PASTA
Oleh :
Theo Tandiyono
6103011090
Yefta Harnanianto M
6103012027
I.
TUJUAN PERCOBAAN
DASAR TEORI
Pasta merupakan makanan khas dari Italia, dan sudah populer ke
seluruh dunia. Pasta adalah makanan alternatif sumber karbohidrat
pengganti beras. Terbuat dari tepung semolina, yaitu tepung yang
dihasilkan dari bagian dalam jenis gandum keras (hard wheat).
Memiliki warna kuning muda dan memiliki kadar protein yang cukup
tinggi dibandingkan dengan jenis tepung lain (Kharie, Ayu. 2011).
Tepung terigu varietas durum atau semolina kemudian dicampur
dengan telur. Hanya varietas gandum jenis durum yang cocok untuk
membuat pasta. Tingginya kandungan protein gluten yang terkandung
menjadikan adonan pasta menjadi kenyal dan elastis (Sutomo, Budi.
2008).
Nutrisi yang terkandung dalam pasta ( Kill, Ron. 2001)
yang digunakan terbuat dari gandum jenis hard wheat yang mempunyai
kandungan protein berkisar antara 11,5-13% (Kent, 1983). Mayoritas
kandungan tepung durum semolina adalah amilosa antara 25-35%.
Menurut Jenkins et al., 1981 dalam Middione, Carlo., 2008 Besarnya
kandungan amilosa dala tepung gandum dapat meningkatkan kandungan
serat dan menurunkan kadar indeks glisemik. Komponen utama yang
penting dalam produk pasta adalah pati dan protein (gliadin dan
glutenin). Gliadin dan glutenin apabila bercampur dengan air akan
terbentuk gluten dimana gluten ini memberikan sifat elastis pada adonan
dan menyebabkan pasta yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses
pencetakan dan pemasakan.
Menurut Charley (1982), fraksi glutenin memberikan sifat elastis,
sedangkan gliadin lebih memberikan sifat ekstensibel. Protein juga
berfungsi membentuk struktur yang rigid pada pasta disebabkan oleh
denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada
produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung
(sekitar 67%) pada proses sheeting membantu pembentukan struktur
yang lebih halus karena granula pati akan menggantikan O 2. Pada proses
perebusan pasta akan terjadi gelatinisasi pati dimana granula pati akan
membengkak karena menyerap air akibat adanya panas. Produk akhir
pasta juga akan dipengaruhi oleh komponen-komponen lain dalam terigu
antara lain pigmen warna (flavonoid), lipid, dan enzim (fenolase,
proteolitik, dan amilase).
Tepung yang banyak mengandung pati yang mengalami kerusakan
(highly damage starch) akan membutuhkan lebih banyak air untuk bisa
membentuk adonan yang baik karena granula pati yang rusak (damage
starch) tersebut bersaing dengan gluten dalam menyerap air yang terdapat
dalam adonan. Ukuran partikel tepung dan distribusinya akan
berpengaruh pada lamanya waktu yang dibutuhkan oleh air untuk bisa
terpenetrasi ke dalam tepung. Ukuran partikel yang lebih besar akan
membutuhkan waktu yang lebih lama bagi air untuk bergabung dan
cenderung membentuk gumpalan adonan yang lebih besar (Hou, 2010).
2. Garam Dapur
Penambahan garam dapur berfungsi untuk memberi rasa gurih dan
menambah keliatan gluten. Menurut Winarno (1991), penambahan garam
dapur pada pembuatan pasta berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan
memperkuat kekompakan adonan. Selain itu, garam dapur juga berfungsi
untuk meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas pasta, mengikat air, serta
berinteraksi langsung dengan protein dan pati, sehingga dapat
menghambat aktivitas enzim protease dan amilase, membuat adonan
bersifat tidak lengket, dan tidak mengembang secara berlebihan
(Astawan, 2001). Adanya aktivitas enzim protease dan amilase
menyebabkan pembentukan gluten tidak sempurna dan menambah
flavour dari pasta. Garam dapur yang jumlahnya tidak kurang dari 2%
berfungsi mengawetkan pasta. Hal ini disebabkan garam memiliki
tekanan osmotik yang tinggi serta bersifat hidroskopis sehingga dapat
memecahkan dinding sel mikroba dan menurunkan kadar air sehingga
dapat menahan pertumbuhan mikroba tersebut
3. Telur
Telur berguna untuk meningkatkan mutu protein pada produk pasta
yang dihasilkan dan menciptakan adonan yang lebih liat sehingga tidak
mudah putus. Saat dipanaskan putih telur akan
terkoagulasi dan
3. Sheeting
Sheeting merupakan proses penggilingan untuk membentuk
lembaran lembaran tipis sesuai dengan tebal pasta yang
diinginkan. Sheeting dapat menghasilkan lembaran adonan yang
panjang dan tidak mudah putus karena adanya sifat elastis dari
gluten.
4. Penjemuran
Penjemuran dilakuka untuk mengurangi kadar air dalam lembaran
agar mudah untuk dibentuk, karena apabila kandungan air dalam
bahan masih terlalu besar sulit untuk dibentuk, sebagian adonan
akan susah dilepas dari cetakan.
5. Pemotongan (Cutting)
Adonan yang sudah dalam bentuk lembaran tipis, dipotong atau
dibentuk sesuai selera.
6. Perebusan (Boiling)
Air dimasukkan ke dalam panci kemudian dimasak hingga
mendidih. Pasta dimasak selama 10 menit sambil diaduk perlahan.
Api yang digunakan untuk merebus pasta harus besar supaya
perebusan singkat. Tujuan dari perebusan adalah agar granula
granula pati penyusun pasta mengalami proses gelatinisasi
sempurna, sehingga pasta dapat dimakan. Apabila perebusannya
lama, maka pasta akan menjadi lembek (Astawan, 2001).
7. Pendinginan
Pasta ditiriskan kemudian didinginkan dengan disiram air dingin
untuk menimbulkan shock temperature. Pendinginan bertujuan
agar pati dari tepung tidak akan keluar karena gelatinisasi yang
III.
IV.
CARA KERJA
V.
DATA PENGAMATAN
Pasta Kuning
Pts
20
5
10
20
20
20
5
100
Property
Machining
Dough
Sheet
Appearance
Cooking
yield
Evaluation Item
Sub Pts
Score (1 10)
Mixing
Sheeting
Slitting Clean Sharp
edge
Uniform color, no
streaky or specky or
sticky
5
10
4
9
10
10
5
2,5
2,5
9
4,5
2
2
2,5
2,5
2
2
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2
2,5
Bite
Springiness
Texture
Mouth feel
Integrity
Brightness
Initial
(10)
24 hr
Uncooked
48 hr
Noodle
Yellowness
Color
Initial
(10)
24 hr
48 hr
Brightness
Initial
(10)
24 hr
Cooked
48 hr
Noodle
Yellowness
Color
Initial
(10)
24 hr
48 hr
Shelf life after 48 hr: moldiness,
taste aroma
Total Score
Pasta Hijau
91
Pts
20
5
10
20
20
20
5
100
Property
Machining
Dough
Sheet
Appereance
Cooking
yield
Texture
Uncooked
Noodle
Color
Cooked
Noodle
Color
Evaluation Item
Sub Pts
Mixing
Sheeting
Slitting Clean Sharp
edge
Uniform color, no
streaky or specky or
sticky
5
10
Score (1
10)
4
9
10
Bite
Springiness
Mouth feel
Integrity
10
5
2,5
2,5
9
4,5
2
2
Initial
24 hr
48 hr
2,5
2,5
2
1,5
Initial
24 hr
48 hr
2,5
2,5
2
1,5
Initial
24 hr
48 hr
2,5
2,5
2,5
2,5
Initial
2,5
2,5
2
2,5
Brightness
(10)
Greenness
(10)
Brightness
(10)
Greenness
(10)
24 hr
48 hr
Shelf life after 48 hr: moldiness,
taste aroma
Total Score
89
Cooking yield:
Berat awal
= 130 gram
Berat setelah proses perebusan = 266,7 gram
266,7130
x 100 =105,15
Cooking yield =
130
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum dilakukan proses pembuatan pasta. pasta terbuat dari
tepung semolin, garam, dan telur. Tepung semolina yang digunakan adalah
tepung berprotein tinggi (hard wheat) agar jaringan gluten yang terbentuk
banyak dan kokoh untuk membentuk pasta yang elastis dan ekstensibel.
Tahapan proses dalam pembuatan pasta meliputi:
1. Preparasi
Penyiapan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pasta, antara
lain tepung semolina dengan protein tinggi, garam dan telur. Serta
melakukan penimbangan sesuai dengan formulasi. Telur digunakan untuk
meningkatkan mutu protein dan menciptakan adonan yang lebih elastis,
memberikan warna kuning dari pigmen yang terkandung , yaitu xantofil,
lutein, beta karoten dan kriptoxantin serta menambahkan rasa. Selain itu,
telur dapat meningkatkan nilai gizi pasta karena kaya akan protein (Buckle,
1987). Ekstrak bayam dan sfron digunakan sebagai pewarna pada pasta
sehingga diperoleh warna hijau yang berasal dari klorofil daun dan warna
kuning dari safron tersebut.
2. Pencampuran/mixing
Pada pembuatan adonan dilakukan pencampuran dengan menggunakan
hand mixer dengan kecepatan 1 selama satu menit. Hal ini dimaksudkan
agar garam, telur dan tepung dapat bercampur. Kemudian kecepatan hand
mixer ditingkatkan pada kecepatan 2 selama 4 menit agar distribusi air
dalam adonan merata. Proses pencampuran dilakukan sampai adonan kalis.
Kemudian dilakukan penekanan dengan tangan sampai adonan tidak lengket
ditangan.
3. Resting
Adonan didiamkan selama 10 menit untuk memperkokoh tekstur, dimana
matriks protein menjadi lebih seragam dan akan terbentuk beberapa rongga
udara sehingga memberi kesempatan air terdistribusi lebih merata ke
seluruh bagian adonan dan dihasilkan tekstur adonan yang lebih kokoh dan
bersifat extensible.
4. Sheeting
Adonan dimasukkan dalam mesin dan dilakukan sheeting untuk dibentuk
menjadi lembaran yang mempunyai permukaan halus dan ketebalan yang
diinginkan. Pada proses sheeting ini dilakukan secepat mungkin untuk
menghindari hilangnya uap air akibat gesekan adonan pasta dengan mesin.
Setelah proses sheeting dilakukan penjemuran yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam lembaran agar mudah untuk dibentuk.
Dilakukan penjemuran sampai lembaran dirasa sudah cukup kering dan
masih dapat dibentuk.
Pengamatan mie yang dilakukan meliputi:
1. Machining
Proses machining meliputi mixing, sheeting dan slitting. Mie Wonton
pada proses mixing dinilai 5. Hal ini disebabkan karena adonan yang
terbentuk tercampur secara merata dan kalis.
Pada proses sheeting nilai yang diberikan 10 karena lembaran adonan
yang terbentuk memiliki permukaan yang halus. Pada slitting kami
memberikan nilai 5 karena pada saat proses pemotongan atau pembentukan
dengan cetakan lembaran mudah dipotong dan dibentuk.
2. Dough sheet appearance
Pada pengamatan lembaran adonan memiliki warna yang seragam, tidak
berbercak dan tidak lengket sehingga kami memberikan nilai 5 untuk ke
dua adonan.
3. Cooking yield
Pasta yang direbus selama 10 menit menghasilkan pasta dengan tekstur
yang lunak. Hal ini dikarenakan pati pada pasta mengalami gelatinisasi pada
suhu tinggi. Struktur pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dimana air
diserap oleh amilosa dan diperangkap oleh amilopektin sehingga pasta
mengalami pelunakan. Semakin lama perebusan maka semakin banyak air
yang terperangkap sehingga menghasilkan pasta yang lunak.
Pada perebusan pasta selama 10 menit diberikan penilaian sebesar 10.
Hal ini dikarenakan pasta yang direbus mengembang 2x lipat ukuran pasta
sebelum direbus ditunjukkan oleh berat awal dari pasta yang belum direbus
sebesar 6,14 gram kemudian setelah direbus beratnya mencapai 12,20 gram.
4. Texture
Penilaian texture dipengaruhi oleh bite, springiness, mouthfeel dan
integrity. Bite dinilai berdasarkan kekerasan pasta pada saat digigit. Bila
pasta digigit keras berarti pati yang ada di dalam pasta tergelatinisasi
sebagian dan sebaliknya. Hasil mie pada percobaan ini menunjukkan bahwa
pasta memiliki tingkat bite yang baik dengan nilai 10. Uji selanjutnya
adalah uji springiness, yaitu uji kekenyalan pasta. Pasta yang baik adalah
pasta yang tidak terlalu lembek atau terlalu keras tetapi kenyal saat
dikunyah. Pasta hasil percobaan ini diberi nilai 5 sehingga dapat dikatakan
bahwa kekenyalan pasta pada tingkat kekenyalan yang diinginkan.
Kekenyalan pasta menandakan pasta yang dihasilkan elastic. Pada pengujian
mouthfeel, pasta diberi nilai 2,5 karena pasta terasa lembut ketika dimakan
dan tidak lengket menandakan permukaan pasta halus. Pada penilaian
integrity kami memberikan nilai 2,5 karena pasta yang kami buat memiliki
kekokohan yang cukup baik pada saat digigit
5. Uncooked noodles color (0, 24 hr, dan 48 hr)
Penilaian juga dilakukan pada kenampakan yang dihasilkan pasta saat
belum masak yang meliputi brightness, dan yellowness. Pengamatan
dilakukan pada hari ke-0 dengan kecerahan yang tinggi (5).
Setelah
KESIMPULAN
Total pasta yang dihasilkan untuk pasta kuning dan hijau adalah
91 dan 89 sehingga layak untuk dikonsumsi dan diperjual
belikan.
Lama penyimpanan akan mempengaruhi kenampakan pasta
(yellowness dan brightness)
IX.
LAMPPIRAN
Cooked 24 jam
cooked 48 jam
Uncooked 24 jam
uncooked 48 jam