A. Konteks Penelitian
Berbicara tentang bahasa Arab dalam konteks sejarah tidak
bisa lepas dari perjalanan penyebaran islam. Sejarah mencatat
bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak
abad ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa Arab selalu terbawa
kemana pun Islam terbang.1 Penyebaran itu meliputi wilayah
Byzantium (sekarang Turki) di utara, Persia (Irak) di timur, dan
Afrika sampai Andalusia (Spanyol) di barat. Hingga pada masa
khilafah Islamiyah, bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang
dipergunakan untuk sosialisasi agama, budaya, administrasi, dan
ilmu pengetahuan. Mereka berbicara, menulis surat-surat pribadi,
bahkan mengarang syair-syair dengan bahasa Arab. Dari sini tidak
diperoleh
referensi
yang
memadai
bagaimana
bahasa
Arab
banyak
berjasa
dalam
memajukan
perkembangan
al-ittifaqiyyah/
compromise
method)
dan
metode
Fase ketiga, antara tahun 1940-1970. Pada fase ini ada tiga
periode yang dapat diamati, yaitu tahun 1940-1950, adalah periode
lahirnya metode efisien dan praktis dari dunia ketentaraan. Metode
ini terkenal dengan sebutan American Army Method (al-thariqah aljundiyyah al-amrikiyyah), yakni metode yang lahir dari markas
tentara Amerika untuk kepentingan ekspansi perang. Tahun 19501960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-thariqah
al-samiyyah al-syafawiyyah) di Amerika dan audiovisual (althariqah al-bashariyyah) di Inggris dan Prancis, sebagai akibat
langsung dari sukses army method. Tahun 1960-1970, adalah
periode munculnya keraguan dan kaji ulang terhadap hakikat
belajar bahasa. Periode ini merupakan awal runtuhnya metode
audiolingual, dan populernya analisis kontrastif, yang berupaya
membantu mencari landasan teori dalam dalam pembelajaran
bahasa.
Fase keempat, antara tahun 1970-1980. Fase ini dipandang
sebagai titik balik dan merupakan periode yang paling inovatif
dalam studi pemerolehan bahasa kedua dan asing. Hasilnya adalah
pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang dikenal dengan
pendekatan komunikatif (al-madkhal al-ittishali/ communicative
approach) dalam belajar bahasa.3
Sejauh ini belum ada hasil penelitian yang memastikan sejak
kapan
studi
bahasa
Arab
di
Indonesia
mulai
dirintis
dan
Maka
pengajaran
bahasa
Arab
yang
pertama 4
juz
Amma,
atau
dikenal
dengan
sebutan
turutan.
Didalamnya termuat pula materi pelajaran membaca huruf AlQuran dengan metode abjadiyah (alphabetic method).5
Dari beberapa literatur diperoleh data bahwa sejak zaman
penjajahan
Belanda,
banyak
sekali
pelajar
Indonesia
yang
tersebut,
mereka
berhasil
menumbuhkan
pengertian
bahwa bahasa Arab (Fusha) perlu -untuk tidak menyebut harusdipelajari juga sebagai tujuan, yakni untuk membentuk ahli-ahli
bahasa Arab dan menghasilkan alumni yang mampu menggunakan
bahasa Arab secara aktif sebagai alat komunikasi untuk berbagai
keperluan. Setelah pengertian dan kesadaran tersebut meluas,
para ahli bahasa arab di Indonesia terdorong untuk segera
mengajarkan bahasa Arab untuk melalui metode yang waktu itu
dianggap terbaru dan paling sesuai agar bahasa Arab dipelajari
juga sebagai tujuan dan kebutuhan, selain sebagai alat. Pengertian
bahasa Arab dengan metode dan untuk tujuan tersebut sudah
mulai dilaksanakan dibeberapa madrasah, baik di Sumatra, seperti
madrasah al-Thawalib dan di Jawa, seperti pondok Darussalam
Gontor (Ponorogo).6
Bertolak dari uraian di atas, penulis ingin untuk mengeksplor
lebih jauh tentang perkembangan metode pembelajaran bahasa
Arab di Jawa, dengan alas an sebagai berikut:
1. Belum ditemukannya literatur dan referensi yang memadai
tentang perkembangan disini metode pembelajaran bahasa Arab,
khususnya di Jawa.
2. Urgensitas metode.
Dari
historisitas
metode
ini,
dapat
umum
adalah
menemukan,
mengembangkan
dan
kegunaan
lain
yang
diharapkan
penulis
dari
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
9 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2005), 52.
mampu
menguasai
keterampilan-keterampilan
bahasa.
bahasa
sebagai
alat
komunikasi
dalam
ini
menguasai
lebih
cepat
bahasa
(lebih
Arab
efektif)
sebagai
alat
mengantarkan
komunikasi
siswa
apabila
oleh
lingkungan
masyarakat
yang
menggunakan
dituntut untuk
10
konsentrasi
kuat
terhadap
gramatika,
maka
keironisan
barangkali
ketika
melihat
kompleksitas
11
qirah,
dan
kitbah).
Orientasi
ini
cenderung
dikuasai secara
12
menggunakan
penelitian
kualitatif (qualitative
(descriptive
research)11
dikarenakan
penelitian
ini
13
penelitian
dilakukan.12
Penelitian
deskriptif
digunakan
untuk
termasuk
tentang
hubungan-hubungan,
kegiatan-
dengan
pendekatan
historis
pada
penelitian
ini
terkait
serta
melakukan
observasi
partisipan
untuk
14
oleh
karena
itu
pertimbangan-pertimbangan
hendaklah
tertentu
guna
dipilih
berdasarkan
memperoleh
hasil
penting
mengenai
sejarah
perkembangan
metode
memasuki
lapangan
peneliti
akan
bersikap
hati-hati,
15
16
sumber
paper
untuk
memperkuat
penemuan
dan
dan
pencatatan
secara
sistematis
terhadap
yang dipilih
dari
penggunaan
informasi
tentang
teknik
ruang
ini
ialah
(tempat),
untuk
perilaku,
17
mendalam
(in
depth
interview)
dalam
mengetahui
hubungannya
dengan
penelitian
dengan
mendapatkan
informasi
secara
kongkret
dan
tujuan
mengenai
ada
untuk
objek
penelitian.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen
yang sesuai
dengan tujuan
tersebut digunakan
dalam
dan
fokus
penelitian
masalah. Dokumen
studi
dokumentasi
ini,
peneliti
akan
18
menggunakan
19
Terdapat
prosedur
tahapan
pengumpulan
data
pada
data
adalah
proses
mengorganisasikan
dan
penelitian
kualitatif
dilakukan
secara
interaktif
dan
setiap
tersebut
pernyataan
rincian
(horisonalisasi
memiliki
tersebut
dengan
nilai
data)
setara,
tidak
dan
serta
melakukan
20
(phenomenom), dan
tersebut
mengungkapkan
merupakan
langkah
pengalamannya
dan
awal
peneliti
kemudian
diikuti
menuliskan
deskripsi
gabungannnya
(composite
description).26
9. Keabsahan data
Untuk selanjutnya, data yang telah terkumpul akan di cek
ulang oleh peneliti pada subjek data yang terkumpul dan jika
kurang sesuai peneliti mengadakan perbaikan untuk membangun
derajat kepercayaan pada informasi yang telah diperoleh.27
Untuk uji keabsahan data secara umum dalam menelitian
kualitatif
ada
kriteria
yaitu
credibility28
pada
aspek
nilai
21
22
Sampling
(Strategi
penentuan
pemilihan
informan),
4) Collecting Data (Teknik pengumpulan data),
5) Recording Information (Prosedur pencatatan data),
6) Resolving Field Issues (Isu-isu lapangan),
7) Storing Data (Penyimpanan data).
c. Tahap Laporan, meliputi:
1) Analisis Data (mengikuti analisis fenomenologi Creswell),
2) Meningkatkan keabsahan data,
23
3) Narasi hasil.