Anda di halaman 1dari 16

CHRONIC WOUND

CARE
Presentan : Chyndita Arti Pranesya
Pembimbing : dr. Huntal Napoleon, SpBP-RE

Luka Kronis
luka yang gagal dalam penyembuhan dalam waktu

yang diperkirakan yaitu kurang lebih 2-3 minggu.


Penyebab :
infeksi, hipoksia jaringan
trauma berulang
adanya jaringan nekrotik/debris dan sebab sistemik

seperti diabetes melitus, malnutrisi, imunodefisiensi


dan pemakaian obat-obatan tertentu.

Wound healing cycle Wound Closure

Ulkus Dekubitus
kerusakan kulit akibat

kekurangan aliran darah dan


iritasi, kulit tersebut
mendapatkan tekanan
Stadium

Ulkus diabetikum
ulkus yang terjadi pada kaki

penderita diabetes dan


merupakan komplikasi kronik
yang diakibatkan oleh
penyakit diabetes itu sendiri.
Terjadi gangguan pada mikro

dan makrovaskular

Ulkus
Arteriosus
Ulkus Venosus
ulkus pada tungkai

bawah yang
disebabkan oleh
gangguan aliran
darah vena.

ulkus yang terjadi

akibat gangguan
peredaran darah
arteri.

Ankle Brachial Index


Tek. Sitolik ankle
tek. sistolik brakhial

N : 1.0-1.2
Ulkus arteriosus : < 0.5
Ulkus arteriosus & venosus : 0.5-0.7
Ulkus venosus : 0.8-0.9
Kalsifikasi arteri : >1.2

Cleansing Wound
<48 jam
Suhu : kembali ke suhu normal 40 menit

Suhu , oksigenasi dan aktivitas leukosit


Jika hangat, dpt meningkatkan waktu pakai dan
melindungi luka
Tipe : non toxic, mikroorganisme , tidak ada reaksi
sensitivitas, cost effective.
Yang sering digunakan steril saline untuk luka kronis
Air keran untuk luka akut.

Wound Bed Preparation


T : tissue, non-viable or deficient
I : inflamasi/infeksi
M : moisture balance
E : Epithelial (edge) advancement

autolytic

sharp

debri
deme
nt

enzymati
c

Debridement
mechanic
al

biosurgica
l

Passive inert
absorbent
Non absorbent

Dressing

interactive
Absorbent
alginate
Nonabsorbent
Plyurethane
film
Silicone
Hidrokoloid
Hydrofibre
Hydrogel
Protease
modulating
Polyurethane
foam

antibacterial
Cadexomeriodin
e
Madu
Silver
Polyhexamethyl
ene Biguanide
(PHMB)

Surgical FLAP
Anatomi vaskularisasinya

a. Axial pattern flap


b. Neurocutaneus flap
c. Musculocutaneus flap
Metoda penggunaannya

a. Free flap
b. Peninsular flap
c. Island flap
Komponen jaringannya

a. Fascial flap
b. Subcutaneus flap
c. Cutaneus flap
d. Fasciocutaneus flap

Indikasi
Recipient bad yang vascularisasinya jelek (misalnya diatas
tulang, fascia, tendo, saraf, pembuluh darah).
Kebutuhan rekonstruksi pada daerah wajah pasca kegagalan
dengan skin graft / full thickness skin graft misalnya pada
kelopak mata,bibir, telinga, hidung dll)
Kebutuhan akan jaringan penunjang (Padding).
Kebutuhan akan restorasi sensitasi / vasculair.
Kebutuhan akan dilakukannya reoperasi kembali dike-mudian
hari, guna perbaikan struktur dibawahnya.

SKIN GRAFT
Asalnya
Autograft, homograft, heterograft
Ketebalannya
Split Thickness skin graft (STSG)
Graft ini mengandung epidermis dan sebagian dermis.
Tipe ini dibagi atas 3 bagian :
Thin split thickness Skin Graft sering disebut Thiersch atau ollier-Thiersch Graft,
berukuran 0,008-0,012 mm
Intermediate (medium) Split Thickness Skin Graft, berukuran 0,012-0,018 mm
Thick split thickness skin graft, nama lainnya three quarter thickness graft,
berukuran 0,018-0,030 m
Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Graft ini meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis, sering disebut wolfian graft.

Indikasi
Luka yang luas
Luka bakar
Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi

Anda mungkin juga menyukai