Anda di halaman 1dari 6

11/04/2012

KRITERIA INOKULUM
kultur tersedia dalam keadaan aktif dan sehat fase

lag minimal.
tersedia dalam jumlah cukup
bebas dari kontaminan

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa
mampu
menjelaskan
pengembangan inokulum untuk proses
fermentasi
Elisa Julianti - THP-FP USU

kemampuan membentuk produknya stabil

Elisa Julianti - THP-FP USU

Pada perkembangan inokulum diinginkan jumlah sel

yang tinggi dan mempunyai kemampuan yang aktif


untuk membentuk produk komposisi media untuk
pengembangan inokulum media fermentasi.
Sumber karbon pada media untuk pengembangan

inokulum < media untuk fermentasi kecuali pada


produksi protein sel tunggal (PST).

PENGEMBANGAN INOKULUM UNTUK KHAMIR


Contoh pengembangan inokulum untuk khamir pada

pembuatan ragi roti (bakers yeast) dilakukan dalam


5 tahap proses, yaitu 2 (dua) tahap secara aseptik dan 3
(tiga) tahap berikutnya dalam tangki yang bagian
atasnya terbuka (Gambar 1)

Proporsi inokulum 3-10% dari volume total media.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Tahap akhir 1000kg kg menjadi


5000 kg selama 11 jam (Diulangi
25 kali)
Tahap 4: 1000kg kg
menjadi 5000 kg selama
11 jam (Diulangi 5 kali)

100
Berat Khamir (103kg)

Elisa Julianti - THP-FP USU

80
70

Tahap 3: 1000kg kg
menjadi 5000 kg
selama 11 jam

60

Spora terbentuk pada akhir fase log

Tahap 1: 0.2 kg
menjadi 190
selama 24 jam

10

20

pada fase logartima.


- keadaan fisiologis kultur inokulum
- umur inokulum (pada bakteri pembentuk spora)

40

Tujuan Utama : memperoleh sejumlah massa sel aktif


Panjang fase log ditentukan oleh :

Tahap 2: 190kg
menjadi 1000 kg
selama 9 jam

20

PENGEMBANGAN INOKULUM UNTUK BAKTERI

Inokulum dengan populasi spora fase log


30

40

50

60

Waktu Fermentasi (jam)

Gambar 1. Proses pengembangan inokulum pada proses produksi


bakers yeast komersial.
Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

11/04/2012

PENGEMBANGAN INOKULUM UNTUK BAKTERI ..........

Log jumlah
mikrobia
yang hidup

C
A
B

Waktu

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Mikrobia. Tahap A-B = tahap istirahat (lag


phase), ahap B-C = tahap tumbuh (accelerate phase), Tahap C-D
= fase log, Tahap D-E = tahap tumbuh reda (decelerate phase),
Tahap E-F = tahap stasioner, Tahap F = tahap kematian

Contoh :
1. Dalam produksi protease oleh Bacillus sp (thermofil)
digunakan 5% inokulum kultur dalam fase logaritma.
2. Produksi oleh B.subtillis diawali dengan
menumbuhkan kultur pada media padat atau cair 1-2
hari, dan tahap berikutnya sampai skala produksi
dapat dilihat pada Tabel 1.
3. Produksi aseton butanol oleh Clostridium
acetobutylicum juga dilakukan pada 5 tahap seperti
terlihat pada Tabel 2.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

Tabel 1. Pengembangan inokulum pada proses produksi


protease oleh B.subtillis

Tahap

Kondisi Kultur

Waktu Inkubasi

Media 4L, digojog, diinokulasi kultur stok

18-24 jam

Kultur tahap 1 diinokulasikan dalam 750 L


media

6 jam

Kultur tahap 2 diinokulasikan dalam 6000 L


media

6 jam

Kultur tahap 3 diinokulasikan dalam media Sampai produksi


produksi 120.000 L
enzim optimal
Elisa Julianti - THP-FP USU

Pengembangan inokulum bakteri asam laktat dalam

pembuatan minuman sari buah yang mengandung


probiotik :
Kultur yang digunakan adalah kultur liofilisasi yaitu

kultur bakteri asam laktat yang diisolasi dari berbagai


bahan pangan yang mengalami fermentasi asam laktat
seperti pikel sauerkraut, yoghurt, dadih, yakult atau
tempoyak .
Kultur liofilisasi dipindahkan ke dalam tabung berisi
media MRS broth (de Mann Rogosa Sharpe)
Kultur ini kemudian disimpan pada media MRS agar
yang ditambah 0.1% (b/v) CaCO3 dengan menggunakan
metode tusuk.
Elisa Julianti - THP-FP USU

Tabel 4.2. Pengembangan inokulum pada produksi


aseton butanol oleh Clostridium acetobutylicum.
Tahap

Kultur

Medium

Rekonstitusi sel kultur stok, 24 jam

Potato glucose broth

Tahap 1, diinokulasikan dalam 600 ml 4%


glukosa,
5%
media, 20-24 jam
amonium sulfat, 6%
kalsium karbonat, 6.2%
fosfor pentaoksida

90 ml tahap 2 diinokulasikan dalam 3000 Seperti tahap 2


ml media, 20-24 jam

3000 ml tahap 3 diinokulasikan dalam Seperti tahap 2, glukosa


25.000 L media
6%

Kultur tahap 4 diinokulasikan (0.5-3% Seperti tahap 4 dengan


inokulum) ke dalam 300.000-2.500.000 L amonia sebagai kontrol
media untuk skala produksi
pH
Elisa Julianti - THP-FP USU

Kultur diinkubasikan pada suhu 37oC selama 48 jam kultur


stok (disimpan di dalam refrigerator suhu 4oC) , disegarkan

kembali minimal sebulan sekali. Inokulum yang akan


ditambahkan ke dalam minuman sari buah dibuat dalam bentuk
kultur kerja.
Kultur kerja dibuat dengan menggunakan media sari buah dan
susu skim.
Kultur induk sebanyak 0.1% di tumbuhkan pada media sari buah
yang mengandung susu skim 10% dan diinkubasikan pada suhu
37oC selama 48 jam, sehingga dihasilkan koloni sebanyak 1.0-4.0
x 109 koloni/ml dengan kadar asam laktat kurang lebih 2.7%.
Selanjutnya kultur ditambahkan lagi sebanyak 0.5% dalam
media sari buah yang ditambah susu skim 10% dan glukosa 3%,
dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC.
Kultur induk perlu diperbaharui setiap minggu dengan cara
menumbuhkannya ke dalam media sari buah dan susu skim 10%.

Elisa Julianti - THP-FP USU

11/04/2012

Kultur
Liofilisasi

MRS Broth
(48-72 jam 37oC)

Agar MRS
Kultur stok

PENGEMBANGAN INOKULUM UNTUK KAPANG


Inokulum berupa spora aseksual

Sari buah + Susu skim 10%


Kultur induk (48 jam, 37oC)

Jamur dapat membentuk spora pada media yang

sesuai dan luas permukaan yang cukup.


Penggunaan sel vegetatif dapat dilakukan, tetapi sulit

Sari buah + susu skim 10%


Kultur antara (48 jam, 37oC)

karena populasi inokulum tidak seragam sehingga


perlu pemotongan miselia (misalnya dengan warring
blender). Teknik ini digunakan dalam produksi
giberelin oleh Gibberella fujikuroi.

Sari buah + susu skim 10% + 3% glukosa


Kultur kerja (24 jam, 37oC)
Gambar 3. Tahap-tahap persiapan inokulum bakteri dalam pembuatan
Elisa Juliantisari
- THP-FP
USU
minuman
buah
dengan probiotik.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Cara-cara pengembangan inokulum kapang :


1. Sistem roll bottle
Media berupa agar 3% yang disterilisasi dalam botol
berbentuk silinder dengan ukuran 1 L hingga melekat
di permukaan bagian dalam dari botol, kemudian
diinokulasikan spora kapang dan diinkubasi pada suhu
24oC selama 6-7 hari diterapkan dalam produksi
penisilin oleh Penicillum chrysogenum.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Cara-cara pengembangan inokulum kapang : .....


2. Sporulasi pada media biji-bijian dan sekam
Media berupa biji-bijian dan sekam seperti biji barley

dan sekam gandum disterilisasi, kemudian


diinokulasikan dengan jamur dan diinkubasi pada suhu
28oC selama 6 hari sengan RH 98%.
Contoh: Aspergillus ochraceus dalam 2.8L gelas diisi
dengan 100-200 g barley dan sekam, akan menghasilkan
5 x 1011 konidia.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Tahap pengembangan inokulum untuk jamur benang

Cara-cara pengembangan inokulum kapang : .....


3. Sporulasi secara submerged culture
Misalnya pada persiapan inokulum untuk produksi

sama dengan bakteri dan khamir.


Contoh produksi penicilin dilakukan dengan 5 (lima)

tahap persiapan inokulum seperti terlihat pada Tabel 3

gliserofulvin oleh Penucillum patulum dalam media


whey dan corn step liquor dengan aerasi yang cukup.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

11/04/2012

Tabel 3. Tahap pengembangan inokulum dalam proses


produksi penisilin oleh Penicillum chrysogenum.
Tahap 1 Kultur stok-spora dalam pasir steril
Tahap 2 Kultur dipindah ke media agar
Tahap 3 Kultur dalam roll tube, kultur spora dalam 1L botol
Tahap 4 Miselia dan spora tumbuh dalam skala produksi pertama
Tahap 5 Tahap 4 digunakan untuk inokulasi skala produksi kedua,
produksi penisilin (volume inokulum 7-10%).

INOKULASI SECARA ASEPTIK


Teknik inokulasi dalam industri fermentasi meliputi:

pemindahan kultur mikroba dari suspensi spora pada


skala laboratorium sampai skala produksi (pabrik)
harus dilakukan secara aseptik.
Dasar teknik aseptik pada proses inokulasi adalah :
Mempertahankan tekanan positif di dalam tanki
Tempat jalan masuk pemindahan kultur (port) harus

dilengkapi dengan jalur persediaan uap panas.


Sistem klep (valve) dapat diatur sedemikian rupa hingga

setiap jalur yang dilalui kultur dapat disterilkan terlebih


dahulu.
Elisa Julianti - THP-FP USU

PENGGUNAAN SEL TERIMOBILISASI DALAM


FERMENTASI
Inokulum yang digunakan dalam proses fermentasi dapat

juga berupa sel-sel yang sudah diimobilisasi


Teknologi imobilisasi sel adalah lokalisasi sel selama proses
perombakan berlangsung sehingga sel tersebut mudah
dipisahkan dari substrat dan produk untuk digunakan
kembali.
Keuntungan teknologi imobilisasi adalah :

Elisa Julianti - THP-FP USU

Metode-metode untuk imobilisasi sel mikroba dibagi

menjadi 3 (tiga) kelompok (Chibata et al., 1983) :


1. Metode Ikatan dengan pembawa (carrier)
2. Metode Ikatan melintang
3. Metode Penjeratan

pemanfaatan sel dapat berulang-ulang


mempermudah pengendalian proses
meningkatkan stabilitas sel
diperoleh produk bebas sel/enzim
tahan lama dan kerusakannya dapat diperhitungkan
Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

ad 1. Metode Ikatan dengan pembawa

ad.2. Metode Ikatan Melintang

Didasarkan pada pengikatan sel-sel mikroba langsung

Didasarkan pada pembentukan ikatan melintang di

pada pembawa yang tidak larut air dengan 3 metode


penyerapan yaitu fisik, ionik dan kovalen.

antara sel-sel dengan bantuan pereaksi-pereaksi


bifungsional atau multifungsional.
Digunakan untuk imobilisasi sel-sel E.coli yang
mempunyai aktivitas aspartase yang tinggi.
Sel-sel E.coli diimobilisasi dengan memperkuat
dinding sel dan mengikat sel-sel secara melintang
dengan pereaksi bifungsional seperti glutaraldehida
atau toluendiisosianat.

Carrier : polisakarida tidak larut air (sellulosa,

dekstran dan turunan agarosa), protein (gelatin dan


albumin), polimer sintetik (resin pertukaran ion dan
polivinilklorida) dan oksida logam (zirkonium oksida
dan titanium oksida), serta gelas berliang renik.

Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

11/04/2012

CHN-sel-NCH(CH2)3CHN-selCH

CH

OHC(CH2)3CHO + sel (CH2)3


glutaraldehida

CH

-CHN-sel-N-CH-

ad.3. Metode Penjeratan


Metode yang menjerat sel secara langsung ke dalam

matriks polimer.
Paling banyak digunakan untuk imobilisasi sel dalam

keadaan hidup.
Jenis-jenis pembawa yang digunakan untuk menjerat

sel dikelompokkan berdasarkan mekanisme


pembentukan gel (Tabel 4).

Gambar 3. Imobilisasi sel dengan metode ikatan melintang antar sel


menggunakan glutaraldehida
Elisa Julianti - THP-FP USU

Elisa Julianti - THP-FP USU

Tabel 4. Metode yang dapat diterapkan untuk imobilisasi


sel utuh dengan metode penjeratan dalam gel.
Mekanisme pembentukan gel

Polimer

Senyawa Sel-sel Mikroba


Bir

Polimerisasi

Poliakrilamida, polimetakrilat

Ikatan melintang

Berbagai prapolimer protein

Polikondensasi

Poliuretan, Resin epoksi

Pembentukan gel secara thermal

Kolagen, gelatin, agar/agarose, karagenan

Secara ionotropik

Alginat, Kitosan

Presipitasi

Selulosa, selulosa triasetat

Etanol

Elisa Julianti - THP-FP USU

Senyawa

Sel-sel Mikroba

k-karagenan

Asam Asetat

Acetobacter acetii

Keramik berliang
Titanium hidrus

Asam Sitrat

Aspergillus niger
Saccharomyces lipolytica

Kalsium alginat
Serpihan kayu

Asam Glukonat

Aspergillus niger

Kalsium alginat

Asam laktat

Lactobacillus lactis
Lactobacillus delbrueckii

Kalsium alginat
Kalsium alginat
Kolagen
k-karagenan

Vitamin B12

Propionibacterium freudenreichii

Poliuretan

Amilase

Bacillus subtilis

Poliakrilamida

Selulase

Trichoderma raesei

k-karagenan

Protease

Streptomyces fradie

Poliakrilamida

Elisa Julianti - THP-FP USU

Saccharomyces
carlsbergensis
Saccharomyces bayanus
Kluyveromyces fragilis
Pachysolen tannophilus
Zymomonas mobilis

k-karagenan, silika berliang renik


k-karagenan
kalsium alginat
kalsium alginat
kalsium alginat, k-karagenan, manikmanik polistiren, borosilikat, hambalan
serat gelas.

Carrier untuk Imobilisasi

Saccharomyces cerevisae

L- Brevibacterium flavum
Corynebacterium glutamicum
Serratia marcescens

Carrier untuk Imobilisasi

Saccharomyces
Polivinil klorida, bata, berliang renik,
carlsbergensis
Kalsium alginat
Saccharomyces cerevisae
alginat,
kSaccharomyces cerevisae Kalsium
karagenan,poliakrilamida,
cincin
Raschig berlapis, serpihan kayu

Elisa Julianti - THP-FP USU

Gliserol

Asam
Glutamat
L-Isoleusin

Tabel 5. Produksi senyawa-senyawa penting menggunakan


sel-sel hidup terimobilisasi

renik,

PENGAWETAN DAN PEMELIHARAAN KULTUR


1. Suhu dingin, 5-10oC, dilakukan penyegaran dengan cara

pergantian media setiap minggunya.

2. Pembekuan :
Suhu -20oC atau lebih rendah.
Perlu penambahan cryoprotective misalnya gliserol.
Selama transportasi kultur harus dalam keadaan beku.
Viabilitas 1-2 tahun
3. Pembekuan suhu ultra cold
Suhu -50 sampai -80oC.
Cryoprotective yang digunakan : gliserol 10% (v/v) dan dimetil
sulfoxida (DIMSO) 5% (v/v).
Sel dipanen pada saat pertengahan atau akhir fase pertumbuhan
4. Pembekuan dengan Nitrogen cair dengan suhu -196oC.
5. Pengeringan kultur.
Elisa Julianti - THP-FP USU

11/04/2012

Pengeringan Kultur

Pengawetan Spora Kapang

a. Pengeringan Vakum
b. Pengeringan Semprot (suhu 70oC)
Telah berhasil di USA dan Swedia
Untuk mencegah kerusakan selama pengeringan
ditambahkan senyawa :
- asam askorbat
- Na-glutamat
- Lisin
c. Pengeringan beku :

- Asam L-glutamat
- L-arginin
- Lactosa
- Malt ekstrak
- Sukrosa

- Skim
- Gliserol
- Kasiton
- Asetil Glisin

Elisa Julianti - THP-FP USU

1. Pengeringan pada substrat tanah :


1 ml suspensi konidia + 5 g tanah kering steril kemudian
dikeringkan pada suhu 25o C.
2. Pengeringan pada silika gel :
Tabung reaksi (13 x 100 mm) diisi setengahnya dengan silika

gel 6-12 mesh grade 40.


Sterilisasi 180oC, 1.5 jam
Ditambahkan 0.5 ml suspensi spora
Tabung dikocok
Dikeringkan pada suhu 25oC
Contoh : untuk Neurospora
Elisa Julianti - THP-FP USU

3. Pengeringan pada pecahan porselen (untuk


penyimpanan bakteri)
10-12 pecahan porselen dimasukkan ke dalam botol

kecil (10 ml)


Disterilisasi 121o C selama 15 menit
Dipindahkan ke dalam cawan petri
Ditetesi dengan kultur yang berisi 20% sukrosa (b/v)
Dipindahkan kembali ke dalam tabung
Dikeringkan vakum 72-96 jam
Botol disimpan dalam wadah logam tertutup dan

berisi penyerap udara


Elisa Julianti - THP-FP USU

Anda mungkin juga menyukai