Oleh:
1. Dovi Pratama
012085638
012106187
012106273
4. Sutrisno
012106281
Pembimbing :
dr. Bambang Satoto, Sp.Rad
Nama Mahasiswa
: Dovi Pratama
012085638
012106187
012106273
Sutrisno
012106281
Judul Kasus
Pembimbing
Semarang,
Febuari 2015
Pembimbing
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................
24
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................
30
BAB V KESIMPULAN................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
32
BAB I
PENDAHULUAN
berkontribusilebihdari50%dariseluruhkasusTByangterjadidi22negara
denganbebanberatTB:Indonesiamenempatiperingkatke3setelahIndiadan
Cina.TBpadabayidananakadalahfenomenayangsangatmencemaskan.
Jumlah kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari
seluruhkasusTB(DepkesRIdanWHO,2008).
Tuberkulosis(TB)adalahpenyakitmenularlangsungyangdisebabkan
olehkumanTB,yaitumycobacteriumtuberculosis.SebagianbesarkumanTB
menyerangparu,tetapidapatjugamengenaiorgantubuhlainnya(DepkesRI,
2002).
BayilebihrentanterinfeksiMycobacteriumtuberculosispenyebabTB.
Haltersebutantaralaindisebabkanoleh:sistemimunitas/kekebalantubuh
yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di
sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya),
kurangnyakesadaranorangtuauntuksedinimungkinmelakukanimunisasi
dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada
sebagianbayidiIndonesia(Koplewich,2005).
DiagnosisTBditegakkanatasdasaranamnesis,pemeriksaanfisikdan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan
bakteriologis. Pemeriksaan Radiologis standar pada kasus TB primer ialah
fototoraksPA.Pemeriksaanlainatasindikasitertentuseperti:fotolateral,
toplordotik, oblik, CTScan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
primerdapatmemberigambaranLimfadenopatipadasalahsatuhilusparu.
Pemeriksaan bakteriologis sangat sulit untuk mendapatkan sputum karena
hanya5%penderitaTBprimeryangmemberikangejalaklinis.Untukdapat
melakukanpemeriksaansputumBTAdibawahmikroskop,dibutuhkankuman
baruyangjumlahnyapalingsedikit5000kumandalamsatumililiterdahak.
Sebuah penelitian di San Fransisco menyatakan bahwa 17% penderita TB
memilikihasilsputumBTA().Olehkarenaitu,apabiladiagnosisTBparu
ditegakkan sematamata berdasarkan pemeriksaan BTA (+), akan banyak
penderitaTBparuyangtidakterdiagnosis.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui cara menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan penderita
TB Paru Primer.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan membantu mahasiswa kedokteran
untuk belajar menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan secara tepat
pada penderita TB Paru Anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Tuberkulosis millier.
PATOFISIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks
Mycobacterium
dalam
ordo
Actinomycetales.
Kompleks
Mycobacterium
Nocardia,Rhodococcus, Legionella
micdadei,
dan
dinding
sel
mycobacteria,
lemak
berhubungan
dengan
membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung selsel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit.
Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan
mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar
ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama
dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb
Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah.
Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut
sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut
sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi
semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada
kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui
dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up.
DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang
diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada
anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak
didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat
keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini :
Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :
Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
Gejala gastrointestinal
benjolan/massa di abdomen
Gejala Spesifik
1.
Tb kulit/skrofuloderma
2.
Tulang lutut
: pincang
kesadaran menurun
4. Gejala mata
mm
(dalam
3-7
hari)
maka
dicurigai
telah
terinfeksiMycobacterium tuberculosis.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitaspenyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat
diperoleh melalui kombinasi denganhasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dantanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
sepertiPneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatukeharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila
perlu disertai proyeksi-proyeksitambahan seperti foto lateral, foto khusus
puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khususlainnya.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA). Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan
pada saat pasien dalam posisi berdiri,tahan nafas pada akhir inspirasi dalam.
Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi LateralPada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan
akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan
kemungkinan adanyakelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi
tambahan ini hendaknya dibuatsetelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat
kesulitan dalam menginterpretasikansuatu lesi di apeks. Pengambilan foto
dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinarmenyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.
Gambaran Radiologis TB
Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :
10
1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling
sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi
bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien
dengan TB primer sering menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus
tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks.
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering
terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior
lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah
limfadenopati, parenchymal disease,
pleura. . Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi
yang mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer
ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis
akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis
maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang
primer tersembunyi dibelakangnya.
11
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral
12
13
primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari
tuberculosis sekunder
14
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru
yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang
-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
tersebut berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang
dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka
diameter semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara
lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,
dengan densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
15
16
Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak, tuberkuloma juga bersifat
suatu lesi yng menempati ruangan ( space occupying lesion / SOL ). Tuberkuloma
adalah suatu sarang keju (caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak
begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih bila
batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran, sesuatu yang dapat
dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah bahwa didekat
tuberkuloma sering ditemukan sarang kapur.
17
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
keduaparu. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
18
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila
setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang,
melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk
sputum.
Perburukan ( perluasan ) penyakit
1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 1015 ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda
meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus
efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru.
Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut
(Snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal,
Tulang, Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
19
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin
terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan
fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up)
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang
sudah tenang.
Pemeriksaan laboratorium
20
pneumonia
non
TB,
karsinoma
(bronchioloalveolar
cell
ca),
1.
2.
(H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal
Pada TBC berat (TBC milier, meningitis, dan TBC tulang) maka juga
diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi
pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat
selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin
selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya.
Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai
dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.5,6,7
Dosis profilaksis
5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari.
3.
Dosis maksimum
300 mg/hari.
Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
1.
Dosis
10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari.
2.
Dosis maksimum
600 mg/hari.
Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
1.
Dosis
25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari.
2.
Dosis maksimum
2 gram/hari.
Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
1.
Dosis
15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari.
2.
Dosis maksimum
.1250 mg/hari
Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
1.
Dosis
15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular.
2.
Dosis maksimum
1 gram/hari.
22
Penghentian Pengobatan
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
KOMPLIKASI
Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi
terutama 1 tahun pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau
meningitis Tb atau efusi pleura biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam 3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan
kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer.
23
Uji Tuberkulin
0
Tidak
jelas
Negatif
Berat
badan/keadaan
gizi
Demam tanpa
sebab
jelas
2 minggu
Batuk
3 minggu
Pembesaran
kelenjar limfe
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Ada pembengkakan
Infiltrat
Foto Rontgen
toraks
Pembesaran
kelenjar
Konsolidasi
segmental/
Normal/ti
dak jelas lobar
atelektasis
kalsifik
asi + infiltrat
pembes
aran kelenjar + infiltrat
24
Catatan :
Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring Tb anak
Didiagnosis Tb jika skor 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih
bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang
sedang dilaksanakan.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. H
Umur
: 1 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
25
Suku Bangsa
: Jawa
Masuk RS
: 14 Febuari 2015
No. CM
: 01191844
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan Utama : Demam
Onset dan Kronologis :
Sejak 3 hari yang lalu anak demam terus menerus, disertai batuk dan
sesak nafas.
Kualitas : Panas menyebabkan anak rewel
Kuantitas : Panas disertai batuk terus menerus
Faktor memperberat : Faktor memperingan : Gejala penyerta : RPS lain :
-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Tampak Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
:
N
: 130x/menit
RR
: 36x/menit
: 39,20C
BB
: 10 kg
TB
: 83 cm
Kepala
: Mesocephal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
27
Tenggorok
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Pa
Pe
:-
Au
Pa
Pe
: Konfigurasi membesar
Au
Abdomen I
: Supel, datar
Au
: BU (+) N (3 kali/menit)
Pe
: Timpani
Pa
Ekstremitas :
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Edema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Capillary Refill
3.2.3
Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
28
Pemeriksaan
Hasil
Nila
Nilai Normal
i
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Golongan Darah/Rh
13.4 g/dl
39.1 %
16.3
436
A/Positif
N
N
N
10.8-12.8
35-43
6.0-17.5
217-497
IMUNOLOGI
Pemeriksaan
Widal
Hasil
Nilai
Nilai Normal
Salmonella Typhi O
1/320
Positif
Negatif
Sal. Paratyphi A O
Negatif
Negatif
Negatif
Sal. Paratyphi B O
1/160
Positif
Negatif
Sal. Paratyphi C O
1/320
Positif
Negatif
Salmonella Typhi H
1/320
Positif
Negatif
Sal. Paratyphi A H
Negatif
Negatif
Negatif
Sal. Paratyphi B H
Negatif
Negatif
Negatif
Sal. Paratyphi C H
Negatif
Foto Thorax :
Negatif
Negatif
Hb
:
X-
29
HasilPembacaan:
COR:Takmembesar
Pulmo:Corakanbronkovascularnormal
Taktampakbercakkesuraman
Hilusdextramelebar
3.3 Initial
Plan
Kesan:
Pulmo:Lymphadenopathyhilusdextra
30
:
DD
Edukasi
2. Febris 3 Hari
Assessment
:
DD
: Infus RL 20 tpm
Inj Cefotaxime 3 x 150 mg
Inj Dexamethasone 3 x A
Po Paracetamol Syr 3 x 1 cth
Po Triaminic Syr 3 x 1 cth
Nebulizer
: Bisolvon 3 tts
Pulmicort
Ventolin
Edukasi
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 14 Febuari 2015, Pasien balita datang dengan keluhan
demam selama 3 hari disertai batuk dan pilek. Balita tidak mengalami gangguan
perumbuhan, Gangguan perkembangan dan Cacat Bawaan lahir. Dahulu pernah
mengalami penyakit seperti ini, Riwayat Imunisasi lengkap, Kebutuhan ASAH,
ASIH, ASUH terpenuhi. Riwayat Tumbuh Kembang dalam batas normal. Tidak
terdapat Riwayat keluarga dengan penyakit lama terus menerus, makin lama
makin memburuk, namun terdapat keluarga dengan riwayat TB Paru (+). Terdapat
keluarga yang dengan merokok (+).
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, hanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh 39,20C. Pasien didiagnosis sementara dengan Bronkitis.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang Darah rutin, Widal dan pemeriksaan
Foto thorax.
Pada tanggal 15 Febuari 2015, Pemeriksaan penunjang ditemukan Px
Widal Salmonella Typhi O Positif 1/320 dan Salmonella Typhi H Positif 1/320.
Diagnosis pasien saat ini adalah Demam Tifoid.
Pada tanggal 16 Febuari 2015 dilakukan pemeriksaan X-Foto Thorax.
Pada X-Fotot Thorax ditemukan adalanya lymphadenopathy hilus dextra.
Diagnosis pasien saat ini Demam Tifoid dan TB Paru Primer.
32
BAB V
KESIMPULAN
dan limfosit
sebagai
Sel
efektor.Respon
ini
disebut
reaksi
mendiagnosa
penyakit
TB
paru
dapat
dilakukan
33
DAFTARPUSTAKA
AminZ,BaharS.Tuberkulosisparu.Dalam:SudoyoAW,SetiyohadiB,AlwiI,
SimadibrataKM,SetiatiS.BukuAjarIlmuPenyakitDalam.JilidII,Edisi
IV.Jakarta :PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFKUI,
2006:9981005,10459.
Price.A,Wilson.L.M.TuberkulosisParu.Dalam:PatofisiologiKonsepKlinis
ProsesProsesPenyakit,bab4,EdisiVI.Jakarta:EGC,2004:85264
NN.PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis.27Juli2009.Diunduhdari
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf
Gerakan Terpadu Nasional Penanganan TB. 2007. Buku Pedoman Nasional
Penanggulangan TB. edisi 2. cetakan pertama. Jakarta: Departemen
KesehatanRepublikIndonesia.
PerhimpunanDokterParuIndonesia.2006.Tuberkulosis,PedomanDiagnosisdan
PenatalaksanaandiIndonesia,CitraGrafika,Jakarta.
Anonym. 2003. Prevalence and Incidence of Tuberculosis, (Cureresearch),
Available:
http://www.Cureresearch.com/Tuberculosis/Prevalence.htm
(Akses:18Mei2009)
JoshuaBurrill,FRCRChristopherJ.Williams,FRCRGillianBain,FRCRet
all . Tuberculosis ; Radiological Review . Radiographics Vol 27 No.5
Pg.12551265.SeptemberOctober2007
Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2005.
34