ANGKATAN LXXIV
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV Universitas Indonesia, yang diselenggarakan
pada tanggal 1 Februari 30 Maret 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati dan menyelesaikan laporan ini.
Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian
dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan
untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya
dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada
masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dra. Farida Indyastuti, Apt., SE., MM. selaku pembimbing dari RSUP
Fatmawati yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang
bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan penyusunan .
2. Ibu Dra. Alfina Rianti, M. Pharm, Apt., atas bimbingan, bantuan, dan
pengetahuan yang telah di berikan selama melaksanankan kegiatan dan
penyusunan laporan.
3. Bapak Ahmad Subhan, S.Si., M.Si., Apt. Selaku Ketua Instalasi Farmasi
Rumah Sakit yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan
yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan penyusunan laporan.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
iv
5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA-UI.
6. Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar, MS selaku pembimbing dari Departemen
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan serta penyusunan laporan ini.
7. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat serta membantu penulis selama melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker
FMIPA UI.
9. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi,
nasehat, dan dukungan materi.
10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXIV atas perjuangan, semangat, dan
kerjasamanya.
pembuatan laporan
ini
masih
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
1
1
3
4
4
7
10
11
17
20
20
25
44
46
46
61
68
70
70
70
72
LAMPIRAN .................................................................................................
73
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
vii
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
BAB 1
PENDAHULUAN
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu,
dan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati Jakarta
adalah
1.2.1 Mengetahui tugas dan kegiatan Instalasi Farmasi di RSUP Fatmawati
Jakarta.
1.2.2 Mengetahui peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker di dalam
Instalasi Farmasi di RSUP Fatmawati Jakarta.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Rumah Sakit
2.1.1
keadilan,
persamaan
hak
dan
anti
diskriminasi,
pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (UndangUndang Republik Indonesia Nomor 44, 2009).
2.1.2
b.
c.
d.
Universitas Indonesia
2.1.3.
sakit
dapat
dibagi
berdasarkan
jenis
pelayanan
dan
Rumah
sakit
pendidikan
merupakan
rumah
sakit
yang
sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. Rumah Sakit harus
mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum,
gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah,
pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam
medik,
pelayanan
administrasi
dan
manajemen,
penyuluhan
kesehatan
b.
c.
d.
Universitas Indonesia
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
Memberi
pelayanan
bermutu
melalui
analisa,
dan
evaluasi
untuk
f.
g.
h.
Memfasilitasi
dan
mendorong
tersusunnya
standar
pengobatan
dan
2.2.3.
Fungsi
b.
c.
Universitas Indonesia
d.
e.
f.
h.
c.
d.
e.
10
f.
g.
h.
2.3.
dengan
jaminan
kepastian
adanya
peningkatan
pengetahuan,
sumber
daya
manusia
farmasi
dimaksudkan
demi
b.
a.
c.
d.
11
e.
Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.
f.
Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
g.
h.
i.
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja
yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
2.4.
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasispesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dariFarmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004) :
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
2.4.1.
dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah
sakit setempat:
a. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 dokter,
apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih
dari 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
Universitas Indonesia
12
b. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2
bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali.
Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan
Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah
sakit yang
2.4.2.
a.
b.
c.
d.
e.
13
f.
g.
2.4.3.
a.
Kewajiban PFT
b.
c.
d.
b.
c.
d.
14
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
kesejahteraan
pasien
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
15
kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut,
yang terus-menerus direvisi agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
staf profesional pelayan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data
morbiditas serta pertimbangan klinikstaf medis rumah sakit tersebut (Charles,
2003). Formularium dapat juga didefinisikan sebagai himpunan obat yang
diterima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah
sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 ,
2004).
Komposisi formularium terdiri dari halaman judul, daftar nama anggota
panitia farmasi dan terapi, daftar isi, informasi mengenai kebijakan dan prosedur
di bidang obat, produk obat yang diterima untuk digunakan, dan lampiran.Salah
satu karakteristik penting dari suatu sistem fomularium adalah bahwa sistem itu
mencerminkan pertimbangan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit tempat
sistem itu diterapkan (Charles, 2003).
komersial dan tidak semuaobat diketahui dengan cukup baik untuk semua
Universitas Indonesia
16
Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem
formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
b.
Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan
tiap-tiap institusi.
c.
d.
e.
Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
f.
17
2.5.
2.5.1.
Definisi IFRS
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu bagian, unit, divisi atau
2.5.2.
Tujuan IFRS
Tujuan kegiatan harian IFRS antara lain (Charles, 2003):
a.
b.
c.
d.
Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam ilmu
farmasetik pada umumnya
e.
f.
18
h.
i.
19
sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan
profesional kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien.
Lingkup farmasi non klinikadalah perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan
pemasok, pengadan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan
pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian semua perbekalan kesehatan
yang beredar dan di gunakan di rumah sakit secara keseluruhan.
Lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam
program rumah sakit, yaitu antara lain: pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitostoksik, pelayanan di unit
perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di
rumah sakit, sentra informasi obat, pemantauan dan pelaporan reaksi obat
merugikan (ROM), sistem formularium, panitia farmasi, dan terapi sistem
pematauan kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi bagi apoteker,
dokter, dan perawat, investigasi obat, dan unit gawat darurat (Charles, 2003).
Mutu fungsi farmasi non klinik hanya dapat diases oleh hanya apoteker,
sedangkan fungsi farmasi klinik memerlukan asesmen antar disiplin.
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1
3.1.1
Soekarno sebagai rumah sakit yang mengkhususkan bagi penderita TBC anak dan
rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961, penyelenggaraan dan pembiayaan RS
Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut
ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Pada tahun 1984, RS Fatmawati
ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan.
Pada tahun 1991, RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana dan
pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun
1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit
mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak). Selanjutnya pada tahun 2000, RS Fatmawati ditetapkan
sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000
tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11
Agustus
2005,
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Universitas Indonesia
21
3.1.2
berkesinambungan
IPTEK
terkini;
Menjangkau
seluruh
lapisan
masyarakat;
b.
c.
d.
e.
Universitas Indonesia
22
3.1.3
Tujuan
RSUP Fatmawati memiliki tujuan sebagai berikut (Keputusan Direktur
b.
Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c.
d.
e.
Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.
3.1.4
3.1.5
dari:
a.
Pelayanan Kegawatdaruratan
Pelayanan ini meliputi instalasi gawat darurat, laboratorium 24 jam, radiologi
24 jam, ambulance 24 jam, dan apotek 24 jam.
b.
23
24
c.
d.
e.
Pelayanan Operasi:
1) Pelayanan Operasi Elektif
2) Pelayanan Operasi Cito
3) Pelayanan Operasi Eksekutif (Bedah Prima)
f.
Pelayanan Penunjang:
1) Laboratorium Klinik
2) Patologi Anatomi
3) Radiologi dan Kedokteran Nuklir
4) Pemeriksaan Canggih
5) Unit Haemodialisa
6) Unit Stroke
7) Apotek dan Farmasi
8) Pelayanan Gizi
9) Sterilisasi Sentral dan Binatu
10) Forensik dan Perawatan Jenazah
11) Unit Bank Jaringan
12) Pelayanan Thalasemia
g.
Universitas Indonesia
25
3.2
3.2.1
Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah
bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi di
rumah sakit, bagian ini dikepalai oleh Apoteker. Kepala Instalasi Farmasi
diangkat oleh Direktur Utama dan dalam menjalankan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Instalasi
Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dan membawahi dua Wakil
Kepala.
Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yaitu pelopor kemajuan pelayanan
farmasi rumah sakit di Indonesia. (Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, 2011). Untuk mewujudkan misi tersebut, RSUP Fatmawati
membentuk misi sebagai berikut:
a.
b.
Bertanggung jawab atas pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan
efisien.
c.
d.
26
Waka Pelayanan Farmasi membawahi Penyelia Depo IRJ Lt.1 dan Depo
ASKES Lt.2, Penyelia Depo ASKES dan Pegawai, IRJ Lt.3, Penyelia Depo
IGD dan IRI, Penyelia Depo IBS, Penyelia Depo Teratai, Penyelia Depo
Griya Husada, dan Penyelia Depo Prof. Soelarto.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
Gudang Farmasi
g.
Produksi Farmasi
h.
Universitas Indonesia
27
b.
c.
d.
Penghapusan arsip-arsip
sesuai dengan yang tercantum dalam formularium RSUP Fatmawati. Setiap hari
petugas depo farmasi menuliskan daftar obat dan alat kesehatan yang kurang atau
habis ke gudang farmasi melalui komputer secara online dan petugas gudang
farmasi akan menyiapkan obat dan alat kesehatan yang diminta lalu diserahkan
kepada petugas depo farmasi. Perbekalan farmasi disimpan terpisah berdasarkan
jenis sediaan, bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun
berdasaran abjad.
b.
Kegiatan pelayanan
Dalam mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien, Depo Farmasi IRI
dibagi menjadi tiga bagian yaitu Depo Farmasi Teratai, Depo Farmasi Gedung
Prof. Soelarto, dan Depo Farmasi Griya Husada.
1) Depo Farmasi Teratai
Gedung rawat inap Teratai terbagi menjadi dua yaitu bagian utara dan
selatan. Gedung teratai menyediakan ruang rawat inap kelas 3 dan untuk
pasien tidak mampu (TM). Depo Farmasi Teratai melayani pasien di
Universitas Indonesia
28
gedung Teratai dari lantai 1 sampai dengan lantai 6 dan pasien gedung
Prof. Soelarto lantai 3
Tiap lantai diklasifikasikan berdasarkan:
a) Lantai 1 merupakan ruang kebidanan.
b) Lantai 2 merupakan ruang untuk ibu yang sudah melahirkan dan
bayinya.
c) Lantai 3 merupakan ruang untuk pasien anak-anak.
d) Lantai 4 merupakan ruang untuk pasien bedah umum dan ruang High
Care Unit.
e) Lantai 5 merupakan ruang untuk pasien penyakit dalam.
f) Lantai 6 merupakan ruang untuk syaraf
2) Depo Farmasi Prof. Soelarto
Depo Farmasi Prof. Soelarto melayani pasien di gedung Prof. Soelarto di
lantai 1, 2, dan 4. Pasien tersebut meliputi pasien rehabilitasi medis dan
orthopedi. Sedangkan pasien di lantai 3 dilayani oleh Depo Teratai. Lantai
3 Prof. Soelarto merupakan Hospital Base yang menyediakan ruang rawat
inap kelas 1 dan 2.
Depo Farmasi IRI menerapkan sistem distribusi obat berupa sistem
distribusi dosis unit, floor stock, dan resep individual. Sistem distribusi dosis unit
adalah sistem pemberian obat pada pasien dengan menggunakan kemasan sekali
pakai dalam jangka waktu 24 jam. Alur distribusi obat dosis unit tertera pada
Lampiran 5. Sistem floor stock diterapkan untuk barang-barang habis pakai yang
digunakan secara bersama seperti perban, kapas, kassa, dan lain-lain.
c.
Pelaporan
Laporan-laporan yang dibuat oleh Depo Farmasi IRI adalah:
1) Laporan analisa penjualan dan daftar pelunasan yang dibuat harian.
2) Laporan pemakaian obatobat narkotika dan psikotropika yang dibuat
setiap bulan.
3) Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
4) Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
5) Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
Universitas Indonesia
29
IGD
Persediaan barang
Pengadaan obat dilakukan setiap hari, dengan melakukan permintaan
secara online ke Gudang Induk Farmasi. Penyediaan obat darurat seperti obat
jantung, asma, dan syok anafilaktik hanya berdasarkan perkiraan penggunaan
yang biasa dilayani. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis alkes dan
obat, bentuk sediaan, suhu penyimpanan, dan abjad. Khusus untuk obat golongan
narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci.
b.
Kegiatan pelayanan
Depo Farmasi IGD melayani:
1) Pasien rawat inap, yang terdiri dari pasien:
a) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b) CEU
c) ICU
d) NICU
e) PICU
2) Pasien rawat jalan, yaitu pasien yang pulang dan tidak perlu menginap di
rumah sakit.
c.
Pelaporan
Laporan-laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD dan dilaporkan
Universitas Indonesia
30
Persediaan obat
Obat yang disediakan di Depo Farmasi Rawat Jalan sesuai dengan yang
Kegiatan pelayanan
Depo Farmasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik, jaminan kantor,
asuransi perusahaan, juga resep pegawai yang obatnya tidak diberikan di Depo
Farmasi Pegawai. Alur pelayanan resep dimulai dengan penyerahan resep oleh
pasien ke Depo Farmasi Rawat Jalan. Resep tersebut akan dihargai oleh petugas
administrasi dan diberitahukan harganya ke pasien. Apabila pasien menyetujui
harga tersebut maka resep akan diberi nomor antrian dan dikerjakan oleh asisten
apoteker berdasarkan nomor antrian. Obat yang telah selesai disiapkan diberikan
pada petugas front liner yang bertugas memberikan obat kepada pasien. Petugas
memanggil pasien dan memberikan obat beserta informasi cara penggunaannya.
Alur pelayanan resep tertera pada Lampiran 6.
Depo rawat jalan juga melayani resep HIV/AIDS secara gratis, karena
mendapatkan subsidi dari pemerintah. Konseling untuk pasien AIDS, diabetes,
jantung, dan epilepsi dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Kegiatan
konseling secara tetap hanya dilakukan untuk pasien AIDS, sedangkan konseling
untuk penyakit lain belum berjalan secara tetap. Adapun alur dan tata laksana
konseling obat untuk pasien rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Universitas Indonesia
31
c.
Pelaporan
Depo Farmasi Rawat Jalan membuat laporan-laporan, yaitu:
1) Laporan Harian
a) Rekapitulasi setoran harian.
b) Daftar pelunasan.
c) Analisa penjualan.
2) Laporan Bulanan
a) Rekapitulasi bulanan.
b) Analisa penjualan bulanan.
c) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
d) Laporan penulisan obat generik dan non generik.
e) Laporan pemakaian obat HIV/AIDS dan obat kontras.
administrasi, dan petugas input data. Depo Farmasi ASKES adalah depo farmasi
yang khusus melayani semua pasien rawat jalan peserta ASKES, Jamkesmas
(Jaminan Kesehatan Masyarakat), TMLD (Tidak Mampu Luar DKI), dan TMDKI
(Tidak Mampu DKI).
1)
Persediaan barang
Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Induk
Kegiatan pelayanan
Tiga jenis pasien ASKES yang dilayani di Depo Farmasi ASKES, yaitu:
a) Pasien ASKES Wajib (sosial), yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pasien ASKES Sukarela (ASKES Komersial, yaitu pegawai perusahaan
swasta (non PNS).
Universitas Indonesia
32
33
b.
b) Pasien
tidak
mampu
atau
keluarga
miskin
(GAKIN)
dan
Universitas Indonesia
34
3) Pelaporan
Laporan-laporan yang dilaporkan setiap satu bulan sekali adalah:
a) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
b) Laporan penulisan obat generik dan non generik.
c) Laporan analisa penjualan.
Sarana fisik
Gudang Farmasi dibagi menjadi empat macam gudang, yaitu:
1. Gudang untuk menyimpan cairan infus.
2. Gudang gas.
3. Gudang tahan api untuk menyimpan barang yang mudah terbakar (berada
di ruang Depo Farmasi ASKES).
4. Gudang untuk menyimpan obat-obat (sediaan padat, setengah padat, dan
cair), alat-alat kesehatan, film rontgen, dan reagensia. Gudang ini terdiri
dari tiga bagian, yaitu:
a.
b.
b.
c.
Film rontgen.
Kegiatan Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang atau obat di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati berdasarkan pada kebutuhan dari tiap depo farmasi dan ruangan di
rumah sakit, sisa persediaan di gudang farmasi, jumlah pemakaian barang
bulanbulan sebelumnya, pola penyakit, dan dana yang tersedia. Perencanaan
pengadaan dibuat setiap tanggal 15 bulan berjalan untuk perencanan bulan yang
akan datang. Perencanaan ini dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi yang
dibantu oleh Waka Perbekalan dan penyelia gudang farmasi.
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
c.
Pengadaan
Pengadaan barang atau obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan
Secara tender.
b.
37
d.
Penerimaan
Pada saat barang yang dipesan datang, barang akan diterima oleh Tim
Penerima Barang, yang akan memeriksa kelengkapan dan kondisi barang (expired
date minimal 2 tahun) serta kesesuaian dengan faktur. Tim Penerima barang akan
membuat berita acara. Berita acara tersebut diberikan kepada Kepala Instalasi
Farmasi untuk ditandatangani, kemudian diserahkan kepada Kepala Gudang.
Rekanan atau distributor farmasi akan mengajukan penagihan kepada Bagian
Keuangan Rumah Sakit. Berdasarkan faktur yang diterima dari Tim Peneriman
Barang selanjutnya oleh petugas Gudang Farmasi data-data tersebut dimasukkan
atau dicatat dalam:
1. Kartu stok
Kartu stok adalah kartu kecil yang disimpan di gudang dekat barang yang
bersangkutan. Format kartu stok berisi tanggal, nomor gudang, jumlah
penerimaan dan pengeluaran, dari dan untuk siapa barang itu diberikan,
sisa barang, dan keterangan waktu kadaluarsa serta batch number. Tiap
jenis barang mempunyai kartu stok masing-masing.
2. Kartu persediaan
Kartu persediaan adalah kartu yang disimpan dalam ruang administrasi
gudang farmasi untuk mempermudah pemeriksaan barang. Isi format sama
dengan kartu stok, tetapi kartu persediaan dilengkapi dengan harga satuan
per box.
3. Buku Persediaan
Buku yang digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran barang.
Format buku persediaan adalah sama dengan kartu persediaan namun
dibuat dalam bentuk buku. Setiap pemasukan, permintaan, dan harga
barang dimasukkan datanya ke komputer.
4. Buku Induk
Buku yang mencatat penerimaan barang dan harga barang sesuai dengan
faktur. Barang yang diterima, sebelum disimpan diberikan nomor gudang.
Nomor gudang dimulai dari nomor 1 setiap awal bulan. Dengan adanya
penomoran pada barang yang disimpan di gudang farmasi, dapat diketahui
Universitas Indonesia
38
berapa banyak anggaran yang telah digunakan untuk pembelian obat dan
alat kesehatan.
e.
Penyimpanan
Sistem penyimpanan di Gudang Farmasi berdasarkan bentuk sediaan dan
abjad, serta berdasarkan First In First Out (FIFO) maupun First Expired First Out
(FEFO). Persyaratan penyimpanan barang atau obat di gudang yaitu harus
terlindung dari sinar matahari, kelembaban, dan suhu yang sesuai dengan barangbarang yang disimpan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan penyimpanan adalah
untuk menjaga keamanan persediaan farmasi dari kerusakan fisik dan kimia.
f.
Pendistribusian
Distribusi barang ke depo farmasi menggunakan sistem desentralisasi
Pelaporan
Laporan yang dibuat oleh petugas gudang farmasi setiap bulan adalah:
1. Rekapitulasi penerimaan barang.
2. Rekapitulasi pengeluaran barang.
3. Perincian penerimaan barang.
4. Perincian pengeluaran barang.
5. Laporan mutasi barang.
6. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
7. Laporan barang sumbangan.
8. Laporan barang rusak dan kadaluarsa.
Universitas Indonesia
39
Produksi non steril dilakukan berdasarkan hasil evaluasi realisasi kerja produksi
bulan sebelumnya, permintaan dari depo farmasi dan ruangan, serta stok
minimum persediaan yang masih ada.
1) Pengadaan
a) Alur Bahan Baku
Permintaan barang langsung ke Gudang Induk Farmasi setiap 1 bulan
sekali secara online. Permintaan dilakukan berdasarkan rencana kerja
selama 1 bulan.
b) Alur Bahan Jadi
Produksi melayani depo farmasi di rumah sakit baik rawat inap serta rawat
jalan. Permintaan dari tiap ruangan langsung ke gudang, kemudian diantar
ke bagian produksi, selanjutnya diserahkan ke gudang kembali untuk
diantarkan ke tiap-tiap ruangan tersebut.
2) Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan farmasi di ruang produksi farmasi non steril
dipisahkan berdasarkan obat untuk pemakaian dalam dan obat luar, serta
bahan-bahan farmasi.
3) Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril meliputi:
a) Pembuatan sediaan farmasi
Pembuatan obat non steril berdasarkan Master Formula yang tersedia.
Pembuatan didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: adanya
formula khusus dari resep dokter, obat sulit diperoleh dan permintaan akan
obat tersebut selalu ada, pertimbangan biaya pengobatan yang lebih
ekonomis bagi pasien dengan kualitas yang sesuai standar. Contoh:
Universitas Indonesia
40
b.
Produksi Steril
1) Pengadaan
Barang-barang diproduksi steril berasal dari gudang farmasi, berupa
cairan infus, alat kesehatan seperti disposable syringe dan sarung tangan,
sedangkan obat-obatnya berasal dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk
pasien tidak mampu. Apotek yang ditunjuk oleh PT. ASKES memiliki perbekalan
farmasi yang berasal dari gudang farmasi.
2) Pelaporan
Laporan-laporan yang dibuat oleh Depo Produksi Steril meliputi:
a) Daftar pelunasan (harian).
b) Rekapitulasi Daftar Pelunasan (bulanan).
c) Rekapitulasi Analisa Penjualan (bulanan).
Universitas Indonesia
41
Pengadaan barang
Pengadaan barang di Depo Farmasi IBS berasal dari Gudang Farmasi
yang dilakukan setiap hari melalui komputer secara online. Penyimpanan obat dan
alat kesehatan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun berdasarkan abjad.
Pemeriksaan barang di lemari emergensi di OK IBS dan OK Cito dilakukan setiap
hari oleh petugas Depo Farmasi IBS.
b.
Kegiatan pelayanan
Depo Farmasi IBS melayani kebutuhan 8 kamar operasi elektif/reguler
(terencana) dan 2 kamar operasi Cito. Terdapat 3 (tiga) paket di Depo Farmasi
IBS, yaitu:
1) OK Elektif/OK Reguler (Operasi yang terencana)
OK elektif/OK Reguler meliputi operasi yang terencana (misalnya
operasi orthopedi dan caesar. Contoh operasi elektif adalah operasi
plastik, operasi kanker dan lain-lain.
2) OK CITO
OK CITO melayani keperluan operasi yang dilaksanakan tiba-tiba
(mendadak) seperti kecelakaan.
3)
Bedah Prima
Bedah prima merupakan operasi VIP yang biaya, dokter, obat, hari, dan
waktu ditentukan oleh pasien sendiri dan jadwal operasi ini di luar operai
elektif dan operasi cito. Pasien dirawat kurang lebih 3 hari di rumah
sakit. Alur pelayanan obat di Depo IBS tertera pada Lampiran 11.
Universitas Indonesia
42
c.
Pelaporan
Laporan-laporan yang dibuat oleh petugas Depo Farmasi OK/IBS,
meliputi:
1) Laporan penerimaan dari gudang farmasi.
2) Pelaporan pengeluaran barang.
3) Rincian penggunaan obat masing-masing pasien.
4) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
3.2.2
b.
c.
d.
43
b.
c.
d.
b.
Mengembangkan
pelayanan
teknis
Profesi
Apoteker
berdasarkan
b.
c.
Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh
masyarakat rumah sakit.
d.
e.
Meningkatkan
kemampuan
Apoteker
lainnya
melalui
pendidikan
berkelanjutan.
f.
pelatihan, dan penelitian farmasi bagi pasien, staf Instalasi Farmasi serta
mahasiswa di RSUP Fatmawati. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
dilakukan SFF tercakup dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Promosi kesehatan di rumah sakit berusaha mengembangkan pemahaman pasien,
keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya.
Selain itu, promosi kesehatan di Rumah Sakit Fatmawati juga berusaha
Universitas Indonesia
44
menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit
untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan
penyakit. Kegiatan SFF yang termasuk dalam PKRS antara lain edukasi pasien
diabetes, penyuluhan pasien rawat jalan di Depo ASKES dan pegawai, edukasi
staf farmasi, edukasi geriatri, dan edukasi pasien yang tergabung dalam
paguyuban rehabilitasi jantung.
b.
kegiatan pelayanan farmasi klinik untuk pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat di RSUP Fatmawati. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
Koordinator bidang pelayanan meliputi kegiatan farmasi klinik anatara lain
Monitoring Penggunaan Obat (MPO) pada pasien rawat inap, visite/ronde,
konseling, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Monitoring Efek Samping Obat
(MESO), monitoring interaksi obat, pengkajian resep, penanganan obat
sitostatika, iv admixture, Therapetic Drug Monitoring (TDM) (RSUP Fatmawati,
2011).
3.3
Direktur
Utama
RSUP
Fatmawati
Nomor:
HK.03.05/11.1/1909/2011).
3.3.1
berikut
(Keputusan
Direktur
Utama
RSUP
Fatmawati
Nomor:
HK.03.05/11.1/1909/2011):
a.
b.
c.
Monitoring dan evaluasi proses pengadaan obat dan alkes habis pakai.
Universitas Indonesia
45
d.
e.
f.
g.
3.3.2
RSUP
Fatmawati
dimaksudkan
untuk
menunjang
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
4.1.1.Tata Usaha
Tata usaha (TU) berada di bawah Wakil Kepala Perbekalan dan dalam
struktur organisasi disebut bagian penyelia pencatatan dan pelaporan. Tata usaha
memiliki tiga tugas utama yaitu adminstrasi, pengarsipan, dan pelaporan yang
dilakukan perbulan, setiap tiga bulan, semester, atau tahunan. Kegiatan
administrasi dilakukan terhadap surat masuk dan keluar. Proses administrasi surat
46
Universitas Indonesia
47
48
SK Direktur Rumah sakit disimpan selama lima tahun sedangkan arsip resep
disimpan selama tiga tahun. Pemusnahan arsipdilakukan pada arsip yang sudah
lewat masa penyimpanannya, sebelum dimusnahkan terlebih dahulu arsip didata,
dipisahkan, dibuat surat permohonan pemusnahan ke Bagian Umum RSUP
Fatmawati dengan dilampirkan Laporan Pemusnahan Arsip. Arsip-arsip tersebut
kemudian dikirim ke Bagian Umum untuk dimusnahkan.
Selama ini, proses pelaporan rutin yang diserahkan dari tiap Depo Farmasi
hanya dilakukan dalam bentuk hard copy. Sebaiknya pelaporan juga diserahkan
dalam bentuk file (soft copy) kepada TU. Hal ini perlu dilakukan agar TU lebih
mudah melakukan pengolahan atau rekapitulasi data-data yang diperoleh dari tiap
Depo Farmasi.
49
kesehatan; sediaan padat, semi padat dan cair; obat generik dan non generik; suhu
penyimpanan; alfabetis; narkotika dan psikotropika. Pada tempat penyimpanan
tersebut telah ditempel tanda Look a Like Sound a Like (LASA) berwarna kuning
dan High Alert berwarna merah. Obat-obat yang dikategorikan LASA adalah
obat-obat yang memiliki nama, dosis, pelafalan, dan bentuk yang serupa seperti
Amdixal 5 dan Amdixal 10, Furosemid dan Diazepam. Kategori obat High Alert
adalah obat yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi
kesalahan dalam penanganan dan penggunaannya, seperti kalium klorida dan
kalsium glukonat. Penyimpanan yang terdapat di Depo IGD kurang rapi meskipun
telah disusun sedemikian rupa, mungkin dikarenakan tempatnya yang cukup
sempit disertai mobilitas yang tinggi.
Pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan obat generi, narkotika dan
psikotropika, analisa penjualan, dan daftar pelunasan pasien kredit.
50
disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci. Selain itu, terdapat lemari
emergency yang berisi obat dan alat kesehatan yang dapat langsung digunakan
sewaktu-waktu dibutuhkan tanpa meminta ke depo farmasi. Petugas farmasi juga
secara rutin melakukan pemeriksaan rutin terhadap lemari emergency yang
terdapatdi ruang High Care Unit (HCU) lantai 4 utara, 5 selatan dan 6 selatan.
Petugas memeriksa penggunaan obat dan alat kesehatan yang digunakan oleh
pasien dan mencatatnya dalam buku khusus. Depo Farmasi Teratai memiliki paket
obat dan alat kesehatan untuk meahirkan agar mempercepat pelayanan. Paket
tersebut terdiri dari partus normal, partus sectio, abortus/kuret, hamil kontraksi,
Universitas Indonesia
51
4.1.4
yaitu poliklinik dan Depo ASKES dan Pegawai. Poliklinik yang melayani rawat
jalan terdapat di Instalasi Rawat Jalan dan Griya Husada. Depo Farmasi Rawat
Jalan di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) yang terdapat terdapat di Instalasi Rawat
Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 melayani pasien tunai, jaminan kantor, pasien
asuransi kesehatan lain, dan pasien HIV/AIDS. Depo farmasi lantai 2 dan 3
melayani pasien ASKES, tunai, Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, dan TMDKI. Depo
farmasi rawat jalan menggunakan distribusi obat individual prescription.
Proses pelayanan resep di Depo IRJ diawali dengan pasien memberikan
resep di dalam keranjang disertai dengan kartu pasien. Petugas kemudian akan
memeriksa jenis pembayaran yang akan digunakan pasien, apabila menggunakan
jaminan kantor atau asuransi lain diluar ASKES maka di periksa kelengkapannya
seperti fotokopi kartu jaminan. Kemudian resep dihargai dan pasien akan
dipanggil untuk diberitahu harga yang harus dibayar. Pasien yang telah
Universitas Indonesia
52
53
54
4.1.5
55
ASKES 2 lembar untuk yang sakit. Persyaratan untuk pasien TM-LD atau
Jamkesda adalah resep asli dan 1 lembar foto copy resep, SJP asli dan 2 lembar
foto copy SJP, foto copy 2 lembar surat pengantar dari Dinkes daerah, foto copy 2
lembar kartu Jamkesda, surat rujukan asli dari Puskesmas, kartu berobat di RSUP
Fatmawati, foto copy 2 lembar Kartu Keluarga (KK), foto copy KTP, Akte untuk
anak dibawah umur.
Tahapan selanjutnya akan dilakukan penghitungan obat generik dan
generik, kemudian akan penginputan data resep untuk pemotongan stok barang
farmasi dan penagihan ke PT ASKES. Resep kemudian diserahkan ke petugas
pemberian etiket dan label, lalu dilakukan pengisian dan peracikan obat. Obat
yang telah selesai disiapkan akan diambil oleh petugas penyerahan obat yang
dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker, saat penyerahan dilakukan
pengecekan dan pemberian informasi obat. Pada bagian tertentu terdapat petugas
yang memisahkan berkas resep yang telah diinput untuk arsip depo farmasi dan
untuk diberikan ke petugas IPP (Instalasi Penagihan Pasien) untuk diteruskan ke
PT ASKES. Obat-obat di luar ASKES, pembayaran dilakukan setelah penyerahan
dan untuk obat yang tidak tersedia akan diberikan salinan resep. Setiap harinya
depo ASKES gedung farmasi menerima resep racikan lebih kurang 30 R/ per hari.
Tersedia 1 motor blender dengan 3 mangkok serta 2 pasang mortar dan alu. Saat
proses peracikan berlangsung blender yang telah dipakai dibersihkan hanya
dengan kuas untuk mempersingkat waktu, namun perlakuan ini dapat
menyebabkan interaksi obat. Blender yang telah dipakai akan lebih baik bila
dibersihkan dengan air terlebih dahulu, kermudian dikeringkan dengan alkohol
atau hair dryer. Namun karena jumlah blender yang digunakan terbatas serta
mortar dan stemper yang cenderung lama pengerjaannya maka terkadang hal
tersebut sulit dilakukan. Pembersihan mortar dan alupun terkadang hanya
menggunakan alkohol. Untuk menangani hal tersebut dapat dilakuan dengan
menyediakan 1 motor blender dan 1 hair dryer, dimana 1 motor blender
digunakan sebagai pengganti blender yang baru saja dicuci dan meja racik lebih di
didekatan dengan wastafel.
Penyimpanan barang di depo ASKES gedung farmasi berdasarkan jenis
sediaannya, alfabetis, dan suhu penyimpanan. Obat narkotika dan psikotropika
Universitas Indonesia
56
disimpan di lemari khusus dimana kuncinya dipegang oleh apoteker. Pasien dalam
hal ini pelaporan yang dilakukan adalah obat generik setiap bulan, narkotika dan
psikotropika setiap bulan, daftar pelunasan dibuat harian, analisa penjualan setiap
bulan,dan jumlah R.
4.1.6
terjadwal yaitu bedah prima dan elektif dan 2 kamar operasi cito. IBS melayani
lebih kurang 40 pasien perhari dimana untuk pasien bedah cito lebih kurang 10-15
pasien dan untuk bedah terjadwal lebih kurang 25-30 pasien per hari. Depo
farmasi IBS melayani bedah cito, bedah elektif, dan bedah prima. Bedah cito
adalah jenis pembedahan yang dilakukan secara tidak terjadwal atau tiba-tiba
misalnya terjadi kecelakaan. Bedah elektif adalah bedah yang sudah terjadwal
sebelumnya, sedangkan bedah prima merupakan program pembedahan yang
terjadwal namun pembayaran dilakukan lebih dahulu sebelum operasi
berlangsung. Setiap jenis pembedahan telah disediakan kotak paketan yang berisi
beberapa obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan selama proses pembedahan
berlangsung, jenisnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Pada bedah cito selalu disediakan paket sebanyak 40 buah di lemari
emergency dan 9 kotak paket cadangan. Lemari emergency diperiksa setiap hari
dan terdapat dua buah yaitu untuk obat dan alat kesehatan. Pada hari sabtu dan
minggu terdapat persediaan tambahan untuk obat dan alat kesehatan untuk
mengantisipasi kekurangan persediaan di lemari emergency, dikarenakan pada
hari sabtu dan minggu petugas farmasi libur. Paket bedah elektif dan prima
disediakan sesuai dengan jumlah pasien yang akan dioperasi.
Alur pelayanan untuk bedah prima dan elektif adalah petugas depo
farmasi mendapatkan jadwal operasi dan resep anastesi sehari sebelum operasi
berlangsung, kemudian petugas depo akan menyiapkan kotak paket dan resep
tersebut. Pada saat operasi berlangsung resep dan kotak paket akan diambil oleh
penata bedah. Obat dan alat kesehatan yang belum diresepkan atau kurang akan
dilayani langsung di depo farmasi IBS, kemudian penata bedah yang mengambil
akan menuliskan nama pasien dan obat atau alat kesehatan yang digunakan di
Universitas Indonesia
57
buku catatan khusus per ruang operasi. Obat dan alat kesehatan yang telah
digunakan akan diperinci dan diinput ke dalam komputer untuk pemotongan stok
obat persediaan barang. Tagihan pembayaran untuk pemakaian obat dan alat
kesehatan pasien akan diberikan ke depo dimana pasien akan dirawat, kemudian
dibayarkan di ITURP (Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien) sedangkan untuk bedah
Prima pembayaran sudah dilakukan sebelum operasi berlangsung di bagian tata
usaha IBS.
Proses pelayanan bedah cito berbeda dengan bedah prima atau elektif.
Pada saat pembedahan berlangsung penata bedah akan mengambil obat dan alat
kesehatan yang diperlukan di lemari emergency. Penata bedah akan menulis obat
dan alat kesehatan yang digunakan di Formulir Habis Pakai dan kartu stok untuk
pemakaian dari lemari emergency. Petugas depo mengambil paket kosong bedah
cito & mencatat obat dan alat kesehatan (alkes) yang terpakai di lemari emergency
untuk kemudian diperinci dan di berikan ke depo farmasi tempat pasien dirawat.
Pembayaran dilakukan di ITURP (Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien).
Pengadaaan barang dilakukan setiap pagi secara online yang terhubung
langsung dengan gudang induk farmasi. Penyusunan dan penyimpanan obat
berdasarkan suhu penyimpanan namun tidak alfabetis karena jumlahnya tidak
sebanyak alat kesehatan. Penyimpanan alat kesehatan tidak disusun berdasarkan
alfabetis karena banyaknya jumlah sehingga mempersulit petugas yang belum
terbiasa. Proses stock opname dilakukan tiga bulan sekali. Pelaporan yang
dilakukan adalah obat generik setiap bulan, narkotika, dan psikotropika setiap
bulan, daftar pelunasan dibuat harian, analisa penjualan setiap bulan.
4.1.7
58
pengembangan RS, dan lead time. Metode yang digunakan dalam perencanaan
merupakan kombinasi antara metode konsumsi dan metode morbiditas.
Proses pengadaan dilakukan dengan sistem tender untuk pembelian bernilai
lebih dari 100 juta rupiah serta untuk pembelian alat kesehatan dasar, reagensia,
pembaleut, serta perbekalan farmasi yang dipakai bersama; sistem penunjukkan
langsung; sistem pembelian langsung untuk obat-obat yang dibeli kurang dari 100
juta, obat, dan alat kesehatan lain.
Perencanaan yang dilakukan oleh gudang yang telah disetujui akan ditanda
tangani oleh kepala IFRS, kemudian akan diteruskan ke direktur medik dan
keperawatan dalam hal ini direktur keuangan akan menetapkan jumlah anggaran
yang diberikan dengan disesuaikan pada perencanaan dan jumlah anggaran yang
tersedia di RS, kemudian disampaikan ke direktur utama untuk mendapatkan
persetujuan. Pihak KPA (Kuasa Pemegang Anggaran) akan memberikan sejumlah
anggaran yang telah disetujui. Pengadaan dilakukan oleh bagian pengadaan yang
ditunjuk oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu melalui ULP (Unit
Layanan dan Pengadaan) dan pejabat pengadaan. Sesuai dengan peraturan dari
presiden, untuk pengadaan barang dan jasa dari pemerintah harus dilakukan secara
tender. Untuk pengadaan barang < 100 juta akan dilakukan oleh pejabat
pengadaan melalui pengadaan langsung dan perencanaan dibuat setiap bulannya.
Sedangkan untuk pengadaan barang > 100 juta akan dilakukan oleh ULP melalui
tender dengan perencanaan yang dibuat untuk kebutuhan tiap 6 atau 3 bulan.
Pada saat barang diterima hal-hal yang harus diperhatikan adalah
keadaan fisik barang, jumlah dan tanggal kadaluarsa (minimal 2 tahun), certificate
of analysis untuk obat, certificate of origin untuk alat kesehatan, dan MSDS
(Material Savety Data Sheet) untuk bahan-bahan berbahaya. Tim penerima barang
medik di RS akan didampingi oleh salah satu petugas farmasi untuk menerima
barang berdasarkan surat pesanan. Penyimpanan di gudang induk didasarkan pada
bentuk sediaan, alfabetis, suhu penyimpanan, narkotika dan psikotropika.
Terdapat lima jenis gudang yaitu gudang obat, alat kesehatan, tahan api, infus, dan
gas medis. Obat sumbangan seperti TBC dan HIV disimpan terpisah ditempat
tertentu. Gudang tahan api digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah
terbakar disimpan terpisah di tempat dekat Depo ASKES dan Pegawai. Sistem
Universitas Indonesia
59
keluar masuknya barang dilakukan dengan sistem secara FIFO (First In First Out)
dan FEFO (Firs Expired First Out) untuk mencegah terjadinya penumpulkan
barang kadaluarsa.
Proses permintaan obat dilakukan secara komputerisasi online setiap
harinya oleh depo farmasi, dan petugas gudang farmasi akan melihat secara
online. Petugas akan melayani barang sesuai dengan stok yang ada di gudang dan
mengaturnya agar setiap depo mendapatkan barang sesuai dengan jumlah stok
optimal pada masing-masing depo. Permintaan barang floor stock dilakukan
secara langsung dan terjadwal. Permintaan tambahan maka akan ditulis di
formulir bon obat. Poses serah terima dilakukan cara petugas depo farmasi akan
mengambil barang ke gudang farmasi dan petugas gudang akan memasukan data
secara real time setiap barang yang keluar gudang.
Pelaporan yang dilakukan gudang induk adalah narkotik dan psikotropik
barang donasi dan sumbangan, laporan permintaan barang gudang berdasarkan
distributor, laporan permintaan barang gudang berdasarkan bentuk sediaan
laporan pengeluaran barang berdasarkan unit kerja, laporan pengeluaran barang
berdasarkan bentuk sediaan .
4.1.8
Produksi
Produksi farmasi merupakan kegiatan untuk melengkapi pengadaan obat
di rumah sakit. Sediaan farmasi yang diproduksi adalah sediaan farmasi yang
tidak tersedia di pasaran, jika diproduksi sendiri akan lebih menguntungkan,
sediaan farmasi yang jika diproduksi sendiri harganya lebih murah, dan sediaan
farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.
Produksi yang dilakukan adalah produksi steril dan non steril. Produksi
non steril yang dilakukan antara lain pembuatan obat batuk hitam, dan handrub,
pengenceran alkohol, pengemasan kembali pada betadine atau vaselin. Produksi
steril dilakukan pada penanganan obat sitostatika, IV admixture, dan Total
Parenteral Nutrition (TPN). Kegiatan IV admixture yang dilakukan pada te
Mantoux sedangkan, kegiatan TPN tidak digunakan karena biaya yang mahal dan
menggunakan sediaan TPN yang telah dikemas lebih murah. Kegiatan produksi
Universitas Indonesia
60
perkiraaan jadwal
61
62
4.2.1.2.Pengkajian Resep
Pengkajian resep pasien dilakukan melalui skrining resep secara
administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pengkajian secara
administratif dan kesesuaian farmasetik dapat dilakukan oleh asisten apoteker,
namun untuk pengkajian pertimbangan klinis dilakukan oleh farmasis klinis
ataupun apoteker. Skrining resep yang dilakukan di RSUP Fatmawati belum
maksimal, karena skrining yang dilakukan baru sebatas administratif dan
kesesuaian farmasetik. Skrining pertimbangan klinis belum dilakukan karena
keterbatasan waktu dan kurangnya jumlah apoteker.
Universitas Indonesia
63
4.2.1.4.
IV Admixture
Kegiatan farmasi klinis lain di antaranya adalah kegiatan iv
admixture, di mana kegiatan ini belum berjalan maksimal di bagian produksi steril
RSUP Fatmawati. Kegiatan iv admixture yang dilakukan di ruang produksi steril
adalah penyipapan tuberkulin untuk tes mantoux. Kegiatan iv admixture di RSUP
Fatmawati masih dilakukan oleh perawat di ruang rawat, padahal diperlukan
kesterilan
dalam
pencampuran
untuk
mencegah
meningkatnya
infeksi
Universitas Indonesia
64
4.2.1.6 Visite/Ronde
Visite atau visite mandiri di RSUP Fatmawati merupakan kegiatan
farmasi klinik yang dilakukan secara mandiri oleh apoteker untuk mengetahui
riwayat penyakit dan riwayat penggunaan obat pasien melalui suatu wawancara
antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien. Visite juga dapat digunakan
untuk tujuan mengidentifikasi DRP pada pasien. Visite biasanya dilakukan
sebelum kegiatan ronde dengan tenaga kesehatan lain. Jika ditemukan adanya
DRP maka Apoteker akan mendiskusikan dengan dokter.
Ronde pasien telah dilakukan untuk pasien rehabilitasi medik di Gedung
Prof. Soelarto. Kegiatan ronde ini juga berkaitan dengan monitoring penggunaan
obat untuk melihat apakah terjadi Drug Related Problem atau tidak, di mana
umumnya monitoring penggunaan obat yang sering dibahas adalah penggunaan
antibiotik. Setelah kegiatan ronde, dilakukan diskusi di suatu ruangan bersama
dengan tim kesehatan lainnya untuk memonitor kemajuan terapi pasien. Ketika
kegiatan diskusi, apoteker diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat
mengenai terapi pasien. Kegiatan ronde ini masih belum maksimal karena tidak
Universitas Indonesia
65
4.2.1.7 Konseling
Konseling yang dilakukan oleh apoteker di RSUP Fatmawati terdiri dari
konseling obat rawat inap dan konseling obat rawat jalan. Konseling obat rawat
inap dilakukan di Gedung Teratai dan Gedung Prof. Soelarto. Kegiatan konseling
ini dilakukan pada pasien jantung, syaraf, penyakit dalam, anak, TBC, diabetes,
dan pasien bedah. Konseling obat rawat jalan dilakukan pada di Depo Farmasi
ASKES dan Depo Farmasi Rawat Jalan dengan menggunakan ruangan khusus
yang tertutup. Konseling dilakukan untuk pasien jantung, HIV, penyakit dalam,
diabetes, hipertensi, dan saraf. Pemilihan pasien dilakukan sesuai kriteria yang
dianjurkan oleh WHO, yang umumnya ditujukan untuk pasien kronis atau
berdasarkan permintaan dari pasien.
66
PIO di RSUP Fatmawati berjalan cukup baik, tetapi belum maksimal. Hal
ini disebabkan karena petugas PIO terkadang tidak ada di tempat. Untuk
mengatasi hal tersebut, apoteker lain dapat menggantikannya. PIO RSUP
Fatmawati tidak menyediakan akses jurnal online. Hal ini disebabkan karena
variasi jenis pertanyaan yang masuk ke PIO belum membutuhkan jawaban dari
literatur-literatur jurnal online dan masih cukup dijawab dengan literatur buku
yang ada. Literatur PIO RSUP Fatmawati sudah cukup lengkap dan up to date.
Universitas Indonesia
67
4.2.2
kepada pasien, apoteker, asisten apoteker, mahasiswa, dan tenaga kesehatan lain.
68
Materi yang dapat diberikan oleh apoteker farmasi klinis pada edukasi geriatri ini
misalnya cara pemakaian obat yang benar, cara penyimpanan obat, dan hal-hal
yang tidak boleh dilakukan selama minum obat. Selain itu, pemberian motivasi
dalam kegiatan edukasi ini juga sangat penting. Hal ini terkait dengan kepatuhan
para geriatri dalam meminum obtanya.
Formularium dibentuk melalui suatu rapat TPF yang dihadiri oleh para
anggotanya dan SMF. Melalui rapat ini, obat-obatan yang sering diresepkan oleh
para dokter didata. Obat-obat tersebut kemudian dikumpulkan, dipilih, dan
ditetapkan obat mana yang akan masuk ke dalam formularium. Permintaan obat
non formularium terkadang masih sering ditemukan. Hal ini dikarenakan tidak
semua dokter hadir dalam rapat tersebut. Permintaan obat resep non formularium
dapat menyulitkan gudang farmasi dalam hal penyediaan obat. Oleh karena itu,
sebaiknya pada saat perumusan formularium seluruh dokter hadir dan membantu
penyusunan obat yang akan digunakan di RSUP Fatmawati.
Universitas Indonesia
69
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
70
Universitas Indonesia
71
DAFTAR ACUAN
Charles, J.P. Siregar. (2004). Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC.
Fatmawati, R. S. (2010). Rencana Strategis Bisnis Rumah Sakit Fatmawati 20102014. Jakarta: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. (2004). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340. (2010). Klasifikasi Rumah Sakit.
Jakarta: Kemetrian Kesehatan
RSUP Fatmawati. (2011). 50 Tahun RSUP Fatmawati 15 April 1961 15 April
2011. Jakarta: RSUP Fatmawati.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (2009). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. (2009). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
72
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
73
KOMIT
E KKRS
KOMITE
ETIKA &
HUKUM
KOMITE
PENGEM
BANGAN
& MUTU
KOMITE
KEPEGA
WAIAN
KOMIT
E
MEDIK
BIDANG
YAN
MEDIK
SMF
DIREKTORAT
MEDIK DAN
KEPERAWATAN
BIDANG
YAN
KEPER
BID. FAS
MEDIK &
KEPER
SIE
RENBAN
G FAS
YANDIK
SIE
RENB
ANG
YANG
KEPER
SIE
MONE
V FAS
YANDI
K
SIE
MONE
V YAN
KEPER
SIE
RENBAN
G
YANDIK
SIE
MONEV
YANDIK
DEWAN
PENGAW
AS
DIREKTORAT
UMUM, SDM, &
PENDIDIKAN
BAGIAN
SDM
BAGIAN
UMUM
SUB
BAG
RENBAN
G SDM
SUBBA
G TATA
USAHA
SUBBA
G AGM
&
MONEV
SUBBA
G
RUMAH
TANGG
A
SATUAN
PEMERIKSA
AN INTERN
DIREAKTORAT
KEUNGAN
BAGIAN
DIKLIT
SUBBAG
RENBANG
DIKLATLI
T
SUBBAG
MONEV
DIKLATLI
T
BAG.
PENERANGA
N
ANGGARAN
BIDANG
YAN
KEPER
SUBBAG
PENYUS
UN
ANGGA
RAN
SUBBA
G
PERBEN
DAHAR
AAN
SUBBA
G
EVALU
ASI
DAN
LAPOR
AN
SUBBA
G
MOBILI
SASI
DANA
BID. FAS
MEDIK &
KEPER
SUBBAG
AKUNTAN
SI
KEUANGA
N
SUBBAG
AKUNTANS
I
MANAGEM
EN &
VERIFIKASI
SFF
INSTALA
SI
INSTALA
SI
INSTALA
SI
73
74
Lampiran 2.
Direktur Utama
Waka Perbekalan
Penyelia Pencatatan
& Pelaporan
Penyelia Sistem
Informasi Farmasi
Penyelia Gudang
Farmasi
Penyelia Produksi
Farmasi
Penyelia Distribusi
Waka Pelayanan
Penyelia Depo
Teratai
Penyelia Depo
Griya Husada
Penyelia Depo
Gedung Prof.
Soelarto
75
Lampiran 3.
Direktur Utama
Ketua
Satuan Farmasi Fungsional
Koordinator
Bidang Pendidikan dan
Penelitian
Koordinator
Bidang Pelayanan
Apoteker
76
Lampiran 4.
Rawat
Inap
Depo Teratai
Depo GPS
Ruangan
Depo IGD
OK Cito
Produksi
Distributor
Depo OK
Gudang
Depo IRJ Lt.1
Rawat
Jalan
Depo Askes
Depo IRJ Lt.2
Depo IRJ Lt.3
Instalasi/Ruangan/Poliklinik
OK elektif
OK Bedah Prima
77
Lampiran 5.
Dokter Ruangan
- Resep
- Map (Formulir
Instruksi Obat)
< jam 11
Farmasi Pusat
Depo farmasi
< jam 13
- Kereta Obat
- Obat
- Kereta Obat
Perawat ruangan
Sore
Malam
Pagi
Siang
- Obat
Lemari
emergency
Ruangan
Obat di luar
jam kerja
Formuli
Pemberian
Obat
Insidetil
Pasien
78
Lampiran 6.
Pasien
Bagian
Penerimaan
Kasir
Pelayanan
Resep
Penyerahan
Obat
Penyiapan obat
racin dan non
racik
Penyerahan
Obat
Arsip
79
Lampiran 7.
Penerimaan
Resep
Pengecekan
(Keseuaian
formularium dan
kelengkapan
adminstrasi)
Penulisan
etiket dan label
Input data
ke komputer
Penyiapan
obat
Instalasi
Penagihan
Pasien
Penyerahan,
pengecekan,
pemberian
informasi obat
Penghitungan
obat generik dan
non generik
Penghitungan
obat generik dan
non generik
PT ASKES
80
Lampiran 8.
Pasien pegawai
RSUP fatmawati
Pasien Tidak
Mampu (TM)
Pasien DBD
Farmasi
Pegawai
Resep
diperiksa
Obat
jadi
Obat
racik
Pengemasan
Penyerahan Obat
+
Informasi
pelayanan obat
Etiket + Label
81
Lampiran 9.
Jadwal operasi
+ resep diluar paket
Bedah Prima
Memeriksa
paket
Paket operasi
+ barang diluar paket
Bedah Prima
Pengembalian paket
Perincian
(Paket +
diluar paket)
Jadwal operasi
+ resep diluar paket
Bedah Elektif
Paket operasi
+ barang diluar paket
Depo
IBS
Depo
Ruang Rawat
Pengembalian paket
Penggiriman paket +
pengisian lemari
emergency
Bedah Cito
ITURP
(Instalasi
Tata Usaha
Rawat Pasien)
Pengambilan paket
yang terpakai +
catat penggunaan
lemari emergency
TU
IBS
82
Lampiran 10. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat inap RSUP
Fatmawati
Perawat
(ruangan)
(1)
Pemberitahuan
pasien pulang
(1 hari sebelumnya)
Depo
Farmasi
Apoteker
(3) Pemberitahuan jumlah
pasien pulang
(5) Obat + konseling
Pasien
83
Lampiran 11. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat jalan
RSUP Fatmawati
Pasien
(3) Resep
Asisten Apoteker
(AA)
(2) Cito
Peracikan
(4) Obat + resep
Apoteker
(1) Obat + konseling
Pasien
84
Lampiran 12. Alur masuk ke ruang produksi aseptik Total Parenteral Nutrition
(TPN)
Pintu masuk
Membuka sepatu dan memakai sandal
Ruang 0
Mencuci tangan dan kaki
Ruang I
- Melepas sandal
- Memakai baju Steril
- Mematikan lampu UV ruang II
Ruang II
- Mematikan lampu UV ruang III A/III B
- Memasukkan obat ke dalam passbox
- Mencuci tangan
TPN
Sitostatika
Ruang III A
Ruang III B
Memakai baju sitostatika
Ruang IV
85
a) Limbah Padat
Limbah padat
Noninfeksius
Basah
Kering
Infeksius
Sitostatika
Plastik kuning
Plastik ungu
Plastik hitam
Incenerator
Debu
b) Limbah Gas
Limbah gas
Saring dengan HEPA
filter 2 lapis
Udara bebas
86
Lampiran 14.
Pertanyaan
Klasifikasi
Informasi latar
belakang
3.1
3.3
Tindak lanjut
3.2
Respon
Pencarian literatur
yang sistematis
Keterangan :
Alur pertanyaan
Alur jawaban