peka dan fleksibel
terhadap perubahan. Perubahan ini memaksa organisasi untuk dapat adaptif
sehingga dibutuhkan sebuah strategi dalam bertransformasi. Salah satu perusahaan
yang berhasil melakukan strategi transformasi adalah Toyota Motor Corporation.
Toyota Motor Corporation merupakan organisasi besar di bidang industri otomotif
dan non-otomotif yang memiliki berbagai tantangan baik di lingkungan ekonomi
maupun persaingan bisnis. Toyota Motor Corporation setelah mengalami krisis
keuangan pada tahun 1950 dikenal telah melakukan beberapa kali merger dengan
perusahaan-perusahaan otomotif lain. Perubahan yang terjadi dalam Toyota Motor
Corporation menghasilkan berbagai dinamika, mulai dari kecemasan dan
kegelisahan akan resistensi perubahan di dalam organisasi, serta adanya kelompok
believers dan nonbelievers. Toyota Motor Corporation pun melakukan sebuah
pengukuran, penyesuaian, dan membuat sebuah titik temu yang dapat menampung
berbagai ide dan gagasan agar hal tersebut dapat diatasi. Dalam melakukan
strategi transformasinya pun Toyota sempat mengalami berbagai kendala dan
kegagalan. Meski demikian, tidak menyurutkan semangat akan komitmen tiaptiap elemen yang berada di dalam tubuh Toyota Motor Corporation yang akhirnya
berbuah pada keberhasilannya menjadi perusahaan besar di dunia.
Kata kunci: transformasi, perubahan, tantangan, Toyota Motor Corporation
ABSTRACT
The rapid environmental changes affect the economic, business and social life in
this globalization requires organizations to be more sensitive and flexible to
changes. These changes are forcing organizations to become adaptive, so that
they need strategy of transformation. One company that successfully pursuing a
strategy of transformation is the Toyota Motor Corporation. Toyota Motor
Corporation is a large organization in the field of automotive and non-automotive
which has a good variety of challenges in the economic environment and business
competition. After the financial crisis in 1950, Toyota Motor Corporation is
known to have made several mergers with other automotive companies. Changes
that happened in Toyota Motor Corporation produced a variety of dynamics,
ranging from anxiety and restlessness to resistance changes in the organization,
and problem with group of believers and group of nonbelievers. Toyota Motor
Corporation does a measurement, adjustment, and creates a common ground
which can accommodate a variety of ideas and it can be solved. In conducting its
strategy of transformation, Toyota had experienced a variety of problems and
failures. However, it did not dampen the spirit of the commitment of each elements
in Toyota Motor Corporation which produces a success in being a great company
in the world.
Keywords: transformation, change, challenge, Toyota Motor Corporation
[Type text]
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah dan pokok
permasalahan yang menjadi alasan penulis mengangkat tema mengenai Strategi
Transformasi dalam Toyota Motor Corporation (TMC). Selain latar belakang
masalah dan pokok permasalahan, bab ini juga menjelaskan mengenai identifikasi
masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematikan penulisan makalah ini.
1.1
seperti perubahan politik, ekonomi, tehnologi, sosial, perubahan bisnis, dan lainlain. Menurut James A. Champe dalam Drucker (2001): perubahan organisasi
dewasa ini adalah sebuah perjalanan, yaitu perjalanan yang tanpa berakhir yang
membuat kita kehabisan nafas. Agar tidak kehabisan nafas dalam perjalanan itu
belajarlah untuk bernafas dengan cara lain dan antisipasilah kemungkinan yang
akan dihadapi. Dalam konteks lingkungan organisasi yang terus berubah, maka
bisa saja terjadi pengetahuan hari ini yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah organisasi saat ini akan usang atau bahkan mungkin bisa menjadi
masalah pada masa mendatang. Hal ini mendorong organisasi untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan
lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap
organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan
dan terus berkembang.
[Type text]
[Type text]
otomatis.
Dalam
memperkuat
kondisi
perusahaan
terhadap
1.2
Identifikasi Masalah
[Type text]
2.
3.
1.3
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka tulisan ini memiliki rumusan
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan di atas maka penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui strategi transformasi yang dilakukan oleh
Toyota Motor Corporation, sehingga makalah ini memiliki judul: Analisis
Strategi Transformasi di Toyota Motor Corporation.
1.5
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan
Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan, untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian, maka
[Type text]
Bab 3. Bab ini mendeskripsikan mengenai gambaran umum kasus yang penulis
analisis dalam makalah ini.
Bab 4. Bab ini menjelasakan mengenai analisis dan pembahasan masalah yang
dikaitkan dengan kerangka teori dalam bab sebelumnya.
Bab 5. Bab ini menggambarkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari
penulis berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dibuat.
BAB 2
KERANGKA TEORI
[Type text]
Bab ini berisikan informasi mengenai kerangka teori yang terkait dengan
tema yang penulis angkat, yaitu Strategi Transformasi dalam rangka penyusunan
makalah Analisis Strategi Transformasi di Toyota Motor Corporation ini. Teoriteori yang dijadikan landasan analisis penulis, antara lain the challenges of
sustaining transformation yang terdiri dari fear and anxiety, assessment and
measurement, dan true believers and nonbelievers, serta the challenges of
redesigning and rethinking yang mencakup governance.
2.1
The Challenges
Ketakutan dan kekhawatiran termasuk ke dalam tantangan dalam
perubahan berkelanjutan. Pemimpin yang efektif akan berupaya
untuk mengenali ketakutan dan kekhawatiran sebagai indikator
dalam menghadapi tantangan. Hal tersebut karena respon takut dan
khawatir atas tantangan merupakan hal alamiah dan paling sering
dihadapi sebagai proses mempelajari situasi. Dasar dinamika
ketakutan dan kekhawatiran adalah kemampuan keterbukaan dan
keterusterangan dalam menghadapi situasi baru. Terdapat rasa tidak
percaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta reaksi lingkungan
atas masalah baru yang mucul. Ketakutan dan kekhawatiran akan
mempengaruhi
antusiasme
dan
keinginan
seseorang
untuk
[Type text]
Gray Stamps
Gray stamps merupakan suatu kondisi mental seseorang yang
seringkali dialami seseorang akibat menumpuknya rasa sakit hati
atas perlakuan rekan kerja/atasan yang dipendam dalam diri.
Kebanyakan kondisi ini bersifat negosiasi, yaitu dapat diatasi melalui
aktivitas yang menyenangkan. Gray stamps tidak sehat untuk
individu, namun benar-benar mematikan dalam tim khususnya dalam
inisiatif perubahan. Oleh karena itu, diperlukan mental yang kuat
dalam mengelola gray stamps tersebut agar justru menjadi dasar
seseorang dalam berperilaku untuk menunjukkan kemampuannya
yang selama ini tidak diperhatikan oleh orang lain.
3.
Unilateral Control
Ketika seseorang merasa takut dan cemas insting pertama mereka
adalah memperoleh kontrol sepihak agar dapat melakukan apapun
yang diperlukan untuk mengambil alih percakapan sehingga
ancaman dapat pergi. Hampir seluruh budaya organisasi mendukung
bentuk-bentuk dari kontrol sepihak sebagai sanksi tidak resmi. Cara
ini didasari dari tidak ditoleransinya kemarahan dan teriakan
sehingga dilakukan cara untuk menghentikannya dengan lebih
terhormat agar arah diskusi tidak menyimpang.
4.
anggota
lain
karena
merasa
ditekan
dan
[Type text]
6.
Heroic Modes
Heroic modes menentukan kebiasaan atau cara seseorang dalam
berjuang untuk integrasi dan keutuhan, mengatasi rasa cemas, dan
berusaha untuk mengendalikan orang lain. Moda ini dibagi menjadi
3, yaitu fixer (optimis, inspiratif, memecahkan masalah yang
dianggap tidak mungkin, namun pada kondisi gelap moda ini
bertindak memaksa dan menyakiti orang lain), survivor (mengalah
dan mengikuti kondisi yang ada meskipun tertekan, namun dalam
kondisi gelap moda ini menjadi kaku dan meninggalkan hubungan
emosional dengan situasi), dan protector (membela dan peka
terhadap penderitaan orang di sekitarnya, namun pada kondisi gelap
[Type text]
10
8.
sebagai
fenomena
pembelajaran.
Keberagaman
transformasi organasisasi dimana terjadi kesenjangan antara inisiatif individuindividu dan cara organisasi mengukur hasil. Hal ini memicu munculnya
penilaian-penilaian negatif terhadap perubahan. Kesenjangan hubungan
terjadi antara cara-cara pengukuran keberhasilan yang masih tradisional
terkait pengukuran keberhasilan dan rentang waktu perubahan serta
[Type text]
11
2.
3.
kuat dari lingkungan dalam hal yang mendasari rentang waktu dan cara
pengukuran perubahan yang tradisional untuk membangun kemampuan
evaluasi tim inovasi sehingga masing-masing bisa mengukur kemajuan dan
kemajuan komunikasi yang lebih baik di luar tim.
1.
[Type text]
12
2.
3.
4.
5.
antara
para
pendukung
perubahan. Belajar
untuk
menilai
2.
3.
secara keseluruhan.
Saling mengingatkan bahwa tidak semua penilaian mengindikasikan
4.
kemajuan.
Mediasi dan menjelaskan perbedaan interpretasi atas pengukuran yang
sama.
[Type text]
13
sumber
daya
menjadi
cara
yang
penting
dalam
2.
3.
4.
5.
[Type text]
14
C,
yakni
mengukur
dampak
perilaku
baru
dengan
[Type text]
15
2.1.3.1 Definisi
Merupakan individu yang percaya dalam sebuah pilot group
menghadapi non-believers di luar pilot group. Hal ini memiliki
kecenderungan untuk jatuh ke dalam situasi di mana sebuah peningkatan
dalam sebuah organisasi dirasakan sebagai ancaman dan pengepungan
mentalitas. Sebenarnya pilot groups ketika mereka melanjutkan
perubahannya, cenderung merupakan the rest of workforce dan seringkali
mereka tidak sadar akan hal tersebut. Tentunya hal ini menjadi
peningkatan frustrasi dengan perusahaan.yang lebih besar. Paradoks
tantangan belivers dan nonbelievers yakni semakin besar perubahan yang
terjadi di dalam pilot groups, semakin berisiko dinamika yang terjadi
dalam organisasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.
2.
[Type text]
16
penting
bagi
para
pemimpin
yang
berusaha
untuk
strategi
untuk
mempertemukan
believers
dan
[Type text]
17
yang
menuju
pada
pembelajaran
organisasi
jangka panjang.
Kemampuan
organisasi
untuk
tetap
[Type text]
18
untuk
meningkatkan
interdependensi,
menyeimbangkan
[Type text]
19
[Type text]
20
Shared Aspirations
Jika setiap orang memiliki tempat, nilai, dan prinsip yang sama
dalam bekerja, aspirasi yang terbagi ini akan dapat menunjukkan
arti untuk meyakinkan dan meluruskan kordinasi. Selain itu juga
dapat memberikan fokus dan orientasi konstan, serta memudahkan
untuk merancang di tengah tindakan karena menyediakan efek
stabil.
3.
4.
5.
[Type text]
21
6.
memandang
bahwa
kesalahan
dalah
bagian
dari
pembelajaran.
7.
Permeable
Boundaries
and
Multiple
Orientations
Kesuksesan untuk menjadi terbuka tergantung dengan fleksibilitas
dari mental model mengenai bisnis. Lebih jauh lagi, banyak tim
eksekutif mencpai tujuan multidimensional dengan memiliki
banyak pengetahuan yang luas.
2.3.
Kepemimpinan
Harefa (2000, 154), menyebutkan bahwa sejumlah kata yang paling
mengenai
kepemimpinan,
khususnya
yang
bersifat
Pemimpin Perubahan
2.4.1 Strategi Pemimpin Perubahan
Menurut Peter Senge dan Peter F. Drucker (Hesselbein dan Johnston
dalam Wibowo, 2006: 240), terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan
oleh seorang pemimpin perubahan, yaitu: (1) akselerasi perubahan di masa
depan, (2) pemimpin dalam pusaran perubahan, (3) langkah memimpin
perubahan, (4) keseimbangan antara perubahan dan kontinuitas, dan (5)
meningkatkan kepuasan pekerja.
2.4.2 Peran Pemimpin Perubahan
Untuk mencapai hasil yang diharapkan organisasi, mengembangkan
lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan
orang lain, pemimpin sebaiknya mampu melakukan hal-hal: (1) menciptakan
[Type text]
22
BAB 3
GAMBARAN UMUM
[Type text]
23
[Type text]
24
Cruiser yang mampu menandingi Jeep Willys produksi barat dengan menembus
pangsa pasar di Indonesia, Amerika Utara, Afrika.
Setelah berhasil dengan Land Cruiser, tahun 1966 TMC meluncurkan
mobil jenis sedan, yaitu Toyota Corolla yang terjual lebih dari 5 juta unit.
Semakin globalnya produk TMC maka dibutuhkan adanya logo yang menjadi jati
diri TMC. Pada tahun 1989 TMC memutuskan untuk membuat logo, yaitu dua
lingkaran oval yang menghasilkan huruf T dan elips ketiga mengisyaratkan The
Spirit of Understanding in Design sekaligus menjadi lambang bahawa TMC
berupaya menjaga dan mempengaruhi sekelilingnya. Pada tahun 1990 Toyota
Camry menjadi mobil paling laris di Amerika Serikat. Upaya yang kembali
ditempuh oleh TMC dalam menghadapi perubahan global adalah dengan
melakukan merger dengan Daihatsu pada tahun 1999. TMC membeli 51,19%
saham Daihatsu. Hal ini dilakukan karena Daihatsu mempunyai kemampuan
dalam riset, skill manajerial, teknologi, produksi, segmen pasar, dan pemasaran
yang sebelumnya sudah terbentuk. Satu hal yang menjadi kelemahan Daihatsu
adalah menembus brand image produk kepada konsumen agar diterima oleh
pasar. Hingga kini luas jangkauan TMC melingkupi seluruh benua dengan 50
perusahaan manufaktur dan 168 distributor (toyota.-global.com, 2013).
3.1.1 Gambaran Umum Manajemen Toyota Motor Corporation
Selain terus menerus melakukan inovasi dalam produk, juga tidak
terlepas dari model manajemen, pemikiran, dan filsafat yang menjadi dasar
perjalanan perusahaan. Sistem manajemen TMC dikenal dengan sebutan
Toyota Ways dan Toyota Production System (TPS) (toyota-global.com,2013).
Keduanya merupakan cara pandang mendasar TMC dalam memandang dunia
dan melakukan bisnis yang menjadi DNA perusahaan dan akan terus
dipertahankan. TPS merupakan konsep memberdayakan anggota tim untuk
mengoptimalkan kualitas dengan terus menerus meningkatkan proses dan
menghilangkan limbah yang tidak dibutuhkan dalam sumber daya alam,
manusia, dan perusahaan. TPS mempercayakan karyawan dengan tanggung
jawab yang jelas dalam setiap langkah produksi dan mendorong setiap
anggota tim untuk berjuang melakukan perbaikan secara menyeluruh. TPS
[Type text]
25
Continuous Improvement
Respect
Teamwork
Challenge
Kaizen
1. Menghormat
i yang lain
2. Membuat
setiap usaha
dimengerti
setiap orang
3. Bertanggung
jawab
4. Lakukan
yang terbaik
untuk
membangun
kepercayaan
1. Merangsang
perutmbuhan
pribadi dan
profesional
2. Berbagi
peluang untuk
pengembangan
3. Memaksimalk
an kinerja tim
dan individu
Visi jangka
panjang untuk
mempertemuka
n tantangan
dengan
kreativitas dan
keberanian
untuk
mewujudkan
mimpi bersama
Memperbaiki
operasi bisnis
sepanjang
waktu melalui
selalu
mencoba
untuk inovasi
dan evolusi
Genchi
Genbutsu
Pergi ke sumber
daya untuk
mencari fakta
untuk membuat
keputusan yang
tepat dan
membangun
kesepakan dan
kepercayaan
2.
[Type text]
26
3.
prinsip
menumbuhkan
pemimpin
yang
benar-benar
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
[Type text]
27
Pada bab ini penulis menjabarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai
Strategi Transformasi di Toyota Motor Corporation dikaitkan dengan kerangka
teori yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu untuk
memaparkan dan menjelaskan penerapan strategi informasi di Toyota Motor
Corporation.
4.1
nilai-nilai tradisional yang menjadi dasar pergerakan tiap individu yang ada dalam
perusahaan. Melalui prinsip-prinsip dalam The Toyota Ways dan Toyota
Production System, perusahaan berupaya untuk melakukan perbaikan terus
menerus dengan memperhatikan rasa kebersamaan dari seluruh orang-orang yang
berada dalam internal perusahaan maupun mitra kerjanya. Pilar The Toyota Ways
yang berupa kemajuan terus menerus serta menghormati orang lain mengandung
arti bahwa menghadapi tantangan dengan sebaik-baiknya merupakan hal penting
sebagai upaya menciptakan suasana pembelajaran dan tidak hanya menerima
kondisi lingkungan tapi juga benar-benar merangkul perubahan tersebut. TMC
memiliki pandangan bahwa untuk mampu mempengaruhi lingkungan maka
dibutuhkan rasa menghormati atas lingkungan itu sendiri, baik internal perusahaan
maupun semua stakeholder terkait.
Pada awal perkembangannya hingga saat ini, TMC membentuk budaya di
mana para manajer dan pimpinan tidak berperan lebih penting selain memotivasi
dan melibatkan para karyawan dan mitra bisnis untuk bekerjasama dan menuju
tujuan yang sama melalui pelibatan tim (partisipasi) untuk menghimpun ide-ide
karyawan sebagai upaya peningkatan kinerja. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan oleh Presiden Toyota Motor Company, Fujio Cho, Kunci untuk Toyota
Ways dan apa yang membuat Toyota menonjol bukanlah karena unsur individu.
Melainkan yang penting adalah memiliki semua elemen bersama-sama sebagai
suatu sistem. Hal ini harus dilakukan setiap hari dalam cara yang konsisten dan
sederhana. Salah satu implementasi dari prinsip ini adalah saat TMC mengalami
[Type text]
28
krisis besar-besaran pada tahun 1973 akibat krisis minyak dunia. Pada saat itu,
penjualan menurun sebesar 14%, operasi keuntungan sebesar 83%, dan tingkat
produksi sebesar 80%. Dewan TMC mengumpulkan anggota komite dari berbagai
divisi untuk menyusun suatu strategi dengan memproduksi Toyota Corolla secara
masal dan murah untuk menjawab tantangan perubahan.
Terbukti, tingkat pencapaian tujuan mencapai 128%. Selain itu, TMC
mengadakan program penghargaan pada tahun 1997 melalui Penghargaan
Kualitas Kinerja Toyota bagi seluruh pabrik-pabrik Toyota dan pemasok yang
melakukan perubahan saat krisis sebagai langkah penguatan Toyota Group
(Toyota-global.com, 2013). Tindakan tersebut merupakan penerapan dari prinsip
mendasarkan keputusan manajemen pada filosofi jangka panjang meskipun
mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek. Berdasarkan uraian singkat
tersebut dapat dilihat bagaimana Toyota Motor Corporation berupaya untuk
mengatasi ketakutan dan kecemasan yang muncul di dalam tubuh perusahaan
melalui pembelajaran organisasi yang dilakukan. Penulis mengidentifikasi
implementasi pembelajaran organisasi tersebut melalui beberapa elemen yang
terkait dengan kekhawatiran dan kecemasan dari Peter Senge, yaitu
1.
Challenges
Kekhawatiran dan kecemasan dala menghadapi tantangan dan perubahan
merupaan suatu kewajaran dan harus dipandang sebagai proses pembelajaran atas
suatu situasi. Oleh karena itu, jangan sampai rasa takut dan cemas menjadi
penghalang komitmen anggota organisasi untuk melakukan transformasi. TMC
sebagai perusahaan internasional dengan produksi 6 unit mobil perdetik bukan
merupakan suatu pencapaian yang serta merta dalam waktu singkat. Masa-masa
krisis dan transisi merupakan pengalaman yang tidak asing bagi TMC. Hal ini
salah satunya terlihat pada masa-masa titik balik dalam pengembangan desain
produk perusahaan tahun 1960, seorang perancang model di Toyota, Kazuo
Morohoshi, merasa bahwa desain mobil-mobil di Jepang tidak memiliki proporsi
yang tepat. Untuk membaca keinginan pasar dan memenuhi genchi genbutsu
(pergi ke sumber daya untuk mencari fakta untuk membuat keputusan yang tepat
dan membangun kesepakatan) maka Morohoshi meninggalkan Jepang dan
[Type text]
29
Gray Stamps
Predikat perusahaan otomotif terbesar di dunia, TMC, bukan berarti tidak
pernah mengalami kegagalan. Pada tahun 1957 merupakan salah satu tahun penuh
dengan tantangan dimana TMC berupaya untuk mengembangkan kemampuan
ekspornya keluar Asia, khususnya Amerika. Meskipun produk mobil TMC di
Jepang telah mendapat predikat dengan kinerja, harga, dan kehandalan yang
tinggi, namun memperoleh kegagalan saat melakukan uji kualitas di Amerika
Serikat mendapat kegagalan. The Toyopet Crown dianggap tidak bisa menangani
jarak jauh dengan kondisi mengemudi di Jalan Raya Amerika karena tubuh mobil
terlalu berat dan tidak memiliki stabilitas pada kecepatan tinggi sehingga mobil
yang telah diproduksi ditarik dari pasaran di Amerika Serikat dan menghentikan
ekspor mobil. Namun demikian, TMC tidak serta merta mengganti produk
[Type text]
30
Unilateral Control
Unilateral control merupakan sanksi tidak resmi sebagai alat kontrol atas
perilaku anggota organisasi yang melakukan penyimpangan atas diskusi suatu isu.
Penulis tidak menemukan adanya suatu ungkapan yang digunakan dalam
menghadapi pihak-pihak yang menggunakan cara menyimpang dalam melakukan
diskusi suatu isu. TMC hanya menerapkan perlakuan saling menghormati dan
mengakui kontribusi atas setiap anggota organisasi sekecil apapun sebagai suatu
sistem yang harus dijaga agar berjalan secara sinergis mencapai tujuan bersama
melalui penciptaan budaya diskusi.
4.
lain dan karyawannya namun justru membuat pimpinan lain dan karyawan
tersebut merasa tertekan akibat adanya intervensi dalam komunikasi tersebut.
Pada TMC penulis tidak menemukan kondisi tersebut. Hal ini karena dalam
menjalankan perusahannya, para jajaran top manajemen merupakan pihak yang
paling paham dengan nilai-nilai yang dianut TMC melalui TPS maupun Toyota
Ways, khususnya respect people dimana setiap anggota organisasi harus
[Type text]
31
banyak yang ia tidak ketahui untuk dapat secara efektif mempelajari suatu hal dan
wawasan yang baru. Salah satu strategi yang dilakukan melalui perasaan
ketidaktahuan ini dikenal dengan small sacred hour. Small sacred hour
merupakan aktivitas tukar pikiran yang terdiri dari 3- 4 orang terkait semua
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing anggota selama satu jam dalam
satu minggu terlepas dari seberapa sibuk kegiatan yang dimiliki. TMC pada
perkembangan perusahaannya, tidak terlepas dari banyaknya inovasi yang
dilakukan untuk melangggengkan kesuksesannya melalui penerimaan pasar atas
produk-produknya. Beberapa inovasi diantaranya adalah personal mobile,
kendaraan berbasis lingkungan, mobil dengan sensor parkir otomatis, program
tanggung jawab sosial, dan sebagainya.
Produk-produk tersebut tidak muncul tanpa adanya kegiatan bertukar
pikiran dan diskusi antara manajemen puncak dan karyawan atas indentifikasi
lingkungan seperti yang diusung oleh Presiden Toyota dimana kesuksesan Toyota
bukan merupakan unsur individu melainkan memiliki elemen bersama-sama
sebagai suatu sistem yang dilakukan tiap hari dalam cara yang konsisten.
Meskipun yang dilakukan TMC tidak sama persis dengan kriteria small sacred
hour yang dikemukakan oleh Peter Senge, namun kegiatan menghimpun ide-ide
dari semua bagian organisasi merupakan hal yang diterapkan dalam proses
perkembangan TMC, baik berasal dari internal maupun mitra kerja TMC. Hal
tersebut karena TMC percaya bahwa terdapat ide-ide dan peluang berkembang
dari pihak-pihak yang loyal dengan perusahaan. Hal ini sejalan dengan prinsip
mengembangkan orang dan tim yang luar biasa yang mengikuti filosofi
perusahaan dan menghormati jaringan mitra dengan menantang mereka dan
membantu mereka untuk maju.
Budaya diskusi ini juga tercermin dalam salah satu kasus yang pernah
dihadapi oleh Toyota Motor Thailand (TMT) pada tahun 1997 akibat krisis di
[Type text]
32
Thailand. Pada saat itu, pasar otomotif turun sekitar 75%. Strategi yang diambil
oleh TMT berdasarkan masukan dari TMC adalah mengurangi jumlah hari dan
jam kerja karyawan, menerima suntikan modal dari TMC, mengirim 200 asosiasi
siaga ke Jepang untuk pelatihan. Selain itu, TMT fokus pada peluang ekspor
melalui reformasi bisnis, seperti manajemen online pasokan kendaraan dan
membentuk tim proyek di bidang keuangan dan pemasaran. Pada saat krisis
tersebut, TMT dan TMC berupaya untuk tidak melakukan pemutusan hubungan
kerja karena merasa tidak etis untuk menambah beban pekerja dalam keadaan
negara krisis.
Setelah kondisi ekonomi kembali stabil, TMT melakukan program
tanggung jawab sosial dengan membantu pengembangan produksi beras dalam
negeri. Tindakan tersebut merupakan perwujudan salah satu misi TMC, yaitu
berkontribusi untuk pengembangan ekonomi masyarakat setempat dengan operasi
R & D berfungsi secara efektif di setiap daerah. Sepuluh tahun kemudian,
Presiden TMT, Mitsuhiro Sonoda, melakukan sharing experience dan sharing
knowledge kepada seluruh jajaran TMT untuk dapat menjadi pembelajaran
bersama sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam menghadapi tantangan di
masa depan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip menumbuhkan pemimpin yang
benar-benar memahami kerja, menjiwai fiosofi, dan mengajarkannya kepada
orang lain.
Selain melakukan peningkatan komunikasi melalui diskusi untuk
mencapai konsensus antara manajemen puncak dan semua asosiasi, TMC juga
mengedepankan keterbukaan atas perubahan lingkungan dan pasar seperti yang
dilakukan oleh Kazuo Morohoshi melalui studi di Amerika terkait budaya dan
kebutuhan pasar Amerika yang ditargetkan menjadi pasar ekspor terbesar TMC.
Morohoshi bertindak dengan melepaskan segala egonya dan mengakui
ketidaktahuannya atas budaya Amerika namun sadar akan kemampuannya dalam
memanifestasikan pengetahuan barunya tersebut ke dalam suatu karya yang dapat
menjadi produk unggulan dan diterima di lingkungan baru, yaitu Amerika.
Strategi transformasi yang dilakukan oleh TMC ini sejalan dengan prinsip Toyota
Ways, yaitu membuat keputusan perlahan melalui konsensus, mempertimbangkan
semua pilihan, implemetasi keputusan dengan cepat.
6.
Heroic Modes
[Type text]
33
[Type text]
34
[Type text]
35
di dunia. Sifat ingin berbagi apa yang ia ketahui kepada orang lain mungkin saja
terinspirasi dari buku tersebut. Buku tersebut membentuk pemikiran Sakichi
Toyoda bahwa suatu pencapaian tidak didapatkan berddasarkan bakat alaminya
melainkan hasil kerja keras. Selain itu buku Smiles ini menginspirasi Sakichi
terkait manajemen berdasarkan fakta dan pentingnya bagi orang untuk
memberikan perhatian secara aktif (scribd.com, 2012).
8.
[Type text]
36
Grafik 4.2.1
Pola Ideal Pengukuran
[Type text]
37
penilaian beserta para top management. Dalam kegiatan penilaian kerap kali
masih dipengaruhi oleh penilaian-penilaian subjektif terhadap inovasi ataupun
perubahan organisasi yang berbeda-beda. Hasil penilaian menjadi sumber evaluasi
dan fungsi kontrol terhadap perubahan yang ada dalam organisasi. Dalam proses
ini dapat dilihat kegagalan inovasi atau perubahan organisasi pada umumnya
terletak pada kegiatan pengukuran dan penilaian. Inovasi atau perubahan
organisasi merupakan suatu proses yang panjang dan berkelanjutan sehingga pada
dasarnya sangat sulit untuk mengukur dan menilai hasil pada jangka pendek
kemudian menetapkan hasil tersebut sebagai suatu kegagalan. Perubahan haruslah
diukur menggunakan cara yang tepat secara berkala dan berkesinambungan
karena inovasi dan perubahan merupakan proses yang mencapai hasil.
Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Toyota Motor Corporation
dimana pola yang dikembangkan menjadi suatu siklus penilaian yang
berkelanjutan sehingga tidak berakhir pada kegiatan evaluasi dan kontrol. Berikut
ini pola yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation.
Grafik 4.2.2
Pola Pengukuran Toyota Motor Corporation (TMC)
Learning
[Type text]
38
2.
3.
4.
5.
dengan adanya beberapa kepercayaan dipegang teguh yaitu Toyota are people
who believe there is always a better way. (Toyota Global Vision, 2012).
Kepercayaan ini yang kemudian menjadikan TMC sebagai organisasi pembelajar,
yakni belajar dari hasil penilaian dan pengukuran untuk melakukan inovasi dan
transformasi dengan cara tersendiri dan terbaik. Dari sini TMC kemudian dikenal
dengan sistem Kaizen-nya, yakni setiap kemajuan atau peningkatan merupakan
awal dari kemajuan atau peningkatan sehingga Kaizen dimaknai sebagai proses
yang tidak ada akhir. Dari sinilah pola penilaian dan pengukuran TMC juga
terbentuk dimana kegiatan penilaian dan pengukuran juga merupakan proses tidak
ada akhir bukan kegiatan yang sekedar melihat hasil sebagai fungsi kontrol dan
melihat penilaian dan pengukuran sekedar alat untuk mengontrol.
TMC melakukan pengukuran hasil dengan cara tersendiri dimana terdapat
proses pengukuran secara valid yang berupa jangka panjang dan jangka pendek.
Pengukuran jangka panjang dilakukan terhadap master plan dan pengukuran
jangka pendek dilakukan terhadap strategic plan. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data hasil yang benar-benar valid. Pengukuran ini dilakukan untuk
melihat dua kemungkinan, yakni (1) melihat perubahan signifikan secara
menyeluruh terhadap perusahaan, seperti sistem manajemen, produksi, pemasaran,
distribusi dan sebagainya, (2) melihat perubahan kecil atau dasar dalam rutinitas
kerja perusahaan, seperti kinerja pegawai, budaya kerja, perilaku organisasi dan
[Type text]
39
[Type text]
40
a.
b.
c.
d.
desain.
Pusat pelatihan Customer First didirikan di lima lokasi di seluruh
dunia untuk menumbuhkan profesional jaminan mutu dan untuk
memastikan
retensi
keterampilan
yang
bersangkutan
dan
analisis
menjadi
langkah-langkah
konkret
untuk
c.
[Type text]
41
d.
e.
f.
kemampuan teknis.
Melengkapi ukuran TMC untuk memperoleh masukan dari pihak
ketiga/ahli dalam apa yang disebut "ulasan desain berdasarkan
modus kegagalan" dengan ukuran untuk mengamankan masukan
dari
orang-orang
layanan
purna
jual
perusahaan,
yang
untuk
mencegah
masalah,
misalnya,
floor
mat
c.
eksekutif
mendirikan BR (Business Reform) Communication Kaizen
Department untuk perbaikan ujung tombak dalam komunikasi,
d.
dan
menyiapkan Komite Khusus Kualitas Global dan memperkuat
kemampuan serta kewenangan operasi regional untuk segera
menanggapi kekhawatiran kualitas.
[Type text]
42
cedera
kecelakaan. Reka
dengan
ulang
menggunakan
kecelakaan
berbagai
disimulasikan
data
investigasi
kembali
untuk
[Type text]
43
[Type text]
44
Deskripsi
Penilaian A
Penilaian B
Penilaian C
[Type text]
45
Penilaian E
100
perusahaan.
Forbes
menilai
peringkat
[Type text]
46
[Type text]
47
Corporation.
menginginkan
profit
Sebagaimana
besar,
sebuah
manajemen
perusahaan
Toyota
Motor
swasta
yang
Corporation
[Type text]
48
banyak lubang di sana-sini, yang berimbas pada tragedi kegagalan mutu itu
mulai terjadi.
Ketika pertumbuhan permintaan yang meningkat tersebut terjadi,
pihak top management Toyota Motor Corporation sadar bahwa dalam
membangun pabrik baru di Amerika Serikat, tentu memerlukan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang terbaik agar kualitas hasil produk mereka tetap terjaga.
Dengan pemikiran tersebut akhirnya mereka mengirimkan ratusan teknisi
terbaik mereka untuk mengajarkan para pekerja maupun teknisi Amerika
Serikat tentang sistem produksi dan filosofi mutu Toyota yang terkenal itu,
yakni Toyota Ways dan Toyota Production System (Antariksa, 2012).
Salah satu inovator dalam mobil jenis hybrid Toyota Prius adalah
Takehisa Yaegashi. Takehisa Yaegashi dalam perjalanan membentuk mobil
Prius ini sempat mengalami kekhawatiran akan strategi cost efficiency yang
dilakukan Toyota Motor Corporation (Power, 2011). Strategi cost efficiency
ini cenderung agresif. Pihak top manajement Toyota Motor Corporation di
Jepang
termasuk dalam aspek desain dan produksi (Antariksa, 2012). Tentu saja
strategi ini baik agar biaya dapat dikendalikan, dan dapat menghasilkan
keuntungan pada perusahaan. Namun, justru terdapat sebuah bumerang yang
menyerang balik perusahaan dengan strategi ini.
Takehisa Yaegashi sempat melakukan sebuah pertanyaan pada pihak
top managers (Powers, 2011), namun nampaknya suaranya tidak terlalu
didengar oleh mereka. Permintaan pasar membuat mereka seperti harus
memproduksi barang yang cukup sesuai kuantitas yang diinginkan. Namun
Takehisa Yaegashi merasakan bahwa jika cost efficiency akan berpengaruh
pada mutu produk mobil Prius. Takehisa Yaegashi sendiri mengetahui apa
yang diungkapkan oleh sejumlah supplier yang mengeluh karena terpaksa
menurunkan mutu barang pasokannya demi pemenuhan cost efficiency dari
pada petinggi Toyota Motor Corporation di Jepang (Antariksa, 2012).
Selain itu, juga terdapat sebuah masalah yang terjadi dengan pabrikpabrik baru di Amerika Serikat. Seperti yang diketahui bahwa Toyota Ways
dan Toyota Production System yang merupakan jargon terampuh dan terkenal
[Type text]
49
di dunia itu bukan hanya perlu dipahami secara teori, melainkan juga secara
implementasi. Pemahaman secara tindakan oleh sistem yang dikenalkan
Toyota Motor Corporation ini pun akhirnya tidak dapat dipelajari secara
sekejap. Hal ini pun sangat kontradiktif dengan tuntutan akan kecepatan pasar
untuk menghasilkan permintaan yang tinggi (Antariksa, 2012). Para teknisi
Amerika Serikat yang belajar langsung dengan teknisi terbaik dari Jepang
sendiri belum mampu menyeimbangi permintaan pasar yang begitu
membludak. Bukan hanya dari segi skill engineering, dari segi manajemen
pun dirasakan cukup berbeda dan sukar untuk menerapkan apa yang sudah
membudaya di Toyota Motor Corporation. Dampaknya pun terasa pada mutu
yang kurang pada produk Toyota Prius tersebut yang keluar pada tahun 2010.
Jika dikaitkan dengan teori believers dan nonbelievers, hal ini tentu
saja terdapat keterkaitan yang cukup jelas. Takehisa Yaegashi merupakan
seorang individu yang mempercayai akan adanya perubahan, dan ia tidak
terlalu nyaman dengan strategi cost efficiency yang diperkenalkan oleh
pihak eksekutif untuk mencapai target pasar. Hal ini cenderung jatuh ke
dalam situasi di mana sebuah peningkatan intelegensi yang dialami oleh
Takehisa Yaegashi dalam sebuah organisasi dirasakan sebagai ancaman dan
pengepungan mentalitas. Sebenarnya pilot groupsdalam hal ini adalah
Takehisaketika mereka mengajukan protes akan strategi yang dilakukan
oleh top managers dan menginginkan adanya perubahan, cenderung
merupakan the rest of workforce dan ada kemungkinan bahwa ia dan
rekannya tidak sadar akan hal tersebut. Tentunya hal ini menjadi peningkatan
frustrasi. Di satu sisi, Toyota Motor Corporation mengingkan sebuah
penghematan dari berbagai segi agar menekan biaya dan mencapai apa yang
diminta pasar. Sedangkan di sisi lain, hal tersebut juga berpengaruh pada
mutu dan kualitas mobil.
Paradoks belivers dan nonbelievers di dalam yakni semakin besar
perubahan yang terjadi di dalam pilot groups, semakin berisiko dinamika
yang terjadi dalam organisasi. Dalam hal ini, dapat diperhatiakan apa yang
terjadi di dalam tubuh Toyota Motor Corporation:
[Type text]
50
1.
2.
tersebut
menjadi
defensif
dan
fanatik
terhadap
[Type text]
51
sudah ada sistem manajemen yang cukup baik dengan Toyota Ways
maupun Toyota Production Service.
Salah satu yang perlu dilihat adalah bagaimana kesalahan yang dibuat
oleh Toyota Motor Corporation dalam mengembangkan budaya Toyota Ways
di dalam pabrik-pabrik barunya yang ada di Amerika Serikat. Implementasi
penerapan sistem manajemen yang terburu-buru justru tidak membuahkan
hasil yang sama pada Toyota Motor Corporation. Yang perlu dicermati di sini
adalah, sebagaimana induk perusahaan, tidak ada yang salah pada budaya
Toyota Motor Corporation di Jepang. Hal ini didukung oleh pernyataan Steve
Siler (2012) bahwa terjadi kekeliruan komunikasi pada transformasi
manajemen di Amerika Serikat sehingga Toyota melakukan kesalahan
tersebut. Sedangkan budaya Toyota sebagai induk perusahaan tetap berjalan
sebagaimana mestinya, meski sempat keliru dengan langkah tersebut.
Kesalahan ini pun akhirnya menjadi sebuah pembelajaran yang berarti
oleh Toyota Motor Corporation bahwa kesuksesan mereka harus diimbangi
dengan kestabilan dalam perihal manajemen (Siler, 2012). Pada tahun 2012
pun Toyota membayar lunas kesalahan mereka dengan mengeluarkan Toyota
Hybrid Plug-in yang menjadi salah satu mobil inovatif pada tahun tersebut.
Bahkan di pertengahan 2013 ini, Toyota mampu menjual mobil Toyota
Hybrid menjadi penjualan terbesar dengan angka mencapai lima juta unit
mobil.
4.3.2
melihat
kegagalan
sebagai
angin
lalu,
tetapi
menjadikan
sistem
[Type text]
52
2.
3.
dan
makin
tumbuh
menjadi
tim
yang
baik,
serta
[Type text]
53
4.
5.
perusahaan.
Menghargai sifat ketidakinginan dalam perubahan secara personal.
Perlu dilihat bahwa perusahaan harus menghargai apa yang menjadi
alasan seseorang tidak menginginkan sebuah perusahaan. Hal ini
terkait dengan prinsip genchi genbutsu yang melihat ke arah sumbersumber alasan bagaimana perushaan tersebut akhirnya melakukan
sebuah keputusan yang akhirnya akan menimbulkan sebuah trust di
6.
7.
atau pegawai mengetahui apa tujuan dan visi yang dituju oleh TMC.
Meletakkan dasar nilai-nilai transeden, dengan kata lain meskipun
TMC memiliki satu tujuan, di dalamnya terdapat banyaknya gagasan
di luar hal tersebut sehingga organisasi tersebut kaya akan ide. Tentu
saja hal ini masih senada dengan prinsip Toyota Ways akan sharing
ideas akan pandangan-pandangan mana yang ada di dalam TMC itu
sendiri. Dengan mengetahui berbagai pandangan, tentu perusahaan
kaya akan gagasan baru sehingga dapat menciptakan sebuah inovasiinovasi yang baik.
4.3.3
[Type text]
54
produksi sebagai pelanggan mereka dan tidak akan melewati bagian yang
rusak kepada pelanggan tersebut (Toyota Global, 2013). Hal ini
mengindikasikan komitmen TMC pada tujuan dan visinya sebagai perusahaan
kelas dunia yang menghasilkan produk bermuti tinggi.
Dalam pelaksanaannya, jika seorang anggota tim menemukan masalah
dalam bagian melakukan sebuah proses produksi, anggota tim akan
menghentikan pekerjaannya dan memperbaiki masalah sebelum akhirnya
produk tersebut pergi menuju bagian yang lebih lanjut lagi. Hal ini pun
memperlihatkan bahwa TMC sangat melihat kualitas. Bahkan ia tidak mau
melihat produknya cacat meskipun di dalam proses produksi.
4.4
[Type text]
55
cara-cara
governance),
untuk
termasuk
menyesuaikan
TMC.
Hal
ini
tata
salah
kelolanya
satunya
[Type text]
56
merupakan
perusahaan
yang
memperkenalkan
sistem
[Type text]
57
menetapkan
tahun
2001
sebagai
tahun
pertama
pelatihan
bulan
Juli
tahun
2003,
terjadi
perubahan-perubahan
tahun
2006,
telah
diorganisasikan
kembali
organisasi
[Type text]
58
Learning Shareholders...
TMC memiliki jarak antara tanggung jawab dewan-dewan dan komite
[Type text]
59
saham. Hal ini dapat dilihat dari gambar di atas bahwa pertemuan
shareholders atau pemegang saham berada pada tingkat puncak dari
pengambilan keputusan dalam tata kelola perusahaan TMC. Pemeriksaan dan
monitor dari TMC untuk meningkatkan transparansi dan keharusan sosial
sangat dijunjung tinggi dengan memasukkan peran pemegang saham untuk
lebih terbuka dan menciptakan mekanisme check and balances antara
pemegang saham dan manajemen TMC. Dengan demikian, pemegang saham
bukan hanya pihak luar yang menerima keuntungan, tetapi juga terlibat dalam
pemeriksaan dan transparansi TMC. Dengan begitu, terciptalah keadilan
dalam tata kelola perusahaan TMC.
4.4.4
transformasi yang baik sesuai dengan kemajuan dan perubahan pesat yang
terjadi dan kompetisi yang ketat dengan dunia luar, TMC telah melakukan
pembelajaran secara terus-menerus. Peningkatan kapasitas tim pemimpin
dalam rangka mengatur proses perancangan kembali telah dilakukan, yaitu
dengan memfasilitasi karyawan untuk masuk ke dalam kelompok manajer
untuk membangun ikatan yang kuat dan saling belajar sehingga setiap
karyawan dapat sama-sama meningkatkan kapasitasnya, terutama para
pemimpinnya.
[Type text]
60
TMC akan
berorientasi
kepada
kepuasan
pelanggan
dan
[Type text]
61
[Type text]
62
perusahaannya
untuk
menjawab
tantangan-tantangan
dan
[Type text]
63
BAB 5
PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan
kasus dikaitkan dengan kerangka teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
yaitu mengenai Strategi Transformasi di Toyota Motor Corporation. Pada bab ini
juga dijelaskan mengenai beberapa rekomendasi dari penulis yang dapat
digunakan untuk penyelesaian permasalahan mengenai strategi transformasi
tersebut.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
penjabaran
pada
bab
sebelumnya,
maka
penulis
menyimpulkan bahwa transformasi yang dilakukan TMC dengan strategistrateginya masih mengalami banyak tantangan, namun TMC terus belajar dari
kesalahan dan bangkit untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Dari segi
kekhawatiran dan ketakutan, rasa tersebut dapat diminimalisisr dengan adanya
hubungan baik manajemen atas dengan para karyawannya. TMC menjalankan
strategi penilaian dan ukuran dengan metode pembelajaran yang kemudian
dijadikan suatu bentuk inovasi dalam melakukan transformasi. Hasil penilaian
bukan hanya sekedar fungsi kontrol tetapi juga sebagai input pengembangan
kemampuan baru dan pembentukan indikator/ukuran. TMC sudah menerapkan
[Type text]
64
Rekomendasi
Berdasarkan
kesimpulan
di
atas,
penulis
mengajukan
beberapa
rekomendasi, yaitu:
1.
2.
Tantangan berat bagi TMC untuk terus dapat menanamkan nilai tradisional
yang diyakininya, maka TMC harus dapat memilih orang-orang yang mau
menerima dan menanamkan nilai-nilainya sebagai penerus dan penggerak
TMC.
3.
4.
antara
[Type text]
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Harefa, Andrias. 2000. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Kompas.
Hesselbein, Frances; Marshal Golsmid, Richard Beckhard. The Drukcer
Foundation. 2001. The Organisastion Of The Future, Organisasi Masa
Depan,
ed.
[Type text]
66
Prahalad, C.K. & Hamel, Gary. (1994). Strategy as A Field of Study: Why Search
For A New Paradigm? dalam Strategic Management Journal, Vol.15.
John Wiley & Sons, Ltd.
Yuwono, C.D.Ino dan Putra, MG Bagus Ani 2005.Faktor Emosi dalam Proses
Perubahan Organisasi.INSAN Vol 7 No 3 Desember 2005.
Situs
______. Tanpa tahun. Bagaimana Toyota Menjadi Perusahaan Manufaktur Terbaik
Dunia: Cerita Tentang Keluarga Toyoda dan Toyota production System.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/33776365/tentang-keluarga-
http://hbr.org/cs/2011/06/how_toyota_pulls_improvement_f.html
Global.
2009.
Challenges.
Diakses
dari
http://www.toyota-
[Type text]
67
global.com/company/history_of_toyota/75years/data/company_informatio
n/management_and_finances/management/organizational/organizational_c
hanges09.html, pada 24 Mei 2013, pukul 22:27 WIB.
Toyota Global. 2012. January 2007: Post-Flattening Personnel Organization
Reforms
(Strengthening
Communication).
of
Human
Diakses
Resources
dari
Development
and
http://www.toyota-
global.com/company/history_of_toyota/75years/data/company_informatio
n/management_and_finances/management/organizational/organizational_c
hanges14.html, pada 24 Mei 2013, pukul 22:09 WIB.
Toyota Global. 2012. July 2003: Changes on the Group Level (Establishment of
Robust and Efficient Global Structures). Diakses dari http://www.toyotaglobal.com/company/history_of_toyota/75years/data/company_informatio
n/management_and_finances/management/organizational/organizational_c
hanges13.html, pada 24 Mei 2013, pukul 22:34 WIB.
Toyota Global. 2012. July 1982: Following the Merger of Toyota Motor Co., Ltd.
and Toyota Motor Sales Co., Ltd. (Launch of the New Toyota Motor
Corporation).
Diakses
pada
http://www.toyota-
global.com/company/history_of_toyota/75years/data/company_informatio
n/management_and_finances/management/organizational/organizational_c
hanges08.html, pada 24 Mei 2013, pukul 22:56 WIB.
Toyota Global. 2013. Corporate Governance. Diakses dari http://www.toyotaglobal.com/sustainability/csr_initiatives/corporate_governance.html, pada
tanggal 24 Mei 23:01 WIB.
Toyota
Global.
2013.
Executives.
Diakses
dari
http://www.toyota-
Global.
2013.
Innovation.
Diakses
dari
http://www.toyota-
[Type text]
68
[Type text]