Anda di halaman 1dari 82

VERTIGO

Oleh :
Dr. H. Fachzi Fitri, Sp THT-KL MARS

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN EMBRIOLOGI TELINGA
1. Embriologi Telinga
Telinga luar dan tengah berasal dari alat
brankial, sedangkan telinga dalam berasal
dari plakoda otika

Telinga Luar
Pinna (aurikula) berasal dari pinggirpinggir celah brankial pertama dan arkus
brankialis pertama dan kedua. Liang
telinga berasal dari brankial pertama
ektoderm. Membrana timpani mewakili
membran penutup celah tersebut.
Selama satu stadium perkembangannya,
liang telinga akhirnya tertutup sama
sekali oleh suatu sumbatan jaringan
telinga tapi kemudian terbuka kembali

Telinga Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah
brankial pertama endoderm. Rongga berisi
udara ini meluas ke dalam resesus
tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di
sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga
tengah dan meluas kurang lebih ke daerah
mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus
brankialis.
Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot
arkus brankialis. Otot tensor timpani yang
melekat pada maleus, berasal dari arkus
pertama dan dipersarafi oleh saraf trigeminus
cabang mandibularis. Otot stapedius berasal
dari arkus kedua dipersarafi oleh suatu cabang
nervus fasialis

Telinga Dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada
permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda
ini kemudian tenggelam dan membentuk
suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di
bawah permukaan sebagai vesikel otika.
Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus
berasal dari neuromast yang tidak terlapisi
yang berkembang dalam kanalis semisirkularis
untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan
sakulus membentuk makula, dan dalam koklea
untuk membentuk organ korti. Organ-organ
akhir ini kemudian berhubungan dengan
neuron-neuron ganglion akustikofasialis

Anatomi Telinga

Telinga Luar
Telinga luar meliputi daun telinga ( pinna )
dan liang telinga sampai membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari kulit dan tulang
rawan elastin. Bentuk rawan ini unik dan
dalam merawat trauma telinga luar harus
diusahakan untuk mempertahankan struktur
ini. Kulit dapat
terlepas dari rawan di bawahnya oleh
hematoma atau pus dan rawan yang
nekrosis dapat menimbulkan deformitas
kosmetik pada pinna ( cauliflower ear

Liang telinga memiliki tulang rawan pada


bagian lateral namun bertulang pada
sebelah medial. Seringkali terdapat
penyempitan liang telinga pada
perbatasan antara tulang dan rawan ini.
Sendi temporomandibularis dan kelenjar
parotis terletak di depan terhadap liang
telinga sementara prosesus mastoideus
terletak di belakangnya.

Liang telinga berbentuk menyerupai huruf S


dengan panjang sekitar 3 cm..

Peradangan pada bagian telinga ini disebut


otitis eksterna. Hal ini terjadi akibat
infeksibakteri, virus maupun jamur disertai
faktor predisposisi berupa kebiasaan
mengorek telinga, kondisi udara dan
keadaan klinis tertentu yang menyebabkan
penurunan dari sistem imunitas seperti
HIV/AIDS, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, radioterapi dan diabetesmellitus

Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dgn batas-batas :

- Luar : Membran Timpani


- Depan
: Tuba Eustachius
- Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang
: Aditus ad antrum, kanalis fasialis
pars vertikalis
- Atas : Tegmen timpani (meningen/otak)
- Dalam
: Berturut-turut dari atas ke bawah
kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.

Membrana timpani berbentuk bundar dan


cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Bagian atas disebut pars flaksida (membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars
tensa (membran propria). Pars flaksida
hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti
epitel mukosa saluran napas..

Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di


tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler di
bagian dalam
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran,
dengan menarik garis searah dengan prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan
bagian atas-depan, atas-belakang, bawahdepan serta bawah-belakang.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling


berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada
tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antar tulang merupakan persendian.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut
atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu
lubang yang menghubungkan telinga tengah dan
antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam
telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga Dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian


kompleksnya sehingga disebut labirin.
Telinga dalam terdiri dari kokhlea yang
berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang dibentuk oleh utrikulus,
sakulus dan kanalis semisirkularis.
Labirin (telinga dalam) mengandung organ
pendengaran dan keseimbangan, terletak
pada pars petrosus os temporal

Labirin terdiri dari :


Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis
semisirkularis, vestibulum, dan koklea.
Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin
bagian tulang, terdiri dari: kanalissemisirkularis,
utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus
serta koklea. Antara labirin bagian tulang dan
membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan
perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan
filtrasi dari darah. Didalam labirin bagian membran
terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria
vaskularis dan diresorbsi pada sakkus endolimfatikus.

Ujung atau puncak kokhlea disebut helikotrema yang


menghubungkan perilimfa skala timpani dan skala vestibuli.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan
sekala media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran Reissner sedangkan dasar skala media
adalah membrane basalis yang terletak organ korti di
dalamnya.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
disebut membran tektoria dan pada membran basalis melekat
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti. Membran
basilaris sempit pada basisnya ( nada tinggi ) dan melebar pada
apeksnya ( nada rendah ). Terletak diatas membrana basilaris
dari basis ke apeks adalah organ korti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran

Pada skala media terdapat bagian yang


berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria dan pada membran basalis melekat
sel rambut dalam, sel rambut luar dan
kanalis korti. Membran basilaris sempit pada
basisnya ( nada tinggi ) dan melebar pada
apeksnya ( nada rendah ). Terletak diatas
membrana basilaris dari basis ke apeks
adalah organ korti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme
saraf perifer pendengaran

Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam


( 3.000 ) dan tiga baris sel rambut luar ( 12.000 ).
Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung
bawah sel rambut. Bagian vestibulum telinga dalam
dibentuk oleh utrikulus, sakulus dan kanalis semisirkularis.
Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah
suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan
pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung
kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada
endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari
otolit akan membengkokkan silia sel rambut dan akan
menimbulkan rangsangan pada reseptor..

Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak


lurus dengan makula sakulus. Ketiga kanalis
semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masingmasing kanalis memiliki satu ujung yang melebar
yang membentuk ampula dan mengandung selsel rambut krista dan diselubungi oleh lapisan
gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan dari
endolimfe dalam kanalis semisirkularis
akan menggerakkan kupula yang selanjutnya
akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista
dan merangsang sel reseptor

Pendarahan ( Vaskularisasi ) Telinga

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari


a. auditori interna (a. labirintin) yang
berasal dari a.serebelli inferior anterior atau
langsung dari a. basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai
pembuluh darah anastomosis

Persarafan ( innervasi ) telinga

N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke


dalam porus dari meatus akustikus internus
dan bercabang dua sebagai N. vestibularis
dan N. koklearis. Pada dasar meatus
akustikus internus terletak ganglion
vestibulare dan pada mediolus terletak
ganglion spirale

FISIOLOGI PENDENGARAN

TULANG Koklea
UDARA
Daun Telinga

Perilim
f(SV)
MR

FO

Liang
Telinga
Tulan
g

Endolim
f (SM)

Sel Rambut
berkelok,lurus
Perbedaan ion
K&Na
Aliran Listrik

MT

M. Tekt
M.Basal
Perilimf
(ST)
N.VIII

FO
Pusat Pendengaran (Area 3940)

FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Keseimbangan dan orientasi tubuh


seseorang terhadap lingkungan sekitarnya
tergantung dari input sensorik dari reseptor
vestibuler di labirin, organ pengelihatan dan
organ proprioseptif

Koordinasi antara ketiganya dan beberapa


pusat di otak seperti serebelum, ganglia
basalis dan formatio retikularis akan
mempertahankan fungsi keseimbangan
tubuh.

Mekanisme kerjasama ketiga organ sensorik


dan susunan saraf pust tersebut berlangsung
secara involunter. Mekanisme tersebut dapat
berjalan sadar apabila dalam keadaan
tertentu misalnya berjalan di permukaan
yang tidak rata, berlari dan bermain ski..
Susunan saraf pusat yang selalu memberi
perintah melalui jaras vestibulospinal untuk
mengatur kontraksi otot dan ekstremitas
inferior untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh

VERTIGO

Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti
memutar. Pengertian vertigo adalahsensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh. Vertigo mungkinbukan hanya terdiri dari satu
gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yangterdiri dari gejala somatik ( nistagmus,
unstable ), gejala otonom seperti pucat, keringat
dingin,mual, muntah dan pusing.

Etiologi dan Klasifikasi

Vertigo berbeda dengan dizziness,


Adanya penyakit vertigo menandakan
adanya gangguan system deteksi
seseorang. Asal terjadinya vertigo
dikarenakan adanya gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma,
infeksi, keganasan, metabolik, toksik,
vaskular, atau autoimun.

Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi


menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat
dan perifer) serta non vestibular (visual
[retina, otot bola mata], dan somatokinetik
[kulit, sendi, otot).

Penyebab Umum dari Vertigo :

Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
Kelainan sirkulasi
- Transient ischemic attack (gangguan
fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada
arteri vertebral dan arteri basiler

Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit Meniere
Kelainan neurologis
- Sklerosis multipel
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada
labirin, persarafannya atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis

Berdasarkan gejalanya yang


menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi
atas beberapa kelompok penyakit :
Vertigo yang paroksismal
Vertigo yang kronis
Vertigo yang serangannya mendadak/akut,
berangsur-angsur mengurang
Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi
menurut gejala penyertanya menjadi 3 (tiga)
kelompok :

Vertigo yang Paroksismal

Yaitu vertigo yang datang serangannya


mendadak, berlangsung selama beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang
sempurna. Tetapi suatu ketika nanti
serangan tersebut muncul lagi. Di antara
serangan-serangan itu penderita sama
sekali bebas dari keluhan vertigo.

Vertigo jenis ini dapat dibedakan lagi atas


segala penyertanya, yaitu :

1. Yang disertai dengan keluhan telinga :


Kelompok penyakit ini memiliki kumpulan
gejala/sindroma yang sama yang disebut
sindrom Meniere. Termasuk di dalam
kelompok ini ialah :
Morbus Meniere, Araknoiditis ponto
serebelaris, Sindrom Lermoyes, Serangan
iskemia sepintas orteria vertebralis, Sindroma
Cogan, Tumor fosa kranii posterior, Kelainan
gigi/odontogen.

2. Yang tanpa disertai keluhan telinga.


Termasuk di sini :
Serangan iskemia sepintas arteria vertebro
basilaris, Epilepsi, Vertigo akibat lesi
lambung, Ekuivalen migren, Vertigo pada
anak (vertigo de Lenfance), Labirin picu
(Trigger labyrinth).
3. Yang timbulnya dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Termasuk di sini :
- Vertigo posisional paroksismal yang laten
- Vertigo posisional paroksismal benign

Vertigo Kronis
Yaitu vertigo yang menetap lama,
keluhannya konstan tidak membentuk
serangan-serangan akut
Berdasarkan gejala penyertanya, dibedakan tiga
kelompok:

1. Yang disertai dengan keluhan dari telinga :


Otitis media kronik, Meningitis TB, Labirintitis
kronika, Lues serebri, Lesi labirin akibat bahan
ototoksik, Tumor serebelopontis.

2. Yang tanpa disertai keluhan dari telinga :


- Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pasca komosio, pelagra,
siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis
multipleks, kelainan okuler, intoksikasi obatobatan, kelainan psikis, kelainan
kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3. Vertigo yg timbulnya dipengaruhi posisi :
- Hipotensi ortostatik
- Vertigo servikalis

Vertigo yang Serangannya


Mendadak/Akut, Berangsur-angsur
Mengurang

Vertigo yang Serangannya Mendadak/Akut,


Berangsur-angsur Mengurang, tetapi penderita
tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan.
Berdasarkan gejala penyertanya yang
menonjol dibedakan atas dua kelompok :

Disertai dengan keluhan telinga :


-Trauma labirin, Herpes zoster otikus,
Labirinitis akuta, Perdarahan labirin, Neuritis
nervus VIII, cedera pada arteria auditiva
interna/arteia vestibulokoklearis.

Tanpa disertai keluhan telinga :


- Neuronitis vestibularis, Neuritis
vestibularis, Sindrom arteria vestibularis
anterior, Ensefalitis vestibularis, Vertigo
epidemika, Sklerosis multipleks,
Hematobulbi, Sumbatan arteria serebeli
inferior posterior

Gejala Klinis

Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak,


serebelum dan serebrum. Sebaliknya, sistem vestibular
perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin
tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus
dan utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori
keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori
pendengaran.
Sementara itu, krista pada kanalis semisirkularis
mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar,
sedangkan makula pd otolit mengatur akselerasi linear.
Segala input yg diterima oleh sistem vestibular akan
diolah. Kemudian, diteruskan ke sistem visual dan
somatokinetik utk merespon informasi tersebut tsb.
Gejala yg timbul akibat gangguan pd komponen sistem
keseimbangan tubuh itu berbeda-beda

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular


Gejala

Vertigo Vestibular

Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo

rasa berputar

melayang,hilangkeseimba

Serangan

episodik

ngan

Mual/muntah

kontinu

Gangguan

+/-

pendengaran

gerakan kepala

Gerakan pencetus

gerakan obyek visual

Situasi pencetus

keramaian, lalu lintas

tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Gejala

Vertigo

Vertigo Vestibular Sentral

Vestibular
Bangkitan vertigo

Perifer
lebih mendadak

lebih lambat

Derajat vertigo

berat

ringan

Pengaruh gerakan kepala

++

+/-

Gejala

otonom

muntah, keringat)
Gangguan
(tinitus, tuli)

(mual, ++
+

pendengaran -

+
+

Berdasarkan awitan serangan, vertigo dibedakan


menjadi 3 kelompok yaitu paroksismal, kronik, dan
akut.
Serangan pada vertigo paroksismal terjadi mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, lalu menghilang
sempurna. Suatu saat serangan itu dapat muncul lagi.
Namun diantara serangan, pasien sama sekali tidak
merasakan gejala.
Lain halnya dengan vertigo kronis. Dikatakan kronis
karena serangannya menetap lama dan intensitasnya
konstan.
Pada vertigo akut, serangannya mendadak,
intensitasnya perlahan berkurang namun pasien tidak
pernah mengalami periode bebas sempurna dari
keluhan

JenisVertigo

Disertai Keluhan

Tidak Disertai

Timbul Karena

Berdasarkan

Telinga

Keluhan Telinga

Perubahan Posisi

Awitan Serangan
Vertigo paroksismal

Penyakit
tumor

Meniere, TIA
fossa

posterior,
ischemic

arteri

cranii basilaris,
transient vertigo

attack

vertebro- Benign

paroxysmal

epilepsi, positional vertigo (BPPV)


akibat

lesi

(TIA) lambung

arteri vertebralis

Vertigo kronis

Otitis

media

kronis, Kontusio

serebri, Hipotensi ortostatik, vertigo

meningitis tuberkulosa, sindroma


tumor serebelo-pontine, komosio,

multiple

lesi labirin akibat zat sklerosis,

intoksikasi

ototoksik

Vertigo akut

paska servikalis

obat-obatan

Trauma labirin, herpes Neuronitis vestibularis, zoster otikus, labirinitis ensefalitis vestibularis,
akuta,
labirin

perdarahan multipel sklerosis

Pada tumor N. VIII serangan vertigo periodik,


mula-mula lemah dan makin lama makin kuat.

Pada sklerosis multipel, vertigo periodik tetapi


intensitas serangan sama pada setiap serangan.

Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak


periodik dan makin lama makin menghilang.
Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya
penyakit ini timbul setelah menderita influenza.
Vertigo hanya didapatkan pada permulaan
penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak
disertai dengan komplikasi.

PATOFISIOLOGI

Setiap individu mampu berorientasi dengan lingkungan


sekitar disebabkan adanya informasi yang datang dari
indra. Tetapi apabila terjadi hal yang menyimpang, unit
pemroses sentral tidak dapat memproses informasi
secara wajar yang akhirnya memberikan tanda
peringatan.

Tanda tersebut dapat dalam bentuk yang disadari,


seperti :
1. Bersumber dari pusat vertibular ialah vertigo.
2. Bersumber dari sistem saraf otonom ialah
mual, muntah, dll.
3. Bersumber dari system motorik ialah rasa
tidak stabil

Ada beberapa teori yang berusaha


menerangkan vertigo :
Teori rangsangan berlebihan
(overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa
rangsangan yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga
fungsinya terganggu, akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

Teori konflik sensorik.


Terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor perifer, yaitu :
antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik,
atau ketidakseimbangan/asimetri masukan
sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan
tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal).

Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,


teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.

Teori neural mismatch


Teori ini merupakan pengembangan teori konflik
sensorik, menurut teori ini otak mempunyai
memori/ingatan tentang pola gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang
telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan
berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi
timbul gejala.

DIAGNOSIS
Anamnesis

Tanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, rasa


naik perahu dan sebagainya.
Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya
vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan.
Profil waktu : apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang
timbul, paroksismal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa
penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang khas.
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibuler.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,
salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui
ototoksik/vestibulototoksik dan adanya penyakit sistemik seperti
anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru
juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis dasar dan neurologis
sangat penting untuk membantu
menegakkan diagnosis vertigo.
Pemeriksaan fisis dasar yang terutama
adalah menilai perbedaan besar tekanan
darah pada perubahan posisi. Secara garis
besar, pemeriksaan neurologis dilakukan
untuk menilai fungsi vestibular, saraf
kranial, dan motorik-sensorik.

Sistem vestibular dapat dinilai dengan tes


Romberg, tandem gait test, uji jalan di
tempat (fukuda test) atau berdiri dengan
satu atau dua kaki. Uji-uji ini biasanya
berguna untuk menilai stabilitas postural
jika mata ditutup atau dibuka. Sensitivitas
uji-uji ini dapat ditingkatkan dengan teknikteknik tertentu seperti melakukan tes
Romberg dengan berdiri di alas foam yang
liat.

Pemeriksaan saraf kranial I dapat dibantu


dengan funduskopi untuk melihat ada
tidaknya papiledema atau atrofi optik. Saraf
kranial III, IV dan VI ditujukan untuk menilai
pergerakan bola mata. Saraf kranial V untuk
refleks kornea dan VII untuk pergerakan
wajah. Fungsi serebelum tidak boleh luput
dari pemeriksaan. Untuk menguji fungsi
serebelum dapat dilakukan past pointing
dan diadokokinesia.

Pergerakan (range of motion) leher perlu


diperhatikan untuk menilai rigiditas atau
spasme dari otot leher. Pemeriksaan telinga
ditekankan pada pencarian adanya proses
infeksi atau inflamasi pada telinga luar atau
tengah. Sementara itu, uji pendengaran
diperiksa dengan garputala dan tes
berbisik.

Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai


pergerakan mata seperti adakah nistagmus
spontan atau gaze-evoked nystagmus dan
atau pergerakan abnormal bola mata.
Penting untuk membedakan apakah
nistagmus yang terjadi perifer atau sentral.

Nistagmus sentral biasanya hanya vertikal


atau horizontal saja dan dapat terlihat dengan
fiksasi visual.
Nistagmus perifer dapat berputar atau
rotasional dan dapat terlihat dengan
memindahkan fiksasi visual. Timbulnya
nistagmus dan gejala lain setelah pergerakan
kepala yang cepat, menandakan adanya input
vestibular yang asimetris, biasanya sekunder
akibat neuronitis vestibular yang tidak
terkompensasi atau penyakit Meniere

Uji fungsi motorik juga harus dilakukan antara


lain dengan cara pasien menekuk lengannya di
depan dada lalu pemeriksa menariknya dan
tahan hingga hitungan ke sepuluh lalu pemeriksa
melepasnya dengan tiba-tiba dan lihat apakah
pasien dapat menahan lengannya atau tidak.
Pasien dengan gangguan perifer dan sentral tidak
dapat menghentikan lengannya dengan cepat.
Tetapi uji ini kualitatif dan tergantung pada
subjektifitas pemeriksa, kondisi muskuloskeletal
pasien dan kerjasama pasien itu sendiri

Pemeriksaan khusus neuro-otologi yang


umum dilakukan adalah uji Dix-Hallpike dan
electronystagmography (ENG).
Uji ENG terdiri dari gerak sakadik,
nistagmus posisional, nistagmus akibat
gerakan kepala, positioning nystagmus, dan
uji kalori.

Pada dasarnya pemeriksaan penunjang tidak


menjadi hal mutlak pada vertigo. Namun
pada beberapa kasus memang diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium seperti darah
lengkap dapat memberitahu ada tidaknya
proses infeksi. Profil lipid dan hemostasis
dapat membantu kita untuk menduga
iskemia. Foto rontgen, CT-scan, atau MRI
dapat digunakan untuk mendeteksi
kehadiran neoplasma/tumor. Arteriografi
untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.

Pemeriksaan Neurologis
a. Uji Romberg.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mulamula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup.
Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.

Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal
ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama
satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah
lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus
dengan fase lambat ke arah lesi.

Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan
lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian
diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah
lesi.

Uji Dix-Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita
dibaringkan ke belakang dengan cepat, sehingga
kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo):
vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10
detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten,
nistagmus dan vertigo ber- langsung lebih dari 1 menit,
bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue

PENATALAKSANAAN
a. Diet dan perubahan gaya hidup
b. Farmakologi
c. Latihan

Tatalaksana vertigo terbagi menjadi 3


bagian utama yaitu kausal, simtomatik dan
rehabilitatif. Sebagian besar kasus vertigo
tidak diketahui kausanya sehingga terapi
lebih banyak bersifat simtomatik dan
rehabilitatif.
Terapi simtomatik bertujuan meminimalkan
2 gejala utama yaitu rasa berputar dan
gejala otonom. Untuk mencapai tujuan itu
digunakanlah vestibular suppresant dan
antiemetik

OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA TERAPI


SIMPTOMATIK VERTIGO (SEDATIF VESTIBULER)
Nama Generik

Nama

Lama

Dagang

Kerja

Dimenhydrinate

Dramamine

(Jam)
46

25-50 mg 4 dd

++

im, iv, rec

Diphenhydramin

Benadryl

46

25-50 mg 4 dd

++

im, iv

Bonine,

12-24

12,5-25 mg 2-3

im, iv, rec

Promethazine

Antivert

72

dd

sc, iv

Hydroxyzine

Transderm

4-6

0,5 mg 1 dd

im

Ephedrine

Scop

4 6

0,5 mg 3 dd

++

im

Flunarizine

Holopon

Tingkat

Rute Lain

Sedasi

25-100 mg 3 dd

25 mg 4 dd

Bestalin

25-50 mg 3 dd

Stugeron

5 mg 2 dd

Sibelium

10-20 mg 3-4 dd

Hyoscine
Betahistin

Dosis Dewasa

Khusus untuk penyakit Meniere diberikan


obat obat vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa.
Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan
ke tempat lain yaitu membuat Shunt. Obat
obat anti iskemia dapat pula diberikan
sebagai obat alternatif dan juga diberikan
obat neurotonik untuk menguatkan
sarafnya.

Pengobatan khusus untuk pasien yang


menderita vertigo yang disebabkan oleh
rangsangan dari perputaran leher (servikal),
ialah dengan traksi leher dan fisioterapi, di
samping latihan-latihan lain dalam rangka
rehabilitasi.
Neuritis vestibuler di obati dengan obatobat simptomatik, neurotonik, anti virus dan
rehabilitasi.

Latihan CRT / Epley manouver :

Keterangan Gambar :
Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada
gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1),
kemudian langsung tidur sampai kepala
menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika
terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian
putar kepala ke arah kanan perlahan sampai muka
menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa
vertigo, kemudian duduk dengan kepala tetap pada
posisi menoleh ke kanan dan kemudian ke arah
lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih
kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi
yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

latihan Brand-Darroff :

Keterangan Gambar :
Pertama posisi duduk, arahkan kepala ke
kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,
kemudian balik posisi duduk, arahkan
kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi
kiri, masing-masing gerakan ditunggu kirakira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,
pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya
makin bertambah. Sebaiknya juga harus
diperiksakan terlebih dahulu untuk
memastikan penyebab vertigo / gangguan
keseimbangannya(13).

Terapi rehabilitasi bertujuan untuk


membangkitkan dan meningkatkan
kompensasi sentral dan habituasi pada pasien
dengan gangguan vestibular.
Mekanisme kerja terapi ini adalah substitusi
sentral oleh sistem visual dan somatosensorik
untuk fungsi vestibular yang terganggu,
mengaktifkan kendali tonus inti vestibular oleh
serebelum, sistem visual dan somatosensorik,
serta menimbulkan habituasi, yaitu
berkurangnya respon terhadap stimulasi
sensorik yang diberikan berulang-ulang

Pada kasus jarang dimana penyakit sudah


kebal dengan terapi obat, diet dan diuretik,
pasien terpaksa harus memilih intervensi
bedah, misalnya endolimfatik shunt atau
kokleosakulotomi. Jika vertigo sangat
mengganggu dan terjadi gangguan
pendengaran yang berat, dilakukan
labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea
(bagian dari telinga tengah yang mengatur
pendengaran) dan kanalis semisirkularis

PROGNOSIS

Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik,


dapat terjadi remisi sempurna.
Sebaliknya pada tipe sentral prognosis tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Infark arteri basilar atau vertebral, misalnya,
menandakan prognosis yang buruk.
Vertigo berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi
spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami
perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang
perkembangan penyakitnya lambat.
Belum ada terapi yang efektif namun berbagai tindakan dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
Sebaiknya pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak
mengendarai mobil, naik tangga dan berenang

Anda mungkin juga menyukai