Anda di halaman 1dari 22

SCR, DIAC, TRIAC

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

OLEH :
PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010

BAB IV
SCR, DIAC, TRIAC

4.1

Tujuan Percobaan

1.

Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, TRIAC.

2.

Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, TRIAC.

4.2

Tinjauan Pustaka

4.2.1 SCR
SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah diode yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR merupakan thyristor yang paling
sering digunakan. SCR dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
Disamping itu, pemicuan gerbang lebih mudah dibandingkan dengan pemicuan
breakover. Karena itu banyak digunakan untuk mengatur motor, pemanas, AC,
dan pemanas induksi. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut,
komponen dengan tiga pemicu yaitu Anoda(A),Katoda(K) dan Gate(G).
Logo pada skema elektronik untuk SCR:

Gambar 4.2.1 Logo SCR

PUTU RUSDI ARIAWAN

Diagram dan skema SCR:

Gambar 4.2.2 Diagram dan Skema SCR


a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang
rangkaian
Kegunaan SCR:
Sebagai rangkaian Saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Ada tiga kelompok besar untuk semikonduktor ini yang sama-sama
dapat berfungsi sebagai Saklar (Switching) pada tegangan 120 volt sampai 240
volt. Ketiga kelompok tersebut adalah SCR ini sendiri, DIAC dan TRIAC.

4.2.1.1 Cara Kerja SCR


Adapun cara kerja dari SCR kita bisa terangkan ini dengan sebuah
rangkaian elektronik persegi sebagai berikut:

Gambar 4.2.3 Cara Kerja SCR

PUTU RUSDI ARIAWAN

Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus(+) dan


minus(-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G), kedua transisitor
dalam keadaaan cutoff. Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat
pendek) ke gate menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini
menciptakan aliran arus yang pokok untuk transisitor Q1. Arus ini terhubung dan
menyebabkan aliran yang rata ke base Q2. Aliran ini menjaga transistor Q2
dalam keadaan terhubung, yang mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan
terhubung walaupun pulsa dalam gate dalam keadaan berhenti. Tipe dari
penekanan tombol ini disebut penekanan regeneratif termasuk umpan balik
positif.
Karakter SCR terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2.4 Karakter SCR

Dalam tegangan belakang SCR seperti diode.Ini tidak akan terhubung


sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk brek-over tegangan
yang tinggi(dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar dari 400 V.
Di tegangan depan SCR bisa breaks-over dalam satu dari tiga kasus berikut:
Tegangan di dalam ini lebih besar dari VH (Holding Voltage) dan arus pulsa
yang tetap diterima di gate.
Ketika tegangan diantara anoda dan katoda kenaikan setinggi break-over
depan VB (Break-over Voltage). Dalam keadaan ini, hambatan aliran tetap
berhembus dalam transistor Q1, yang menyebabkan hubungan Q2 dan
dengan demikian meningkatkan hubungan untuk Q1 sampai kedua
transistor terhubung. Hal ini biasanya bukan hubungan yang diinginkan,
dengan demikian SCR diprogram untuk VB yang sangat tinggi (lebih dari
400 V).
Perubahan yang sangat cepat dari tegangan dari VAK (tegangan diantara
anoda dan katoda), walaupun jika VAK

PUTU RUSDI ARIAWAN

lebih kecil dari VB. Untuk

menghindari situasi ini kapasitor kadangkala ditambahkan dalam pararel ke


SCR yang dijelaskan pada contoh berikut:

Gambar 4.2.5 Rangkaian SCR


4.2.1.2 Jenis-jenis SCR
Dalam prakteknya, dikenal berbagai piranti pnpn yang serupa dengan
SCR. Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai jenis SCR tersebut.

a. LASCR ( light-activated SCR)


LASCR atau SCR aktivasi-cahaya ditunjukkan pada gambar 4.2.6 di
bawah ini. Tanda-tanda panah menunjukkan cahaya datang yang akan
menembus jendela piranti dan mengenai lapisan-lapisan pengosongan transistor.
Bila cahaya itu cukup kuat, elektron-elektron valensi akan dilepaskan dari orbitorbitnya menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elktron-elektron ini mengalir
keluar dari kolektor dan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan
berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup atau menyambung.
Setelah LASCR ditutup oleh suatu picu cahaya, keadaan ini akan bertahan terus
walaupun tidak mendapat masukan cahaya selanjutnya. Untuk memberi
sensitivitas maksimum terhadap cahaya, gerbang SCR dibiarkan terbuka seperti
ditunjukkan oleh Gambar 4.2.6. Jika dikehendaki tingkat alih (tingkat acuan) yang
dapat diubah-ubah, maka rangkaian pengatur dapat ditambahkan seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.2.6. Hambatan gerbang akan mengalihkan
sebagian dari elektron elektron yang dihasilkan oleh cahaya masuk dan dengan
demikian mengubah kepekaan rangkaian terhadap cahaya yang masuk.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.6 Rangakaian LASCAR (a) Sensitivitas maksimum (b) Titik alih yang
variabel

b. GCS ( gate-controlled switch)


Seperti yang telah diketahui, pemutusan arus rendah merupakan cara
yang normal untuk membuka saklar SCR. Namun saklar kendali gerbang (GCS)
adalah saklar yang dirancang untuk dibuka secara mudah dengan picu
prategangan balik. Untuk GCS penutupan dilakukan dengan picu positif dan
pembukaan dilakukan dengan picu negatif (atau dengan pemutusan arus
rendah). Rangkaian GCS diberikan pada Gambar 4.2.7. Setiap picu positif akan
menutup saklar tersebut dan setiap picu negatif akan membukanya. Sebagai
akibatnya akan diperoleh keluaran gelombang persegi seperti terlihat dalam
gambar.

Piranti

GCS

digunakan

dalam

rangkaian-rangkaian

pencacah,

rangkaian-rangkaian digital , dan penerapan-penerapan lain yang menyediakan


picu negatif untuk penghentian operasi.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.7 Rangkaian GCS

c. SCS ( silikon-controlled switch)


Daerah-daerah pengandung tak-murnian dari suatu saklar kendali
silikon (SCS) diperlihatkan pada Gambar 4.2.8. Masing-masing daerah tersebut
dihubungkan dengan penyalur luar. Bayangkan bahwa piranti ini terdiri dari dua
bagian yang terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.8. Dengan demikian
sistem ini ekuivalen dengan saklar penahan yang menyediakan saluran kepada
kedua basisnya. Suatu picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu
basis tersebut akan menutup SCS. Begitu pula suatu picu prategangan balik
pada salah satu basisinya akan membuka piranti saklar ini.
Lambang rangkaian SCS diperlihatkan pada Gambar 4.2.8.Gerbang di bawah
disebut gerbang katode. Gerbang di atas disebut gerbang anode. Dibandingkan
dengan SCR, SCS terhitung sebagai piranti daya rendah. Arus yang dihadapi
berukuran mili ampere dan bukan berukuran ampere seperti dijumpai dalam
operasi SCR.

PUTU RUSDI ARIAWAN

(a)

(b)

(c)

.
(d)

Gambar 4.2.8 SCS


(a) Susunannya. (b) susunan ekuivalen. (c) Rangkaian ekuivalen. (d) Lambang
rangkaian.

d. Crowbar SCR
Salah satu aplikasi penting dari SCR adalah melindungi beban seperti
IC digital terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, dimana
kelebihan tegangan ini dapat menyebabkan kerusakan pada piranti tersebut.
Gambar 4.2.9 menunjukkan catu daya
diproteksi. Dibawah kondisi normal,

VCC yang digunakan pada beban yang

VCC lebih kecil dari tegangan breakdown

dida zener. Dalam kasus ini, tidak ada tegangan pada R, dan SCR akan tetap
terbuka. Beban akan menerima tegangan

PUTU RUSDI ARIAWAN

VCC dan semuanya baik.

Gambar 4.2.9 Crowbar SCR

Apabila tegangan catu daya naik sehingga

VCC terlalu besar, dioda

zener akan breakdown dan tegangan akan terlihat pada hambatan R. Apabila
tegangan ini lebih besar daripada tegangan pemicu SCR, SCR akan tersulut dan
menjadi grendel yang tertutup. Tindakan ini mirip dengan melempar sebuah
crowbar melalui terminal beban. Karena SCR akan hidup sangat cepat (1ms
untuk 2N4441), beban akan secara cepat dilindungi dari efek yang merusakkan
karena kelebihan tegangan. Kelebihan tegangan yang menyulut SCR adalah :

VCC = VZ

VGT

Crowbar, melalui bentuk proteksi yang drastis, merupakan hal yang


perlu untuk banyak IC digital yang tidak dapat menahan kelebihan tegangan
yang cukup besar. Daripada merusakkan IC yang mahal, kita dapat
menggunakan SCR crowbar untuk mempersingkat terminal beban pada saat
pertama kali ada tanda kelebihan tegangan. Dengan SCR crowbar, sebuah
sekering atau pembatas arus dibutuhkan untuk mencegah kerusakan pada catu
daya.
Crowbar pada Gambar 4.2.9 merupakan sebuah prototipe, sebuah
rangkaian dasar yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan. Prototipe ini tepat
bagi banyak aplikasi . Akan tetapi tidak memiliki soft turn-on karena sudut pada
zener berbentuk melengkung dan tidak bersudut tajam. Ketika kita melakukan
perhitungan

toleransi

PUTU RUSDI ARIAWAN

tegangan

zener

soft

turn-on

tersebut

dapat

mengakibatkan tegangan daya menjadi sangat berbahaya sebelum SCR


terbakar.
Salah satu cara untuk mengatasi soft turn-on adalah dengan
menambahkan sedikit perolehan tegangan seperti Gambar 4.2.10. Umumnya,
transistor dalam keadaan mati. Namun ketika tegangan keluaran meningkat,
transistor akhirnya menyala dan menghasilkan tegangan tegangan tinggi diluar

R4 . Karena transistor menyediakan perolehan tegangan swamped kira-kira

R4 / R3 , sedikit kelebihan tegangan dapat menggerakkan SCR.

Gambar 4.2.10 Penambahan perolehan transistor ke crowbar

Dioda yang digunakan akan mengkompensasikan temperature dioda


emitter dasar transistor. Penyesuaian pelatuk ini menyebabkan kita mengatur trip
point dari rangkaian tersebut, yang secara tipikal berada 10 sampai 15 persen di
atas tegangan normal.
Crowbar dapat ditambah dengan amplifier IC seperti Gambar 4.2.11.
Kotak segitiga merupakan sebuah IC penguat yang disebut dengan pembanding
( comparator ). Penguat ini memiliki masukan nonpembalik(+) dan inverting (-).
Saat masukan nonpembalik lebih besar dari masukan pembalik , maka keluaran
akan positif. Ketika masukan pembalik lebih besar daripada masukan
nonpembalik, maka keluarannya akan menjadi negatif.
Penguat memiliki perolehan tegangan yang cukup besar, biasanya
100.000 kali atau lebih. Karena perolehan tegangan yang besar ini, rangkaian
dapat mendeteksi kelebihan tegangan yang paling kecil. Dioda zener
menghasilkan tegangan 10 V, yang diberikan ke masukan minus dari penguat.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Ketika tegangan catu 20 V (keluaran normal), penala pemicu diset untuk


menghasilkan tegangan sedikit lebih kecil daripada 10 V pada masukan positif.
Karena masukan negatif lebih besar daripada masukan positif, keluaran penguat
akan negative dan SCR terbuka.
Apabila tegangan catu di atas 20 V, masukan positif pada penguat menjadi lebih
besar daripada 10 V. Kemudian, keluaran penguat menjadi positif dan SCR
tersulut. Hal ini secara cepat akan memutus catu dengan crowbar terminal
beban.

Gambar 4.2.11 Penambahan amplifier IC ke crowbar

4.2.1.3 Keuntungan dan Kerugian SCR


Keuntungan SCR :

penekanan tombol yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol


yang regeneratif. Ini mengurangi penurunan tegangan di dalam ini dan
mengijinkan produksi komponen SCR, yang bisa menahan arus yang
sangat besar (100 ampere)

Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama.
Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan
sederhana yaitu menghentikan arus di base.

Keburukan SCR :

Keburukan dari SCR adalah pematian ini. Pematian dari SCR hanya ada
satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus
yang utama.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan selama


penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun dalam
ini, dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol
untuk arus yang besar.

4.2.2 TRIAC
TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada
TRIAC terdapat terminal pengontrol (terminal gate). Sedangkan untuk terminal
lainnya dinamakan main terminal 1 dan main terminal 2 (disingkat mt1 dan mt2).
Seperti halnya pada DIAC, maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik,
tidak seperti SCR yang hanya mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke
terminal katoda).
Lambang TRIAC di dalam skema elektronika, memiliki tiga kaki, dua
diantaranya terminal MT1 (T1) dan MT2 (T2) dan lainnya terminal Gate (G)

Gambar 4.2.12 Lambang TRIAC skema Elektronika

Gambar dibawah memperlihatkan struktur dalam pada TRIAC

Gambar 4.2.13 Struktur TRIAC


Triac setara dengan dua SCR yang dihubungkan paralel. Artinya TRIAC
dapat menjadi saklar keduanya secara langsung. TRIAC digolongkan menurut
kemampuan pengontakan. TRIAC tidak mempunyai kemampuan kuasa yang
sangat tinggi untuk jenis SCR.

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.2.2.1 Jenis- jenis TRIAC


Ada dua jenis TRIAC:
o

Low-Current

Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan


mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt.
o

Medium-Current.

Medium-Current TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan


mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt
4.2.2.2 Cara kerja TRIAC
Sebelum menghidupkan Triac, sebuah arus yang sangat kecil mengalir
pada beban dan semua sumber tegangan turun ke RC filter dobel. Tegangan ini
dibagi dan bergerak di fase VC. Ketika VG melewati penghidupan tegangan, triac
hidup dan terhubung sampai ke input tegangan setengah lingkaran dan berhenti.
Ketika input tegangan turun menjadi 0V, triac mati dan prosedur penghidupannya
berulang di tegangan yang terbalik.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.14 Rangkaian TRIAc

4.2.2.3 Karakteristik TRIAC


TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak
digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi
directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel
Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif
saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif,
serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.
TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus
yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun
arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC
adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.2.3 DIAC
DIAC memiliki dua terminal (elektroda) saja. Simbol DIAC pada skema lektronik:

Gambar 4.2.15 simbol DIAC


DIAC ini dirancang (di posisi ke yang lain) untuk dihidupkan oleh tegangan
yang lebih besar dari VB nya.Tegangan VB sangatlah kecil. Ada perbedaan diac
dengan VB tegangan berkisar antara +- 10 V sampai 15 V.
4.2.3.1 Karakter Diac

Gambar 4.2.16 Karakter DIAC

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB,diac break-over dan
berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama pada kedua arah.
Menambahkan diac pada gerbang triac

meningkatkan substansi tegangan

penghidupan dari triac dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih
dalam pengontrolan dalam tegangan tinggi.
Dimer yang digunakan sebagai berikut:

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.17 Rangkaian DIAC


Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga
thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.
Hubungan hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga dengan
demikian diac hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini dapat
bekerja pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah,
seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
Diac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,
penyaklaran, dan pemicu. Diac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
triac, transistor atau SCR.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada dibawah. Dilihat secara ideal ini
sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar (b). Diac tidak akan
menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover
dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar (d).

Gambar

4.2.18 Diac

(a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen.


(c) Saklar penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Sebagai contoh apabila tegangan v mempunyai polaritas seperti pada


Gambar (a), maka dioda yang berada di sebelah kiri akan menghantar bila harga
v mulai melampaui tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar penahan kiri
tertutup seperti yang terlihat pada Gambar (c) saat v memiliki polaritas yang
berlawanan dengan yang ditunjukkan dalam Gambar (a), maka saklar-penahan
kanan yang akan menutup bila v mulai melampaui tegangan breakover.
Saat penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satusatunya cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus
rendah. Ini berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-penahan dari
piranti yang bersangkutan.
Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada
pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua
pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris. Jadi
tidak ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena lapisan p
dan n dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac tidak akan
konduksi dalam arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku seperti diioda
bandangan yang diberi pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi tanpa memandang
arah tegangan yang diberikan.
Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor
yang sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan offdari diac.
Pada titik ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir arus yang
besar. Ini merupakan keadaan on diac. Sekali diac dijadikan on dengan
menggunakan tegangan postif atau negatif, komponen ini akan terus
menghantarkan arus sampai tegangannya dihilangkan atau dikurangi menjadi
nol.
Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk
tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan
breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan
tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada
kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit
diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke
triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat
digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai


penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi
baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai VBO
kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.
Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan
dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan
tersebut diturunkan ke nol
Pada gambar 4.2.13 memperlihatkan sebuah rangkaian saklar peka
amplituda sederhana yang menggunakan sebuah diac 1N5411. tegangan
puncak AC atau DC sebesar 35 Volt akan menyebabkan diac terkonduksi dan
akan mengalirkan arus sebesar 14 mA melalui resistor keluaran R2. Diacnya
sendiri dapat konduksi pada tegangan dibawah 35 Volt. Dengan arus sebesar
14mA, tegangan keluaran yang terdapat pada resistor 1000

adalah 14 V.

Apabila sumber tegangannya mempunyai resistor dalam pada jalur keluarannya,


maka resistor R2 dapat di hilangkan.
Untuk mengoperasikan rangkaian ini, atur tegangan masuk agar naik
secara perlahan ahan mulai dari nol sambil memperhatikan nilai keluarannya.
Sampai sekitar 30 volt tegangan keluarannya akan sangat kecil. Pada sekitar 35
Volt, diac secara tiba tiba akan jebol dan suatu tegangan akan muncul pada
resistor R2 apabila tegangan keluaran diac nol maka diac tersebut akan mati dan
perlu dipicu lagi dengan tegangan beramplituda sebesar 35 Volt.

Gambar 4.2.19. Diac 1N5411

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.3

Daftar Komponen Alat

1. Modul Dasar Elektronika


2. Osoloskop
3. Multimeter
4. Steker T
5. Data Sheet SCR, TRIAC, DIAC
6. Disket / flashdisk
7. Milimeterblok
8. Penggaris / mistar
9. Pulpen / pensil
4.4

Cara Kerja

PERHATIAN :
1.

Percobaan A dan B menggunakan tegangan tinggi langsung dari jala-jala.


Praktikan harus benar-benar memperhatikan keselamatan dirinya dan rekan
kerjanya.

2.

gunakan probe 1:10 untuk melakukan pengamatan dengan osiloskop.


Hubungkan osiloskop dengan jala-jala tanpa menggunakan ground dengan
cara meggunakan steker T. dengan demikian bagian logam dari osiloskop
tidak boleh disentuh selama daya untuk modul ihidupkan karena terdapat
tegangan tinggi. Pengaturan osiloskop dilakukan sebelum melakukan
pengamatan.

Sebelum melakukan pengamatan, konsultasikan dulu hal-hal yang belum jelas


kepada asisten.
A. Silicon Controlled Rectifier (SCR)
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.4.1 saklar daya dalam keadaan
OFF (lampu indikator mati). Hubungkanrangkaian ke jala-jala listrik.

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.4.1 Percobaan dengan SCR

2. Atur osiloskop pada 10 Volt/Div, 5 mS/Div, kopling DC dan Trigger pada


posisi Internal. Gunakan hanya salah satu kanal saja. Amati bentuk
gelombang pada beban. Kemudian amati pula Anoda-Katoda SCR.
Perhatikan : Gunakan Probe 1:10. Selama memindah-mindahkan probe dari
suatu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain, matikan saklar daya
pada modul.
3. Atur lagi osiloskop pada 0.5 Volt/Div (pengaturan lainnya tetap). Amati
bentuk gelombang pada kapasitor dan Gate-Katode SCR.
4. pengamatan langkah 2 dan 3 dilakukan untuk dua macam firing delay angle
yang berbeda dengan mengubah potensio 500K. Ukur besarnya hambatan
potensio untuk tiap pengamatan.
5. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.4.2 Lakukan pengamatan seperti
sebelumnya

Gambar 4.4.2 Percobaan SCR Gelombang Full Wave

PUTU RUSDI ARIAWAN

B. TRIAC dan DIAC

Gambar 4.4.3 Percobaan dengan TRIAC

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.4.3 lakukan pengamatan bentuk


gelombang pada beban (10 V/Div), A1 A2 (10 V/Div), kapasitor (2 V/Div)
dan pada G A1 (0.05 V/Div). Pengamatan dilakukan untuk dua sudut yang
berbeda. Apakah simetris sudut sulut belahan positif dan belahan negative ?
2. Ulangi percoban diatas dengan menggantikan resistor 1K dengan DIAC
(gambar 4.4.4). Bagaimanakah perbedaan dengan sebelumnya ?

Gambar 4.4.4 Percobaan dengan TRIAC DIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

BIODATA PENULIS

Nama

: Putu Rusdi Ariawan

TTL

: Denpasar. 19 April 1990

Agama

: Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana


Email : turusdi.info@gmail.com
www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN

Anda mungkin juga menyukai