Anda di halaman 1dari 10

12

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
Materi merupakan alat dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan yang
dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan adalah sebagai berikut:
3.1.1. Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang digunakan untuk pembenihan ikan mas
diantaranya yaitu kolam induk, bak pemijahan, bak penetasan telur, bak
pendederan dan kolam pembesaran. Kolam induk berfungsi untuk tempat
pemeliharaan induk. Kolam induk tersebut terbuat dari kolam tanah yang
berukuran 400 m2. Kolam induk berjumlah 2 buah, untuk memisahkan induk
jantan dan betina. Bak pemijahan berfungsi sebagai tempat memijahkan indukan.
Bak pemijahan tersebut terbuat dari semen, berbentuk segi empat, berukuran 4 m 2,
dan berjumlah 4 buah. Bak penetasan telur juga terbuat dari semen dengan ukuran
2 m2 dan berjumlah 8 buah. Bak pemijahan dan penetasan telur terletak didalam
hatchery (indoor). Bak pendederan berfungsi sebagai tempat pemeliharaan larva
yang didederkan. Bak pendederan terbuat sari semen, berukuran 25 m2 dan
berjumlah 20 buah. Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat pemeliharaan
benih setelah pendederan yang akan dibesarkan. Kolam pembesaran terbuat dari
kolam tanah. Letak kolam pemeliharaan induk, bak pendederan dan kolam
pembesaran berada di outdoor. Gambar kolam pemeliharaan induk, bak
pemijahan, bak penetasan telur dan bak pemijahan dapat dilihat pada Gambar 2.

13

Gambar 2. Kolam pemeliharaan induk (a), Bak pemijahan (b),


Bak penetasan telur (c), dan Bak pendederan (d).
3.1.2. Induk ikan mas Rajadanu
Ikan uji yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu induk
ikan mas Rajadanu jantan dan betina. Jumlah induk betina yaitu 1 induk dengan
bobot 2,4 kg, sedangkan induk jantan yang digunakan berjumlah 2 induk dengan
bobot 2,9 kg dan 2,45 kg.
3.1.3. Ovaprim
Ovaprim digunakan sebagai perangsang agar indukan cepat untuk memijah.
Dosis penyuntikan sebesar 0,30 ml per satu kilogram induk betina dan 0,15 ml per
satu kilogram induk jantan. Bobot induk betina yaitu 2,4 kg sedangkan bobot
induk jantan yaitu 2,45 kg dan 2,9 kg, jadi dosis ovaprim yang digunakan untuk
menyuntik induk betina yaitu 0,8 ml, sedangkan untuk induk jantan sebesar 0,36
ml dan 0,4 ml.

3.1.4. Pakan

14

Pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi makhluk hidup untuk
dapat tumbuh dan berkembang. Pakan yang digunakan pada pembenihan ikan mas
Rajadanu terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
tersebut yaitu Daphnia. Pakan alami tersebut dibutuhkan oleh ikan mas pada
stadia larva. Pada stadia benih dan induk, pakan yang dibutuhkan yaitu pakan
buatan berupa pelet apung merk vitality BS 990. Pelet ini merupakan pelet
apung dengan diameter 5 mm perbutir. Kandungan nutrisi pada pelet merk vitality
ini yaitu kadar protein sebesar 36 38%, lemak 5 6%, serat kasar 4%, kadar
abu 10%, kadar air 11%, dan vitamin C 300 ppm. Pakan yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.
a

Gambar 3. Pelet sebagai pakan buatan (a) dan Daphnia sebagai pakan alami (b)
3.1.5. Alat
Alat-alat lain yang digunakan untuk keperluan dalam kegiatan pemijahan
dan pembenihan ikan mas Rajadanu tersebut diantaranya adalah aerator, ember,
seser, baskom, hapa, penggaris, saringan tepung, hand counter, timbangan induk
dan timbangan analitik, takaran larva, spuit suntik, kakaban, heater, water quality
checker, mikroskop dan mesin penggiling pakan. Water quality checker,

15

mikroskop dan mesin penggiling pakan dan takaran larva dapat dilihat pada
Gambar 4.
a

Gambar 4. Water quality checker (a), mikroskop (b),


mesin penggiling pakan (c) dan takaran larva (d).

3.2. Metode
3.2.1. Pemeliharaan calon induk
Pemeliharaan calon induk di BPPI Sukamandi yaitu antara induk jantan dan
induk betina dipelihara secara terpisah pada kolam yang berbeda. Pakan yang
diberikan yaitu pakan buatan berupa pelet apung merk vitality BS 990. Pelet ini
merupakan pelet apung dengan diameter 5 mm perbutir. Kandungan nutrisi pada
pelet merk vitality ini yaitu kadar protein sebesar 36 38%, lemak 5 6%, serat
kasar 4%, kadar abu 10%, kadar air 11%, dan vitamin C 300 ppm. Frekuensi
pemberian pakan 2 kali sehari dan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan
sore hari pukul 16.00 WIB.

16

3.2.2. Seleksi induk


Seleksi induk dilakukan untuk memilih induk yang telah matang gonad
untuk segera dipijahkan. Selain itu kegiatan seleksi induk juga bertujuan untuk
memilih induk yang berkualitas baik dari segi umur, ukuran, kesehatan, dan
tingkat kematangan gonad. Kegiatan seleksi induk di BPPI Sukamandi dilakukan
di dalam kolam pemeliharaan induk.
3.2.3. Persiapan bak pemijahan
Bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu sebagai tempat memijahkan
induk ikan mas Rajadanu. Bak pemijahan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
diisi air, dipasang aerasi dan heater. Aerasi yang dipasang berjumlah 4 buah. Bak
pemijahan juga dipasang kakaban yang berjumlah 7 buah.
3.2.4. Pemijahan
Pemijahan ikan mas Rajadanu ini dilakukan secara semi buatan. Pemijahan
tersebut dilakukan pada malam hari pukul 21.05 WIB, dengan perbandingan
induk jantan dan betina yaitu 2 : 1. Kegiatan yang dilakukan sebelum pemijahan
yaitu menimbang dan penyuntikan hormon (ovaprim) pada induk ikan mas.
Penyuntikan hormon ke tubuh induk dibagian punggung dengan kemiringan
posisi jarum yaitu 45o ke arah kepala.
3.2.5. Pemindahan kakaban
Pemindahan kakaban dilakukan pukul 06.30, setelah terjadi proses
pemijahan. Terlihat telur-telur hasil pemijahan yang menempel pada kakaban.
Kakaban tersebut dipindahkan ke dalam bak penetasan telur. Telur-telur tersebut
diukur diameternya dengan menggunakan mikroskop.

17

3.2.6. Pengangkatan induk


Pengangkatan induk dilakukan setelah pemindahan kakaban ke dalam bak
penetasan telur. Induk betina ditimbang kembali, dengan tujuan untuk
menentukan berapa jumlah telur yang dikeluarkan oleh induk betina tersebut.
Setelah induk ditimbang, induk dipindahkan kembali ke kolam induk.
3.2.7. Penetasan telur
Telur akan menetas setelah 38 jam dan secara keseluruhan telur akan
menetas dalam selang waktu 2 3 hari. Telur yang terbuahi berwarna bening
sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih. Selama proses penetasan
telur, dilakukan pengecekan kualitas air dengan menggunakan water quality
checker dan diberi heater yang berfungsi untuk menjaga suhu air agar tetap
hangat.
3.2.8. Pemindahan larva ke kolam pendederan I
Telur-telur menetas menjadi larva setelah 3 hari dan kemudian larva tersebut
dipanen untuk dipindahkan ke dalam kolam pendederan I. Pemanenan dilakukan
dengan cara mengambil larva dengan menggunakan seser halus kemudian
ditampung ke dalam baskom untuk dilakukan perhitungan menggunakan sendok
takar.
3.2.9. Kegiatan pendederan
Awal kegiatan pendederan yaitu mempersiapkan kolam pendederan.
Persiapan kolam pendederan yang dilakukan meliputi pembersihan dan
pengeringan kolam, pengisisan air, dan pemupukan. Kolam pendederan I
digunakan untuk memelihara larva yang telah berumur 3 hari sampai dengan 2
minggu, hingga larva tersebut berukuran 1 2 cm. Larva yang sudah menetas

18

selama 3 hari di bak penetasan kemudian dipanen dan ditebar di kolam


pendederan I.
3.2.10. Panen larva pada pendederan I
Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.30-08.00 WIB. Larva
di panen dengan menggunakan waring yang dibentangkan dan ditarik pada kedua
ujungnya. Perhitungan jumlah larva dilakukan dengan menggunakan gelas takar.
Setelah mengetahui jumlah larva yang dipanen, maka dapat diketuhui pula derajat
kelulushidupannya (survival rate).

3.3. Pengumpulan data


Data yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu
berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer yaitu suatu
pengumpulan data yang diperoleh dengan cara bekerja secara aktif dalam kegiatan
yang ada di lapangan dan mengambil data secara langsung melalui pengamatan
yang dilakukan. Data sekunder merupakan data yang sudah ada atau bukan dari
hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan.
3.3.1. Data primer
Data primer diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan dari hasil observasi langsung ke lapangan serta berpartisipasi secara
aktif dengan mengikuti semua kegiatan dengan pemijahan ikan mas di instansi
terkait. Data primer yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah sebagai berikut:

19

a.

Fekunditas
Induk ikan mas yang telah bertelur, dihitung jumlah telur yang dikeluarkan

berdasarkan bobot induk betina sebelum pemijahan dikurangi bobot induk betina
setelah pemijahan dan hasilnya dikali dengan jumlah sampel terlur per gram.
Perhitungan jumlah telur dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
F = (Bo Bt) x st
Keterangan:

b.

: Jumlah telur

st

: Jumlah sampel telur/g = 500 butir

Bo

: Bobot induk sebelum memijah

Bt

: Bobot induk setelah memijah

Hatching Rate (HR)


Perhitungan hatching rate bertujuan untuk mengetahui berapa derajat

penetasan telur dari hasil pemijahan ikan mas Rajadanu secara semi buatan. Telur
yang terbuahi dan tidak terbuahi juga dihitung jumlahnya. Metode yang dilakukan
untuk menghitung jumlah telur yang terbuahi yaitu dengan mengambil telur pada
kakaban. Telur-telur tersebut diambil pada 3 titik, masing-masing diambil 100
butir telur. Setiap 100 butir telur dihitung jumlah telur yang terbuahi dan tidak
terbuahi dan kemudian dari ketiga sampel tersebut di rata-rata. Dari ketiga sampel
telur yang diambil mewakili seluruh jumlah telur yang berada dikakaban. Menurut
Suseno (1983) dalam Yusitna dkk (2003), rumus yang digunakan untuk
menghitung derajat penetasan telur (Hatching Rate) adalah sebagai berikut:

HR =

Telur yang menetas


x 100%
Telur yang terbuahi

20

c.

Survival Rate (SR)


Perhitungan

survival

rate

bertujuan

untuk

mengatahui

prosentase

kelangsungan hidup larva ikan mas Rajadanu pada pendederan I. Menurut


Steffens (1989) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009), rumus yang digunakan untuk
menghitung kelulushidupan larva pada pendederan I yaitu:

SR
Keterangan:

d.

Nt
x 100%
No

Nt

: Jumlah total larva yang hidup pada akhir pemeliharaan

No

: Jumlah total larva yang ditebar pada awal pemeliharaan

Monitoring pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dilakukan setiap satu minggu sekali. Tujuan

dilakukannya

monitoring

pertumbuhan

yaitu

untuk

mengetahui

tingkat

pertumbuhan dari larva pada pendederan I. Monitoring pertumbuhan yang


dilakukan meliputi panjang total dan bobot. Ada dua jenis monitoring
pertumbuhan yang dilakukan yaitu pertumbuhan panjang dan bobot. Monitoring
pertumbuhan bobot yaitu meliputi laju pertumbuhan harian dan laju pertumbuhan
spersifik. Menurut Steffens (1989) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009), rumus
yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan harian dan laju pertumbuhan
spesifik yaitu:
Wt Wo
Laju pertumbuhan harian (DGR) = t
Laju pertumbuhan spesifik (SGR) =
Keterangan: Wt

: Bobot akhir

Wo

: Bobot awal

: Lama pemeliharaan (hari)

21

Pertambahan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu


pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, Menurut Effendie
(1997) dalam IPB, pertambahan panjang mutlak di hitung dengan rumus:
Pm = Lt Lo

Keterangan: Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm)


Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)
Lo = Panjang rata-rata awal (cm)
3.3.2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada atau bukan dari hasil
pengamatan yang dilakukan dilapangan. Data sekunder digunakan untuk
melengkapi data-data yang sudah ada (data primer). Data sekunder diperoleh dari
studi pustaka.

3.4. Analisis data


Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data yang diperoleh, kemudian
dilakukan pengolahan data dengan telaah pustaka yang ada. Data primer yang
peroleh yaitu data ciri-ciri induk, kualitas air, fekuinditas, derajat pembuahan,
derajat penetasan telur, derajat kelangsungan hidup serta data pertumbuhan larva.
Data yang diperoleh tersebut di analisis secara deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai