Kejadian resiko yang mengakibatkan pasien tidak aman sebagian besar masih
dapat dicegah dengan beberapa cara. Dengan banyaknya kejadian yang tidak
diharapkan yang sering dikaitkan dengan makin maraknya tuntutan masyarakat pada
akhir-akhir ini, maka perawat manajer perlu segera membuat langkah strategis
mengantisipasinya. Ada 3 alternatif strategi yang dapat dipilih : 1). Strategi hulu,
yaitu niat baik dan bertindak sesuai etika dan standar profesi baik individual maupun
institusional. 2) Strategi hilir, yaitu mencari solusi terhadap kasus konflik yang terjadi,
Dan 3) Strategi Nasional, yaitu berupa gerakan nasional keselamatan pasien.
PERSI membentuk komite keselamatan pasien rumah sakit yang mempunyai
visi-misi meningkatkan keselamatan pasien dan mutu layanan RS yang ditetapkan
pada 1 Juni 2005. Gerakan moral dan program berskala nasional tersebut diharapkan
menjadi suatu win-win solution yang tidak hanya meningkatkan mutu layanan,
mengurangi kejadian cedera dan mengurangi tuntutan hukum dari masyarakat
sehingga kepercayaan masyarakat terhadap RS meningkat. (Yahya, 2006)
Tim KP-RS RSUP Sanglah (2011), mengeluarkan panduan keselamatan pasien.
Ada 7 langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang harus dikembangkan
oleh Manajer di Rumah Sakit, yaitu:
1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien
Manajer keperawatan diharapkan dapat menciptakan kepemimpinan dan budaya
yang terbuka dan adil dalam areanya.
Bagi Rumah Sakit:
a. Rumah sakit harus mempunyai kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah pengumpulan
fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf,
pasien dan keluarganya.
b. Rumah sakit harus mempunyai kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden
c. Menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
d. Melakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian keselamatan
pasien.
Bagi Manajer/Tim:
a. Memastikan rekan sekerja dan staf mampu untuk berbicara mengenai
keperdulian pada keselamatan pasien dan berani melaporkan bila ada insiden.
sakit
harus
mempunyai
anggota
direksi/pimpinan
yang
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Bagi Rumah Sakit:
Rumah sakit harus mengembangkan kebijakan yang jelas menjabarkan kriteria
pelaksanaan analisis akar masalah (Root Couse Analysis/RCA) atau metoda analisis
lain, yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali
pertahun untuk proses resiko tinggi.
Bagi Manajer/Tim:
Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab. Mendiskusikan
dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden. Mengidentifikasi unit atau bagian
lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan membagi pengalaman tersebut
secara lebih luas.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Dengan cara menggunakan informasi yang ada tentang kejadian /masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelaporan.
Bagi Rumah Sakit:
Rumah sakit menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen resiko, kajian insiden dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang
sistem, penyesuaian pelatihan staf dan atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin keselamatan pasien. Melakukan asesmen resiko untuk
setiap perubahan yang direncanakan. Mensosialisasikan solusi yang dikembangkan
KKPRS PERSI
Bagi Manajer/Tim:
Memberi umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan. Melibatkan tim dalam pengembangan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Menelaah kembali
perubahan yang dibuat tim/staf dan memastikan pelaksanaannya. Memastikan tim/staf
menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut dari insiden yang dilaporkan.
1. Analisa Matrixs Grading Risiko
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan
derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami
pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal. (tabel 2)
b. Probabilitas/frekuensi / likelihood
Penilaian tingkat probabilitas/frekeunsi risiko adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi (tabel 3)
Tabel 2. Penilaian dampak klinis/konsekuensi/severity
Tingkat
Risiko
Deskripsi
Dampak
Tidak
siginifikan
Minor
Moderat
Mayor
Katastropik
Tingkat Risiko
1
2
3
4
5
Deskripsi
Sangat jarang/rate (> 5 tahun/kali)
Jarang / Unlikely (>2-5 tahun/kali)
Mungkin / Posible ( 1-2 tahun/kali)
Sering/ Likely (beberapa kali/tahun)
Sangat sering / Almost Certain (tiap minggu/bulan)
Setelah nilai dampak dan probabilitas dikatahui, dimasukan dalam table matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
c. Skor Risiko
SKOR RISIKO = Dampak X Probability
Cara menghitung skor risiko :
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (table 3):
1) Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2) Tetapkan dampak pada baris kea rah kanan
3) Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak skor
risiko akan menentukan prioritas risiko, jika pada asesmen risiko ditentukan dua
insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih skalal
priprotasnya, dapat menggunakan warna bands risiko.
Skala prioritas Bands risiko adalah :
Bands Biru
: Rendah/low
Bands Hijau
: Sedang/moderate
Bands Kuning
: Tinggi/High
Bands Merah
d. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: biru,
hijau, kuning dan merah. Warna Bands akan menentukan investigasi yang akan
dilakukan : tabel 3.
Bands Biru dan Hijau
: Investigasi sederhana
Tdk
signifikan
1
Minor
2
Moderat
3
Mayor
4
Katastropik
5
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Randah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Action
Clinical manager/lead Detailed review and
Can be manage clinical should asses the urgent
treatment
by prosedur
consequencess
agents should
be
Accept risk
cost of the treating the undertaken by senior
risk
management
Immediate review
and action required
at board level.
Director must be
informed
Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap
RCA. Masalah harus dilakukan klasifikasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi
efisiensi dalam pekerjaan. Hal ini karena prosedur lengkap RCA memerlukan
sumber daya yang khusus, jumlahnya terbatas di organisasi, dan memakan waktu
yang tidak sebentar. Sehingga, organisasi perlu menetapkan suatu metode
klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya masalah yang masuk kriteria saja yang
dilanjutkan ke prosedur RCA. Sementara masalah lain yang tidak masuk kriteria,
tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi tidak seluruh
urutan prosedur lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur lengkap RCA
adalah seluruh tahapan prosedur dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas
masalah
adalah
membuat
peringkat
masalah
berdasarkan
Konsekuensi
catatan medis
dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melengkapi fakta yang terjadi. Disamping itu,
diperlukan juga pengumpulan data-data berikut ini:
standard mutu
Data-data di atas diperlukan untuk melihat kesenjangan (gap) yang terjadi antara
fakta yang terjadi dengan yang seharusnya dilakukan. Contoh instrumen
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
4. Telusur Pasien
a. Surveior menetapkan Pasien yang akan ditelusuri
b. WAWANCARA PASIEN
( TP= Tercapai Penuh, TS= Tercapai Sebagian, TT=Tak Tercapai, TDD=Tak Dapat
Diterapkan, Ket= Keterangan )
NO
KODE
STD
KODE
EP
WAWANCARA
PASIEN
HASIL
TP
SKP 1
1. Saat pemasangan
gelang
pasien
apakah petugas
menjelaskan
manfaat gelang
pasien
2. Apakah petugas
selalu
menanyakan
TS
TT
TDD KET
REKOMENDA
SI
SKP 4
(Khusus
Unt
Pasien
Pre
Operasi)
SKP 5
5.
SKP6
(khusus
pasienris
iko jatuh
6.
identitas sebelum
memberikan obat,
tindakan,
darah/produk
darah, mengambil
sample
3. Apakah
dokter
menjelaskan
tentang
perencanaan
tindakan medis/
operasi
kepada
anda
4. Apakah petugas
cuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
memeriksa anda
5. Apakah
dokter
meminta
persetujuan anda
secara
tertulis
sebelum
melakukan
operasi
6. Apakah anda di
Tanya ulang nama
dan
tgl
lahir
sebelum dioperasi
7. Apakah anda di
berita ada daerah
yang
akan
dioperasi
8. Apakah perawat
menjelaskan
kepada
anda
tentang
kemungkinan
risiko jatuh
9. Apakah
anda
diberitahu kalau
butuh
bantuan
segera menekan
tombol panggilan
perawat
10. Apakah
perwat
segera
dating
kalau
ada
panggilan
dari
anda
Keterangan)
NO KODE
PETUGAS
STD/EP
WAWANCARA
HASIL
TP
S
SKP 1
SKP 2
SKP 3
SKP 4
Adm
1. Berikan keterangan
saat memasang gelang
Prwt
pasien
Dr
2. Apa manfaat gelang
Ptg Lab
pasien, jelaskan kapan
Ro
saat saat anda
Gizi. Dll menanyakan identitas
pasien,
Prwt 1. Prwt / Dr diminta
Dr
memperagakan
menerima perintah
lisan / melalui telepon
2. Prwt/Dr diminta
memperagakan saat
melaporkan keadaan
pasien kepada
konsulen
3. Prwt diminta
memperagakan saat
hand off
Prwt/dr /4.
Farmasi
s/ ass
aptk
Prwt/Dr/Far Diminta
menunjukkan daftar
obat NORUM dan
daftar elektrolit
konsentrat
5. Prwt/Dr/Far Diminta
menjelaskan prosedur
kalau mau
menggunakan
elektrolit konsentrat
Dokter 6. Dr/prwt diminta
Perawat
menjelaskan cara
Petugas
melaksanakan safe
OK
surgery check list
sebelum induksi
anestesi, sebelum
insisi kulit dan
sebelum pasien
TS
J
TT
T
REKOM
ENDASI
TDD
KE
T
SKP 4
Dokter 7.
8.
9.
5
SKP 5
Perawat 1.
Dokter
Ptgs
2.
lainnya
SKP6
Perawat3.
4.
meninggalkan OK
Sebagai dr operator apa
yg dijelaskan kepada
pasien sesudah
melakukan asesmen
Apa yang dijelaskan
kepada pasien tentang
informed consent
Diminta menjelaskan
tentang safe surgery
check list
Jelaskan prosedur hand
wash/handrub
Diminta menjelaskan
five moment hand
wash/rub
Jelaskan cara asesmen
pasien dengan risiko
jatuh
Jelaskan upaya upaya
mencegah pasien jatuh
3. OBSERVASI
1. Ketersediaan fasilitas cuci tangan secara memadai di RS
2. Ketersediaan alcohol base hand rub
3. Hasil monitoring kualitas air
4. TELUSUR DOKUMEN
L: Lengkap (90 sd 100 %).
S: sebagian (50-89 %)
T: Tak ada dokumen (0-49%)
1) IDENTIFIKASI PASIEN
Tersedia kebijakan dan prosedur yang mengarahkan pelaksanaan
1 identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
termasuk pasien tak dikenal
Kebijakan tentang identifikasi pasien dengan menggunakan dua
2 identitas pasien, (tidak boleh menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien)
3 Kebijakan tentang identifikasi pasien sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah dan tindakan / prosedur.
Kebijakan tentang identifikasi pasien sebelum mengambil darah
4
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
Cek
S
5.
6.
4
5.
5.
6
7
Jawaban
L
S
T
Jawaban
L
S
T
Jawaban
L
S
T
Jawaban
L
S
T
Memetakan Informasi
Setelah seluruh data terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi dengan
menggunakan data-data yang tersedia. Seluruh data disusun menurut urutan kejadiannya.
Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk memetakan urutan kejadian ini, misalnya:
Narrative Chronology
Timelines
Tabular Timelines
Skor
No
Insiden
Jenis
Dampak (D)
Risiko
Insiden
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Probabilitas (P)
(D X P)
1-25
Rankin
Bands
L
g
E
Resiko
Pen
Tindakan
Ja
membebani organisasi. Ibarat berobat ke dokter, pasien tidak cukup diberi tahu
tentang diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah diberi pengobatan yang tepat.
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang
memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota
tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai
untuk melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan
data di atas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini.
Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis). Namun, sebelum masuk ke
Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang tidaklah sama.
Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah kebijakan /
prosedur.
Contoh:
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah
insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan /
prosedur). Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita ingin
mencari solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika
alat tidak ada, barulah cari solusi lain. Berikut merupakan tabel untuk analisa masalah
dan penyusunan rekomendasi tindakan dalam proses RCA yaitu:
ROOT CAUSE ANALYSIS
MASALAH/CMP
(WHY?)
(WHY?)
(WHY?)
ROOT CAUSE
REKOMENDASI
TINDAKAN
a. Membuat Laporan RCA
Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal sampai
rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan kepada pemimpin
organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena tanpa
persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.