Anda di halaman 1dari 6

1

Gadar luka bakar sengatan listrik


Manifestasi klinis
Manifestasi tidak seberat frostbite yang berupa luka begabung dan tidak ada jaringan yang terlepas. Trench footdiakibatkan jaringan
dilingkungan yang lembab pada suhu dingin selama bebrapa jam sampai beberapa hari. Akan timbul hiperhidrosis jangka panjang dan
insensitivitas dingin.
Derajat pertama dan kedua frobite superficial ditandai dengan edama, luka bakar, dan eritema, serta melepuh pada derajat kedua.
Derajat ketiga frostbite ditandai dengan luka yang lebih dalam timbul sedalam kutis dan jaringan subkutis. Derajat ketiga ditandai dengan luka
yang mencapai jaringan subkuteneus, otot, tendon, dan tulang.
Pasien datang dengan sianosis dan bias terjadi hemoragik dan nekrosis kulit. Kadang kadang jaringan menjadi seperti mumi.
Klasifikasi luka dingin menurut berat kasus
Derajat II

Derat I

Derajat III

Kulit membeku sebagian eritema, edema,

Luka jaringan kulit.

Jaringan kutis dan subkutaneus, otot, tendon, dan

hyperemia.

Eritema, vesikel substansial dengan cairan bening

tulang membeku.

Tidak melepuh atau nekosis.

melepuh merupakan dekuamasi dan jaringan

Edema lokal.

Deskuamasi kulit jarang (5 sampai 10 hari

kehitaman.

Awalnya luka berwarna merah tua atau cyanosi

kemudian)

Kadang-kadang

Gejala

Gejala
Seperti sengatan dan rasa terbakar,

berdenyut dan bisa timbul hiperhidrosi.

Mati rasa dan gangguan vasomotor pada kasus


berat

jaringan

mengering,

hitam,

seperti mumi.
Gejala
Sendi nyeri

Konsep sengataan listrik


1.

Defenisi
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana
kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh
manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik, terdapat
beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita. Kesetrum adalah
fenomena yang terjadi karena adanya arus yang resistansi dengan plasma darah dalam tubuh kita. Arus terjadi karena ada perpindahan elektron
dan proton, pergerakan arus yang terhambat akan menghasilkan energy panas.

2.

Etiologi sengatan listrik


Penyebab terjadinya sengatan listrik bukan karena tegangan listrik, tetapi karena adanya arus listrik yang mengalir. Sebenarnya arus
listrik pun memang sudah ada di tubuh kita sebagai pengantar informasi dari indera ke otak (seperti sensor dan prosesor).
Seseorang bisa tersengat listrik karena ada banyak kemungkinan, antara lain :

3.

a.

Menyentuh kabel terbuka berarus listrik

b.

Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak

c.

Kegagalan peralatan

d.

Terkena muatan listrik statis

e.

Disambar petir (akan dibahas khusus dalam proteksi petir.

Patofisiologi
Ketika terjadinya kontak antarabagian tubuh manusia dengan suatu sumber tegangan listrik yang cukup tinggi, kejadian itulah yang
mampu mengakibatkan arus listrik mengalir kedalam tubuh manusia tepatnya melalui. Arus listrik memiliki sifat sifat mengalir dari pontensial
tinggi ke potensial rendah. Dalam kasus sehari- hari sumber tegangan listrik ini memilki potensial tinggi, sementara bumi tempat berpijak memilki
potensial rendah. Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan arusnya kebumi. Pada saat terjadi kontak antara manusia dengan sumber tegangan saat

2
manusia ini meninjak bumi, maka tubuh manusia ini akan menjadi suatu konektor antara sumber tegangan dengan bumi. Perlu diingat bahwa
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang baik, karena air merupakan konduktur yang
baik. Saat terkena sengatan listrik, arus listrik menimbulkan, gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul
akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat
mencapai 2.500oC. Tegangan lebih baru 500 volt merupakan reesiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan
otot berupa kejang kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan jantung
(fiblilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang olh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut menimbulkan
kontraksi dari otot otot jari tangan. Otot fleksor atau otot mengenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tengangan tinggi
mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila menganai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah,
arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak balik.
Kelancaran arus masuk ketubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau
lembab, arus listrik akan mudah masuk kedalam tubuh. Pada tempat masuk arus listrik, akan tampak luka masuk yang merupa luka bakar
sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai
pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebakan kematian jaringan.
Kadang lukabakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam, luas dan berat. Kerusakan otot yang
berat dapaat terlihatpada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau tergolong fatal yang
merupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.
4.

Manifestasi klinis tubuh terhadap sengatan listrik


Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang
dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500 derajat
celcius. Tegangan lebih dari 500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa
kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan gangguan jantung
(fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang oleh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut
menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau otot menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tegangan
tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila mengenai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan
rendah, arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik.
Kelancaran arus masuk ke tubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau
lembab, arus listrik akan mudah masuk ke dalam tubuh. Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak luka masuk yang berupa luka bakar
sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai
pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Kadang luka bakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam luas dan berat. Kerusakan otot yang
berat dapat terlihat pada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam-macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau yang tergolong fatal
berupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.

5.

Gambaran Klinis
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek langsung arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari
panas yan diteruskan oleh jaringan. Energy terbesa rterjadi pada titik kontak sehingga kerusakan jaringan pada daerah tersebut harus diobservasi
lebih baik.
Luka keluar sengatan listrik lebih besar dari pada luka masuk. Bila sengatan listrik masuk kedalam tubuh, kerusakan terbesar terjadi
pada jaringan saraf, pembuluh darah dan otot. Sengatan listrik dapat mengakibatkan nekrosis berupa koagulasi, kematiansaraf, dan kerusakan
pembuluh darah. Luka yang ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis atau kerak dari pada luka bakar termal. Karena ukuran dari luka

3
karena sengatan listrik tidak berkolerasi baik dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang dalam sangat penting. Luka
traumatic sering terjadi bersamaan dengan sengatan listrik.
6.

Diagnosis
Sengatan listrik berdasarkan riwayat penyakit . Bila riwayat penyakit tidak jelas, ciri-ciri luka pada kulit sangat menolong. Pemeriksaan
yang menyeluruh serta memperhatikan luka akibat sengatan listrik sangat penting untuk mengesampingkan adanya suatu trauma. Pemeriksaan
untuk tulang patah dan dislokasi tetap dilakukan walaupun tanpa riwayat trauma. Tidak ditemukannya luka sengatan listrik pada pemeriksaan
jaringan mengesampingkan sengatan listrik serius.
Pemeriksaanlaboratoriumhitungdarahlengkapelektrolit, kalsium, urea nitrogen darah, kreatinin, analisa gas darah, myoglobin (MB),
kreatinin kinase (CK).
CK dan MB dapat meningkatkan pada kerusakan otot jantung tapi ada luka otot secara ekstensif. Fungsi hati dan amylase diperiksa bila
diduga ada luka abomen. EKG dapat dilakukan bila ada indikasi ; pemeriksaan radiologis dilakukan pada sisi luka sengatan listrik. CT Scan kepala
merupakan indikasi pada luka kepala yang berat, koma atau bila ada perubahan mental.

7.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus listriknya. Bisa dengan mematikan
peralatan yang menjadi sumber setruman atau langsung dari MCB.
Setelah itu, segera pindahkan korban ke tempat aman serta bersirkulasi udara lancar. Baringkan korban lalu evaluasi kesadaran penderita
apakah sadar atau tidak, serta periksa denyut nadi dan pernapasannya.

8.

Komplikasi sengatan listrik


a.

Kardiovaskuler
Kematian mendadak (fibrilasiventrikel, asistolik), Nyeri dada, disritonia, segmen ST-T abnormal, blok cabang berkas, kerusakan
miokardial, disfungsi ventrikel, MCI, hipotensi (volume deplesi), hipertensi (pelepasan katekolamin).

b.

Neurologis
Status mental, agitasi, koma, kejang, edema serebral, ensefalopati hipoksia, nyerikepala, afasia, lemah, paraplegia, kuadriplegia,
disfungsi sumsum tulang, pheriperal neuropati, insomnia, emosilabil.

c.

Kulit
Luka akibat sengatan listrik, akibat sekundel luka bakar.

d.

Vaskuler
Thrombosis, nekrosiskoagulasi, DIC, rupture pembuluh darah, aneurisma sindrom kompartemen.

e.

Pulmonal
Hentinapas (sentral atau perifermis tetanus). Pneumonia aspirasi, edema pulmonal, kontusi pulmonal, kerusakan inhalasi.

f.

Gastrointestinal

Perforasi, tukak stress (Curling Ulcer), perdarahan GIT.


g.

Muscular.

Mionekrosis, sindrom kompartemen.


h.

Skeletal
Fraktur kompresi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu (anterior dan posterior), fraktur scapula.

i.

Optamologi
Cornel burns, delayed cataract, thrombosis atau hemoragia intraocular, uveitis, frakturorbita.

j.

Pendengaran
Hilangnya pendengaran, tinnitus, perforasi, membrane timpani, mastoiditis, meningitis.

k.

Oral burns
Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas fasialis, gangguan bicara, perubahan bentuk mandibula dan pembentukan gigi.

4
l.

Obstetric
Aborsi spontan, kematian janin.
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURAT
SINDROM TERMAL DAN SENGATAN LISTRIK
Pada bab ini penulis akan menyajikan proses keperawatan kegawat daruratan yang dimulai tindakan primer dan diikuti tindakan secondary.

A.

Primary Survei

1.

Tindakan primer sindrom termal dan sengatan listrik

a.

Airway
1)

Memastikan ada tidaknya sumbatan jalan nafas total: pada pasien sindrom termal dan sengatan listrik apakah ada sumbatan yang

menghambat nafas klien. Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut klien, keluarkan segera

b.

2)

Adanya Distress pernafasan

3)

Kemungkinan fraktur servikal (sengatan listrik akibat gerakan yang terjadi saat tersetrum)

4)

Telentangkan posisi klien, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah tidak menutup lubang tenggorokan.

Breathing
Memastikan pasien masih bernafas atau sudah tidak bernafas, diantarannya dengan 3 cara:

1)

LOOK: lihat ada trauma, lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak:
a)

Kesadaran akan menurun / agitasi


Agitasi Hipoksemia Karena sumbatan jalan nafas
Penurunan kesadaran Hiperkarbia yang disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan nafas.

b)

Pergerakan dada dan perut

c)

Retraksi sela iga, supra klavikula / subkostal

d)

Cyanosis sebagai tanda adanya hipoksemia

e)

Deformitas daerah yang patah

Normalnya kedua bergerak sama sama, kalau ada sumbatan jalan nafas keduanya bergerak berlawanan.

2)

LISTEN: dengarkan suara nafas dengan stetoskop


Adanya suara nafas tambahan yang didengar, berupa :
a)

Dengkuran ( SNORING ) Lidah yang menutup orofaring

b)

Kumuran ( GURGLING ) Sekret, darah, muntahan

c)

Siulan ( CROWING ) Penyempitan karena spasme, edema atau pendesakan

3)

FEEL: rasakan adanya hembusan nafas dari hidung

4)

Pemberian oksigen secara manual

Meraba hawa ekspirasi dari hidung / mulut dan raba getaran di leher
Jika Anda menemukan korban dalam keadaan tidak bernapas, segera beri napas bantuan, telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang, buka mulut dan tarik nafas , kemudian tutup mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru
terangkat, pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak keluar, amati turunnya dada kembali, faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak,
karena itu 3 atau 4 kali peniupan pertama dilakukan secepat mungkin, penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali setiap menit.
c.

Circulation
1)

Memastikan ada tidaknya denyut nadi karotis, radialis, brakhialis, femoralis, dorsadipedis

2)

Ada tidaknya perdarahan eksternal. Tutupi titik luka bakar yang terjadi akibat masuk dan keluarnya arus listrik pada tubuh karena bisa
mempercepat pengurangan cairan dalam tubuh. Gunakan kain, perban atau benda apapun yang bersifat tidak mengantarkan panas.

3)

Pola Nadi

5
Jika terdapat luka hal yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut :
a.

Luka dikaki ditangani dengan pengangkatan, penghangatan, dan pembalutan jari yang luka. Nifedipin 20 mg per oral 3 kali sehari.,
kortikosteroid topical prednisone, dan prostaglandin E1 (limaprost 20 mg per oral 3b kali sehari ) dapat membantu.

b.

Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu 42 oC (1070F)selama 10-30 menit pada ekstermitas yang mengalamifrobite. Pasien
bisa diberi narkotik, ibuprofen, dan aloevera.Pemberian penicillin E 500.000 u setiap 6 jam selama 48 -72 jam memperlihatkan hasil yang
baik.

c.

Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan tromboksan dapat dibersihkan atau diaspirasi. Luka yang berdarah seharusnya
dibersihkan dan dirapikan kembali.

d.

Teknik penghangatan termasuk penghangatan pasif, penghangatan aktif eksternal, dan penghangatan perawatan aktif.

e.

Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan penghangatan pasif dengan cara memindahkannya dari lingkungan dingin dan
menggunakan selimut kolasi.

f.

Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pilse oxymetri

g.

Perhatikan jalan nafas, pernafasan, dan jantung. Bila tidak ada gangguan kardiovaskular, penghangatan aktif vaskular dapat diterapkan
(radiasi panas, selimut hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan hangat IV dan oksigen yang dihangatkan.

2.

Secondary survey sengatan listrik


Menurut Long, Barbara C, 1996.Penatalaksanaan awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus listriknya .Bisa
dengan mematikan peralatan yang menjadi sumber setruman atau langsung dari stop kontak.
Menurut Aru W, dkk. 2009
a.

Airway, breathing dan sirkulasi harus diperbaiki, mobilisasi spinal harus diperhatikan karena potensial terjadi trauma spinal.

b.

Pemberian O2 tekanan tinggi dengan masker.

c.

Monitor jantung, pulse oksimetri, pemantauan tekanan darah non invasive.

d.

Fibrilisasi ventrikel, asistolik atau takikardi ventricular dapat diterapkan dengan protocol standar ACLS. Disritmia sering timbul tapi tidak
membutuhkan tindakan langsung.

e.

Cairankristoloidivdengan bolus inisial 20-40 ml/kg setela hsatu jam pertama. Perbaikan cairan tergantung pada luasnya luka bakar pasien.
Untuk mengukur output urine digunakan kateter Foley pada kasus berat.

f.

Jika terjadi rabdomiolisis, lebih banyak dibutuhkan cairan untuk mencegah gagal ginjal.

g.

Profilaksis tetanus sebaiknya diberikan.

h.

Antibiotic profilaksis tidak penting sekali, kecuali bila ditemukan luka terbakar yang besar.

i.

Kejang diobati dengan terapi standar.

j.

Fraktur dan luksasi setepat mungkin dikurangi

k.

Luka bakar pada kulit dapat diobati dengan silver sulfadiazinesesudah dibersihkan.

l.

Konsultasi dengan dokter bedah umum bila terjadi luka jaringan yang dalam dan luas. Pasien di atas membutuhkan eksplorasi luka bakar,
debridemen, fasiotomi, dan perawatan cukup lama. Anak-anak dengan luka local dapat dievaluasi dengan spesialis ENT atau bedah plastic.
Wanita hamil yang mengalami sengatan listrik membutuhkan konsultasikan dungan untuk penanganan dan monitor janin. Pasien dengan
sengatan listrik yang berat dapat diisolasi di unit luka bakar atau pusat trauma.

m.

Anak-anak yang mengalami luka local yang terlokalisir atau luka pada tangan dapat dipulangkan. Orang tuanya harus diberi instruksi untuk
mengontrol pendarahan arteri labialis yang dapat timbul kemudian.

n.

Pasien yang mengalami sengatan listrik 110-220V tanpa gejala/luka. EKG normal dan pemeriksaan fisik normal dapat dipulangkan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapadiagnosa
keperawatan sebagai berikut :
a

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja
silia. Sengatan listrik telah mennyebar pada daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

b.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengankehilangan cairan melalui rute abnormal.

6
Peningkatan kebutuhan: status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan.
c.

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.

d.

Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.


Luka bakar arus listrik :
Terlebih dahulu arus listrik harus diputus karena penderita mengandung muatan listrik selama masih terhubung
dengan sumber arus. Kemudian kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus diberikan
dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas.
Kadang luka bakar di kulit luar tampak ringan, tetapi kerusakan jaringan ternyata lebih dalam. Kalau banyak terjadi
kerusakan otot, urin akan berwarna gelap karena mengandung banyak mioglobin dan resusitasi pasien ini
mengharuskan pengeluaran urin 75-100ml per jam. Selain itu, urin harus dirubah menjadi basa dengan natrium
bikarbonat intravena, yang menghalangi pengendapan mioglobulin. Bila urin tidak segera bening atau pengeluaran
urin tetap rendah, walaupun sudah diberikan sejumlah besar cairan, maka harus diberikan diuretik yang kuat
bersama manitol. Pada penderita cedera otot yang masif, dosis manitol (12,5 gram per dosis) mungkin diperlukan
selama 12-24 jam. Pasien yang gagal berespon terhadap dosis diatas mungkin membutuhkan amputasi anggota
gerak gawat darurat atau pembersihan jaringan nonviabel. Otot jantung, juga rentan trauma arus listrik.
Elektrokardiogram (EKG) harus dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan jantung dan pemantauan jantung
yang terus menerus dilakukan untuk mendiagnosis dan merawat aritmia. Kerusakan neurologi juga sering terjadi,
terutama pada medulla spinalis, tetapi sulit dilihat, kecuali bila dilakukan tes elektrofisiologi. Pengamatan cermat
atas abdomen perlu dilakukan pada tahap segera setelah cedera karena arus yang melewati kavitas peritonealis
dapat menyebabkan kerusakan saluran pencernaan.

Anda mungkin juga menyukai