Anda di halaman 1dari 8

Tujuan Skrining Antenatal :

1. Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor
resikonya.
2. Menemukan ibu risiko tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya
risiko kematian/kesakitan ibu
3. Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga,
agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental, biaya dan
transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat
dan penolong menuju persalinan aman.
4. membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara
memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu
hamil.

Jenis-Jenis Skrining Antenatal


Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit / kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan Test, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang orang
yang kelihatannya sehat, benar benar sehat tetapi sesungguhnya menderita
kelainan.
Keputusan untuk melakukan skrining pranatal atau diagnosis pranatal
harus benar-benar dipertimbangkan dengan matang. Konseling pratindakan
diagnosis pranatal harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut
dilaksanakan. Pada konseling ini sebaiknya konselor melakukan telaah pada
riwayat medik keluarga dan menjelaskan risiko kelainan genetik dan/atau
kelainan bawaan yang mungkin timbul pada kehamilan tersebut dan membantu
penderita untuk memutuskan apakah tetap melanjutkan pemeriksaan atau tidak
sesuai dengan pendapat dan kepercayaannya.
Sesuai dengan tujuannya skrining pranatal dapat dilakukan pada setiap
kehamilan yang mungkin mengalami gangguan kelainan genetik dan/atau
kelainan bawaan tertentu, termasuk di sini bila ada kecurigaan gangguan
pertumbuhan janin. Karena merupakan suatu skrining atau penapisan, skrining
pranatal seharusnya bukan merupakan suatu tindakan yang invasif, mudah, dan
kalau mungkin murah. Pemeriksaan ultrasonografi dan beberapa pemeriksaan
laboratorium merupakan alat skrining yang paling banyak digunakan.
A.

Kuesioner
1. Hobel Skor
Sebuah kehamilan berisiko komplikasi serius dianggap
sebagai kehamilan berisiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi dapat
diidentifikasi dengan menggunakan sistem penilaian seperti sistem yang
dikembangkan oleh Hobel dkk. Faktor risiko ditugaskan skor sesuai
dengan tingkat risiko. Sebuah skor 10 atau lebih
mengindikasikan kehamilan risiko tinggi yang harus menerima lebih
dari rutinitas perawatan pra kelahiran.

B.

Pemeriksaan Penunjang

1. Biometri Janin
Berbagai formula dan nomogram memungkinkan penilaian umur keha
milan yang akurat dan
menggambarkan struktur pertumbuhan normal janin. Peralatan perangkat
lunak menghitung usia kehamilan diperkirakan dari panjang crownrump.Hal ini juga dapat memperkirakan usia kehamilan dan berat
badan janin menggunakan pengukuran dari diameter biparietal, kepala
dan lingkar perut, dan panjang tulang paha. Perkiraan biasanya paling
akurat ketika beberapa parameter yang digunakan
dengan nomogram berasal dari janin hidup dengan latar belakang etnis
atau rasial yang sama di ketinggian yang sama. Bahkan model terbaik
mungkin menurunkan berat janin sebanyak 15 persen. Nomogram untuk
struktur individu seperti otak kecil janin,telinga, jarak orbit
dan teropong interocular, lingkar dada, ginjal, tulang panjang, dan
bkaki dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan spesifik
tentang kelainan sistem organ atausindrom.
Pengukuran diameter biparietal (BPD), occipito-frontal diameter (OFD),
diameter anterior dan posterior ventrikel serebral (Va dan Vp), dan
hemisfer (H) diperoleh dari pesawat aksial transversal kepala janin
menunjukkan echo central broken midline di ketiga anterior oleh cavum
septum pellucidum dan menunjukkan horn anterior dan posterior dari
ventrikel lateral. BPD dan OFD diukur dari batas luar lingkar tengkorak dan
kepala (HC) dihitung [3,14 x (BPD + OFD) / 2]. Va adalah jarak antara
dinding lateral horn anterior garis mid-dan Vp adalah jarak antara dinding
medial dan lateral horn posterior. Belahan diukur dari garis mid-ke
perbatasan dalam tengkorak. Cerebellar diameter transversal (TCD) dan
diameter sisterna magna (CM) yang diukur pada bidang
suboccipitobregmatic kepala. Panjang femur (FL) diukur dari trokanter
mayor ke kondilus lateralis. Untuk lingkar perut (AC), bagian melintang
dari perut janin diambil pada tingkat lambung dan bifurkasi dari vena
portal utama ke cabang kanan dan kiri. The (AD2) anteroposterior (AD1)
dan melintang diameter diukur dan AC dihitung [3,14 x (A) / 2]. Rasio
dihitung berikut: HC / AC, HC / FL, Va / H dan Vp / H.

Gambar
Diameter dan
untuk
kepala

Pengukuran Biparietal
Occipitofrontal Diameter
mendapatkan lingkar

Gambar
Anterior pada

Pengukuran Ventrikel
cerebrum

Gambar Ventrikel Posterior pada cerebrum

Gambar Femur Length

2. Profil Biofisik
Profil biofisik (BPP) adalah yang memprediksikan ada/ tidak adanya
asfiksia janin dan akhirnya risiko kematian janin dalam periode antenatal
berkurang ketika BPP mengidentifikasi janin dalam keadaan tidak baik,
tindakan dapat diambil untuk melakukan intervensi sebelum progresif
asidosis metabolik menyebabkan kematian janin.
BPP menggabungkan data dari 2 sumber ( pencitraan ultrasound
dan monitor detak jantung janin). Dynamic realtime B-mode ultrasound
digunakan untuk mengukur volume cairan ketuban (AFV) dan untuk
mengamati beberapajenis gerakan janin.
FHR tersebut diperoleh dengan menggunakan transduser Dopler
berdenyut terintegrasi dengan mikroprosesor berkecepatan tinggi,
yangmemberikan informasi data terbaru secara terus menerus.Awalnya
dijelaskan oleh Manning dan rekan, BPP telah menjadi alat standar untuk
memberikan surveilans janin antepartum. BPP mengintegrasikan
5parameter untuk menghasilkan skor profil biofisik (BPS) dan meliputi (1)
ujinonstress (NST), (2) pengukuran ultrasound AFV, (3) pengamatan
terhadap adaatau tidak adanya gerakan pernapasan janin, ( 4) gerakan
tubuh kasar, dan (5)nada. Tabel 1 (lihat di bawah) menjelaskan kriteria
khusus untuk BPS.BPP memungkinkan 2 poin untuk setiap parameter yang
ada, menghasilkan skor maksimum 10, namun, jika semua temuan USG
variabel normal, variabel FHR mungkin dikecualikan karena tidak ada
perubahan dibuat dalam akurasi predikatif dari BPP dengan memasukkan
FHR tersebut. Jika temuan USG satu atau lebihvariabel yang abnormal,
NST harus dilakukan.Suatu prinsip dasar pengujian antepartum
adalah bahwa prediksi yang lebih akurattentang kesehatan janin yang
dicapai dalam proporsi langsung dengan jumlahvariabel yang
dipertimbangkan. BPP adalah alat klinis yang mengintegrasikan tingkat
kegiatan biofisik dinamis menjadi standard. BPP memungkinkan 2 poin
untuk setiap parameter yang ada, menghasilkan skor maksimum 10.
namun, jika semua variabel USG normal, variabel FHR mungkin
dikecualikan karena tidak ada perubahan dibuat dalam akurasi prediksi
dari BPP dengan memasukkan FHR tersebut. Jika satu atau lebih variabel
USG tidak normal, NST harus dilakukan12
Tabel . Kriteria untuk Code Variabel biofisik janin Normal atau Abnormal
Variabel Biofisik

Normal (Skor=2)

Abnormal (Skor=0)

Gerakan nafas janin

1atau 20detik dalam Tidak ada atau tidak

waktu 30 menit

ada 20 detik dalam


waktu 30 menit

Gerakan janin

2 atau lebih diskrit


<2 episode
gerakan tubuh
tubuh/gerakan anggota
ekstremitas/dalam
tubuh dalam waktu 30
waktu 30 menit
menit
(gerakan terus menerus
aktif dianggap sebagai
gerakan tunggal)

Tonus janin

1 atau lebih episode


perpanjangan aktif
dengan kembali ke
fleksi ekstremitas janin
atau tubuh(pembukaan
dan penutupan tangan
dianggap normal)

Slow ekstensi dengan


kembali ke fleksi parsial
gerakan anggota badan
di ekstensi penuh,
gerakan janin tidak ada,
atau sebagian tangan
janin terbuka

Reaktif FHR

2 atau lebih15x/menit
dan > 15 s yang terkait
dengan gerakan janin
dalam 20 menit

1 atau lebih episode


percepatan denyut
jantung janin atau
percepatan <15x
permenit dalam 20
menit

Kualitatif AVF

1 atau lebih kantong


Tidak ada kantong atau
untuk mengukur
kantong terbesar <2cm
cairan 2 cm di sumbu di sumbu vertikal
vertikal

Tabel Interpretasi Biofisik


Hasil

Interpretasi

Risiko Asfiksia

10/10

Nonasfiksia

8/10(AFV normal)

Nonasfiksia

8/8 (NST tidak


tampak)

Nonasfiksisa

8/10 (penurunan AFV) Kompensasi asfiksia


kronik

5-10(estimate)

6/10 (AFV normal)

Kemungkinan asfiksia
akut

6/10 (penurunan AFV) Asfiksia kronik dengan >10


kemungkinan asfiksia
akut
4/10 (AFV normal)

Asfiksia akut

36

4/10(penurunan AFV)

Asfiksia kronik dengan >36


seperti asfiksia akut

2/10 (AFV normal)

Hampir terjadi asfiksia 73


akut

0/10

Gross Severe Asphyxia 100

3. Tes darah
Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan positif
hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus
tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk
pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi
pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi
dengan Down Syndrom. Pregnancy-associated plasma protein screening
(PAPP-A), protein yang dihasilkan oleh plasenta pada awal
kehamilan. Tingkat abnormal berhubungan dengan peningkatan
risiko untuk kelainan kromosom.
4. Alfa Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk
diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan.
Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan
adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk
atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya
semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi
berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat
lahir rendah.
5. Sampel Chorion Villus (CVS)
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko
menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa
kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa
penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada
janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis
berkista,thalasemia, dan sindroma Down.
Skrining petanda serum maternal (maternal serum marker screening) ialah
tes darah yang dilakukan terhadap ibu hamil pada kehamilan trimester
satu dan/atau trimester dua untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
(trisomi 21/sindrom Down, dan trisomi 18) dan kelainan tabung neuron
(neural tube defect).
Skrining Trimester I (11-13 minggu)
Pada trimester pertama kehamilan telah dapat dilakukan
pemeriksaan serum -human chorionic gonadotropin bebas (free -hCG)
dan pregnancy-associated plasma protein A (PAPP-A). Jika hasil
pemeriksaan darah ibu digabung dengan hasil pengukuran NT dapat
mendeteksi adanya sindrom Down sampai 80-85%.2
Skrining Trimester II (15-18 minggu)
Pada trimester kedua kehamilan serum marker yang diperiksa ialah
kadar protein yang dihasilkan oleh janin selama kehamilan dan beredar di

peredaran darah ibu. Pemeriksaan ini dikenal sebagai triple


screening (alfa-fetoprotein, unconjugated estriol, dan human chorionic
gonadotropin) atau quad screening (ditambah pemeriksaan inhibin
A). Nilai normal pemeriksaan petanda serum sangat bergantung pada
umur kehamilan, jumlah janin, berat badan, ras, dan riwayat diabetes
pada ibunya.
6. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan noninvasif
yang paling banyak dilaksanakan dan dapat dilakukan pada setiap tahap
dan umur kehamilan. Kelainan bawaan mayor dan minor seringkali
diketahui pada saat pemeriksaan ultrasonografi untuk tujuan yang lain.
Pemeriksaan nuchal fold translucency (NT) saat ini merupakan
pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada trimester satu
kehamilan. Pemeriksaan NT dilaksanakan oleh sonografer terlatih pada
kehamilan 11-13 minggu dengan mengukur ukuran kantong yang terisi
cairan pada bagian belakang leher janin, disebut nuchal fold. Peningkatan
ukurannuchal fold dicurigai adanya sejumlah kelainan tertentu, misalnya
sindrom Down atau kelainan jantung. Pemeriksaan NT sering
dikombinasikan dengan pemeriksaan serum ibu untuk mendapatkan
angka prediksi yang lebih tinggi.
Pemeriksaan ultrasonografi pada awal trimester kedua kehamilan,
kira-kira 18-20 minggu, dapat mendeteksi sebagian besar kelainan
bawaan mayor, sehingga dianjurkan untuk melakukan deteksi kelainan
bawaan janin mayor pada usia kehamilan tersebut.
Akan tetapi, penelitian Radius (1993) yang melibatkan hampir
16.000 ibu hamil risiko rendah mendapatkan bahwa hanya 17% kelainan
bawaan mayor yang dapat terdeteksi pada usia kehamilan kurang dari 24
minggu dan hanya 35% yang terdeteksi sebelum persalinan. Penelitian
lain, Van Dorsten dan kawan-kawan (1998), mendapatkan detection rate
sebesar 48% pada tempat pelayanan tersier. Temuan ini memberikan
kesan bahwa detection rate pemeriksaan ultrasonografi untuk kelainan
bawaan mayor tidak cukup tinggi pada kehamilan risiko rendah.
Tujuan Pemeriksaan Ultrasonograf

Meyakinkan bahwa janin dalam kondisi normal.


Mengidentifikasi kelainan bawaan janin yang incompatible with life.
Mengidentifikasi kelainan bawaan janin yang memerlukan terapi
intrauterin.
Mengidentifikasi kelainan bawaan janin yang memerlukan terapi
pascalahir.
Membantu mempersiapkan orang tua dalam menghadapi kelainan
bawaan pada anaknya.

Setiap suatu kelainan bawaan janin telah didiagnosis dan evaluasi


janin telah dilaksanakan dengan lengkap, maka setiap hal yang berkaitan
dengan prognosis janin tersebut, baik maupun buruk, harus disampaikan
kepada orang tua janin. Bila pada trimester kedua kehamilan
pemeriksaan ultrasonografi gagal untuk mendapatkan adanya kelainan
bawaan, maka ini pun harus disampaikan, karena beberapa kelainan
bawaan tertentu seperti hidrosefalus, mikrosefali, dan ginjal polikistik

tidak tampak pada trimester kedua, dan mungkin kelainan baru tampak
pada trimester ketiga pada saat kelainan yang terjadi sudah cukup jelas
untuk diketahui dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Manfaat lain pemeriksaan ultrasonografi ialah merupakan
pemeriksaan dasar bagi teknik pemeriksaan diagnostik pranatal
selanjutnya. Teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan kariotipe
janin, misalnya chorionic villous sampling (CVS), amniosentesis,
kordosentesis atau percuteneous umbilical blood sampling (PUBS), fetal
tissue sampling, semuanya memerlukan tuntunan ultrasonografi untuk
pelaksanaannya.
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan struktur pada janin,
seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang.
Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh
faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi
plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh
cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang
belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal
yang bisa diketahui lewat USG.

Trimester I
1 Lokasi Gestasional Sac

Trimester II & III


Jumlah Fetus, kehamilan multifetal,
amnionisitas, korionisitas, ukuran
fetus, volume cairan amnion,
genitalia fetus

2 Identifikasi embrio dan atau yolk Presentasi


sac
3 Panjang crown-lump

Aktivitas jantung fetus

4 Aktifitas Jantung

Lokasi plasenta dan hubungannya os


cervical internal

5 Jumlah fetus, termasuk


amnionitas dan chorionisitas
pada multipel jika mungkin

Volume cairan amnion

6 Penilaian anatomi embrio atau


fetus pada semester pertama

Umur kehamilan

7 Evaluasi uterus, adnexa, dan cul- Berat fetus


de-sac
8 Evaluasi uterus, adnexa, dan cul- Evaluasi uterus, adnexa, dan cervix
de-sac
9 Penilaian daerah fetas nuchal
jika memungkinkan

Fetal anatomical survey, termasuk


dokumentasi keterbatasan teknik

7. Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35
tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama
untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau
tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion
melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin,
bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi
tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes
ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan
amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan
waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan
tuntas hasil biakan tersebut. 1,14,15
8. Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika
cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG.
Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini
bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen
tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada
darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
9. Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau
memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang
digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen
sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensalensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam
kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja
sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.

Anda mungkin juga menyukai