Obsesi, siapa yang tak mempunyai kata itu dalam hidupnya?. Setiap manusia selalu
punya Obsesi. Namun tak setiap obsesi mereka terpenuhi seperti yang mereka harapkan.
Memang tak jarang terdengar kata orang bijak ada obsesi ada jalan. Tapi perlu juga
dimengerti bahwa seiap manusia hanya perencana dan tetap sang khalik lah yang
menentukan. Disetiap keinginan selalu dibutuhkan pengorbanan, disanalah obsesi diperlukan
agar pengorbanan itu tak sia-sia, agar pengorbanan itu tak terasa memberatkan, agar
pengorbanan itu tak terasa membosankan, dan terlebih lagi agar selalu ada api semangat yang
membakar keinginan meraihnya.
Obsesi, satu kata yang belum tentu setiap orang sama dalam memaknainya. Terkadang
obsesi memaksa orang yang memiliki ambisi menjadi ambisius. Namun tak jarang yang dapat
memanfaatkan dengan baik obsesi untuk meraih apa yang diharapkannya dalam hidup.
Dibawah ini sebuah karya milik seseorang yang berobsesi mendapatkan apa yang
diinginkannya, orang yang dicintainya. Perhatikan dan cermati contoh surat cerita berikut :
Untumu
Dariku Pemuja Rahasiamu
ku awali hariku dengan mendoakanmu agar kau selalu sehat dan bahagia disana.
Sebelum kau melupakanku lebih jauh, sebelum kau meninggalkanku lebih
jauh.
Lirik lagu itulah yang selalu terucap dihati kecilku, setiap kuawali hari baruku.
Bukan tanpa sebab, melainkan semu karenamu, semua untukmu. Sehat dan bahagia
selalu dalam hidupmu.
Mungkin ini semua membingungkanmu. Siapa aku dan mengapa surat ini
menghampirimu. Izinkan surat ini bercerita sejenak untuk menjawab pertanyaan itu.
Aku adalah orang yang telah mengagumimu sejak pertama menatapmu. Aku pula
orang yang telah menaruh hati padamu saat kedua kalinya mentapmu. Aku juga orang
yang mulai mengartikan kata sayang untukmu ketika perkenalan itu terjalin diantara
kita. Dan hingga kini, akulah orang yang selalu memujamu tanpa engkau tahu.
Ini bukan bait lantunan kata tanpa makna. Ini juga bukan tentang kata yang
diucap secara hati-hati dan teliti. Tetapi ini adalah bahasa hati, yang sengaja diuji
Illahi untuk menikmati ciptaan-Nya yang indah terbagi. Aku yakin engkau makhluk
terindah yang berhati, dan pastinya engkau mengerti tentang semua ini. Sama dengan
halnya aku yang juga mengerti engkau tak sendiri lagi.
Ini bukan bait lantunan kata mengharap belas kasihan. Ini juga bukan tentang
keesaran kebesaran hati untuk memaafkan. Tapi ini tentang pengertian dan
kesepahaman yang tak lagi sejalan. Ini pengharapan yang sengaja dibuat untuk
kesempatan yang dulu tersia-sia.
[Type text]
[Type text]
yang fana.dan karya diatas juga memiliki makna tentang perasaan yang ingin
dibalas cintanya oleh orang yang dipilih hatinya. Makna ini nampak jelas dibait
kedua kalimat terakhir karyanya. Seperti misalnya gurun yang lelah dan Dilepas
embun cahaya.
Tidak beda jauh dengan W.S Rendra yang mengunakan judul sama dengan
Gunawan, yakni Surat cinta. Coba perhatikan karya milik Rendra.
SURAT CINTA
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang ghaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah
Wahai, Dek Narti,
Aku cinta padamu!
Kutulis surat ini
Kala langit menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan dalam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
Mengibaskan ekor
Serta menggetarkan bulu-bulunya
Wahai, Dek Narti,
Kupinang kau menjadi istriku
Rendra menciptakan karya ini dengan maksud untuk mengekpresikan isi
hatinya pada seseorang yang dicintainya pula. Namun berbeda dengan Gunawan,
Rendra lebih condong pada penggunaan majas personifikasi dalam mengungkapkan
isi hatinya. Penggambaran dan perlambangan yang begitu nampak jelas sehingga
mudah dimengerti dan dipahami maksud dibuatnya karya tersebut. Karya Rendra
juga merupakan kisah nyata yang dulu ia alami. Penyebutan sosok Narti yang
merupakan istri pertama dari Rendra yang dulu penuh pengorbanan dalam
mendapatkannya.
Dari ketiga karya diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang sama
numun berbeda bentuk dan penyajiaan dalam penyampaian makna. Bila karya yang
pertama berupa surat cinta yang langsung ditulis dengan menyampaikan tujuan
[Type text]
ditulisnya surat tersebut berbeda dengan karya Gunawan dan Rendra yang ditulis
lewat karya sastra yang berupa puisi. Penggunaan bahasayapun sangat berbeda.
Penggunaan bahasa pada surat cinta yang pertama tanpa menggunakan majas,
melainkan penggunaan makna denotasi yang disamarkan. Berbeda dengan Rendra,
puisi karyanya syarat akan makna yang disajikan dengan bahasa yang kental dengan
penggunaan majas personifikasi yang mudah dipahami. Meskipun karya Gunawan
juga syarat akan majas, namun tigkat pemahaman maknanya lebih sulit dari pada
karya buatan Rendra. Dan tentang isi dari karya surat cinta yang pertama merupakan
gambaran obsesi yang tak tersampaikan. Sama dengan milik Gunawan yang
merupakan penggambaran cinta yang tak sampai. Tapi berbeda dengan Rendra yang
merupakan penyampaian tentang tercapai obsesinya dalam mendapatkan cintanya.
Dengan usaha yang tidaklah mudah.
Dengan demikian kita dapat belajar, bahwa obsesi tak harus tercapai. Walau
usaha sekuat tenaga, namun bila sang Khalik berkehendak lain, maka teruslah
berjuang untuk mencari yang lebih baik. Tapi jangan pernah menyerah tanpa usaha,
seperti yang disampaikan Rendra dalam karyanya. Yang tetap dan terus
memperjuangkan apa yang menjadi obsesi dalam hidupnya.
[Type text]