3.1. Materi
Materi merupakan alat dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan yang
dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan adalah sebagai berikut:
3.1.1. Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang digunakan untuk pembenihan ikan mas
diantaranya yaitu kolam induk, bak pemijahan, bak penetasan telur, bak
pendederan dan kolam pembesaran. Kolam induk berfungsi untuk tempat
pemeliharaan induk. Kolam induk tersebut terbuat dari kolam tanah yang
berukuran 400 m2. Kolam induk berjumlah 2 buah, untuk memisahkan induk
jantan dan betina. Bak pemijahan berfungsi sebagai tempat memijahkan indukan.
Bak pemijahan tersebut terbuat dari semen, berbentuk segi empat, berukuran 4 m 2,
dan berjumlah 4 buah. Bak penetasan telur juga terbuat dari semen dengan ukuran
2 m2 dan berjumlah 8 buah. Bak pemijahan dan penetasan telur terletak didalam
hatchery (indoor). Bak pendederan berfungsi sebagai tempat pemeliharaan larva
yang didederkan. Bak pendederan terbuat sari semen, berukuran 25 m2 dan
berjumlah 20 buah. Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat pemeliharaan
benih setelah pendederan yang akan dibesarkan. Kolam pembesaran terbuat dari
kolam tanah. Letak kolam pemeliharaan induk, bak pendederan dan kolam
pembesaran berada di outdoor. Gambar kolam pemeliharaan induk, bak
pemijahan, bak penetasan telur dan bak pemijahan dapat dilihat pada Gambar 2.
13
3.1.4. Pakan
14
Pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi makhluk hidup untuk
dapat tumbuh dan berkembang. Pakan yang digunakan pada pembenihan ikan mas
Rajadanu terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
tersebut yaitu Daphnia. Pakan alami tersebut dibutuhkan oleh ikan mas pada
stadia larva. Pada stadia benih dan induk, pakan yang dibutuhkan yaitu pakan
buatan berupa pelet apung merk vitality BS 990. Pelet ini merupakan pelet
apung dengan diameter 5 mm perbutir. Kandungan nutrisi pada pelet merk vitality
ini yaitu kadar protein sebesar 36 38%, lemak 5 6%, serat kasar 4%, kadar
abu 10%, kadar air 11%, dan vitamin C 300 ppm. Pakan yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.
a
Gambar 3. Pelet sebagai pakan buatan (a) dan Daphnia sebagai pakan alami (b)
3.1.5. Alat
Alat-alat lain yang digunakan untuk keperluan dalam kegiatan pemijahan
dan pembenihan ikan mas Rajadanu tersebut diantaranya adalah aerator, ember,
seser, baskom, hapa, penggaris, saringan tepung, hand counter, timbangan induk
dan timbangan analitik, takaran larva, spuit suntik, kakaban, heater, water quality
checker, mikroskop dan mesin penggiling pakan. Water quality checker,
15
mikroskop dan mesin penggiling pakan dan takaran larva dapat dilihat pada
Gambar 4.
a
3.2. Metode
3.2.1. Pemeliharaan calon induk
Pemeliharaan calon induk di BPPI Sukamandi yaitu antara induk jantan dan
induk betina dipelihara secara terpisah pada kolam yang berbeda. Pakan yang
diberikan yaitu pakan buatan berupa pelet apung merk vitality BS 990. Pelet ini
merupakan pelet apung dengan diameter 5 mm perbutir. Kandungan nutrisi pada
pelet merk vitality ini yaitu kadar protein sebesar 36 38%, lemak 5 6%, serat
kasar 4%, kadar abu 10%, kadar air 11%, dan vitamin C 300 ppm. Frekuensi
pemberian pakan 2 kali sehari dan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan
sore hari pukul 16.00 WIB.
16
17
18
19
a.
Fekunditas
Induk ikan mas yang telah bertelur, dihitung jumlah telur yang dikeluarkan
berdasarkan bobot induk betina sebelum pemijahan dikurangi bobot induk betina
setelah pemijahan dan hasilnya dikali dengan jumlah sampel terlur per gram.
Perhitungan jumlah telur dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
F = (Bo Bt) x st
Keterangan:
b.
: Jumlah telur
st
Bo
Bt
penetasan telur dari hasil pemijahan ikan mas Rajadanu secara semi buatan. Telur
yang terbuahi dan tidak terbuahi juga dihitung jumlahnya. Metode yang dilakukan
untuk menghitung jumlah telur yang terbuahi yaitu dengan mengambil telur pada
kakaban. Telur-telur tersebut diambil pada 3 titik, masing-masing diambil 100
butir telur. Setiap 100 butir telur dihitung jumlah telur yang terbuahi dan tidak
terbuahi dan kemudian dari ketiga sampel tersebut di rata-rata. Dari ketiga sampel
telur yang diambil mewakili seluruh jumlah telur yang berada dikakaban. Menurut
Suseno (1983) dalam Yusitna dkk (2003), rumus yang digunakan untuk
menghitung derajat penetasan telur (Hatching Rate) adalah sebagai berikut:
HR =
20
c.
survival
rate
bertujuan
untuk
mengatahui
prosentase
SR
Keterangan:
d.
Nt
x 100%
No
Nt
No
Monitoring pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dilakukan setiap satu minggu sekali. Tujuan
dilakukannya
monitoring
pertumbuhan
yaitu
untuk
mengetahui
tingkat
: Bobot akhir
Wo
: Bobot awal
21