Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanpa komunikasi yang baik tidak akan ada keluarga yang bahagia.
Tanpa orangtua yang bekerja sama sebagai satu tim, disiplin akan
mustahil tercapai. Tanpa percakapan efektif tidak akan ada kesepahaman
untuk mencapai sebuah kesepakatan. Inilah mengapa seringkali orangtua
tidak saling setuju dalam satu hal, misalnya ayah adalah pendisipin
sedangkan ibu lemah. Yang satu berteriak seperti polisi yang baik dan
yang lain sebagai polisi yang bukruk. Yang satu hanya berteriak dan
yang satu lagi memeluk serta menenangkan.
Misalnya dikeseharian dalam suatu rumah tangga, kita akan
menemukan suatu kondisi dimana Ibu berkata Iya dan Ayah berkata
Tidak. Ibu berkata, Tidak apa-apa sayang dan Ayah berkata, Masuk
kamar sana!. Ibu berteriak, Lihat saja kalau ayahmu pulang! dan ketika
Ayah tiba, kejadian itu dlupakan. Ibu berkata, Jangan teriak lagi! dan
ayah mulai berteriak ketika ia melewati pintu depan. Ini harus dihentikan,
dan komunikasi merupakan jalan keluar.
Sesungguhnya pendidikan yang utama dan pertama bagi anak usia
dini berada di rumah bersama orang tua (Bapak dan Ibu). Indikatornya
adalah : (1) orang tua (Bapak dan Ibu) merupakan orang yang paling
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, (2) orang tua
(Bapak dan Ibu) merupakan orang yang pertama berinteraksi dengan
anak-anaknya sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain, (3)
lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat (micro system) yang
sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak, dan (4) waktu yang
dimiliki oleh anak lebih banyak dihabiskan di rumah bersama orang tua
(Bapak dan Ibu). Dengan demikian pemberian asah, asih dan asuh
kepada anak usia dini menjadi tanggungjawab utama bagi orang tua
(Bapak dan Ibu).
Bahasa sebagai sarana komunikasi, juga mampu membangun
keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyampaikan pendapat,

gagasan, dan pandangan dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapi


dalam kehidupan pada era global ini. Keterampilan seperti itu tentu sangat
dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang.
Selain sebagai sarana komunikasi, bahasa juga merupakan alat
berpikir. Oleh karena itu, melalui kemampuan berbahasa, berbagai
persoalan yang dihadapi dapat dipahami, disikapi, dan dicerna dengan
baik

sehingga

dapat

menambah

kematangan

berpikir/intelektual

seseorang. Dengan demikian, kematangan berpikir dan kemampuan


menyikapi setiap masalah dengan kritis merupakan dua hal yang saling
melengkapi dalam pembentukan kualitas individu untuk membangun
kreativitas dan daya inovasi. Berkenaan dengan itu, kemampuan
berkomunikasi yang tinggi dan daya pikir yang kritis dalam menghadapi
setiap tantangan pada gilirannya juga dapat melahirkan generasi yang
kreatif dan inovatif.
Komunikasi merupakan kunci sukses hubungan antara orang tua
dengan anak-anaknya. Bentuk komunikasi verbal dengan kata-kata
maupun komunikasi non verbal seperti pelukan, ciuman, sentuhan, dll
merupakan bentuk komunikasi yang perlu dipupuk dan dilatih kepada anak
sejak anak usia dini. Sehingga sampai kapanpun komunikasi kasih
sayang (compassionate communication) dari ke-dua orang tua kepada
anak-anaknya dapat terus berlangsung, tanpa anak merasa malu,
terganggu dan lain-lain.
Proses belajar komunikasi anak merupakan kolaborasi antara
kedua orang tua dengan anak-anaknya, dan kolaborasi tersebut dapat
dimulai sejak anak masih 0 tahun. Masa inilah merupakan fondasi bagi
seorang anak untuk membekali dirinya dalam menyongsong dan
menjalani kehidupan dimasa depannya. Proses pembelajaran komunikasi
ini akan mematangkan pembelajaran etika, nilai (value), kepribadian, dan
sikap agar mereka benar-benar menjadi sosok penerus bangsa yang
berperilaku dan berkepribadian luhur seperti apa yang diamanatkan oleh
para pejuang negeri tercinta ini.
Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, sangat
membantu anak memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya,

pendapatnya dan keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi


perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali
perasaan yang sama pada orang lain. Lama kelamaan, semakin anak
terlatih dalam mengenali emosi, tumbuh keyakinan dan sense of control
terhadap perasaannya sendiri (lebih mudah mengendalikan sesuatu yang
telah diketahui). Misal, jika anak sudah tahu bagaimana rasanya marah,
sedih, kecewa, takut, kesepian, dsb. Maka akan lebih mudah bagi orang
tua

memberikan

alternatif-alternatif

cara

menghadapi

dan

menyelesaikannya.
Setiap orang tua dan pendidik pasti menginginkan yang terbaik bagi
anaknya, tapi kadang harapan itu terkendala oleh komunikasi dan pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua sejak anak tersebut berusia dini.
Dengan mengetahui betapa pentingnya komunikasi dalam pengasuhan
ini, maka modul ini sangat penting untuk disusun dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi bagi setiap orang tua dalam
mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan bekal pengetahuan komunikasi
dalam pengasuhan, maka orang tua dapat mewujudkan dan membimbing
anak-anaknya menjadi anak yang handal dan berkualitas serta siap untuk
menghadapi kehidupan yang semakin kompleks.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari bahan ajar ini para pendidik mampu memahami
dan mengembangkan komunikasi dalam pengasuhan anak usia dini.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta pelatihan mampu:
a. Mengetahui teoriteori perkembangan anak;
b. Memahami bahasa dan komunikasi anak;
c. Memahami pola asuh anak;
d. Memahami kendala-kendala dalam komunikasi anak;
e. Memahami strategi dan solusi untuk kendala dalam komunikasi
anak.

Comment [u1]: Urutan materi


sebaiknya lebih sistematis, dan dilihat
lagi agar tidak berulang

C. Ruang Lingkup
1. Teori-Teori Perkembangan Anak
2. Komunikasi dan Bahasa
3. Pengertian Pola Asuh
4. Macam-Macam Pola Asuh
5. Kendala- kendala dalam berkomunikasi dengan anak
6. Strategi dan solusi dalam komunikasi dengan Anak
D. Petunjuk Belajar
1. Peserta

pelatihan

memahami

terlebih

dahulu

permasalahan

komunikasi dan pengasuhan anak usia dini;


2. Peserta pelatihan memahami tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi/bahan ajar ini;
3. Peserta pelatihan mencermati substansi pokok yang akan dipelajari
dalam materi/bahan ajar ini;
4. Peserta pelatihan membaca semua materi yang ada dalam bahan ajar;
5. Peserta pelatihan menyimak dan mencermati materi yang dibawakan
oleh nara sumber;
6. Peserta pelatihan aktif bertanya jika ada materi yang kurang dimengerti
yang disampaikan nara sumber;
7. Peserta pelatihan aktif berdiskusi ketika nara sumber mengajak
peserta membahas suatu topik/masalah terkait dengan materi;
8. Peserta pelatihan mengerjakan evaluasi yang tersedia dalam bahan
ajar;
9. Hasil evaluasi dicocokan dengan jawaban untuk memperoleh hasil
yang dicapai.

BAB II
RENCANA PENYAJIAN MATERI
No
Kompetensi Dasar

1.

Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan
santun
dengan
peserta didik.

Indikator

Menjelaskan
pentingnya
komunikasi
yang baik
dan benar
dalam
pengasuhan.

Materi/Sub
Materi

Metode

Komunikasi
dalam
pengasuhan dan
pembelajaran
anak usia 0-1
tahun, 2-3 tahun,
3-4 tahun, 4-5
tahun, dan 5-6
tahun.

Ceramah,
Curah
Pendapat,
Penugasan, Diskusi
Kelompok,
Simulasi.

Penilaian

Test (terulis,
Lisan)
Observasi
Refleksi
Simulasi

Bahasa sebagai
alat komunikasi

Komunikasi
dengan orang
tua dan teman
sejawat.

Alokasi
Waktu
4 Jampel :
2 Jampel Teori
2 Jample
Praktek

Sumber Belajar

- Modul
- Buku Pustaka

Metode dan
Media
Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Curah Pendapat
Simulasi
Praktik Kelas

Comment [u2]: Untuk pembahasan


ini terlalu banyak materi, harus lebih
diringkas
Saran urutan:
-Proses komunikasi
oPihak yang terlibat: pembawa
[pembawa pesanencoding/decoding, penerima
pesan, dan umpan balik)
definisi komunikasi
-Jenis komunikasi
oVerbal dan non-verbal
-Perkembangan anak (langsung
yang tabel)
-Faktor-faktor yang mempengaruhii
komunikasi anak
oEkonomi dll
oPola asuh
-Kendala dalam berkomunikasi
dengan anak// kesalahan umum
yang biasa dilakukan orang tua /
faktor penghambat
oBahasa tidak dimengerti
oMemberi instruksi terlalu banyak
dalam 1 waktu
oTerlalu banyak yang dikatakan
oAnak tidak bisa mengkomunikasi
perasaan krn tidak diberi
kesempatan
odll
-Strategi komunikasi efektif dengan
anak
o Verbal: intonasi, kasih pujian,
beri kesempatan anak ekspresiin
emosinya, dll
oNon-verbal: kontak mata, sejajar,
pelukan
o bisa juga bahas berdasarkan
implementasi teori perkembangan
bahasa/ belanja

BAB III
KOMUNIKASI DALAM PENGASUHAN

A. KOMUNIKASI DAN BAHASA


Komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian pesan.
Proses tersebut melibatkan dua pihak yang berkomunikasi yang masing-masing
bertujuan membangun suatu makna agar keduanya memahami atas apa yang
sedang dikomunikasikan. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di
dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Pada komunikasi lisan, terdapat istilah yang menjadi prasyarat utama, yaitu
interaksi. Interaksi bertujuan mendapatkan makna yang sama-sama dimengerti
oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Gambaran ini diberikan oleh Brown (1994)
dan Burns & Joyce (1997).
Bagaimana cara mengoptimalkan komunikasi berkenaan dengan interaksi
pada anak usia dini?. Seyogyanya hal ini kita mulai dari lingkungan terdekat
anak yaitu keluarga. Melalui pola pengasuhan yang tepat seiring dengan
kemampuan berbahasa orang tua yang akan ditrasfer pada anak lewat
komunikasi

yang

efektif,

maka

segala

hal

positif

berkenaan

dengan

tumbuhkembang anak yang sesuai harapan akan terpenuhi.

a. Teori-Teori Pembelajaran Bahasa Anak


Bahasa anak awalnya berkembang secara alami. Proses ini dikenal
dengan pemerolehan bahasa. Melalui interaksi dengan lingkungan anak
memperoleh

pengalaman

yang

memberi

sumbangan terhadap perkembangan bahasa. Di


samping itu, bahasa anak juga dapat distimulasi
dengan berbagai cara. Stimulasi tersebut dikenal
dengan pembelajaran yang direalisasi dalam
bentuk kegiatan-kegiatan belajar atau bermain.
Agar pendidik dapat memberikan stimulasi yang
tepat,

pendidik

perlu

memiliki
6

pengetahuan

tentang perkembangan bahasa. Ada tiga teori dasar yang dapat digunakan
untuk memahami perkembangan bahasa anak. Ketiga teori tersebut
dikemukakan berikut ini:

1. Teori Behavioristik (Teori Perilaku) dari Skinner


Teori dalam aliran behavioristik yang
diprakarsai

oleh

BF.

Skinner

yang

menyatakan bahwa lingkungan memberi


pengaruh

utama

bagi

perkembangan

bahasa anak. Oleh karenanya orang tua


dan pendidik perlu aktif mengajak anak
berbicara

dan

memberi

contoh

penggunaan bahasa yang baik. Teori


perilaku juga percaya bahwa agar anak berhasil dibutuhkan penguatan.
Bentuk penguatan khususnya adalah pujian atau barang-barang
sederhana. Anak perlu diberi contoh ucapan sehingga anak dapat
meniru ucapan tersebut. Atas keberhasilan anak mengulangi contoh
yang diberikan, perlu diberi penguatan dan imbalan yang segera
diberikan seperti bagus, pinter, diberi permen atau yang lainnya yang
setimpal. Teori ini menekankan bahwa dalam perkembangan bahasa
anak usia dini, orangtua dituntut untuk memberikan stimulasi, seperti
aktif mengajak anak berbicara dan bercakap-cakap agar pencapaian
kemampuan berbahasa anak maksimal.
Comment [u3]:

Implementasi Teori Behavioristik Pada Pembelajaran Bahasa:


Perlu penguatan atau koreksi terhadap bahasa anak yang muncul
karena

adanya

sebagaimana

stimulus.

harusnya,

Bila

orang

pengucapan
tua

atau

bahasa

tidak

pendidikan

perlu

mengkoreksi. Misalnya, kata makan diucapkan mam. Ini perlu


dibetulkan dengan mengulangi pengucapan oh mau makan. Kalau
pengucapan benar yang didiamkan saja.
Pemberian contoh yang baik dalam berbahasa untuk ditiru anak.
Bahasa merupakan hasil dari suatu kebiasaan. Pengetahuan tidak
berasal dari dalam diri seseorang, tetapi merupakan hasil dari

interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang


menimbulkan respon.
Latihan yang diberikan kepada anak dapat berbentuk pertanyaan
(stimulus) dan jawaban (respon). Bisa juga kepada anak dikenalkan
kata-kata baru melalui tahapan-tahapan. Anak belajar sesuatu mulai
dari yang sederhana sampai yang rumit, dari yang dikenal sampai
yang belum dikenal dan abstrak (contoh : sistem pembelajaran
drilling/pengulangan terus-menerus) Anak akan memberikan respon
terhadap stimulus yang diberikan dalam pembelajaran dan segera
berikan balikan terhadap respon tersebut.
Pada setiap respon positif (benar) dari anak perlu segera diberikan
penguatan oleh pendidik baik dengan pujian atau hadiah.

2. Teori Nativistik dari Chomsky


Noam Chomsky mengkritik teori yang dikemukakan Skinner. Ia
menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak tidak ditentukan oleh
lingkungan semata. Faktor genetik sangat menentukan perkembangan
bahasa anak. Menurut Noan Chomsky kemampuan bahasa anak
terbentuk mulai dari konsepsi. Dengan kata lain, sejak lahir anak telah
memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan tersebut dikenal dengan
Language Advice Device (LAD). Chomsky juga memperkenalkan
Universal Grammar dalam kemampuan bahasa anak. Ini merupakan
kelemahan dan sumber kritik atas
teorinya
Chomsky

Chomsky.
juga

Selanjutnya

menyatakan

bahwa

belajar bahasa sebaiknya sebelum usia


sepuluh

tahun.

Kemampuan

yang

terbentuk pada saat dalam kandungan


akan teraktualisasi atau berkembangan
dengan didukung oleh faktor biologis
dan faktor lingkungan setelah anak lahir. Untuk itu, Noam Chomsky
menyatakan

faktor

lingkungan

juga

sangat

berperan

dalam

perkembangan bahasa anak disamping kesiapan faktor biologis. Ada

kemampuan yang tidak mungkin dimiliki anak, walau lingkungan


memberi stimulasi

yang maksimal kalau kondisi biologis belum siap

untuk mencapai kemampuan tersebut. Misalnya, pengucapan huruf g


tidak mungkin dimiliki sebelum alveolenatal matang untuk berfungsi.
Teori Nativistik
Mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalarn diri anak. Pada
saat seorang anak lahir, dia telah memiiiki seperangkat kemampuan
berbahasa yang disebut Tata Bahasa Umum" atau 'Universal
Grammar'. Teori ini mengatakan bahwa meskipun pengetahuan yang
ada di dalam diri anak tidak rnendapatkan banyak rangsangan, anak
akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru
bahasa.yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan
dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang
disebut Perangkat Penguasaan Bahasa.
Teori Nativistik juga memberikan pengetahuan bahwa keterampilan
bahasa juga dipengaruhi oleh kematangan fisik anak, misalnya
kematangan organ-organ bicara. Oleh karena itu, pendidik dalam
dalam memberikan stimulasi perlu memperhatikan kesiapan anak.
Teori ini juga memberikan wawasan bahwa anak akan belajar
bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun. Artinya, pembelajaran
bahasa lebih baik diberikan sejak dini, karena lebih dari usia 10
tahun anak akan mengalami kesulitan.

3. Teori Konstruktivisme dari Piaget, Vygotsky, Gardner


Perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan
orang

lain.

Dengan

berinteraksi

dengan

orang

lain,

maka

pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki


perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi
melalui

interaksi

sosial,

anak

akan

mengalarni

peningkatan

kemampuan berpikir.
Pengaruh pada pembelajaran. Anak akan dapat belajar dengan
optimal

jika

diberikan

kegiatan,

Sementara

anak

melakukan

kegiatan, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya

anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi
pembeiajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak
menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi. Jika anak
mengalami kesulitan, peran orang dewasa yang tepat akan
membantu anak memecahkan persoalan sehingga anak dapat
belajar sesuatu dari peristiwa tersebut. Karena itu pendidik perlu
menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk
meningkatkan

pembeiajaran

dan menggunakan bahasa

yang

berkualitas.

B. POLA ASUH
1. Pengertian Pola Asuh
Kohn (dalam Krisnawati, 1997),
menyatakan

bahwa

pola

asuh

orangtua

dalam

merupakan

sikap

berinteraksi

dengan

Sikap

orangtua

anak-anaknya.

ini

meliputi

cara

orangtua memberikan aturan-aturan,


hadiah

maupun

hukuman,

cara

orangtua menunjukkan otoritasnya dan


juga

cara

orangtua

memberikan

perhatian serta tanggapan terhadap


anak.
Sementara Theresia Indira Shanti, (http://www.tabloid-nakita.com),
menyatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan
anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat
berinteraksi

dengan

anak.

Termasuk

caranya

menerapkan

aturan,

mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta


menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan
bagi anaknya.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh
merupakan

proses

interaksi

antara

10

anak

dengan

orangtua

dalam

pembelajaran dan pendidikan yang nantinya sangat bermanfaat bagi aspek


pertumbuhan dan perkembangan anak.
Comment [u4]: Dibuat lebih ringkas
dalam bentuk tabel. Kata-kata/ istilah
seperti apa yang jadi ciri setiap pola
asuh dalam komunikasi.

2. Macam-Macam Pola Asuh

Anak terus berkembang baik secara fisik maupun secara psikis untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua
dalam memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan
memperlakukan anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak,
disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang
tua dengan anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap
anaknya. Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam
keluarga. Secara garis besar, pola asuh orang tua dapat dibagi menjadi tiga
tipe, seperti dejabarkan dalam table 1.a berikut ini:

No

Pola Asuh

Otoriter

Pengertian

Penggunaan Kata

Dampak pada Anak

Dalam pola asuh ini orang tua

Harus

berdampak buruk pada anak,

berperan

mesti

seperti

Tidak boleh

bahagia,

sebagai

cenderung
pendekatan

arsitek,

menggunakan
yang

bersifat

Jangan

terlatih
atau

ia

merasa

tidak

ketakutan,

tidak

untuk

berinisiatif,

diktator, menonjolkan wibawa,

Cenderung

selalu tegang, tidak mampu

menghendaki ketaatan mutlak.

sering menggunakan

menyelesaikan

masalah

Anak harus tunduk dan patuh

kalimat perintah dan

(kemampuan

problem

terhadap kemauan orang tua.

larangan

solving-nya

buruk),

begitu

Apapun yang dilakukan oleh

juga

anak ditentukan oleh orang tua.

komunikasinya yang buruk.

Anak tidak mempunyai pilihan

Selain

dalam melakukan kegiatan yang

pengasuhan

ia

adalah

inginkan,

karena

semua

kemampuan

itu,

dampak
yang

dari

otoriter

anak

merasa

sudah ditentukan oleh orang

tertekan,

dan

penurut.

tua. Tugas dan kewajiban orang

Mereka

tidak

mampu

tua

mengendalikan diri, kurang

tidak

sulit,

tinggal

menentukan

apa

yang

dapat

berpikir,

diinginkan dan harus dilakukan

percaya

atau yang tidak boleh dilakukan

mandiri,

kurang

kreatif,

oleh anak. Selain itu, mereka

kurang

dewasa

dalam

11

diri,

tidak

kurang
bisa

Misalnya: kl otoritatif biasanya


menggunakan kata harus, mesti, tidak
boleh tanpa memberi anak
kesempatan berbicara

beranggapan bahwa orang tua

perkembangan

harus bertanggungjawab penuh

rasa ingin tahunya rendah.

terhadap

perilaku

anak

moral, dan

dan

menjadi orang tua yang otoriter


merupakan

jaminan

bahwa

anak akan berperilaku

baik.

Orang tua yakin bahwa perilaku


anak

dapat

diubah

sesuai

dengan keinginan orang tua


dengan

cara

memaksakan

keyakinan, nilai, perilaku dan


standar perilaku kepada anak.

Demokratis

Dalam pola asuh ini, orang tua

Menurut Ade, mana

Pola

Demokratis

memberi

yang lebih bagus yang

(authoritative)

mendorong

kepada

kuning

anak untuk mandiri, tetapi

banyak

merah?

orang

tua

harus

tetap

batas

dan

kebebasan

disertai
anak.

bimbingan
Orang

tua

yang

atau

yang

Ade boleh pilih salah

menetapkan

dan arahan terhadap apa yang

satu

kontrol. Orang tua biasanya

dilakukan oleh anak. Orang tua

silahkan

kaka

bersikap hangat, dan penuh

bersifat obyektif, perhatian dan

pikirkan dengan baik

welas asih kepada anak, bisa

kontrol terhadap perilaku anak.

baik,supaya

kaka

menerima alasan dari semua

Dalam banyak hal orang tua

tidak

menyesal

tindakan anak, mendukung

sering berdialog dan berembuk

nantinya

dengan anak tentang berbagai

Apa

keputusan.

tempat

memberi

masukan-masukan

Menjawab

sih

pertanyaan amak dengan bijak

kemarin

dan

tempat

terbuka.

cenderung

Orangtua
menganggap

tindakan
bedanya
berenang
dengan
berenang

sekarang

yang

konstruktif.
Anak yang terbiasa dengan
pola

asuh

Demokratis

(authoritative)

akan

ka?

membawa

lebih

menguntungkan.

dampak

sederajat hak dan kewajiban

menurut

anak dibanding dirinya. Pola

seru yang mana?

asuh

Pada pola asuh ini

bahagia, mempunyai kontrol

orang

diri dan rasa percaya dirinya

ini

musyawarah

menempatkan
sebagai

pilar

kaka

anak

tua

dalam memecahkan berbagai

menggunakan bahasa

terpupuk,

persoalan

atau

anak,

mendukung

Di

antaranya anak akan merasa

bisa

mengatasi

ekspresi

yang

stres, punya keinginan untuk

dengan penuh kesadaran, dan

memungkinkan

anak

berprestasi

berkomunikasi dengan baik.

untuk

berkomunikasi, baik dengan

mengekspresikan apa

teman-teman

yang dia rasa, pikir

dewasa. Anak lebih kreatif,

dan inginkan.

problem

12

dan

dan

solvingnya

bisa

orang

baik,

komunikasi
rendah

lancar,

diri,

dan

tidak
berjiwa

besar.

Permissif

Pola asuh ini memperlihatkan

Iya

Pola asuh seperti ini tentu

bahwa orang tua cenderung

dehiyamamah

akan

menghindari

ngalahambil semau

serangkaian dampak buruk.

ade

Di

anak,

konflik

sehingga

dengan

orang

tua

banyak bersikap membiarkan

boleh

apa saja yang dilakukan anak.

terserah

Orangtua bersikap damai dan

lahmamah

selalu menyerah pada anak,

pusing

untuk menghindari konfrontasi.

Bahasa

Orang tua kurang memberikan

digunakan

bimbingan dan arahan kepada

besar

memuat

anak. Anak dibiarkan berbuat

kata

yang

sesuka

hatinya

untuk

meng_iya-kan

melakukan

apa

yang

memperbolehkan

saja

menimbulkan

antaranya

aja

rendah, tidak punya kontrol

udah

diri yang baik, kemampuan


sosialnya buruk, dan merasa

yang

bukan bagian yang penting

sebagian

untuk orang tuanya. Bukan

kata
selalu
dan

tidak mungkin serangkaian


dampak

tidak peduli apakah anaknya

yang

ini

akan

dikehendaki anak.

pula anak akan melakukan


hal

yang

melakukan hal-hal yang positif

anaknya

atau

masalah

penting

buruk

terbawa sampai ia dewasa.


Tidak tertutup kemungkinan

semua

yang

akan

mempunyai harga diri yang


ade

mereka inginkan. Orang tua

negatif,

anak

sama
kelak.

terhadap
Akibatnya,

menyerupai

hubungan antara anak dengan

lingkaran setan yang tidak

orang tua baik-baik saja, dalam

pernah putus.

arti tidak terjadi konflik dan tidak


ada masalah antara keduanya.

13

Catatan:
Dalam konteks pengasuhan anak, A.M Ginoot, membagi pola asuh dalam tiga daerah, yaitu daerah hijau,
kuning dan merah. Artinya: (1) Jika anak sedang melakukan kegiatan di daerah hijau, yaitu kegiatan yang
dikehendaki orangtua (sesuai dengan nilai atau norma yang
ada), maka orangtua dapat menerapkan pola asuh permisif,
(2) Jika anak melakukan kegiatan di daerah merah yaitu
kegiatan yang tidak dikehendaki orang tua (bertentangan
dengan nilai atau norma yang ada), maka dapat menerapkan
pola asuh otoriter, dan (3) Jika anak melakukan kegiatan di
daerah kuning (daerah antara hijau
dan merah), yaitu daerah dimana seharusnya dilarang,
namun masih dapat ditolerir, maka dapat menerapkan pola
asuh demokratis.
Namun demikian, di daerah manapun anak-anak melakukan
kegiatan, apakah di daerah hijau, kuning atau merah, dalam
situasi dan kondisi bagaimanapun, sebaiknya orangtua menerapkan pola asuh demokratis. Dengan demikian
pengasuhan yang diberikan oleh orangtua lebih mengutamakan kasih sayang, kebersamaan, musyawarah,
saling pengertian dan penuh keterbukaan.

Gambar a. pola asuh otoriter

gambar b.pola asuh demokratis

14

Gambar c. pola asuh permissif


C. BAHASA ANAK USIA DINI
Perkembangan bahasa anak berkaitan dengan proses alami yang dikenal
dengan pemerolehan bahasa. Anak mendengar dalam situasi apa pun akan
memberi sumbangan yang berarti pada perkembangan bahasanya. Ada
beberapa tokoh di Indonesia yang kerap mengkaji perkembangan bahasa anak.
Di antaranya Soejono Dardjowidjojo dan Mangantar Simanjuntak. Pendapat
keduanya dikemukakan berikut ini.

Masa anak

Usia anak

Proses mendengar /
Proses bicara
memahami
a. Masa membabel (0,0 0 - 3 bulan Mendengar suara Ibunya Anak membuat suara
1,0)
pada saat di kandungan
yang menyenangkan
Mendengar suara yang Anak akan mengulangi
keras
(biasanya
suara
yang
sama
reaksinya
adalah
secara berulang-ulang
menangis).
(seperti ocehan)
Bayi mendengar orang Anak akan menangis
lain berbicara dengan
dengan cara berbeda
cara
memperhatikan
untuk
menunjukkan
orang yang berbicara
kebutuhannya
yang
berbeda-beda
pula
bayi tersenyum ketika
(misal:
menangis
diajak bicara
dengan
melengking
bayi mengenali suara
tinggi jika kesakitan).
pengasuhnya
dan
menjadi
berhenti
menangis ketika diajak
ngobrol
Tugas Pendidik/Orang Tua adalah mulai memperkenalkan kata perkata dimulai dari mengenalkan
kata kata benda yang berada disekitar anak dengan prinsip bahwa memulai memperkenalkan dari
konsep benda konkret atau nyata. Tetap mengajak berkomunikasi dengan bahasa bahasa sederhana
dengan pengucapan dan ejaan yang sempurna.
4 6 bulan

Anak
akan
melihat
sekeliling untuk mencari

15

Anak akan berceloteh


ketika sendirian

sumber bunyi (contoh : Anak akan melakukan


bunyi bel, telepon atau
sesuatu (dengan bunyi
benda jatuh)
atau gerakan tubuh)
secara berulang ketika
Anak
sudah
dapat
merespon nada suara
berrnain.
(lembut ataupun keras)
Anak akan berbicara
secara
sederhana
Anak
akan
memperhatikan
bunyi
(tanpa tangisan) untuk
yang
dihasilkan
dari
menarik
perhatian
mainannya
(misal
:
orang
dewasa
di
memukul-mukul mainan
sekitarnya.
ke lantai)
Tugas Pendidik/Orang Tua adalah mulai memperkenalkan kata perkata dimulai dari mengenalkan
kata kata benda yang berada disekitar anak dengan prinsip bahwa memulai memperkenalkan dari
konsep benda konkret atau nyata. Tetap mengajak berkomunikasi dengan bahasa bahasa sederhana
dengan pengucapan dan ejaan yang sempurna.
Anak akan berbicara
secara
sederhana
(tanpa tangisan) untuk
menarik
perhatian
orang
dewasa
di
sekitarnya
Anak akan melakukan
imitasi untuk berbagai
jenis bunyi/ suara anak
akan
berceloteh
dengan
kata-kata
sederhana : "ma-mam",
"da-da"' tapi masih
belum
jelas
pengucapannya.
Tugas Pendidik/Orang Tua adalah memberi respon menyempurnakan kata perkata yang belum
7-12 bulan

Anak
menyukai
permainan 'ciluk-ba'
Anak
akan
rnendengarkan
ketika
diajak berbicara
Anak mengenali katakata yang sering ia
dengar, misal : susu,
mama, dll.

sempurna menjadi sempurna berdasarkan struktur bahasa

yang sesuai dengan masa

perkembangan bahasa anak. Misalnya ketika anak bicara ma-maam maka kewajiban orang tua
merespon menjadi mau makan de?
Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:
1. Lebih banyak bersuara dari pada nangis
2. Mulai mengucapkan huruf-huruf hidup saat menangis
3. Menirukan suara saat di timang dengan mendekut
4. Bersuara atau berteriak tidak senang sebagai cara lain dari pada menangis
b. Masa Holofrasa

12 tahun

Anak
sudah
dapat
memahami perintah dan
pertanyaan sederhana,
contoh
:
"mana
bolanya?",
"ambil
bonekanya".
Anak akan menunjuk
benda yang dimaksud
ketika ditanyai.
Anak dapat menunjuk
beberapa gambar dalam
buku ketika ditanyai.

16

Anak
telah
dapat
menggunakan
berbagai bunyi huruf
konsonan pada awal
kata.
Anak
sudah
bisa
menyusun dua kata.
Contoh: mau minum,
mama ma'em, dll.
Anak dapat bertanya
dengan
dua
kata
sederhana,
misal:
"mana kucing?", "itu
apa?"

Tugas Pendidik/Orang Tua adalah lebih banyak mengajak bicara, baik menjawab maupun bertanya.
Misalnya anak bertanya Mana Kucing? maka orang tuanya harus menjawab dan kalau bisa
berdialog dengan anak. Misalnya Kucingnya pergi kemana ya De?, oh....Kucing pergi ke dapur.
Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:
1. Menirukan suara celotehan atau kata-kata yang di kenalnya
2. Menyampaikan keinginan/kebutuhan dengan bersuara
3. Mempuntai 20 kosa kata funsional menggunakan kata depan
4. Menggunakan 2 kombinasi kata untuk membentuk kalimat
Anak bisa memahami Anak bisa bertanya
dua perintah sekaligus
dan
mengarahkan
(contoh: "ambil bolanya
perhatian
orang
dan ditaruh di kursi")
dewasa
dengan
mengatakan
nama
Anak
sudah
dapat
benda yang dimaksud.
memperhatikan
dan
memahami
berbagai Cara anak berbicara
sumber
bunyi (misal
sudah dapat dipahami
: suara TV, pintu ditutup,
secara
keseluruhan
dll)
Anak sudah dapat
Anak telah memahami
menghafal
kata-kata
perbedaan makna dari
untuk keseharian
berbagai
konsep, Anak memahami tata
misal:
"jalan-berhenti",
bahasa
secara
"di
dalam-di
luar",
sederhana, misal "aku
"besar-kecil", dll)
mau naik sepeda"
Tugas Pendidik/Orang Tua adalah memberi respon menyempurnakan kata perkata yang belum
sempurna menjadi sempurna berdasarkan struktur bahasa
yang sesuai dengan masa
perkembangan bahasa anak. Misalnya :
c.

Masa Ucap 2 Kata

22,5
tahun

Anak sudah mulai bisa mengucapkan :mau naik sepeda, maka kita betulkan dengan melengkapi
kalimatnya menjadi kalimat utuh seperti:
Aku mau naik sepeda
Sepeda ade dimana?
Oh...Sepeda Ade ada diluar.
Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:
1. Menggunakan kata-kata jamak yang teratur
2. Menggunakan kombinasi 3 kata untuk membentuk kalimat
3. Menjawab pertanyaan sederhana apa
4. Mengulang kalimat yang terdiri dari lima kata
5. Mengidentifikasi kejadian sederhana saat di tanya
6. Menggunakan kalimat dengan 4 kata
d. Masa Permulaan
Tata Bahasa

2,5-3
tahun

Anak
mulai
mengucapkan
kata
yang
lebih
rumit,
seperti penekanan di
akhir kata.
Anak
mengucapkan
berupa
kata
inti.
Misalnya pa antor
maksudnya papa mau

17

ke kantor
Tugas Orang Tua adalah.............. memberi respon menyempurnakan kata perkata yang belum
sempurna menjadi sempurna berdasarkan struktur bahasa
yang sesuai dengan masa
perkembangan bahasa anak. Misalnya ketika anak bicara :
Pa antor
Maka kita sempurnakan menjadi:
Papa mau ke kantor ya?
Iya, papa mau ke kantor.
Ade hati hati di rumah ya

Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:


1. Menggunakan kata-kata jamak yang teratur
2. Menggunakan kombinasi 3 kata untuk membentuk kalimat
3. Menjawab pertanyaan sederhana apa
4. Mengulang kalimat yang terdiri dari lima kata
5. Mengidentifikasi kejadian sederhana saat di tanya
6. Menggunakan kalimat dengan 4 kata
Kata yang diucapkan
sudah
rumit
dan
menggunakan
kata
imbuhan, mempunyai
subjek, predikat objek
bahkan
keterangan.
Misalnya : aku tadi
sudah mengembalikan
bolanya ke keranjang.
Tugas Orang Tua adalah memberi respon menyempurnakan kata perkata yang belum sempurna
menjadi sempurna berdasarkan struktur bahasa yang sesuai dengan masa perkembangan bahasa
anak. Misalnya ketika anak bicara:

e. Masa Menjelang
Tata Bahasa
Dewasa

3-4 tahun

bola ke keranjang mah


Maka kita sempurnakan menmjadi:
Aku tadi sudah mengembalikan bolanya ke keranjang
Anak pintar
Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:
1. Menyebutkan nama depan dan nama belakangkangnya
2. Menyebutkan 3 kejadian/peristiwa umum
3. Menceritakan pengalaman sederhana
4. Mulai mengajukan pertanyaan yang terencana
5. Konsisten dalam menggunakan kalimat lengkap
6. Bertanya dengan menggunakan variasi kata: siapa, apa, di mana, dsb.
7. Berderita dengan menggunakan gambar

18

8. Mampu menjawab pertanyaan jika....lalu apa?


f. Masa Kecakapan
Penuh

46 tahun

Anak bisa membedakan


berbagai jenis suara
Mengerti
dan
melaksanakan 3 perintah

Anak
sudah
mulai
menggunakan bahasa
sesuai dengan kaidahkaidah dalam bahasa
ibunya
Anak
sudah
bisa
menggunakan kalimat
yang ekspresif yang
menyatakan
perasaannya.
Anak
sudah
bisa
menggunakan
kata
secara
lebih
rumit
Misal: "Ibu, aku lebih
suka
baju
yang
berwarna merah. Yang
hijau tidak bagus."

Tugas Orang Tua adalah memberi respon menyempurnakan kata perkata yang belum sempurna
menjadi sempurna berdasarkan struktur bahasa yang sesuai dengan masa perkembangan bahasa
anak. Misalnya ketika anak bicara:
Ibu, aku lebih suka baju yang berwarna merah. Yang hijau tidak bagus."
Maka kita sempurnakan menjadi:
oh, Ade lebih suka baju yang merah daripada baju yang hijau.
Kalau yang kuning bagaimana?

Karakteristik perkembangan bahasanya adalah:


1. Dapat menggunakan kata sambung tapi
2. Dapat mendefinisikan kata-kata yang sederhana
3. Dapat menceritakan perbedaan suatu benda
4. Dapat menyebutkan kota asalnya
5. Dapat berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang kompleks terdiri dari 5-6 kata.
6. Dapat melakukan percakapan tanpa memonopoli pembicaraan
7. Dapat menggunakan kata-kata yang menunjukkan keurutan
8. Dapat menerima pesan sederhana dan menyampaikan pesan tersebut
9. Dapat menyebutkan nama orang tuanya.

Tabel 2.a Perkembangan bahasa pada anak 0-6 tahun

19

D. KENDALA KENDALA DALAM KOMUNIKASI ANAK


Komunikasi anak juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sehingga anak mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Faktor-faktor
itu adalah:
a. Kesehatan, anak yang sehat lebih mudah berkomunikasi daripada anak
yang kurang sehat. Anak yang sehat memiliki motivasi yang kuat untuk
menjadi anggota kelompok sosialnya (teman sejawat) dan berkomunikasi
dengan anggota kelompok tersebut.
b. Kecerdasan, anak yang cerdas lebih mudahberkomunikasi daripada anak
yang kurang cerdas. Anak yang cerdas mempunyai rasa percaya diri
yang besar dan tidak ada ketakutan untuk tidak diterima oleh anggota
kelompoknya atau teman sejawatnya.
c. Keadaan sosial ekonomi, anak dari tingkat sosial ekonomi lebih tinggi
punya kecenderungan untuk mudah berkomunikasi karena anak sering
didorong untuk mengungkapkan perasaannya. Anak juga merasa aman
dan terpenuhi jika mengungkapkan perasaan dan keinginanya.
d. Jenis kelamin, anak laki-laki mempunyai kecenderungan lebih susah
berkomunikasi dibandingkan dengan anak perempuan. Kalimat dalam
komunikasi anak laki-laki lebih pendek-pendek dan tata bahasanya
kurang betul dibandingkan dengan anak perempuan. Kosa kata yang
diucapkan anak laki-laki lebih sedikit dan pengucapannya kurang tepat
dibandingkan dengan anak perempuan.
e. Keinginan berkomunikasi, semakin kuat keinginan anak berkomunikasi
dengan orang lain atau teman sejawat semakin mudah anak tersebut
berkomunikasi. Anak akan menyisihkan waktu dan kesempatan untuk
berkomunikasi dangan temannya.
f. Dorongan, semakin anak didorong berkomunikasi dengan yang lain,
semakin mudah anak berkomunikasi. Semakin sering anak diajak bicara,
ditanya, dan diajak komunikasi baik dalam keluarga maupun dalam
lingkungan semakin anak senang berkomunikasi karena merasa diterima
keberadaanya.

20

g. Jumlah dalam keluarga, semakin kecil anggota keluarga anak tersebut


semakin mudah untuk berkomunikasi, karena kesempatan berkomunikasi
dengan yang lain semakin besar. Orang tua lebih bisa menyisihkan waktu
untuk berkomunikasi dengan anak sehingga kemampuan komunikasi
anak semakin baik.
h. Urutan kelahiran, anak yang lahir pertama mempunyai kecenderungan
untuk lebih mudah berkomunikasi dengan orang tuanya ketimbang anak
yang lahir kemudian. Anak pertama biasanya mendapat limpahan kasih
sayang dan waktu yang lebih daripada anak yang kedua, dengan
limpahan kasih sayang dan waktu ini anak merasa diperhatikan dan
diterima oleh orang tuanya.
i.

Metode pelatihan anak, anak yang diasuh secara otoriter yang


menekankan bahwa anak harus dilihat dan bukan didengar mempunyai
hambatan komunikasi. Seharusnya pelatihan komunikasi anak yang
diterapkan adalah memberikan keleluasaan dan demokratis serta
mendorong anak untuk belajar lebih.

j.

Kelahiran kembar, anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam


perkembangan komunikasinya, karena mereka lebih banyak bergaul
dengan saudara kembarnya. Anak kembar punya kecenderungan miskin
logat dan melemahkan motivasi untuk komunikasi.

k. Hubungan

dengan

berhubungan

teman

dengan

sejawat,

teman

anak-anak

sebayanya,

semakin

maka

lebih

banyak
mudah

berkomunikasi. Anak-anak semakin punya motivasi untuk bisa diterima


sebagai anggota kelompok sebaya bila mampu berkomunikasi dengan
baik.
l.

Kepribadian, anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung


mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik. Kemampuan
berkomunikasi seringkali dijadikan acuan anak mempunyai kesehatan
mental yang bagus apa tidak (Hurlock, 2005).

1. Penghambat Komunikasi Anak


Anak-anak usia dini adalah manusia yang utuh tapi belum sempurna
secara mental dan pikirnya. Perasaan anak sudah ada sejak lahir dan

21

semakin tumbuh kembang semakin sempurna perasaan anak. Terkadang


orang tua meniadakan perasaan dan pikir anak ini sehingga menghambat
komunikasi anak terhadap orang tuanya. Kebutuhan dasar anak adalah
didengarkan, dimengerti, dihargai dan dipahami perasaannya. Sedang
selama ini orang tua banyak yang menganggap bahwa orang tualah yang
harus didengar. Anak-anak seringkali belum mampu mengatakan apa yang
dirasakan dan diinginkan karena keterbatasan kosa kata, maka anak lebih
banyak menggunakan bahasa tubuh untuk ekspresikan perasaan dan
pikiranya. Misalnya anak mengatakan, bu, aku benci sama bu guru, karena
tadi memarahi aku di depan kelas. Kemudian ibunya bisa dipastikan akan
menjawab, pasti kamu melakukan kesalahan makanya bu guru marah sama
kamu. Kalau kamu gak salah, gak mungkin bu guru tiba-tiba memarahimu.
Ini adalah pikiran orang tua tanpa memahami perasaan anak dibalik katakata benci.
Hambatan-hambatan komunikasi anak terhadap orang tua maupun
teman sejawatnya adalah sering orang tua tidak bisa membaca bahasa
tubuh anak-anak dan tidak bisa memahami perasaan anak serta 12 gaya
komunikasi populer yang dilakukan orang tua. Pemahaman perasaan anak
ini kadang memang susah diartikan, misalnya anak pulang dari sekolah
sambil lesu dan tegang. Sampai rumah langsung bilang ulanganku jelek dan
temen-temen meledeki aku. kadang orang tua hanya memandang saja dan
bilang gitu saja lemes, makanya belajar. atau anak kelihatan lemes dan
tidak bergairah, kadang orang tua hanya bilang tuh kan sudah dibilangi,
jangan lari-lari, sakitkan sekarang . anak sebenarnya tidak butuh diingatkan
atau dimarahi seperti itu, tetapi butuh pelukan dan kasih sayang, butuh
ditenangkan. Orang tua seharusnya memahami bahasa tubuh anak
sehingga bisa memahami perasaan anak agar komunikasi antara anak dan
orang tua bisa berjalan wajar dan ank tidak terkendala dalam berkomunikasi.
Hambatan yang paling besar komunikasi anak adalah 12 gaya populer
orang tua dalam berkomunikasi. 12 gaya populer itu adalah:
1. Memerintah
Tujuan orang tua memerintah adalah orang tua ingin mengendalikan
masalah dengan cepat dan praktis. Pesan yang ditangkap anak adalah

22

mereka harus patuh, tidak boleh membantah dan anak tidak punya
pilihan lain. Dengan komunikasi model seperti ini anak jadi terbiasa tidak
mau berkomunikasi karena dalam dirinya ada anggapan bahwa
berkomunikasipun akan percuma karena tidak akan dindengar oleh orang
tuanya. Misalnya, anak bilang pak, aku gak mau berangkat sekolah.
Kalau bapaknya menjawab apa-apaan sih, kenapa jadi malas begitu,
pokoknya besok harus berangkat sekolah. Untuk membiasakan anak
berkomunikasi seharusnya diajak dialog kenapa gak mau berangkat
sekolah.

2. Menyalahkan
Tujuan orang tua menyalahkan adalah orang tua ingin menunjukan
kesalahan anak sehingga tidak diulang kembali, tetapi pesan yang
ditangkap anak adalah anak merasa tidak pernah benar dan baik.
Dengan komunikasi seperti ini anak menjadi tidak mau berkomunikasi
karena berkomunikasi yang benar maupun baik tetap saja merasa tidak
dianggap oleh orang tuanya. Misalnya anak bilang kepada ibunya bu,
kakiku luka nihsakit sekali. Tadi habis jatuh.. Dan ibunya akan bilang
Nah, kan? Dari tadi ibu bilang jangan lari-lari, makanya jatuh.. Ga pernah
mau dengerin ibu sih. Sejak itu anak akan males kalau punya masalah
bilang ke ibunya, karena kalau bilang maka akan disalahkan.

3. Meremehkan
Tujuan orang tua meremehkan adalah menunjukan ketidakmampuan
anak dan merasa orang tua merasa lebih mampu, tetapi pesan yang
diterima oleh anak adalah anak merasa tidak berharga dan tidak mampu.
Dengan model komunikasi seperti ini anak tidak memiliki kepercayaan diri
untuk berkomunikasi, karena baru mau berkomunikasi sudah dianggap
tidak mampu. Misalnya, anak bilang pak, aku gak bisa mewarnai gambar
ini, kalau bapaknya menjawab, masa mewarnai seperti ini saja tidak
bisa, bisanya apa dong?. Kalau terjadi seperti itu maka anak punya
kecenderung males berkomunikasi dengan ayahnya, karena dia tidak
mau diremehkan lagi.

23

4. Membandingkan
Tujuan orang tua membandingkan ini adalah orang tua ingin memberi
motivasi dengan memberi contoh orang lain, tetapi pesan yang diterima
anak adalah anak merasa tidak disayang, pilih kasih dan merasa dirinya
selalu jelek. Dengan model komunikasi seperti ini anak merasa tidak
berharga dan rasa percaya dirinya menjadi rendah. Misalnya, anak bilang
aku mau digosoki gigi sama ibu. Kalau ibunya menjawab iih.. masa
sudah besar masih dibantu,...lihat adikmu sudah bisa gosok gigi sendiri.
kalau terjadi seperti ini maka anak akan males untuk berkomunikasi
dengan ibunya karena merasa tidak berharga dan bodoh dibandingkan
dengan adiknya.

5. Mencap
Tujuan orang tua mencap adalah ingin memberi tahu kekurangan anak,
tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah merasa anak yang seperti
itu dan merasa tidak berdaya. Misalnya Anak bilang: bapak.. gendong
pakaku ga mau jalan..dengkulku sakit nih.

Kalau

bapaknya

menjawab Kamu ini memang anak cengeng, begini saja minta gendong.
Jalan sendiri..!. Kalau komunikasi model ini diterapkan maka anak akan
tidak mau berkomunikasi dengan bapaknya, karena kalau berkomunikasi
akan dicap sebagai anak yang tidak mampu dan tidak berharga.

6. Mengancam
Tujuan orang tua mengancam

adalah agar anak patuh dan menurut

dengan proses yang cepat, tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah
anak merasa cemas dan mengalami ketakutan. Dengan model
komunikasi seperti ini anak merasa takut untuk berkomunikasi dengan
orang tuanya. Misalnya, anak bilang ibu, tungguin....bantuin aku pakai
sepatu. Kalau ibunya menjawab Pakai sendiri ah. Cepetan, ntar ibu
tinggal lo..Biar kamu pulang sendiri. kalau komunikasi seperti ini terjadi

24

berulang kali maka anak tidak mau berkomunikasi dengan ibunya, karena
kalau mau berkomunikasi maka anak akan dimarahi dan terancam.

7. Menasehati
Tujuan orang tua menasehati adalah agar anak tahu mana yang baik
dan mana yang buruk, tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah orang
tuanya terlalu bawel, sok tahu dan membosankan. Model komunikasi
seperti ini membuat anak merasa bodoh dan tidak tahu apa-apa
dibandingkan dengan orang tuanya. Misalnya, anak bilang bu, tadi
Rahma ngetawain aku. Kalau ibunya menjawab Makanya kamu jangan
suka ngetawain orang, kalau dibalas begitu baru tahu rasanya kan? Lain
kali sama teman yang baik, jangan maumu sendiri. kalau kaomunikasi
model seperti ini terjadi berulang kali, maka anak akan merasa jemu
berkomunikasi dengan orang tuanya.

7. Membohongi
Tujuan orang tua membohongi adalah agar urusan menjadi gampang
dan mudah serta anak tidak bertanya-tanya lagi, tetapi pesan yang
diterima oleh anak adalah semua orang dewasa tidak dapat dipercaya
dan suka bohong. Komunikasi model seperti ini juga menciptakan anak
suka berbohong, karena melihat orang tuanya. Misalnya, anak bertanya
pada bapaknya, bapak, kenapa sih bulannya cuma kelihatan setengah,
kalau bapaknya menjawab, iya, kan yang setengah dimakan raksasa.
Kalau anak mengetahui yang sebenarnya, maka anak akan males untuk
berkomunikasi dengan bapaknya, karena menganggap bapaknya suka
berbohong.

8. Menghibur
Tujuan orang tua menghibur adalah agar anak tidak sedih atau kecewa,
sehingga anak jadi senang dan tidak larut dalam kesedihan, tetapi pesan
yang diterima oleh anak adalah anak tidak suka dihibur, karena
kemarahan anak pada teman sejawat atau pada orang tua itu bersifat
spontan dan cepat hilang. Jadi hiburan terhadap anak sebenarnya sangat

25

tidak diperlukan. Misalnya anak bilang ke bapaknya, pak, aku ngga mau
temenan sama ruri..dia suka nakalin aku.... kalau bapaknya menjawab
ya sudah....berteman sama yang lain saja, kan masih banyak temen
yang lain. Sebenarnya anak tidak butuh dihibur seperti itu karena anak
hanya mengekspresikan rasa ketidak senangannya pada saat itu juga,
tetapi besoknya pasti pasti berteman juga sama temannya itu.

9. Mengkritik
Tujuan orang tua menghibur

adalah agar anaknya memperbaiki

kesalahan dan meningkatkan kemampuan anak tersebut, namun pesan


yang diterima anak adalah diri anak akan selalu merasa kurang dan
salah. Pada dasarnya anak tidak suka dikritik karena akan kehilangan
motivasi dan percaya diri. Misalnya anak bertanya pada bapaknya
bapak, nih aku sudah selesai mewarnai. Kalau bapaknya mengkritik dan
menjawab masak begini dibilang selesai, coba lihat masih banyak yang
belum diwarnai. Kritikan terhadap anak kadang membuat anak males
untuk berkomunikasi dengan orang tua, karena kalu berkomunikasi takut
untuk dikritik.

10.

Menyindir

Tujuan orang tua menghibur

adalah memotivasi, mengingatkan agar

tidak selalu melakukan kesalahan dengan cara menyatakan yng


sebaliknya, namun pesan yang diterima anak adalah hal itu sangat
menyakitkan hati dan perasaan anak. Misalnya anak bilang aku gak mau
minum vitaminnya, rasanya ga enak, kalau bapaknya menjawab ooo,
kakak suka ya kalau sakit...vitamin kan membuat badan jadi ga gampang
sakit...kalau gak mau berarti kakak emang seneng sakit ya. Sindiran
akan membuat anak males untuk berkomunikasi dengan orang tuanya
karena anak merasa sakit hati dan merasa lemah.

26

11. Menganalisa
Tujuan orang tua menganalisa adalah orang tua mencari penyebab sisi
positif dan negatif anak atau kesalahan anak dan berupaya mencegah
agar tidak melakukan kesalahn yang sama lagi, namun pesan yang
diterima anak adalah menganggap orang tua sok pintar dan sok tahu
perasaan anak. Misalnya anak bilang ke bapaknya bapak, aku gak mau
belajar sepeda lagi. Ketika bapaknya menjawab itu karena cara
belajarmu yang salah, mestinya tanganmu jangan kaku dan pandangan
harus ke depan, kamu kan selalu melihat ke bawah, terus rambutmu itu
mestinya dikuncir biar kamu bisa leluasa bergerak gak bingung aja sama
rambut. Orang tua punya kecenderung untuk mengukur kemampuan
anak itu sama dengan kemampuannya. Kalau komunikasi semacam ini
terus menerus dilakukan, maka anak akan males untuk berkomunikasi
dengan orang tuanya, karena anak menganggap orang tuanya tidak tahu
perasaan dan usaha anak.
Dari pemahaman 12 gaya pengasuhan yang populer ini, maka orang tua
merasakan betapa pentingnya memahami bahasa tubuh anak, jadi orang
tua bisa menebak suasana hati anak. Kalaupun salah menebaknya,
anak akan memberikan petunjuk sampai kita bisa tahu apa yang
sebenarnya dirasakan anak dan anak sendiri akhirnya mengenali
perasaan apa yang dia rasakan.

E. SOLUSI DAN STRATEGI DALAM KOMUNIKASI ANAK

1. Komunikasi Efektif
Secara ringkas, komunikasi efektif adalah adanya saling memahami apa yang
dimaksud oleh si pemberi pesan dan yang menerima pesan. Kajian komunikasi
lisan (oral communication) sebagai bagian dari speaking menitikberatkan pada
pengucapan. Pada dasarnya, apa yang dikomunikasikan dalam bentuk lisan
harus tersampaikan pesannya secara akurat. Berikut ini adalah beberapa segi
yang perlu diperhatikan oleh semua anggota yang berkomunikasi secara lisan
diantaranya:
a. Penggunaan Istilah Yang Tepat
27

Comment [iu5]: Kemarin, ada


masukkan strategi dalam menghadapi
masalah masalah atau kendala di bab
kendala2 / 12 kesalahan orangtua

Guru harus memilih istilah dengan akurat agar para siswa lebih cepat
memahami apa yang disampaikan. Sebagai contoh, ungkapan kata
mungkin, barangkali, bisa saja dstnya, bisa berakibat salah tafsir. Bisa
saja guru bermaksud mengatakan: boleh tetapi ia mengatakan bisa saja
dalam kalimat Bisa saja kalian membawa bekal makanan dari rumah. Hal
ini akan sedikit membingungkan para siswa. Para siswa mungkin merasa
ragu untuk membawa makanan. Berbeda dengan Kalian boleh membawa
bekal makanan dari rumah.

b. Sinambung dan Runtut


Guru tentunya sudah memiliki perencanaan sebelum masuk kelas.
Jika tidak, dimungkinkan apa yang menjadi sasaran pembelajaran tidak
tercapai. Guru yang tidak melakukan perencanaan dengan baik akan
melenceng terhadap topik yang dibicarakan. Sehingga dibutuhkan suatu
presentasi yang berkesinambungan dan runtut agar mudah dipahami.
Secara umum, biasanya dengan pengantar (pengenalan) terhadap suatu
tema lalu masuk ke isi dan akhirnya review atau penutup. Dengan kata lain,
penjelasan guru harus terfokus dan tidak menyampaikan hal-hal yang tidak
penting

apalagi

hal

yang

tidak

penting

ini

disampaikan

secara

berkepanjangan. Dengan demikian komunikasi diyakini akan menjadi


efektif.

c. Adanya Sinyal Ketika akan Berpindah Topik Bahasan


Guru harus memberikan aba-aba melalui berbagai cara yang tepat
agar para siswa mengerti akan adanya topik baru yang harus dicermati.
Hal ini akan menjadikan efektifnya suatu komunikasi. Siswa akan
mempersiapkan diri menyimak hal-hal baru / topik baru.
Contoh: Anak-anak tadi kalian sudah mempelajari sinonim dengan
contoh-contohnya, sekarang kita akan membahas kata yang berkebalikan
dari kata lainnya, namanya antonim, siap untuk memperhatikan? Dengan
ungkapan seperti ini, para siswa menyadari bahwa mereka akan
menghadapi pembahasan baru, sehingga mereka harus terfokus pada
yang baru tersebut agar bisa memahami hal yang baru itu. Siswa

28

Comment [iu6]: Ibu, mohon diganti


dengan contoh yang sesuai dengan
anak usia dini

diharapkan akan berpikir apakah yang baru ada kaitannya dengan yang
lama atau tidak tentunya setelah mendengar dan melakukan diskusi atau
pembahasan.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kendala-kendala yang biasanya
terjadi saat proses berkomunikasi dengan anak dilengkapi dengan solusi
praktis yang dapat digunakan dalam menghadapinya.

NO

KENDALA

Gangguan

SOLUSI PRAKTIS
(noise)

yang

diakibatkan

oleh

berbagai hal.

komunikasi dua arah atau multi arah contohnya guru


meminta pendapat para siswa tentang apa yang sudah
diterangkan,

menanyakan

apakah

yang

sedang

dijelaskan sudah dimengerti atau belum, atau meminta


pendapat siswa secara berantai

umpan

balik

(feedback)

dari

siswa

sangat

dibutuhkan oleh guru untuk mengukur efektivitas


komunikasi yang dilakukan
2

Bahasa Anak yang belum sempurna

Memberikan Perhatian
Memahami Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
Meningkatkan

Kemampuan

Dalam

Memahami

Simbol Verbal Dan Non Verbal Dengan Menambah


Referensi Pemahaman.
Menyimak Untuk Menganalisa Dan Mengevaluasi.
Meningkatkan Keahlian Menyimak Antarpersonal
Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi anak, dengan
begitu

kita

dapat

memahami

apa

yang

coba

disampaikan anak
3

Orang dewasa yang kurang mendukung proses

Perkuat Segala sesuatu yang dilakukan anak dapat

pembelajaran anak

dengan ucapan-ucapan yang menggali kemarnpuan


berpikir anak Iebih tinggi
Pendidik menggali dengan pertanyaan-pertanyaan
terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif.
pendidik memberikan pengalaman pada anak dalarn
menggunakan bahasa yang tepat.
Pendidik juga perlu rnengucapkan kalimat dengan
bahasa yang benar.

29

3. Prinsip Pembelajaran Bahasa


Prinsip pembelajaran bahasa untuk anak usia dini adalah interaksi aktif. Ada
tiga hal penting yang menjadi sumber pembelajaran bahasa/bagi anak di
kelas, yaitu :
a. Anak
Anak perlu dirangsang untuk dapat saling bercakap-cakap satu dengan yang
lainnya. Dengan interaksi aktif antar
anak,

maka

bahasa

anak

akan

berkembang dengan cepat. Karena itu di


lembaga PAUD perlu rnenggabungkan
anak dari berbagai usia. Harapannya
adalah

anak

yang lebih tua dapat

mencontohkan bahasa yang Iebih kaya


kepada anak yang Iebih muda, demikian
sebaliknya anak yang Iebih muda akan banyak belajar dari anak yang Iebih
tua.

b. Orang Dewasa (Tutor/Pendidik)


Orang dewasa yang hanya diam di dalam kelas kurang mendukung
perkembangan bahasa anak. Segala sesuatu yang dilakukan anak dapat
diperkuat

o!eh

pendidik

dengan

ucapan-ucapan

yang

menggali

kemarnpuan berpikir anak Iebih tinggi yang tentunya akan terucap melalui
percakapannya dengan pendidik. Pendidik menggali dengan pertanyaanpertanyaan terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif. Karena itu perlu
pendidik yang aktif akan memberikan pengalaman pada anak dalarn
menggunakan bahasa yang tepat. Pendidik juga perlu rnengucapkan
kalimat dengan bahasa yang benar. Jika orang dewasa memberikan
contoh kata-kata yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dewasa
untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa anak, antara lain:
1. Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka
memiliki lingkungan dan stimulasi yang tepat.

30

2. Bayi belajar dan mendapat ide untuk


"bicara" dari mendengar orang-orang
disekitarnya

bercakap-cakap.

Oleh

karena itu, saat beraktivitas dengan


bayi

upayakan

untuk

selalu

mengatakan apa yang kita lakukan,


seperti: Ayo ganti popok dulu. Wah popoknya basah. Ibu ambil
popoknya, dibersihkan dulu ya pakai air, sekarang dilap, nah baru pakai
popok yang bersih. sudah selesai.
3. Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari.
Bila seorang anak hidup dalam lingkungan dimana dua bahasa dipakai
maka ia akan dapat membunyikan suara kedua bahasa tersebut.
Seperti suara mobil dan binatang, ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan mendengar anak.
4. Pertama-tama kita harus menjadi pendengar yang baik. Bicaralah
sebanyak mungkin dengan bayi dan mencoba membuat percakapan
pribadi dengan mereka. Usahakan agar anak melihat bahasa tubuh
anda.
5. Biarkan anak memahami perkataan dan perasaan kita dengan cara
mencocokkan apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan atau
yang kita katakan dengan ekspresi wajah kita.
6. Sangatlah penting untuk mengaitkan antara perkembangan bahasa
dengan perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak Kurikulum
seharusnya diletakkan pada kerangka budaya.
7. Pendidik terlampau sering membuat setting belajar untuk anak usia dini
terkesan mirip "sekolah". Akibatnya banyak pendidik terdorong mulai
mengajarkan membaca, menulis, berhitung dan aspek formal lain dari
pembelajaran.

Sesungguhnya

membelajarkan

anak

usia

dini

memerlukan waktu lebih lama sampai anak siap menerima.


8. Belajar membaca dan menulis akan terserap jauh Iebih cepat dan efektif
oleh anak-anak yang sudah memiliki latar belakang pemaharnan dan
kemampuan verbal. Contohnya ditambahkan seperti apa pemahaman
dan kemampuan verbal itu. Untuk menambah kosa-kata anak, pendidik

31

harus menggunakan kata-kata tersebut secara ekspresif. Penggunaan


kosakata baru sebaiknya dilakukan berulangkali. Dan kata-kata tersebut
hendaknya bermakna dan menyentuh perasaan anak-anak sehingga
tidak mudah dilupakan.
9. Bergembiralah dalam membawakan lagu anak dengan berekpresi
sesuai dengan irama.
10. Dengarkan apabila anak sedang berbicara sampai selesai baru
kemudian tanggapi.

c. Lingkungan
Lingkungan tempat anak
itu

berada

juga

harus

merupakan lingkungan yang


aktif, yaitu lingkungan yang
kaya dengan bahasa. Orang
dewasa
banyak

bisa
kata

meletakkan
di

lingkungan

bermain anak. Di mana-mana


anak

dapat

melihat

tulisan

sehingga menolong anak dalam mempelajari keaksaraan. Misalnya : kalau


ada meja, dapat diberi tulisan "m e j a", dll. Pendidik yang aktif akan
membawa lingkungan di luar anak yang kaya dengan bahasa ke dalam
pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam
pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak. Dengan
dernikian pengetahuan anak akan terus bertambah.
Selain tiga hal penting diatas, berikut ini adalah beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan mendorong percepatan
dalam pemerolehan bahasanya, yaitu:

1. Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.
Anak selalu dibiasakan untuk ikut dalam pembicaraan. Bila ada benda
yang dibicarakan orang tua dapat menunjuk dan menyebutkan nama
benda itu. (sebagaimana disebutkan di atas, bahwa lingkungan yang kaya

32

bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi


tersebut akan optimal jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan
dapat menghambat kemampuan bicaranya. Dapat ditemukan anak gagap
yang disebabkan karena tekanan dari lingkungannya).
2. Pandang mata anak saat berbicara. Kontak tersebut mendorong anak aktif
berbicara, Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak.
Anak usia dini emosinya masih kuat, karena itu pendidik harus
menunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak. Orang dewasa
perlu merespon anak dengan tulus.
3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal. Dalam
bercakap-cakap dengan

anak, orang

dewasa perlu menunjukkan

ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimik


muka, dan intonasi yang sesuai. Misalnya: orang dewasa berkata,"saya
senang" maka perlu dikatakan dengan ekspresi muka senang, sehingga
anak mengetahui seperti apa kata senang itu sesungguhnya.
4. Melibatkan anak dalam komunikasi.
Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk ikut membangun komunikasi.
Kita menghargai ide-idenya dan rnemberikan respon yang baik terhadap
bahasa anak.
5. Gunakan ejaan yang benar. Hindari ejaan yang dibuat-buat, seperti
cayang, antik ya (sayang, cantik ya)
6. Bicarakan apa yang benar-benar dilakukan dan dialami anak. misalnya,
ayo kita makan ya, wah adik kepanasan, mari mama bedaki badannya
7. Beri respon yang lebih banyak atas pertanyaan anak. Misalnya, saat anak
bertanya dari mana ma. Jawab dengan mama dari toko di sebelah, ini
beli gula untuk buat teh manis ayah.
8. Gunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara. Hal ini penting karena
anak peniru yang unggul. Ia akan terbiasa dengan percakapan sehari-hari.
Misalnya, Ibu akan memandikan kamu/adik
9. Betulkan kesalahan bahasa anak dengan lembut, baik dalam pengucapan
mapun susunan. Misalnya, Mama, mam adik nasi. Dengan lembut orang
tua mengatakan adik mau makan nasi ya. Hindari mentertawakan

33

ucapan dan dialek anak. anak akan malu atau justru mengulang-ngulang
kesalahan itu.
10.Hindari memaksa anak untuk menghafal kata. Sebenarnya anak suka
mengulang-ulang kata yang baru dikenal. Orang tua dapat mendukung
aktivitas ini. Tetapi, bila anak enggan orang tua tidak perlu mendorong
lagi.

34

F. Rangkuman Materi
KOMUNIKASI DALAM PENGASUHAN

Perkembangan bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi


melalui kata, ujaran, dan tulisan. Pemahaman kata yang dikomuniasikan
melalui ujaran ujudnya mendengarkan dan berbicara. Pemahaman kata yang
dikomunikasi dalam bentuk tulisan ujudnya membaca dan menulis. Dengan
demikian

perkembangan

bahasa

meliputi

kemampuan

mendengarkan

berbicara, menulis dan membaca.


Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan bahasa
meliputi 4 area utama, tetapi dalam pembahasan yaitu:

1. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat
memainkan bagian yang penting dalarn belajar
dan berkomunikasi dan penting dalam tahaptahap pertama dari belajar membaca.
a. Tahapan dalam mendengarkan:

Baru lahir : mendengarkan dengan suarasuara

(bayi

baru

terkaget-keget

mendengarkan suara)

Bayi dan Batita (infants and todler):


mendengarkan eksperirnen, bisa memberikan respon, Menunjukkan
ketertarikannya pada buku-buku bergambar, Menyebutkan benda
bergambar dan berpartisipasi

Anak

umur

preschoolers:

3-4

tahun

bercerita,

yang

sudah

menyanyi,

masuk
bermain

playgroup/Early
dengan

jari,

menyebutkan nama-nama, mengenal irama.

Anak umur 4-5 tahun (TK A) : Sudah bisa membedakan dan


menghubungkan bunyi dan simbol

35

2. Berbicara
Kemampuan berbicara berhubungan dengan fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Bagaimana anak berbicara sangat erat kaitannya
dengan aktivitas mendengarkan bunyi-bunyi, termasuk mendengarkan
orang berbicara. Meniru apa-apa yang didengarkan sebagai awal dari
aktivitas berbicara.
Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah
menyisihkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak. Doronglah anakanak untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan dan
rnengambi!

keputusan.

Anak-anak belajar kata-kata baru dengan

rnendengar kata-kata tersebut yang digunakan dalam konteks. Anak-anak


juga belajar banyak dengan mendengarkan pembicaraan. Hal yang perlu
diperhatikan
berbicara

orang
dengan

dewasa
anak

saat
adalah

menghindari mengkritik, menyalahkan


dan mengoreksi apa yang anak-anak
katakan atau mengkritik cara mereka
mengungkapkan

diri.

Bila

anak

melakukan kekeliruan saat meniru


atau mengucapkan kata atau kalimat, orang dewasa cukup mengulang
dengan memperbaikinya tanpa memberi komentar apapun. Misal, saat
anak mengucapkan bu potong, nggk bisa, orang dewasa cukup
mengulang oh kamu (Ani) belum bisa memotongnya yaa, jadi ibu yang
memotongkan yaa. Cara memperagakan pengucapan kata yang benar
seperti itu lebih berhasil dari menerangkan cara mengucapkan kata dalam
pembicaraan. Unsur-unsur berbicara, meliputi:
3. Perkembangan Kosa Kata
Untuk menambah perbendaharaan kata, anak dapat diajak untuk
membaca sedini mungkin. Riset menunjukan bahwa anak-anak yang
kaya dengan kosakata dan mempunyai pengalaman banyak dalam
menggunakan bahasa akan lebih berhasil disekolah daripada yang
tidak mempunyai pengalaman sama sekali (Hart & Risley 1995).

36

Dalam buku Creative Curriculum for Preschool disebutkan bahwa anak


dapat menambah kosakata dengan berbagai cara antara lain:

Dengan melibatkan anak pada pembicaraan yang bersifat informalbercakap-cakap baik dengan teman maupun orangtua

Dengan mengajak bernyanyi, membaca puisi, bermain dengan jari


jemari atau gerakan fisik.

Dengan

memberikan

memperdengarkan

pengalaman

kata-kata

baru

pertama

dalam

khususnya

dalam

menggambarkan apa yang sedang mereka lakukan.

Membaca dengan jelas- mendengarkan cerita dari buku dan


membahas kata-kata baru dalam cerita tersebut.

Dengan melihat gambar, anak dapat rnengeksplorasi serta ada


dialog antara orangtua dan anak. Misal: "Putri salju sedang apa,
nak?. Pada awalnya, batita masih terbatas kosakatanya. Tetapi,
mereka tetap bisa paham jika kita menggunakan kalimat yang
pendek dan sederhana.

4. Ekspresi
Gunakan bahasa yang singkat, jelas, dan benar (jangan gunakan bahasa
kekanakan). Selain itu, berbicara dengan pelan dan dibantu dengan ekspresi
wajah atau gerakan tubuh. ini membantu anak untuk mengulangi kata-kata
yang diucapkan. Sebab, sebelum mereka bisa bicara sebenarnya mereka
telah paham makna kata2 tersebut.
Walaupun anak belum bisa bicara, narnun perhatikanlah suara, bahasa
tubuh, dan ekspresi wajah. Sehingga, kita akan memahami perasaan anak
dan mereka juga akan merasa dihargai. Dengan demikian, anak akan
memahami bahwa ia memiiiki kekuatan meialui kata-katanya. Contoh : anak
berkata, "aku ingin itu". Ketika lingkungan paham, ia tidak per!u rnerebut
mainan atau sebaliknya tidak mengungkapkan keinginannya.

5. Lafal Ucapan
Ketika anak menggunakan bahasa kanak-kanaknya, jangan ditirukan atau
diolok-olok. JANGAN DISALAHKAN. Yang penting, gunakan kata-kata anak,

37

kemudian diikuti dengan kata-kata yang benar. Contoh : "Ade' mau cucu? lya,
mama ambilkan susunya ya.."

38

F. Evaluasi
1. Ayah : Menurut kaka, minggu besok kita enaknya jalan-jalan kemana ya?
Kaka : ke tempat berenang saja yah
Ayah : berenang? Lebih seru mana antara berenang sama main game?
kalo menurut ayah kita ke game zone aja yu?
Kaka : Tapi berenang kan lebih asyik yah
Ayah : okesetelah ayah pikir pikir, berenang juga lebih baik karena
sekalian olah raga jadi minggu ini kita berenang ya...
dari percakapan diatas, dapat disimpulkan pola asuh seperti apakah yang
digunakan oleh sang ayah?
a. Pola asuh otoriter
b. Pola asuh demokratis
c. Pola asuh Permissif
2. Lingkungan memberi pengaruh utama bagi perkembangan bahasa anak
Pernyataan diatas adalah pernyataan dari teori perkembangan anak yaitu:
b. Teori Konstruktivisme
c. Teori Behavioristik
d. Teori Nativisme
3. Teori ini mengatakan bahwa meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri
anak tidak rnendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat
mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa.yang dia dengarkan, tapi
ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak
memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa.
Teori yang dimaksud adalah:
a. Teori Konstruktivisme
b. Teori Behavioristik
c. Teori Nativisme
4. Pada tahap perkembangan bahasa anak manakah , dimana orang tua
bertindak sebagai pengenal atau model awal yang memperkenalkan bahasa
dan kosa kata baru yang dimulai dari kata kata benda yang berada di sekitar
anak?
a. Pada tahap perkembangan 0-3 bulan
b. Pada tahap perkembangan 4-6 bulan

39

c. Pada tahap perkembangan 7-12 bulan


5. Apakah yang menjadi kelebihan dari pola asuh demokratis?
a. Memotivasi anak agar lebih merasa dihargai dan merasa memiliki hak
untuk berbicara dan memutuskan sesuatu dengan tetap menghargai
arahan orang-tuanya.
b. Anak menjadi egois dan berkesan tidak mau mendengar orang tuanya.
c.

Memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi sehingga cenderung


menyepelekan orang lain.

6. Berikut ini adalah beberapa dari 12 kesalahan populer yang sering dilakukan
orang tua, kecuali:
a. Menyalahkan
b. Mendengarkan
c. Membandingkan
7. Perhatikanlah beberapa karakteristik perkembangan anak dibawah ini:
-

Menyebutkan nama depan dan nama belakangkangnya

Menyebutkan 3 kejadian/peristiwa umum

Menceritakan pengalaman sederhana

Mulai mengajukan pertanyaan yang terencana

Konsisten dalam menggunakan kalimat lengkap

Bertanya dengan menggunakan variasi kata: siapa, apa, di mana, dsb.

Karakteristik perkembangan anak pada usia berapakan yang diuraikan diatas


tersebut?
a. Anak usia 2-3 tahun
b. Anak usia 3-4 tahun
c. Anak usia 4-6 tahun
8. Berikut ini adalah upaya orang tua/pendidik dalam membangun kemampuan
mendengarkan anak, kecuali:
a. Memperdengarkan suara-suara (sound effects)
b. Memperdengarkan cerita dengan musik
c. Memperlihatkan kepada anak serangkaian gambar dengan muatan cerita
didalamnya dan anak diminta untuk menceritakannya
9. Walaupun anak belum bisa bicara, narnun perhatikanlah suara, bahasa
tubuh, dan ekspresi wajah. Sehingga, kita akan memahami perasaan anak

40

dan mereka juga akan merasa dihargai. Dengan demikian, anak akan
memahami bahwa ia memiiiki kekuatan meialui kata-katanya.
Pernyataan diatas adalah upaya orang tua untuk membantu perkembangan
bahasa anak memalui:
a. Kosa kata
b. Pelafalan
c. Ekspresi
10. Apa yang akan dirasakan anak ketika orang tua menunjukkan pola asuh
otoriter?
a. Merasa mandiri
b. Berpotensi menjadi anak yang kurang percaya diri

c. Merasa dapat menggapai apa yang di cita citakan

41

BAB IV
PENUTUP

Sesungguhnya pendidikan yang utama dan pertama bagi anak usia dini
berada di rumah bersama orang tua (Ayah dan Ibu). Indikatornya adalah :
1. Orang tua (Ayah dan Ibu) merupakan orang yang paling bertanggungjawab
terhadap perkembangan anak-anaknya
2. Orang tua (Ayah dan Ibu) merupakan orang yang pertama berinteraksi
dengan anak-anaknya sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain.
3. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat (micro system) yang
sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak
4. Waktu yang dimiliki oleh anak lebih banyak dihabiskan di rumah bersama
orang tua (Ayah dan Ibu). Dengan demikian pemberian asah, asih dan asuh
kepada anak usia dini menjadi tanggungjawab utama bagi orang tua (Ayah
dan Ibu).
Keluarga merupakan kelompok sosial yang bersifat abadi, keluarga
merupakan tempat yang paling penting dimana anak memperoleh dasar dalam
membentuk kemampuannya. Hal ini menyiratkan bahwa orang tua sebagai orang
yang pertama berinteraksi dengan anak menjadi kunci utama dalam membentuk
sikap dan kepribadian anak. Sikap orang tua sangat mempengaruhi cara mereka
memperlakukan anak, oleh karena peran yang dimainkan orang tua terhadap
anak sangat menentukan sikap dan kepribadian anak kelak. Penerapan pola
asuh yang tepat dengan menggunakan kemampuan berkomunikasi yang baik,
akan membawa pengaruh yang besar dan positif bagi tumbuhkembang anak
kelak di kemudian hari. Untuk itu, belajar melihat anak sebagai individu yang
unik, terpisah dari orang dewasa dan menyesuaikan pola pengasuhan dengan
melihat pada ciri-ciri bakat, dan kebutuhan mereka.

42

Lampiran
A. Power Point
B. Soal Latihan
C. Kunci Jawaban
1.b
2.b
3.b
4.a
5.a
6.b
7.b
8.c
9.c
10.b
D. Bahan dan alat yang diperlukan

43

Daftar Pustaka

Hurlock ,Elizabeth B.. 2005. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Deborah Carrol & Stella Reid bersama Karen Moline, 2008, NANNY 911, Jakarta:
Hikmah (PT Mizan Publika)
Direktorat PADU. 2002. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Edisi 02. Jakarta.
Direktorat PADU. 2002. Modul Pelatihan Pengelola dan Tenaga Pendidik Kelompok
Bermain. Jakarta.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Mandar Maju.
Bandung.
Tim Penyusun LPMP Banten.2011. Komunikasi Efektif
Richard Ogle.2008 Smart World. Breaktrough creativity and the New Science of
Ideas. London: Marshall Cavendish Business.
Hugh Mac. Leod. 2009. Ignore everything and 39 other keys to creativity. New York:
Portfolio.
David A. Sousa, 2006.How the brain learns. California; Corwin Press.
William Sears.2006. The Succesful Child.. Penerjemah; Tim Embun. Jakarta.
Laman Pusat Bahasa. Bulan Bahasa Indonesia, Oktober 2011, Jakarta.
Akhadiah, Sabarti. 1991. Bahasa Indonesia I, Jakarta: Depdikbud.
Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. Third
Edition. New Jersey : Prentice Hall Regents.
Burn, A, & Joyce, H. 1997. Focus on Speaking. Sydney: Sydney National Centre
for English Language Teaching and Research
http: //www.tabloid nakita.com /Khasanah/ khasanah 06279-08. htm.
http://pratanti.wordpress.com/2007/08/18/%E2%80%9Ckomunikasi-dengananak%E2%80%9D-prakteknya-tidak-semudah-teori/ diunduh 1 maret 2012
http://www.wisdomhypnotherapy.com/kunci-sukses-komunikasi%E2%80%9Cbawah-sadar%E2%80%9D-orang-tua-kepada-anak diunduh 1 maret
2012

44

http://bundanay.blogspot.com/2008/01/komunikasi-efektif-orangtua-dan-anak.html
diunduh 1 maret 2012
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/14/pentingnya-komunikasi-harmonisorangtua-anak/ diunduh 1 maret 2012

45

46

Anda mungkin juga menyukai